BAB. II

22
BAB II DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN A. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN Hasil keluaran kerja atau output yang akan didapatkan dari proyek perubahan ini adalah : Output Jangka Pendek : Terjalinnya konsolidasi dengan stakeholders; Tersedianya data base hardcopy menara telekomunikasi Terciptanya data base softcopy dengan digitasi menara telekmunikasi yang akurat Tersusunnya Draf Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh. Tersusunnya draf Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Output Jangka Menengah Terbitnya Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi di Kota Banda Aceh. Terbitnya Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi. Disosialisasikan Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi di Kota Banda Aceh.

description

bab ii

Transcript of BAB. II

Page 1: BAB.  II

BAB II

DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. OUTPUT KUNCI PROYEK PERUBAHAN

Hasil keluaran kerja atau output yang akan didapatkan dari proyek perubahan

ini adalah :

Output Jangka Pendek :

Terjalinnya konsolidasi dengan stakeholders;

Tersedianya data base hardcopy menara telekomunikasi

Terciptanya data base softcopy dengan digitasi menara telekmunikasi yang

akurat

Tersusunnya Draf Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara

telekomunikasi di Kota Banda Aceh.

Tersusunnya draf Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun Tahun 2014

tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Output Jangka Menengah

Terbitnya Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara Telekomunikasi

di Kota Banda Aceh.

Terbitnya Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Qanun Nomor 2

Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

Disosialisasikan Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara

Telekomunikasi di Kota Banda Aceh.

Disosialisasikan Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Qanun

Nomor 2 Tahun Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara

Telekomunikasi.

Terlaksananya monitoring dan evaluasi Pelaksanaan;

Output Jangka Panjang

Page 2: BAB.  II

tersedianya Data Base menara telekomunikasi secara sistem informasi

Manajemen geografis pemetaan tower BTS ((Base Transceiver Station) dengan

Google Earth menggunakan digitasi.

Implementasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara

telekomunikasi di Kota Banda Aceh, dan Peraturan Walikota tentang

Pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Pengelolaan Retribusi Menara Telekomunikasi

B. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN

Dalam pentahapan proyek perubahan ada tahapan-tahapan yang akan

ditarget dan harus dicapai sesuai dengan waktu yang ditentukan serta tepat

sasaran. Adapun tahapan-tahapan dalam proposal proyek perubahan ini yaitu :

Tabel II.1 Matriks Pelaksanaan Kegiatan

No. Nama Kegiatan

Waktu

(Minggu ke-)

Mei Juni

Agt

Sep

Okt

Nop Des

2016

1 2 3 4 5 6 7 8

Jangka Pendek sampai dengan akhir Diklat PIM III

1 Melakukan rapat internal dengan pokja dan Kepala Dinas

2 Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan stakeholders

3 Melakukan idintifikasi data base hardcopy

4 Melakukan survai lapangan

5 Melakukan Finalisasi Digitasi data base softcopy menara telekomunikasi

6

Merancang draf Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

7 Persutujuan Kepala Dinas

Jangka Menengah – pasca Diltat PIM III s/d akhir 2015

1 Penyempurnaan Draf hingga terwujudnya . Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan

Page 3: BAB.  II

No. Nama Kegiatan

Waktu

(Minggu ke-)

Mei Juni

Agt

Sep

Okt

Nop Des

2016

1 2 3 4 5 6 7 8

Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

2

Sosialisasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Menara telekomunikasi di Kota Banda Aceh dan Peraturan Walikota tentang Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

3 Monitoring dan evaluasi

Jangka Panjang Tahun 2016 s/d ada perubaham

1

Sebagai pedonam dan petunjuk pelaksaan dalam telekomunikasi di Kota Banda Aceh serta sebagai Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Retribusi PengendalianvMenara Telekomunikasi

2

implementasi Peraturan Walikota tentang Penyelenggaraan Pembanguan dan Pengendalian Perangkat dan Menara telekomunikasi di Kota Pedoman pelaksanaan Qanun Nomor 2 Tahun 2014 tentang Petunjuk Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Banda Aceh, dan Peraturan Walikota tentang

C. TATAKELOLA PROYEK PERUBAHAN

Tata kelola proyek perubahan berisi tentang struktur peran masing-

masing tim/orang yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek perubahan yaitu :

1. Kepala Dinas (Drs. Muzakkir, M.si) sebagai sponsor dan mentor proyek

perubahan berfungsi sebagai :

Pembimbing dan pengawas peserta secara profesional serta berperan

sebagai inspirator.

Memberikan dukungan penuh kepada peserta dalam merancang proyek

perubahan.

Page 4: BAB.  II

Membantu peserta dalam memetakan agenda proyek yang akan

dilaksanakan.

Menjelaskan kontrak penyelesaian tugas dan memfasilitasi peserta dalam

menyelesaikan masalah yang timbul selama pelaksanaan proyek.

2. Kabid Komitel (Jailani, S.Sos) sebagai Project Leader berfungsi sebagai :

Mempersiapkan (dokumen;instrumen;waktu) yang diperlukan dengan baik

sebelum bertemu mentor dan coach.

Berprakasa melakukan diskusi secara aktif dengan mentor dan coach serta

mengikuti arahan dan masukan mereka.

Menggalang kerja sama dan kesepakatan dengan stakeholder terkait baik

eksternal maupun internal

Membuat laporan kegiatantaking ownership dan laboratorium

kepemimpinan kepada penyelenggara.

3. Coach (T. Gazali, SE, M.Si) berfungsi sebagai :

Melakukan diskusi dan memberikan masukan dalam menyusun rancangan

proyek perubahan.

Memonitor kegiatan peserta selama tahap taking ownership dan tahap

laboratorium kepemimpinan.

Melakukan intervensi bila peserta mengalami permasalahan sebatas

kewenangan coach.

Melakukan komunikasi dengan mentor terkait kegiatan peserta selama

tahap taking ownership dan tahap laboratorium kepemimpinan.

4. Pokja I terdiri dari Kepala Seksi Bidang Komtel, Mempunyai tugas :

Mengidentifikasi permasalahan.

Menghimpun Database dari takeholders .

Verifikasi database dan finasliasai data bese secara manual.

Merancang Draf Perwal

5. Pokja II Kepala Bidang PSI dan Kepala seksi pada Bidang PSI, mempunyai

tugas

Survey lapangan untuk mengambil dokumentasi, menentukan titik koordinat

dan mendigitasikan pada Google Earth (By Name By Adrees)

Page 5: BAB.  II
Page 6: BAB.  II

Gambar II.2 Tata Kelola Proyek Perubahan

D. STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN

Stakeholder proyek perubahan merupakan individu atau instansi yang

memiliki kepentingan dan sedikit banyak pengaruh terhadap hasil akhir proyek

perubahan. Pengaruh tersebut dapat berupa positif atau yang mendukung jalannya

kegiatan dan pengaruh negatif atau yang menghambat jalannya kegiatan.

Stakeholder tersebut dapat berupa internal atau masih dalam satu instansi dan

eksternal yaitu instansi diluar lingkungan kerja atau instansi lainnya.

Pihak terkait (stakeholders) pada proyek perubahan ini dapat dikategorikan

berdasarkan 4 (empat) besar/kecil kekuatan (influence) dan ketertarikan (interest)

terhadap rencana proyek perubahan ini, yaitu:

Promoters, stakeholder dengan kekuatan dan ketertarikan yang besar yaitu

Kadishubkominfo Kota Banda Aceh, hal ini karena peranannya sebagai

Mentor yang banyak memberikan saran dan arahan;

Latens, stakeholders dengan kekuatan yang besar namun ketertarikan yang

kecil yaitu Asisten I, Sekdis kominfo, Kasi Postel,

Defenders, stakeholders dengan kekuatan yang kecil namun

ketertarikannya besar terhadap proyek perubahan yaitu Provider, Bidang Lain, Kasi

KABID KOMTEL

POKJA I POKJA II

KEPALA DINAS

COACH

Page 7: BAB.  II

Keterangan:: Stakeholders internal langsung : Stakeholders internal tidak langsung/koordinasi:Stakeholders eksternal langsung:Stakeholders eksternal tidak langsung/koordinasi

KABID KOMTEL

STAKEHOLDER EKSTERNAL

KASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

ASISTEN I

KASI KELEMBAGAAN

KEPALA DINAS

KASI SARANA KDI

SEKRETARIS DINAS

BIDANG LAINNYA

kelembagaan dan Komunikasi Sosial, Kasi sarana, Komunikasi dan Diseminasi

Informasi. Kolaborasi antar stakeholder pada proyek perubahan ini dapat dilihat

pada bagai alur dibawah ini:

Gambar II.3 Stakeholders pada Proyek Perubahan

E. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN PROYEK PERUBAHAN

Faktor kunci keberhasilan adalah faktor-faktor yang dianggap menjadi kunci

keberhasilan pencapaian tujuan proyek perubahan secara tepat sasaran dan tepat

waktu. Dalam proyek perubahan ini yang menjadi kunci utama keberhasilan digitasi

dan pengendalian menara telekomunikasi adalah :

Page 8: BAB.  II

- Kemampuan menjadi aktor proyek perubahan yang berintegritas dan mampu

mempengaruhi pihak lain untuk turut berpartisipasi mewujudkan tujuan;

- Mampu menciptakan koordinasi dan kolaborasi yang baik antar pihak yang

terkait (stakeholder);

- Adanya Tim Efektif yang mampu bekerja secara professional;

- Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan mampu mengembangkan

potensi diri di bidang Teknologi Informasi;

- Ketersediaan sarana dan prasarana;

- Melakukan monitoring dan evaluasi secara terus menerus.

F. TARGET CAPAIAN KINERJA

Dalam target pencapaian kinerja berisi tentang pencapaian target kerja

secara kuantitatif atau presentase pencapaian output kinerja sesuai kriteria

keberhasilan. Dalam target pencapaian kinerja akan lebih mudah dengan

penerapan sistem skoring.

Tabel II.2 Contoh Skoring Capaian Kinerja

No. Kegiatan PelaksanaanTarget (Hari)

Presentasi Capaian

Keterangan

1Melakukan rapat internal dengan pokja dan Kepala Dinas

7 5

2Melakukan konsolidasi dan koordinasi dengan stakeholders

7 5

3Melakukan idintifikasi data base awal dan finaliasasi data base manual

25

4 Melakukan survai lapangan 30 30

5Melakukan Finalisasi Digitasi data base menara telekomunikasi

2 10

6Merancang draf Peraturan Walikota

7 25

7 Persutujuan Kepala Dinas 1 10

TOTAL 55 100%

Page 9: BAB.  II

G. ADOPSI HASIL BANCHMARKING KE BEST PRACTICE

1. Uraian Singkat Manfaat dan Tujuan Benchmarking

Benchmarking merupakan bagian dari pembelajaran Diklat

Kepemimpinan Tingkat III angkatan I Tahun 2015 termasuk yaitu melakukan

kunjungan lapangan sebagai upaya memperoleh input best practice dalam

pengelolaan kegiatan obyek benchmarking, yakni suatu lokus (Daerah/instansi)

tertentu yang diharapkan mempunyai keterkaitan erat dengan tugas penyusunan

rancangan proyek perubahan instansional peserta.

Tujuan Benchmarking untuk menentukan kunci atau rahasia sukses dari

(Daerah/instansi) yang dianggap mempunyai nilai plus, kemudian

mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih baik untuk diterapkan,

pengertian benchmarking secara sederhana adalah suatu proses

membandingkan dan mengukur suatu kegiatan organisasi terhadap proses

operasi yang terbaik sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja organisasi.

Keadaan ini penting untuk memungkinkan organisasi dapat membandingkan

dengan organisasi kompetitor dan selanjutnya menjadi alat strategi bagi.

Benchmarking yang dilakukan dengan memilih ke best practice antara lain

mengunjungi  lokus sebagai mitra Benchmarking sebagai inspirator rencana

project charter yang akan dilakukan. Lokus yang akan dikunjungi adalah

Pemerintah kota Makasar.

Ruang lingkup yang akan dilaksanakan dalam kegiatan Benchmarking

adalah berfokus pada pengelolaan/pelaksanaan kegiatan instansi. kegiata-

kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran organisasi.

Hasil yang diharapkan dari kegiatan Benchmarking yaitu peserta diklat

Kepemimpinan Tingkat III angkatan I Tahun 2015 Pemerintah Kota Banda Aceh

dapat memiliki kemampuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi best practice

guna memantapkan rancangan proyek perubahan dan memperlancar

implementasi proyek perubahan instansional.

Page 10: BAB.  II

2. Pemilihan Mitra Benchmarking

Kota Makassar merupakan kota terbesar keempat di Indonesia dan

terbesar di Kawasan Timur Indonesia memiliki luas areal 175,79 km2 dengan

penduduk 1.112.688, sehingga kota ini sudah menjadi kota Metropolitan.

Sebagai pusat pelayanan di KTI, Kota Makassar berperan sebagai pusat

perdagangan dan jasa, pusat kegiatan industri, pusat kegiatan pemerintahan,

simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat, laut maupun udara

dan pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Luas Wilayah Kota Makassar

secara administrasi kota ini terdiri dari 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Kota

ini berada pada ketinggian antara 0-25 m dari permukaan laut. Penduduk Kota

Makassar pada tahun 2000 adalah 1.130.384 jiwa yang terdiri dari laki-laki

557.050 jiwa dan perempuan 573.334 jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 1,65

%. Masyarakat Kota Makassar terdiri dari beberapa etnis yang hidup

berdampingan secara damai seperti Etnis Bugis,etnis Makassar, etnis Cina,

etnis Toraja, etnis Mandar dll.

Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir pantai

barat Sulawesi, Selatan pada koordinat 119°18'27,97" 119°32'31,03" Bujur

Timur dan 5°00'30,18" -5°14'6,49" Lintang Selatan dengan luas wilayah 175.77

km2 dengan batas-batas berikut: : ƒ

Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan

Batas Selatan : Kabupaten Gowa

Batas Timur : Kabupaten Maros

Batas Barat : Selat Makasar

Secara administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142

Kelurahan dengan 885 RW dan 4446 RT Ketinggian Kota Makassar bervariasi

antara 0 - 25 meter dari permukaan laut, dengan suhu udara antara 20° C

sampai dengan 32° C . Kota Makssar diapit dua buah sungai yaitu: Sungai Tallo

yang bermuara disebelah utara kota dan Sungai Jeneberang bermuara pada

bagian selatan kota.

Page 11: BAB.  II

3. LOKUS BENCHMARKING

Lokus 1. Badan Penanggulangan Bencana Daerah

Badan Penanggulangan Bencana DaerahKota Makassar dibentuk

berdasarkan Peraturan Walikota Makassar Nomor 20 Tahun 2010 tanggal 14

Juli 2010 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Badan

Penanggulangan Bencana Daerah Kota Makassar,

Visi :

Menyelenggarakan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,

terkoordinasi, dan menyeluruh.

Mengembangkan kapasitas Penanggulangan bencana yang handal cepat,

tepat, akurat, dan konprehensif.

Mengembangkan peran kelembagaan masyarakat dalam penyelenggaraan

penanganan penanggulangan.

Misi :

“Mewujudkan Kota Makassar Tangguh Terhadap Bencana Menuju Kota

Dunia”, Visi ini dimaksud untuk memberikan pandangan jauh ke masa depan

tentang apa yang hendak dicapai yang berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan

dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakati terutama

menghadapi bencana yang terjadi.

Sasaran :

Tersedianya rencana strategi penanggulangan bencana Kota Makassar

secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh pada setiap

kecamatan,

Tersedianya kebijakan penanggulangan bencana di Kota Makassar,

Meningkatkan partisipasi (inisiatif) atau kesadaran dan kepedulian serta

ketangguhan masyarakat terhadap bencana,

Tersedianya rencana strategi kesiapsiagaan pengurangan resiko bencana

bencana Kota Makassar secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan

menyeluruh,

Tersedianya peralatan pendukung dalam penanganan bencana,

Tersedianya logistik penanganan bencana,

Page 12: BAB.  II

Terlaksananya penilaian kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca

bencana,

Terlaksananya rehabilitasi dan rekonstruksi Sarpras pasca bencana secara

komprehensif,

Meningkatnya Pelayanan Administrasi Perkantoran untuk menunjang tupoksi

BPBD, dan

Peningkatan sistem perencanaan, monitoring dan Sistem Evaluasi kinerja

BPBD Kota Makassar’

Beberapa langkah tersebut dijabarkan kedalam program dan kegiatan

yang telah disusun diantaranya yaitu:

1) Melakukan pemetaan wilayah rawan bencana.

Pemetaan Wilayah rawan bencana dimaksudkan untuk mengetahui kondisi

geologi dan potensi bencana alam geologi dilokasi bencana. Tujuan

pemetaan rawan bencana adalah untuk mengumpulkan data skunder yang

meliputi data geologi dilokasi bencana, mengindetifikasi karakteristik

kawasan bencana untuk menyusun laporan kawasan bencana, hal ini

dimaksudkan untuk keperluan dalam rangka memberikan sebuah “early

Warning System” bagi masayarakt mengenai lokasi-lokasi yang dianggap

beresiko tinggi terhadap bencana dan lokasi-lokasi yang aman dari bencana,

sehingga diharapkan dari informasi tersebut dapat dilakukan langkah-

langkah yang tepat bagi perencanaan tanggap darurat bencana dan atisipasi

terhadap terjadi bencana yang berulang.

2) Melakukan kerjasama dengan pihak NGO diantaranya Oxfam, Ausaid dan

Bak BRI.

Kerjasama pihak lain yang melibatkan LSM dan lembaga sosial lainya sangat

diperlukan dalam rangka rehabilitasi terhadap korban bencana, sehingga

diharapakan masyarakat mampu bangkit dari keterpurukan setelah bencana.

Kota Makassar selama ini telah membangun kerjasama baik dengan LSM

maupun lebaga sosial seperti Oxfam, Ausaid dan Bank BRI. Adapun

program yang dilakukan adalah dengan cara penggunaan teknologi yang

disertai keterpaduan dengan pasar, .dengan harapan adanya prosedur

Page 13: BAB.  II

pemberian bantuan tanggap darurat bencana dengan teknologi dan pasar

dalam lingkup Pemerintah kota Makassar yang handal, cepat, tepat, aman,

nyaman, berdayaguna dan berhasilguna dengan meminimalisir penggunaan

sumber daya tenaga, pergudangan dan mobilisasi barang-barang ke lokasi

penampungan korban bencana

3) Menetapkan tempat pengungsian bagi korban bencana.serta menyediakan

bahan kebutuhan pokok bagi korban bencana.

Salah satu hal terpenting ketika bencana terjadi adalah bagaimana

masayarakat mengetahui tempat relokasi yang aman untuk berlidung ketika

bencana terjadi. Pemerintah Kota Makassar melalui Bandan

Penanggulangan Bencana Daerah telah menetapkan lokasi untuk relokasi

bagi masayarakat ketika terjadi bencana serta memenuhi segala sarana dan

prasarana selama tanggap darurat berlangsung. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah penanganan/pengusian korban bencana serta dapat

mengurangi jatuhnya korban jiwa ketika terjadinya bencana serta

4) Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat terhadap kegiatan tanggap

darurat dalam rangka menghadapi bencana.

Sosialisasi kepada masayarakat yang dilakukan oleh BPBD Kota Makassar

merupakan salah satu factor penting, sehingga masyarakat paham apa yang

harus dilakukan ketika terjadinya bencana, hal ini juga dimaksudnya untuk

mempermudah pemerintah dalam menangani korban berencana sehingga

apa yang telah di programkan dalam rangka penanganan korban bencana

dapat terlaksana sebagimana yang telah disusun dalam SOP Pemerintah

Kota Makssar dan diharapkan masayarakat dapat menerima pelayanan

terbaik dari pemerintah baik ketika bencana maupun dalam pelaksanaan

tanggap darurat serta penanganan rehabilitasi masyarakat korban bencana.

5) Mengalokasikan dana untuk tanggap darurat korban bencana.

Kemudahan pencairan dana tanggap darurat ketika terjadi bencana

sangatlah dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan korban bencana sehingga

dapat bertahan hidup dalam masa tanggap darurat bencana. Untuk itu

pemerintah Kota Makassar telah melakukan langkah yang tepat dengan

Page 14: BAB.  II

mengalokasikan dana untuk tanggap darurat korban bencana dan telah

mempermudah mekanisme pencairan terhadap dana tanggap darurat

tersebut.

Lokus 2 : Kecamatan Panakkukang Kota Makassar

Kecamatan Panakkukang adalah salah satu dari beberapa Kecamatan di

Kota Makassar, dengan jumlah penduduk 147 ribu jiwa dengan 11 Kelurahan

dan 2 (dua) Desa yang tetap dipertahankan kelestarian adat dan istiadatnya.

Kecamatan Panakkukang yang dipimpin oleh seorang Camat yang

memiliki komitmen dan integritas didalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya terhadap pelayanan kepada masyarakat. Dalam

melaksanakan tugas dan kewenangannya Camat dibantu oleh Sekretaris, para

Kasi dan staf.

Camat Panakkukang dalam pelaksanaan kewenangan yang diberikan

oleh Walikota Banda Aceh untuk pelaksanaan proses pelayanan, yaitu

pelayanan terpadu lebih dikenal dengan pelayanan PATEN atau pelayanan

ISO 9001-2008 yang merupakan Kecamatan Pertama di Indonesia yang

menerapkannya sejak Tahun 2012 sampai dengan sekarang.

Adapun jenis pelayanan yang dilaksanakan di Kecamatan Panakkukang

meliputi atas :

Pelayanan KTP, adalah pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk,

yang dilakukan dengan berpedoman kepada Standar Pelayanan

Operasional (SOP) yang telah ditetapkan.

Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga, adalah pelayanan pembuatan

Kartu Keluarga, yang dilakukan dengan berpedoman kepada Standar

Pelayanan Operasional (SOP) yang telah ditetapkan.

Pelayanan Pengurusan STNK, adalah pelayanan pembuatan STNK yang

merupakan program kerjasama dengan Kantor SAMSAT Propinsi , yang

dilakukan dengan berpedoman kepada Standar Pelayanan Operasional

(SOP) yang telah ditetapkan.

Page 15: BAB.  II

Pelayanan Persampahan, dengan merumuskan langkah-langkah untuk

mengurangi sampah yang ada dalam lingkungan Kecamatan Panakkukang

melalui :

1) Sistem Keluar, yaitu sistem pengambilan sampah yang dilakukan dengan

mengunakan Becak yang bisa masuk keluar gang dan jalan pada

perumahan penduduk.

2) Sistem Penyisiran, yaitu pengambilan sampah yang difokuskan pada

titik-titik yang tidak tersetuh sistem keluar.

3) Sistem Pelayanan dengan mobil khusus, yaitu pengambilan sampah

dengan mengunakan 3 (tiga) mobil untuk pengambilan sampah yang

sudah dilakukan pemilahan oleh warga masyarakat dan dimasukkan

dalam kantong plastik. Petugas tidak akan mengambil sampah jika

sampah tidak dimasukkan dalam kantong plastik, ini merupakan upaya

pembelajaran tingkat kesadaran kepada masyarakat.

4) Pendirian Bank Sampah; yang merupakan sebuah sistem pengelolaan

sampah berbasis kelompok masyarakat dengan mengumpulkan

berbagai jenis sampah yang masih memiliki nilai ekonomis, yang

diprogramkan untuk menampung sampah-sampah yang telah

dikumpulkan oleh masyarakat dan ditimbang pada Bank Sampah yang

dibayar sesuai dengan kilogram sampah yang terkumpul, jumlah

uangnya setiap hari di catat dan dilaporkan setiap bulan kepada

masyarakat berapa jumlah uang yang terkumpul dan uang tersebut

digunakan untuk pembayaran rekening listrik/air yang pembayarannya

langsung ke loket pembayaran kantor Camat Panakkukang.

Lokus 3 : Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal.

Badan Perizinan terpadu dan penananam modal(BPTPM) Kota Makassar

sebagai instansi yang memberikan jasa pelayanan publik disektor perizinan

sagat menyadari adanya kebutuhan dan tuntunan masyarakat akan pentingnya

iklim perijinan yang lebih kondusif, sebagai bentuk komitmen pemerintah Kota

Makassar dalam meningkatkan pelayan disektor periziinan. Maka Walikota

Page 16: BAB.  II

makassar menetapkan BPTPM sebagai tempat pelyanan perijinan dengan

sistem satu atap sesuai dengan Peraturan Walkota makassar no 20 tahun 2014

yang memuat tentang tata cara pemberian ijin melalui satu pintu pelayanan

berawal dan berakhir pada Badan perijinan Terpadu dan Penanaman Modal.

Maksud dan tujuan pembentukan BPTPM Kota Makassar adalah:

Mengoptimalkan pelayanan masyarakat

Menyederhanakan proses, efisiensi dan ketepatan waktu setiap pelayanan

Mewujudkan pelayanan berkelas dunia.

Bentuk pelayanan yang dialaksnakan oleh BPTPM Kota Makassar adalah :

Menerima berkas permohonan yang telah memenuhi persyaratan,

selanjutnya di proses hingga penerbitan ijin

Sebgai wujud nyata peningkatan pelayanan terhadap masyarakat BPTPM

telah menyediakan layanan pesan singkat melalui sms gateway untuk

mengetahui secara langsung sejauh mana keberadaan proses perijinan

yang dimohonkan.

Sementara, Kepala UPT-P2T, Muh Said Wahab mengatakan

keberadaan PTSP di Sulawesi Selatan memberikan impact yang sangat besar

terhadap dunia usaha di Sulawesi selatan, karena selain bertujuan untuk

penyederhanaan izin dalam rangka reformasi dalam maupun luar negeri, juga

untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Selatan.

Implementasi kegiatan best practice pengelolaan program adalah

sebagai berikut adalah sebagai berikut :

a. Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kota Makassar tidak

melakukan Penyertaan Modal Pemerintah secara langsung kepada BUMD

maupun Pihak ke III, melainkan hanya pada proses pemberian izin saja.

b. Pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sangat dipengaruhi oleh kebijakan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dalam memberikan kemudahan

pelayanan perizinan kepada para investor dalam melakukan investasi di

Kota Makassar, baik dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA)

maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA).