BAB II
-
Upload
sinta-tri-ciptarini -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hepatitis A
A. Definisi dan Etiologi
Hepatitis adalah peradangan hepar atau kerusakan dan nekrosis sel
hepatosit. Peradangan tersebut disebabkan oleh berbagai sebab, seperti bakteri,
virus, proses autoimun, obat-obatan, perlemakan, alkohol dan zat berbahaya
lainnya. Bakteri, virus, dan parasit merupakan penyebab infeksi terbanyak. 1
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang
sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A)
penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui
makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual
atau melalui darah.1
Hepatitis A disebabkan oleh virus HAV. Virus hepatitis A merupakan
virus RNA dalam famili Picornaviridae. Virus hepatitis A (HAV) menginfeksi
hati, infeksi ini dapat menyebabkan ikterik maupun non-ikterik. 1
B. Faktor Risiko
Faktor resiko penularan HAV yaitu:
- Sanitasi yang buruk
- Daerah padat seperti poliknik dan rumah sakit jiwa
- Jasa boga terinfeksi
- Pekerja layanan kesehatan
- Wisatawan internasional
- Pengguna obat
11
- Daerah endemis (seperti suku bangsa Indian Amerika atau pedesaan asli
Alaska) beresiko tinggi
Transmisi HAV terbanyak melalui fecal oral. Pada anak-anak
penyebaran virus yang banyak terjadi lewat close contact dan kontaminasi
makanan dan minuman yang mengandung HAV. Virus ini merupakan RNA
virus. Feses dari anak yang terinfeksi hepatitis A virus sangat infeksius dari 14-
21 sebelum dan 8 hari setelah munculnya ikterus. 2
C. Patogenesis dan Patofisiologi
Virus Hepatitis A ditularkan secara fecal-oral. Virus ini masuk kedalam
saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja
penderita HAV. Virus kemudian masuk ke hati melalui peredaran darah untuk
selanjutnya menginvasi sel-sel hati (hepatosit), dan melakukan replikasi di
hepatosit. Jumlah virus yang tinggi dapat ditemukan dalam tinja penderita
sejak 3 hari sebelum muncul gejala hingga 1- 2 minggu setelah munculnya
gejala kuning pada penderita. Ekskresi virus melalui tinja pernah dilaporkan
mencapai 6 bulan pada bayi dan anak. Sebagian besar kasus kemungkinan
tidak menular lagi pada minggu pertama setelah ikterus. 2
HAV resisten terhadap asam, sehingga memungkinkan virus ini untuk bisa
melewati lambung dan masuk ke dalam usus halus. Setelah masa inkubasi
selama 28 hari (antara 15-50 hari), orang yang terinfeksi dapat mengalami
vague dan gejala-gejala non-spesifik. Salah satu gejala awal yang sering
menjadi perhatian medis yaitu terlihatnya urine yang berwarna gelap, yang
biasanya didahului oleh penyakit prodromal ringan selama 1-7 hari, yaitu
meliputi anoreksia, malaise, demam, mual, dan muntah. Dalam beberapa hari
setelah onset bilirubinemia, feses mulai clay colored, dan sklera, kulit, serta
membran mukosa mulai menjadi jaundice (kuning). Hepatomegali dapat
ditemukan dalam pemeriksaan fisik. Tidak adanya pewarnaan feses dapat
kembali normal dalam 2 hingga 3 minggu, yang sering mengindikasikan
adanya perbaikan dari penyakit. Pruritus jarang terjadi. Durasi penyakit
bervariasi, tetapi sebagian besar pasien secara signifikan membaik dalam 3
12
hingga 4 minggu, termasuk perbaikan dari meningkantnya konsentrasi enzim-
enzim hepatoseluler. 2
Efek patologik hepatitis A terhadap hati terbatas. Saat HAV bereplikasi
dalam sel-sel hati, virions dilepaskan ke dalam sinusoid hepatik dan kanalikuli
bilier, kemudian menuju ke usus dan diekskresikan ke dalam feses. Puncak
infektivitas terjadi selama 2 minggu sebelum onset jaundice atau peningkatan
kadar enzim-enzim hepar dalam serum. Viremia terjadi segera setelah infeksi
terjadi dan muncul selama periode meningkatnya konsentrasi enzim
hepatoseluler, tetapi konsentrasi virus dalam darah lebih sedikit dibandingkan
yang berada dalam feses. 2
D. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu:
1. Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus.
Fase ini pada hepatitis A berkisar antara 15-50 hari (rata-rata: 30 hari), dan
berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung
pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini.
2. Fase Prodromal (Pra Ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala
ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise
umum, mialgia, atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas, dan
anoreksia. Mual, muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan
penghidu dan rasa kecap. Diare atau konstipasi dapat terjadi. Demam derajat
rendah umumnya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang
diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.
3. Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi.
13
Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi
justru terjadi perbaikan klinis yang nyata.
4. Fase Konvalesen (penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan
membaik dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan
laboratorium lengkap terjadi dalam 9 minggu dan 16 minggu untuk hepatitis
B. pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani,
hanya <1% yang menjadi fulminan.3
Infeksi Hepatitis A selama masa kanak-kanak sebagian besar
asimptomatik dan menimbulkan imunitas seumur hidup, sedangkan infeksi
setelah masa kanak-kanak akan disertai dengan peningkatan keparahan dari
gejala dan dapat menimbulkan kematian.2
E. Pemeriksaan Penunjang
Tes Serologi untuk mengetahui kadar immunoglobulin M Hepatitis-A
Virus (IgM HAV) dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya infeksi virus
hepatitis A serta untuk menentukan apakah infeksi terjadi akut atau tidak. Tes
Serologi ini penting untuk screening anak-anak yang rentan terkena penyakit
ini. Para penulis jurnal menyatakan biaya vaksinasi dengan screening 3 kali
lebih murah dibandingkan biaya vaksinasi tanpa adanya screening dan
menyarankan pula bahwa screening sebelum vaksinasi lebih murah, aman, dan
rasional.4
Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes serologi kadar IgM dan IgG.
Pertama, dicari antibodi IgM, yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh lima
sampai sepuluh hari sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam
bulan. Kemudian dicari antibodi IgG, yang menggantikan antibodi IgM dan
untuk seterusnya melindungi terhadap infeksi HAV. 4
14
Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita
kemungkinan tidak pernah terinfeksi HAV, dan sebaiknya
mempertimbangkan untuk divaksinasi terhadap HAV.
Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG,
kita kemungkinan tertular HAV dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem
kekebalan sedang mengeluarkan virus atau infeksi menjadi semakin parah.
Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan positif untuk
antibodi IgG, mungkin terinfeksi HAV pada suatu waktu sebelumnya, atau
sudah divaksinasikan terhadap HAV sehingga sekarang kebal terhadap
HAV.
Peneliti menyatakan screening infeksi HAV secara dini pada anak-anak
(adopsi) memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi anak dengan IgM
HAV positif sehingga status kekebalan dari anggota keluarganya dan adanya
kontak langsung lainnya dapat diketahui. Jika anak dinyatakan IgM HAV
positif, anggota keluarga yang tanpa riwayat imunisasi sebelumnya harus di
vaksinasi. Akan terdapat beberapa anak tidak melakukan test IgM, karena
anak tersebut dalam masa periode inkubasi sehingga belum menampakan hasil
test IgM yang positif. 4
15
F. Terapi
Tidak ada terapi yang spesifik yang dapat meringankan penyakit pada
hepatitis A. Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi
suportif, yang terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi
kalori, penghentian dari pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan
pembatasan dari konsumsi alkohol. Jika pasien mengalami vomiting yang
frekuent, perlu diperhatikan bila ada gejala dehidrasi.5
16
BAB III
PEMBAHASAN
Dignosis kerja pada kasus ini berdasarkan penemuan sebagai berikut :
A. Anamnesis
Dua minggu Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam,nyeri
perut, dan lemas dimana gejala tersebut terjadi pada fase prodromal (pra
ikterik). 9 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mata kuning,
dimana gejala ini dapat muncul setelah 5 – 10 hari dan dapat muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Saat dirawat di rumah sakit pasien
merasakan keluhannya berkurang dan merasa lebih sehat, namun ikterus
belum hilang. Keadaan tersebut terjadi pada fase ikterus dimana jarang terjadi
perburukan gejala prodromal, tetapi justru terjadi perbaikan klinis yang nyata.
B. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan sklera ikterik. Sklera ikterik terjadi karena
adanya bilirubin tak terkonjugasi (B₁) yang meningkat dan larut dalam
mukosa di sklera mata (dinding sel tersusun atas lemak) atau kadar biirubin
terkonjugasi (B₂) yang berlebih sehingga akhirnya keluar dari pembuluh
darah masuk ke ekstrasel (jaringan ikat dan jaringan longgar mata).
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Bilirubin direk dan indirek
Bilirubin indirek : 1.85
Bilirubin direk : 5.42
Bilirubin merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
penting. Namun merupakan petunjuk penyakit hati dan saluran empedu
yang penting, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan
yang berkontak dengannya.
17
2. SGOT dan SGPT
I) SGOT : 294
SGPT : 360
II) SGOT : 298
SGPT : 352
Enzim SGOT dan SGPT terdapat dalam sel-sel alat tubuh yang sumber
utamanya adalah sel hati. Kenaikan enzim ini disebabkan oleh karena
enzim yang bocor dari sel. Pembuatan SGOT di mitokondria, sedangkan
SGPT di sito sel. Pada hepatitis peradangan terjadi sel-sel hepar terutama
sitoplasma sehingga SGPT yang diproduksi di sito sel meningkat
menyebabkan SGOT/ SGPT > normal. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya peningkatan karena adanya kerusakan sel hati.
3. IgM anti HAV
IgM anti HAV : Non-reaktif
Tes Serologi untuk mengetahui kadar immunoglobulin M
Hepatitis-A Virus (IgM HAV) dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
infeksi virus hepatitis A serta untuk menentukan apakah infeksi terjadi
akut atau tidak. IgM muncul pada 4 minggu setelah pajanan dan hilang
setelah 12 minggu.
Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM, maka diperlukan
pemeriksaan antibodi IgG. Karena bila antibodi IgM negatif dan antibodi
IgG positif, kemungkinan terinfeksi HAV pada suatu waktu sebelumnya,
atau sudah divaksinasikan terhadap HAV sehingga sekarang kebal
terhadap HAV.
Terapi
Pemberian terapi sesuai dengan teori, dimana tidak ada terapi spesifik
untuk hepatitis A. Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi
suportif, yang terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi
kalori, penghentian dari pengobatan yang beresiko hepatotoxic.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Price & Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Volume 2, Edisi 6. Jakarta : EGC. 2006
2. Committee on Infectious Disease Pediatrics. Hepatitis A Vaccine Recommendations, DOI: 10.1542/peds.2007-1088 2007; 120; 189-199. Pediatrics, Official Journal of the American Academy of Pediatrics. 2007.
3. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. 2006.
4. Roohi Y. Abdulla, Marilyn A. Rice, Stephanie Donauer, Kelly R. Hicks, Dustin Poore and Mary Allen Staat. Hepatitis A in Internationally Adopted Children: Screening for Acute and Previous Infections. 2010. 2010;126;e1039-e1044; originally published online Oct 11, 2010; www.pediatric.org
5. Fantry, Lory. Hepatitis A. The Health Care of Homeless Persons. 2001. Available at: www.nhchc.org/ Hepatitis A.pdf . Accessed at: November 01 2010.
19