BAB | II LANDASAN TEORI II 1 BAB II LANDASAN TEORI Konsep ...
BAB II
description
Transcript of BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ilmu pengetahuan yang menyoroti
masalah perekonomian, sama seperti konsep ekonomi konvensional lainnya. Hanya,
dalam sistem ekonomi ini, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar dalam setiap
aktivitasnya. Tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia
dan di akhirat dengan berpusat pada tiga aspek yaitu penyucian jiwa agar setiap
muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya,
keadilan di bidang hukum dan muamalah, tercapainya maslahah (merupakan
puncaknya).
Indonesia sendiri belum menerapkan ekonomi Islam secara maksimal. Masih
banyak berdiri bank, asuransi dan pegadaian konvensional. Penerapan ekonomi
Islam banyak yang menyimpang dan banyak pihak yang belum mengerti pentingnya
ekonomi Islam.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1. Bagaimanakah prinsip ekonomi dalam Islam ?
2. Bagaimanakah persoalan ekonomi dalam pandangan Islam ?
3. Bagaimanakah bekerja sebagai kewajiban dan ibadah ?
4. Bagaimanakah akhlak bekerja dalam Islam ?
1.2Tujuan
1. Mengetahui prinsip ekonomi dalam Islam
2. Mengetahui persoalan ekonomi dalam pandangan Islam
3. Mengetahui bekerja sebagai kewajiban dan ibadah
4. Mengetahui akhlak bekerja dalam Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam
2.1.1 Kebebasan Individu Dalam Konteks Kesejahteraan Sosial
Kepemilikan pribadi diakui dalam batas-batas tertentu yang berhubungan
dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui pendapatan yang tidak
diperoleh dengan cara tidak sah.
Firman Allah:
“...kepunyaan-Nya apa yang dilangit dan dibumi...’’ (QS.AL-Baqarah:225)
2.1.2 Mencapai Distribusi Pendapatan Dan Kekayaan Yang Adil Dan Merata
“dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesunguhnya Tuhan-mu
amat cepat siksaNya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
penyayang.” (QS. Al-An’am: 165)
Islam, kekayaan tidak boleh hanya dimilik oleh segelintir orang-orang kaya,
kekayaan harus berperan sebagai capital produktif yang akan meningkatkan
besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
2.1.3 Implementasi Zakat
Zakat merupakan alat distribusi kekayaan dari orang yang mampu kepada
masyarakat yang kurang mampu, manfaat zakat dianataranya adalah:
Memenuhi kebutuhan masyarakat yang kekurangan.
Memperkecil jurang kesenjangan ekonomi.
Menekan jumlah permasalahan sosial, kriminalitas, pelacuran, gelandangan,
pengemis dan lain-lain.
2
Menjaga kemampuan beli masyarakat agar dapat memlihara sektor usaha.
Dengan kata lain zakat menjaga konsumsi masyarakat pada tingkat yang
minimal, sehingga perekonomian dapat terus berjalan.
2.1.4 Penghapusan Atau Pelarangan Riba
Riba adalah segala tamahan atas pinjaman atau tambahan dari pertukaran
pada satu jenis barang yang sama. Cara transaksi yang dibenarkan dalam islam
adalah pertukaran ekonomi yang bersifat produktif tanpa ada unsure riba (bunga),
ghahar (manipulasi), maisir (judi), ikhtikar (penimbunan), tatfif (curang)
“…allah telah menghlalkan juala beli dan mengharamkan riba…” (Al-baqarah: 275).
2.2 Persoalan-Persoalan Ekonomi
2.2.1 Permasalahan Bunga Bank
Bunga diterima sebagai jasa pemberian kredit terhadap pihak tertentu
debitur) dan bank.pun memberikan jasa bunga kepada pemilik uang (deposan)
dengan tingkat bunga tertentu. Yang menjadi masalah sekarang bunga bank
termasuk riba?. Dalam menjawab masalah ini para ulama tidak memiliki satu
kesepakatan. Mereka berselisih paham dalam menghukumi bunga bank yaitu:
a. Kelompok pertama, menyatakan bahwa bunga bank itu di hukumi riba, karena
terjadi penambahan jumlah pinjaman dengan jumlah pembayaran dan
penambahan tersebut adalah riba karena hukumnya haram.
b. Kelompok kedua menyatakan bahwa bunga bank hukumnya riba apapila;
1. Bunganya berlipat ganda
2. Bersifat memaksa
3. Memberatkan
Jika sifat bunga itu tidak memiliki sid=fat seperti itu maka bunga bank tidak
termasuk riba.
c. Kelompok ketiga menyatakan bahwa bunga bank dihukumi riba, tetapi karena
bank yang tanpa riba belum ada dan bank sangat diperlukan utnuk
3
perkembangan ekonomi umat, maka memanfaatkan bank dengan bunganya
termasu perbauatan darurat, karena itu tidak berdosa.
2.2.2 Asuransi
Suatu sistem keuangan yang mengharuskan penanggung membayar sejumlah
uang atau santunan berkala, atau tanggungan materi apa saja kepada tertanggung
karena suatu kejadian/resiko selama batas waktu tertentu sebagai imbalan dari
premi yang dibayarkan tertanggung, secara diangsur atau dibayar sekali jadi.
Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh
Islam. Yang paling mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:
1) Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti
Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir”).
Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:
Asuransi sama dengan judi
Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
Asuransi mengandung unsur riba/renten.
Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak
bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang sudah
dibayar atau di kurangi.
Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan
mendahului takdir Allah.
2) Asuransi konvensional diperbolehkan
Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad
Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari‘ah Universitas Syria),
Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm pada Universitas Cairo
4
Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa
Ahkamuha). Mereka beralasan:
Tidak ada nash (al-Qur‘an dan Sunnah) yang melarang asuransi.
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
Saling menguntungkan kedua belah pihak.
Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang
terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan
pembangunan.
Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil)
Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta‘awuniyah).
Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.
3) Asuransi yang bersifat sosial di perbolehkan dan yang bersifat komersial
diharamkan
Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru
besar Hukum Islam pada Universitas Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama
dengan kelompok pertama dalam asuransi yang bersifat komersial (haram)
dan sama pula dengan alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat
sosial (boleh).
2.2.3 Valas (valuta asing)
Valas adalah istilah singkat yang menggambarkan Pasar Valuta Asing, pasar
tempat berbagai mata uang dunia diperdagangkan.. Sebagai hasil dari volume dan
fluiditas yang luar biasa, pasar Valas telah menjadi pasar keuangan terbesar dan
paling signifikan di dunia.
Berdasarkan perspektif islam Prof. Drs. Masjfuk Zuhdi berpendapat Valas
diperbolehkan dalam hukum Islam. Perdagangan valuta asing timbul karena
adanya perdagangan barang-barang kebutuhan/komoditi antar negara yang
bersifat internasional. Perdagangan (Ekspor-Impor) ini tentu memerlukan alat
bayar yaitu UANG yang masing-masing negara mempunyai ketentuan sendiri dan
berbeda satu sama lainnya sesuai dengan penawaran dan permintaan diantara
5
negara-negara tersebut sehingga timbul PERBANDINGAN NILAI MATA UANG antar
negara.
2.2.4 Bursa Efek
Secara defenitif bursa saham atau bursa efek dapat dikatakan sebagai tempat
diselenggarakannya kegiatan perdagangan efek pasar modal yang didirikan oleh
suatu badan usaha (Anoraga dan Pakarti, 2001). Sedangkan yang dimaksud pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (UU Pasar
Modal No. 8 1995).
Instrumen (efek) yang diperdagangkan di pasar modal seperti saham,
obligasi dan instrumen turunannya saham merupakan tanda penyertaan atau
pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan yang wujudnya berupa
selembar kertas, yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan perusahaan itu.
Islam Memandang Bursa Efek di sini, terdapat beberapa aspek untuk menjadi
acuan penilaian apakah bursa efek haram atau tidak, yaitu instrumen yang
diperdagangkan, mekanisme transaksi, dan mudharat yang ditimbulkannya. Efek
yang diperdagangkan di pasar modal cukup beragam, tetapi semuanya kembali
kepada instrumen saham dan obligasi, selebihnya hanya turunan (derivatif) dari
kedua instrumen tersebut.
2.3 Bekerja sebagai kewajiban dan Ibadah
Allah SWT memerintahkan bekerja kepada setiap hamba-hamba-Nya (QS.
Attaubah/ 9 : 105) :
� �م ع�ال �ل�ى إ د�ون� �ر� ت و�س� �ون� �م�ؤ�م�ن و�ال �ه� ول س� و�ر� �م� �ك ع�م�ل �ه� الل ى �ر� ي ف�س� �وا اع�م�ل و�ق�ل�
ه�اد�ة� �و�الش �ب� �غ�ي ال
�ون� �ع�م�ل ت �م� �ت �ن ك �م�ا ب �م� �ك -ئ �ب �ن ف�ي
6
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".
Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah
kepada dirinya sendiri, dan juga kepada keluarganya.
Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa
biaya & harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan
biaya/ harta tidak mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk
memperoleh harta dalam rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib. Kaidah
fiqhiyah mengatakan :
و�اج�ب/ ف�ه�و� �ه� ب � �ال إ �و�اج�ب� ال �م� �ت ي � م�اال
“Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan
sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib”.
2.4 Akhlak Bekerja Dalam Islam
2.4.1 Niat Ikhlas Karena Allah SWT
النية الخاصة لله تعالى
Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT sebagai
kewajiban dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan
konsekwensinya adalah ia selalu memulai aktivitas pekerjaannya dengan
dzikir kepada Allah. Ketika berangkat dari rumah, lisannya basah dengan
doa bismillahi tawakkaltu alallah.. la haula wala quwwata illa billah.. Dan
ketika pulang ke rumahpun, kalimat tahmid menggema dalam dirinya yang
keluar melalui lisannya.
2.4.2 Itqan, Sungguh-Sungguh Dan Profesional Dalam Bekerja
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah
SWT adalah profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja.
7
Diantara bentuknya adalah, tuntas melaksanakan pekerjaan yang
diamanahkan kepadanya, memiliki keahlian di bidangnya dsb.
Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda
� ه� )رواهإ �ق�ن�99 �ت �ن� ي > أ �م� ع�م�ال د�ك �ح�99 ل� أ �ذ�ا ع�م�99 �ح�ب� إ ن� الل99ه� ي
الطبراني(
Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia
menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani_
2.4.3 Bersikap Jujur & Amanah
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan
amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara
duniawi dari Allah SWT yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan
yang dilakukannya. Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya
adalah dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak curang,
obyektif dalam menilai, dan sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW
bersabda:
ه�د�اء� )رواه �ن� و�الش99� �ق�ي �ن� و�الص-د-ي -ي �ي �ب �ن� م�ع� الن �م�ي �أل �اج�ر� الص�د�و�ق� ا الت
الترمذي(
‘’Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan)
bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)
2.4.4 Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim,
seperti etika dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum,
berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini
merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mu'min.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
�ق>ا )رواه الترمذي( ل �ه�م� خ� ن �ح�س� >ا أ �م�ان �ي �ن� إ �ي �م�ؤ�م�ن �م�ل� ال ك� أ
8
“Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling baik
akhlaknya” (HR. Turmudzi)
2.4.5 Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah
Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar
prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya. Tidak melanggar
prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :
Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti
memporduksi tidak boleh barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti
pornografi), mengandung unsur riba, maysir, gharar dsb.
Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan,
seperti risywah, membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat
antara laki-laki dengan perempuan, dsb.
وا �ط�ل�99 �ب � ت ول� و�ال س�99 �وا الر �ط�يع�99 ه� و�أ �وا الل99 �ط�يع�99 �وا أ �ذ�ين� ء�ام�ن �ه�ا ال ي� �اأ ي
�م� �ك �ع�م�ال أ
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan
janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad, 47 : 33)
2.4.6 Menghindari Syubhat
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat
atau sesuatu yang meragukan dan samar antara kehalalan dengan
keharamannya. Seperti unsur-unsur pemberian dari pihak luar, yang terdapat
indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau seperti bekerja sama dengan
pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau pelanggarannya
terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal maupun
eksternal.
Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini. Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, "Halal itu jelas dan haram itu jelas, dan
diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang
9
terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang
diharamkan..." (HR. Muslim)
2.4.7 Menjaga Ukhuwah Islamiyah
Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah
islamiyah antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha
melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri
mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah
Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, "Dan janganlah
kalian membeli barang yang sudah dibeli saudara kalian" Karena jika terjadi
kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah
diantara mereka; saling curiga, su'udzon dsb.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam sistem ekonomi Islam, nilai-nilai Islam menjadi landasan dan dasar
dalam setiap aktivitasnya agar tidak timbul persoalan-persoalan ekonomi.
Adapun di dalam system perekonomian islam, terdapat beberapa prinsip yang
harus dijalani agar tetap berjalan dengan lancar seperti kebebasan individu dalam
konteks kesejahteraan sosial, mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil
dan merata, implementasi zakat, dan penghapusan atau pelarangan riba.
3.2 Saran
Dalam perekonomian islam itu sangat dilarang yang namanya riba dan
sejenisnya,hal ini dilarang karna hal-hal tersebut sangat dilarang oleh rasulallah
SAW,sebab dapat saling merugikan baik dalam bentuk materi atau lainnya,tapi keadaan
masyarakat sekarang sangat berbeda,kebanyakan riba.
Oleh karna itu marilah kita sama-sama melakukan usaha ekonomi,dll,secara
jujur,terbuka tanpa ada suatu hal yang ditutupi,agar tidak ada pihak yang
dirugikan.dengan ini kita sudah menjalankan sunnah rasulallah SAW
11
Daftar Pustaka
Karim, Adiwarman. 2002. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. The International Institute Of
Islamic Thought (IIIT). Jakarta
Karim, Rusli. 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam. PT Tiara Wacana Yogya Dan P3EI
UII. Yogyakarta
12