BAB II

14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pola Konsumsi Pola konsumsi atau disebut juga dengan pola makan adalah berbagai informasi yang menggambarkan mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat. Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar.

description

vb

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Pola Konsumsi

Pola konsumsi atau disebut juga dengan pola makan adalah berbagai informasi yang menggambarkan mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat.

Pedoman umum gizi seimbang (PUGS) adalah pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di masyarakat secara baik dan benar.

Page 2: BAB II

Untuk mengetahui pola konsumsi dari individu, maka digunakan beberapa metode:

1 food recall 24 hour

2 frekuensi makanan (food frequency)

3 riwayat makan (dietary history)

Page 3: BAB II

Asupan Gizi

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan.

a. Asupan Energi

b. Asupan Karbohidrat

c. Asupan protein

d. Asupan Lemak

e. Asupan Zat Gizi Mikro

Page 4: BAB II

Kebutuhan Zat Gizi

Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG) adalah tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir sama semua orang sehat di suatu negara. Angka kecukupan gizi untuk Indonesia didasarkan etis patokan berat badan untuk masing-masing kelompok menurut umur, gender, dan aktivitas fisik yang ditetapkan secara berkala melalui survei penduduk (Depkes,2004).

Page 5: BAB II

Status Gizi

Status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Supariasa, 2002).

Penentuan Status Gizi

Penilaian Status Gizi

1. Survei Konsumsi

2. Pemeriksaan Fisik

3. Pemeriksaan Laboratorium

Page 6: BAB II

Ada beberapa cara yang digunakan dalam pengukuran status gizi seseorang terutama dalam menentukan berat badan ideal, antara lain menggunakan :

1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

2. standar Brocca

3. Relative Body Weight (RBW)

4. SD-Score (Z-score).

Page 7: BAB II

Tuberkulosis Paru

Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Micobacterium tuberculosis yang bersifat tahan asam. Sebagian besar kuman ini menyerang paru tetapi dapat pula menyerang organ tubuh yang lain (Depkes, 2011; Kemenkes, 2012).

Cara Penularan

Cara penularan TB melalui percikan dahak (droplet) yang berasal dari pasien TB BTA (+). Dahak pada pasien TB saat batuk, berbicara dan meludah terdapat bakteri TB yang melayang- layang di udara.

Page 8: BAB II

Diagnosis

Gejala Klinis

Batuk lebih dari 2 minggu

Demam

Malaise

Batuk darah

Sesak napas

Nyeri dada

Dispneu

Page 9: BAB II

Pemeriksaan fisik

Pada kasus awal atau sudah terinfiltrasi secara asimtomatik susah terdeteksi bahkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik sulit dibedakan antara tuberkulosis dengan pneumonia. Kelainan akan ditemukan pada organ yang terkena (Depkes, 2011; Kemenkes, 2012).

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Labolatorium

Page 10: BAB II

Alogaritma Diagnosis TB (Depkes, 2011; Kemenkes, 2012).

Page 11: BAB II

Pengobatan

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat yang digunakan dalam pengobatan TB ada dua jenis yaitu obat utama dan tambahan (Depkes, 2011; Kemenkes, 2012).

Obat utama (lini 1)

INH, Rifampisisn, Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol.

Obat tambahan (lini 2)

Kanamisin, Amikasin, Kuinolon, Makrolid dan amoksisilin ditambah asam klavulanat (dalam penelitian).

Page 12: BAB II

Panduan OAT

Berdasarkan Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia digunakan 2 kategori pengobatan yaitu panduan OAT dan panduan OAT sisipan. (Depkes, 2011; Kemenkes, 2012).

.Katergori 1

2HRZE/4(HR)3

Kategori ini diberikan kepada pasien baru TB paru BTA (+), pasien TB paru negative foto thoraks (+), pasien TB ekstra paru.

Katergori 2

2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3

Kategori ini diberikan untuk pasien TB dengan BTA (+) yang telah diobat I sebelumnya tetapi datang kembali dengan kambuh, gagal, putus berobat.

Page 13: BAB II

Besar Risiko Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Terhadap Kejadian TB

Makanan dan kesehatan mempunyai hubungan yang sangat erat. Makanan bukan hanya sekedar berfungsi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor yang penting untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

Pada kasus TB paru infeksi yang ada dapat mengakibatkan gangguan gizi dengan mempengaruhi nafsu makan, hilangnya makanan karena dimuntahkan, gangguan absorbsi dan proses lainnya. Asupan yang tidak adekuat menimbulkan pemakaian cadangan energi yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh terhadp infeksi menjadi progresif yang memperlambat penyembuhan tuberkulosis paru..

Page 14: BAB II

BAB IIIKERANGKA KONSEP