BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II ini akan membahas tentang ...
BAB. II
-
Upload
teuku-adli -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
description
Transcript of BAB. II
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN
A. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN
Hasil keluaran kerja atau output yang akan didapatkan dari proyek perubahan
ini adalah :
Output Jangka Pendek :
Terjalinnya konsolidasi dengan stakeholders;
Tersedianya data base hardcopy menara telekomunikasi
Terciptanya data base softcopy dengan digitasi menara telekmunikasi yang
akurat
Tersusunnya Draf Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara
telekomunikasi di Kota Banda Aceh.
Tersusunnya draf Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun Tahun 2014
tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Output Jangka Menengah
Terbitnya Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi
di Kota Banda Aceh.
Terbitnya Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2
Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
Disosialisasikan Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara
Telekomunikasi di Kota Banda Aceh.
Disosialisasikan Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Qanun
Nomor 2 Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi.
Terlaksananya monitoring dan evaluasi Pelaksanaan;
Output Jangka Panjang
tersedianya Data Base menara telekomunikasi secara sistem informasi
Manajemen geografis pemetaan tower BTS ((Base Transceiver Station) dengan
Google Earth menggunakan digitasi.
Implementasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara
telekomunikasi di Kota Banda Aceh, dan Peraturan Walikota tentang
Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Retribusi Menara Telekomunikasi
B. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN
Dalam pentahapan proyek perubahan ada tahapan-tahapan yang akan
ditarget dan harus dicapai sesuai dengan waktu yang ditentukan serta tepat
sasaran. Adapun tahapan-tahapan dalam proposal proyek perubahan ini yaitu :
Tabel II.1 Matriks Pelaksanaan Kegiatan
No. Nama Kegiatan
Waktu
(Minggu ke-)
Mei Juni
Agt
Sep
Okt
Nop Des
2016
1 2 3 4 5 6 7 8
Jangka Pendek sampai dengan akhir Diklat PIM III
1 Melakukan rapat internal dengan pokja dan Kepala Dinas
2 Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan stakeholders
3 Melakukan idintifikasi data base hardcopy
4 Melakukan survai lapangan
5 Melakukan Finalisasi Digitasi data base softcopy menara telekomunikasi
6
Merancang draf Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
7 Persutujuan Kepala Dinas
Jangka Menengah – pasca Diltat PIM III s/d akhir 2015
1 Penyempurnaan Draf hingga terwujudnya . Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan
No. Nama Kegiatan
Waktu
(Minggu ke-)
Mei Juni
Agt
Sep
Okt
Nop Des
2016
1 2 3 4 5 6 7 8
Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
2
Sosialisasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
3 Monitoring dan evaluasi
Jangka Panjang Tahun 2016 s/d ada perubaham
1
Sebagai pedonam dan petunjuk pelaksaan dalam telekomunikasi di Kota Banda Aceh serta sebagai Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Retribusi PengendalianvMenara Telekomunikasi
2
implementasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Pembanguan dan Pengendalian Perangkat dan Menara telekomunikasi di Kota Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Banda Aceh, dan Peraturan Walikota tentang
C. TATAKELOLA PROYEK PERUBAHAN
Tata kelola proyek perubahan berisi tentang struktur peran masing-
masing tim/orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek perubahan yaitu :
1. Kepala Dinas (Drs. Muzakkir, M.si) sebagai sponsor dan mentor proyek
perubahan berfungsi sebagai :
Pembimbing dan pengawas peserta secara profesional serta berperan
sebagai inspirator.
Memberikan dukungan penuh kepada peserta dalam merancang proyek
perubahan.
Membantu peserta dalam memetakan agenda proyek yang akan
dilaksanakan.
Menjelaskan kontrak penyelesaian tugas dan memfasilitasi peserta dalam
menyelesaikan masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek.
2. Kabid Komitel (Jailani, S.Sos) sebagai Project Leader berfungsi sebagai :
Mempersiapkan (dokumen;instrumen;waktu) yang diperlukan dengan baik
sebelum bertemu mentor dan coach.
Berprakasa melakukan diskusi secara aktif dengan mentor dan coach serta
mengikuti arahan dan masukan mereka.
Menggalang kerja sama dan kesepakatan dengan stakeholder terkait baik
eksternal maupun internal
Membuat laporan kegiatantaking ownership dan laboratorium
kepemimpinan kepada penyelenggara.
3. Coach (T. Gazali, SE, M.Si) berfungsi sebagai :
Melakukan diskusi dan memberikan masukan dalam menyusun rancangan
proyek perubahan.
Memonitor kegiatan peserta selama tahap taking ownership dan tahap
laboratorium kepemimpinan.
Melakukan intervensi bila peserta mengalami permasalahan sebatas
kewenangan coach.
Melakukan komunikasi dengan mentor terkait kegiatan peserta selama
tahap taking ownership dan tahap laboratorium kepemimpinan.
4. Pokja I terdiri dari Kepala Seksi Bidang Komtel, Mempunyai tugas :
Mengidentifikasi permasalahan.
Menghimpun Database dari takeholders .
Verifikasi database dan finasliasai data bese secara manual.
Merancang Draf Perwal
5. Pokja II Kepala Bidang PSI dan Kepala seksi pada Bidang PSI, mempunyai
tugas
Survey lapangan untuk mengambil dokumentasi, menentukan titik koordinat
dan mendigitasikan pada Google Earth (By Name By Adrees)
Gambar II.2 Tata Kelola Proyek Perubahan
D. STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN
Stakeholder proyek perubahan merupakan individu atau instansi yang
memiliki kepentingan dan sedikit banyak pengaruh terhadap hasil akhir proyek
perubahan. Pengaruh tersebut dapat berupa positif atau yang mendukung jalannya
kegiatan dan pengaruh negatif atau yang menghambat jalannya kegiatan.
Stakeholder tersebut dapat berupa internal atau masih dalam satu instansi dan
eksternal yaitu instansi diluar lingkungan kerja atau instansi lainnya.
Pihak terkait (stakeholders) pada proyek perubahan ini dapat dikategorikan
berdasarkan 4 (empat) besar/kecil kekuatan (influence) dan ketertarikan (interest)
terhadap rencana proyek perubahan ini, yaitu:
Promoters, stakeholder dengan kekuatan dan ketertarikan yang besar yaitu
Kadishubkominfo Kota Banda Aceh, hal ini karena peranannya sebagai
Mentor yang banyak memberikan saran dan arahan;
Latens, stakeholders dengan kekuatan yang besar namun ketertarikan yang
kecil yaitu Asisten I, Sekdis kominfo, Kasi Postel,
Defenders, stakeholders dengan kekuatan yang kecil namun
ketertarikannya besar terhadap proyek perubahan yaitu Provider, Bidang Lain, Kasi
KABID KOMTEL
POKJA I POKJA II
KEPALA DINAS
COACH
Keterangan:: Stakeholders internal langsung : Stakeholders internal tidak langsung/koordinasi:Stakeholders eksternal langsung:Stakeholders eksternal tidak langsung/koordinasi
KABID KOMTEL
STAKEHOLDER EKSTERNAL
KASI POS DAN TELEKOMUNIKASI
ASISTEN I
KASI KELEMBAGAAN
KEPALA DINAS
KASI SARANA KDI
SEKRETARIS DINAS
BIDANG LAINNYA
kelembagaan dan Komunikasi Sosial, Kasi sarana, Komunikasi dan Diseminasi
Informasi. Kolaborasi antar stakeholder pada proyek perubahan ini dapat dilihat
pada bagai alur dibawah ini:
Gambar II.3 Stakeholders pada Proyek Perubahan
E. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN
Faktor kunci keberhasilan adalah faktor-faktor yang dianggap menjadi kunci
keberhasilan pencapaian tujuan proyek perubahan secara tepat sasaran dan tepat
waktu. Dalam proyek perubahan ini yang menjadi kunci utama keberhasilan digitasi
dan pengendalian menara telekomunikasi adalah :
- Kemampuan menjadi aktor proyek perubahan yang berintegritas dan mampu
mempengaruhi pihak lain untuk turut berpartisipasi mewujudkan tujuan;
- Mampu menciptakan koordinasi dan kolaborasi yang baik antar pihak yang
terkait (stakeholder);
- Adanya Tim Efektif yang mampu bekerja secara professional;
- Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan mampu mengembangkan
potensi diri di bidang Teknologi Informasi;
- Ketersediaan sarana dan prasarana;
- Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus.
F. TARGET CAPAIAN KINERJA
Dalam target pencapaian kinerja berisi tentang pencapaian target kerja
secara kuantitatif atau presentase pencapaian output kinerja sesuai kriteria
keberhasilan. Dalam target pencapaian kinerja akan lebih mudah dengan
penerapan sistem skoring.
Tabel II.2 Contoh Skoring Capaian Kinerja
No. Kegiatan PelaksanaanTarget (Hari)
Presentasi Capaian
Keterangan
1Melakukan rapat internal dengan pokja dan Kepala Dinas
7 5
2Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan stakeholders
7 5
3Melakukan idintifikasi data base awal dan finaliasasi data base manual
25
4 Melakukan survai lapangan 30 30
5Melakukan Finalisasi Digitasi data base menara telekomunikasi
2 10
6Merancang draf Peraturan Walikota
7 25
7 Persutujuan Kepala Dinas 1 10
TOTAL 55 100%
G. ADOPSI HASIL BANCHMARKING KE BEST PRACTICE
1. Uraian Singkat Manfaat dan Tujuan Benchmarking
Benchmarking merupakan bagian dari pembelajaran Diklat
Kepemimpinan Tingkat III angkatan I Tahun 2015 termasuk yaitu melakukan
kunjungan lapangan sebagai upaya memperoleh input best practice dalam
pengelolaan kegiatan obyek benchmarking, yakni suatu lokus (Daerah/instansi)
tertentu yang diharapkan mempunyai keterkaitan erat dengan tugas penyusunan
rancangan proyek perubahan instansional peserta.
Tujuan Benchmarking untuk menentukan kunci atau rahasia sukses dari
(Daerah/instansi) yang dianggap mempunyai nilai plus, kemudian
mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih baik untuk diterapkan,
pengertian benchmarking secara sederhana adalah suatu proses
membandingkan dan mengukur suatu kegiatan organisasi terhadap proses
operasi yang terbaik sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja organisasi.
Keadaan ini penting untuk memungkinkan organisasi dapat membandingkan
dengan organisasi kompetitor dan selanjutnya menjadi alat strategi bagi.
Benchmarking yang dilakukan dengan memilih ke best practice antara lain
mengunjungi lokus sebagai mitra Benchmarking sebagai inspirator rencana
project charter yang akan dilakukan. Lokus yang akan dikunjungi adalah
Pemerintah kota Makasar.
Ruang lingkup yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Benchmarking
adalah berfokus pada pengelolaan/pelaksanaan kegiatan instansi. kegiata-
kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran organisasi.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan Benchmarking yaitu peserta diklat
Kepemimpinan Tingkat III angkatan I Tahun 2015 Pemerintah Kota Banda Aceh
dapat memiliki kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi best practice
guna memantapkan rancangan proyek perubahan dan memperlancar
implementasi proyek perubahan instansional.
2. Pemilihan Mitra Benchmarking
Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan
terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 km2 dengan
penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan.
Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat
perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,
simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara
dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Luas Wilayah Kota Makassar
secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota
ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota
Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki
557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65
%. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup
berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis,etnis Makassar, etnis Cina,
etnis Toraja, etnis Mandar dll.
Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai
barat Sulawesi, Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur
Timur dan 5°00'30,18" -5°14'6,49" Lintang Selatan dengan luas wilayah 175.77
km2 dengan batas-batas berikut: : ƒ
Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan
Batas Selatan : Kabupaten Gowa
Batas Timur : Kabupaten Maros
Batas Barat : Selat Makasar
Secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142
Kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RT Ketinggian Kota Makassar bervariasi
antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C
sampai dengan 32° C . Kota Makssar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo
yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada
bagian selatan kota.
3. LOKUS BENCHMARKING
Lokus 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Penanggulangan Bencana DaerahKota Makassar dibentuk
berdasarkan Peraturan Walikota Makassar Nomor 20 Tahun 2010 tanggal 14
Juli 2010 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kota Makassar,
Visi :
Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi, dan menyeluruh.
Mengembangkan kapasitas Penanggulangan bencana yang handal cepat,
tepat, akurat, dan konprehensif.
Mengembangkan peran kelembagaan masyarakat dalam penyelenggaraan
penanganan penanggulangan.
Misi :
“Mewujudkan Kota Makassar Tangguh Terhadap Bencana Menuju Kota
Dunia”, Visi ini dimaksud untuk memberikan pandangan jauh ke masa depan
tentang apa yang hendak dicapai yang berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan
dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakati terutama
menghadapi bencana yang terjadi.
Sasaran :
Tersedianya rencana strategi penanggulangan bencana Kota Makassar
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh pada setiap
kecamatan,
Tersedianya kebijakan penanggulangan bencana di Kota Makassar,
Meningkatkan partisipasi (inisiatif) atau kesadaran dan kepedulian serta
ketangguhan masyarakat terhadap bencana,
Tersedianya rencana strategi kesiapsiagaan pengurangan resiko bencana
bencana Kota Makassar secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan
menyeluruh,
Tersedianya peralatan pendukung dalam penanganan bencana,
Tersedianya logistik penanganan bencana,
Terlaksananya penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca
bencana,
Terlaksananya rehabilitasi dan rekonstruksi Sarpras pasca bencana secara
komprehensif,
Meningkatnya Pelayanan Administrasi Perkantoran untuk menunjang tupoksi
BPBD, dan
Peningkatan sistem perencanaan, monitoring dan Sistem Evaluasi kinerja
BPBD Kota Makassar’
Beberapa langkah tersebut dijabarkan kedalam program dan kegiatan
yang telah disusun diantaranya yaitu:
1) Melakukan pemetaan wilayah rawan bencana.
Pemetaan Wilayah rawan bencana dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
geologi dan potensi bencana alam geologi dilokasi bencana. Tujuan
pemetaan rawan bencana adalah untuk mengumpulkan data skunder yang
meliputi data geologi dilokasi bencana, mengindetifikasi karakteristik
kawasan bencana untuk menyusun laporan kawasan bencana, hal ini
dimaksudkan untuk keperluan dalam rangka memberikan sebuah “early
Warning System” bagi masayarakt mengenai lokasi-lokasi yang dianggap
beresiko tinggi terhadap bencana dan lokasi-lokasi yang aman dari bencana,
sehingga diharapkan dari informasi tersebut dapat dilakukan langkah-
langkah yang tepat bagi perencanaan tanggap darurat bencana dan atisipasi
terhadap terjadi bencana yang berulang.
2) Melakukan kerjasama dengan pihak NGO diantaranya Oxfam, Ausaid dan
Bak BRI.
Kerjasama pihak lain yang melibatkan LSM dan lembaga sosial lainya sangat
diperlukan dalam rangka rehabilitasi terhadap korban bencana, sehingga
diharapakan masyarakat mampu bangkit dari keterpurukan setelah bencana.
Kota Makassar selama ini telah membangun kerjasama baik dengan LSM
maupun lebaga sosial seperti Oxfam, Ausaid dan Bank BRI. Adapun
program yang dilakukan adalah dengan cara penggunaan teknologi yang
disertai keterpaduan dengan pasar, .dengan harapan adanya prosedur
pemberian bantuan tanggap darurat bencana dengan teknologi dan pasar
dalam lingkup Pemerintah kota Makassar yang handal, cepat, tepat, aman,
nyaman, berdayaguna dan berhasilguna dengan meminimalisir penggunaan
sumber daya tenaga, pergudangan dan mobilisasi barang-barang ke lokasi
penampungan korban bencana
3) Menetapkan tempat pengungsian bagi korban bencana.serta menyediakan
bahan kebutuhan pokok bagi korban bencana.
Salah satu hal terpenting ketika bencana terjadi adalah bagaimana
masayarakat mengetahui tempat relokasi yang aman untuk berlidung ketika
bencana terjadi. Pemerintah Kota Makassar melalui Bandan
Penanggulangan Bencana Daerah telah menetapkan lokasi untuk relokasi
bagi masayarakat ketika terjadi bencana serta memenuhi segala sarana dan
prasarana selama tanggap darurat berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah penanganan/pengusian korban bencana serta dapat
mengurangi jatuhnya korban jiwa ketika terjadinya bencana serta
4) Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat terhadap kegiatan tanggap
darurat dalam rangka menghadapi bencana.
Sosialisasi kepada masayarakat yang dilakukan oleh BPBD Kota Makassar
merupakan salah satu factor penting, sehingga masyarakat paham apa yang
harus dilakukan ketika terjadinya bencana, hal ini juga dimaksudnya untuk
mempermudah pemerintah dalam menangani korban berencana sehingga
apa yang telah di programkan dalam rangka penanganan korban bencana
dapat terlaksana sebagimana yang telah disusun dalam SOP Pemerintah
Kota Makssar dan diharapkan masayarakat dapat menerima pelayanan
terbaik dari pemerintah baik ketika bencana maupun dalam pelaksanaan
tanggap darurat serta penanganan rehabilitasi masyarakat korban bencana.
5) Mengalokasikan dana untuk tanggap darurat korban bencana.
Kemudahan pencairan dana tanggap darurat ketika terjadi bencana
sangatlah dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan korban bencana sehingga
dapat bertahan hidup dalam masa tanggap darurat bencana. Untuk itu
pemerintah Kota Makassar telah melakukan langkah yang tepat dengan
mengalokasikan dana untuk tanggap darurat korban bencana dan telah
mempermudah mekanisme pencairan terhadap dana tanggap darurat
tersebut.
Lokus 2 : Kecamatan Panakkukang Kota Makassar
Kecamatan Panakkukang adalah salah satu dari beberapa Kecamatan di
Kota Makassar, dengan jumlah penduduk 147 ribu jiwa dengan 11 Kelurahan
dan 2 (dua) Desa yang tetap dipertahankan kelestarian adat dan istiadatnya.
Kecamatan Panakkukang yang dipimpin oleh seorang Camat yang
memiliki komitmen dan integritas didalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya terhadap pelayanan kepada masyarakat. Dalam
melaksanakan tugas dan kewenangannya Camat dibantu oleh Sekretaris, para
Kasi dan staf.
Camat Panakkukang dalam pelaksanaan kewenangan yang diberikan
oleh Walikota Banda Aceh untuk pelaksanaan proses pelayanan, yaitu
pelayanan terpadu lebih dikenal dengan pelayanan PATEN atau pelayanan
ISO 9001-2008 yang merupakan Kecamatan Pertama di Indonesia yang
menerapkannya sejak Tahun 2012 sampai dengan sekarang.
Adapun jenis pelayanan yang dilaksanakan di Kecamatan Panakkukang
meliputi atas :
Pelayanan KTP, adalah pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk,
yang dilakukan dengan berpedoman kepada Standar Pelayanan
Operasional (SOP) yang telah ditetapkan.
Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga, adalah pelayanan pembuatan
Kartu Keluarga, yang dilakukan dengan berpedoman kepada Standar
Pelayanan Operasional (SOP) yang telah ditetapkan.
Pelayanan Pengurusan STNK, adalah pelayanan pembuatan STNK yang
merupakan program kerjasama dengan Kantor SAMSAT Propinsi , yang
dilakukan dengan berpedoman kepada Standar Pelayanan Operasional
(SOP) yang telah ditetapkan.
Pelayanan Persampahan, dengan merumuskan langkah-langkah untuk
mengurangi sampah yang ada dalam lingkungan Kecamatan Panakkukang
melalui :
1) Sistem Keluar, yaitu sistem pengambilan sampah yang dilakukan dengan
mengunakan Becak yang bisa masuk keluar gang dan jalan pada
perumahan penduduk.
2) Sistem Penyisiran, yaitu pengambilan sampah yang difokuskan pada
titik-titik yang tidak tersetuh sistem keluar.
3) Sistem Pelayanan dengan mobil khusus, yaitu pengambilan sampah
dengan mengunakan 3 (tiga) mobil untuk pengambilan sampah yang
sudah dilakukan pemilahan oleh warga masyarakat dan dimasukkan
dalam kantong plastik. Petugas tidak akan mengambil sampah jika
sampah tidak dimasukkan dalam kantong plastik, ini merupakan upaya
pembelajaran tingkat kesadaran kepada masyarakat.
4) Pendirian Bank Sampah; yang merupakan sebuah sistem pengelolaan
sampah berbasis kelompok masyarakat dengan mengumpulkan
berbagai jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, yang
diprogramkan untuk menampung sampah-sampah yang telah
dikumpulkan oleh masyarakat dan ditimbang pada Bank Sampah yang
dibayar sesuai dengan kilogram sampah yang terkumpul, jumlah
uangnya setiap hari di catat dan dilaporkan setiap bulan kepada
masyarakat berapa jumlah uang yang terkumpul dan uang tersebut
digunakan untuk pembayaran rekening listrik/air yang pembayarannya
langsung ke loket pembayaran kantor Camat Panakkukang.
Lokus 3 : Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal.
Badan Perizinan terpadu dan penananam modal(BPTPM) Kota Makassar
sebagai instansi yang memberikan jasa pelayanan publik disektor perizinan
sagat menyadari adanya kebutuhan dan tuntunan masyarakat akan pentingnya
iklim perijinan yang lebih kondusif, sebagai bentuk komitmen pemerintah Kota
Makassar dalam meningkatkan pelayan disektor periziinan. Maka Walikota
makassar menetapkan BPTPM sebagai tempat pelyanan perijinan dengan
sistem satu atap sesuai dengan Peraturan Walkota makassar no 20 tahun 2014
yang memuat tentang tata cara pemberian ijin melalui satu pintu pelayanan
berawal dan berakhir pada Badan perijinan Terpadu dan Penanaman Modal.
Maksud dan tujuan pembentukan BPTPM Kota Makassar adalah:
Mengoptimalkan pelayanan masyarakat
Menyederhanakan proses, efisiensi dan ketepatan waktu setiap pelayanan
Mewujudkan pelayanan berkelas dunia.
Bentuk pelayanan yang dialaksnakan oleh BPTPM Kota Makassar adalah :
Menerima berkas permohonan yang telah memenuhi persyaratan,
selanjutnya di proses hingga penerbitan ijin
Sebgai wujud nyata peningkatan pelayanan terhadap masyarakat BPTPM
telah menyediakan layanan pesan singkat melalui sms gateway untuk
mengetahui secara langsung sejauh mana keberadaan proses perijinan
yang dimohonkan.
Sementara, Kepala UPT-P2T, Muh Said Wahab mengatakan
keberadaan PTSP di Sulawesi Selatan memberikan impact yang sangat besar
terhadap dunia usaha di Sulawesi selatan, karena selain bertujuan untuk
penyederhanaan izin dalam rangka reformasi dalam maupun luar negeri, juga
untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Selatan.
Implementasi kegiatan best practice pengelolaan program adalah
sebagai berikut adalah sebagai berikut :
a. Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Makassar tidak
melakukan Penyertaan Modal Pemerintah secara langsung kepada BUMD
maupun Pihak ke III, melainkan hanya pada proses pemberian izin saja.
b. Pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sangat dipengaruhi oleh kebijakan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan kemudahan
pelayanan perizinan kepada para investor dalam melakukan investasi di
Kota Makassar, baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA)
maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA).