BAB II

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Mekanisme persepsi merupakan suatu peristiwa psikologi dan proses eksternal yang membangkitkan persepsi yang mempengaruhi mata, saraf di bagian visual cortex, yang memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh susunan saraf pusat. Menurut Eko Hadi Wiyono (2007: 481) dalam bukunya: ”Persepsi adalah anggapan langsung atas sesuatu” Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa: ”Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu.” Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat ingatan organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mencetuskan suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi. Dalam keterkaitan proses persepsi ada 3 komponen yang sangat terkait diantaranya: 1. Pembelajaran dari pengalaman organisme terhadap stimulus 2. Ingatan dari organisme 3. Through dari komponen satu dan dua (Pembelajaran dan Ingatan). Berdasarkan penjelasan keterkaitan proses persepsi maka organisme/individu harus menerima informasi terlebih dahulu sebelumnya, dimana informasi yang dibutuhkan adalah informasi mengenai bagi hasil. Hal ini dibutuhkan agar organisme/individu dapat memahami informasi yang diproses bersamaan dengan ingatan organisme/individu tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya sebagai berikut:

description

Akk

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Persepsi

Mekanisme persepsi merupakan suatu peristiwa psikologi dan proses

eksternal yang membangkitkan persepsi yang mempengaruhi mata, saraf di bagian

visual cortex, yang memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan

dipengaruhi oleh susunan saraf pusat.

Menurut Eko Hadi Wiyono (2007: 481) dalam bukunya:

”Persepsi adalah anggapan langsung atas sesuatu”

Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa:

”Persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang

individu.”

Manusia secara umum menerima informasi dari lingkungan lewat proses

yang sama, oleh karena itu dalam memahami persepsi harus ada proses di mana ada

informasi yang di peroleh lewat ingatan organisme yang hidup. Fakta ini

memudahkan peningkatan persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi

individu yang mencetuskan suatu pengalaman dari organisme, sehingga timbul

berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi.

Dalam keterkaitan proses persepsi ada 3 komponen yang sangat terkait

diantaranya:

1. Pembelajaran dari pengalaman organisme terhadap stimulus

2. Ingatan dari organisme

3. Through dari komponen satu dan dua (Pembelajaran dan Ingatan).

Berdasarkan penjelasan keterkaitan proses persepsi maka organisme/individu

harus menerima informasi terlebih dahulu sebelumnya, dimana informasi yang

dibutuhkan adalah informasi mengenai bagi hasil. Hal ini dibutuhkan agar

organisme/individu dapat memahami informasi yang diproses bersamaan dengan

ingatan organisme/individu tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, diantaranya sebagai berikut:

Page 2: BAB II

1. Faktor Eksternal atau dari luar :

- Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di

persepsikan dibandingkan dengan yang objektif .

- Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk

dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama.

- Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk

menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan

gerakan yang lambat.

- Conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu,

deringan telepon dan lain lain.

2. Faktor Internal

- Motivasi, misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon

terhadap istirahat

- Menarik, hal hal yang menarik lebih di perhatikan daripada yang

tidak menarik.

- Kebutuhan, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat

perhatian.

- Asumsi, juga mempengaruhi persepsi sesuai dengan pengalaman

melihat, merasakan dan lain-lain.

Bagi Hasil

2.2.1 Pengertian Bagi Hasil

Menurut Muhammad (2005: 176):

”Bagi hasil adalah sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha

antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat

terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan

nasabah penerima dana.”

Sedangkan menurut Ach. Bakhrul Muchtasib (Tanpa Tahun Terbit:

http://www.pkes.org/file/publication/bagi%20hasil%20in%20concept.doc):

”Bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan

bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut

diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat

antara kedua belah pihak atau lebih.”

Page 3: BAB II

Berdasarkan kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bagi

hasil merupakan perjanjian atau ikatan yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha

antara penyedia dana dan pengelola dana. Bagi hasil dalam sistem perbankan

syari‟ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam

aturan syari‟ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan

terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi

hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus

terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya

unsur paksaan.

Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan

syari‟ah terdiri dari dua sistem, yaitu:

1. Profit Sharing

Profit sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam

kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan

yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari

biaya total (total cost).

Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan

kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah

yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan

sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil

usaha yang telah dilakukan.

Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari

perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur)

dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat

kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua

pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha

mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing.

Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya

secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan

upah/hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.

Page 4: BAB II

Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian

setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah

dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif,

artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi

biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance.

Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan

lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.

2. Revenue Sharing

Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu,

revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kata

kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian

hasil, penghasilan atau pendapatan.

Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima

oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services)

yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue).

Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian

antara jumlah out put yang dihasilkan dari kagiatan produksi dikalikan dengan harga

barang atau jasa dari suatu produksi tersebut.

Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total

cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit)

dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan.

Berdasarkan definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti revenue

pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam

kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang

ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat di dalam

revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil

pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital)

ditambah dengan keuntungannya (profit).

Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud dengan

revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank yang diterima dari

Page 5: BAB II

penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh

bank.

Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari

penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana

bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva

produktif dengan hasil penerimaan bank.

Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah

Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan

pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana. Lebih jelasnya

Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan

kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-

biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem

revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung

berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi

hasil untuk produk pendanaan bank.

2.3 Bunga

2.3.1 Pengertian Bunga

Dalam bunga di bank konvensional dapat disebut sebagai balas jasa yang

diberikan oleh pihak bank kepada nasabahnya karena telah mempercayai bank untuk

menyimpan uangnya di bank dan bila dilihat dari sisi bank sebagai penyedia kredit

maka pihak bank yang akan mendapatkan balas jasa dari nasabah berupa bunga.

Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada dua macam bunga

yang diberikan kepada nasabah yaitu: Pertama adalah bunga simpanan yaitu bunga

yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan

uang di Bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada

nasabahnya, seperti jasa giro, bunga tabungan serta bunga deposito dan harga ini

bagi bank merupakan harga beli. Kedua adalah bunga pinjaman yaitu bunga yang

diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah

pemnjam kepada bank seperti bunga keredit dan harga ini bagi bank merupakan

harga jual.

Page 6: BAB II

Pada dasarnya suku bunga menurut Myers (1999) dapat dibedakan menjadi

suku bunga sederhana dan suku bunga majemuk. Suku buga sederhana mengambil

asumsi bahwa yang diinvestasikan. Kenyataannya, semua pelaku bisnis di bidang

keuangan menggunakan suku bunga majemuk.

Keynes dalam teorinya menyebutkan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh

permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif seseorang bersedia

untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan spekulasi

(Boediono, 1982). Tiga motif itulah yang merupakan sumber timbulnya permintaan

uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut

teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang menginginkan

dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif tersebut.

Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan

orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan akan

uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 1982). Permintaan besar apabila tingkat

bunga tinggi dan permintaan kecil apabila tingkat bunga rendah. Tabungan, menurut

teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi

pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat

bunga tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi

pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Dasar-Dasar Penetapan Tingkat Suku Bunga

Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, pengertian dari tingkat bunga

akan dikaitkan dengan dua subyek yaitu pemilik modal dan pemakai modal. Dalam

transaksi negosiasi antara kedua belah pihak, tentu saja pemilik modal menginginkan

tingkat bunga setinggi-tingginya . Secara umum tingkat bunga dapat dikatakan

sebagai harga uang yang ditetapkan dari transaksi antara penawaran dan permintaan

uang. Besarnya penawaran dan permintaan dari uang tersebut juga dipengaruhi oleh

besarnya arus uang beredar.

Faktor utama yang mempengaruhi besarnya tingkat bunga yaitu

perkembangan ekonomi, kebijakan pemerintah. Menurut Kasmir (2003) dalam

bukunya “Manajemen Perbankan” suatu bank dalam menetapkan tingkat bunga

deposito akan dipengaruhi oleh hal sebagai berikut:

Page 7: BAB II

a. Faktor Fundamental

1. Keadaan ekonomi dan keuangan nasional

Suatu kondisi yang berhubungan dengan tingkat penawaran dan

permintaan uang, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap inflasi dan

suku bunga deposito. Ilustrasi dapat dimisalkan seperti bank cenderung untuk

menaikkan tingkat suku bunga depositonya jika penawaran masyarakat akan

dana rendah, sehingga untuk mengantisipasinya keadaan semacam itu bank

menawarkan tingkat deposito yang tinggi.

2. Kebijakan pemerintah

Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman

bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

Artinya ada batasan maksimal dan batas minimal untuk suku bunga yang

dipinjamkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersaing secara sehat.

3. Persaingan

Dalam menarik konsumen agar menyimpan uang dan melakukan

pinjaman kepada sebuah bank, maka yang seharusnya dilakukan bank

tersebut adalah memperhatikan bunga simpanan dan bunga pinjaman yang

ditawarkan oleh pesaing. Dimana bila pesaing member harga untuk bunga

simpanan sebesar 15% per tahun maka hendaknya bank yang bersangkutan

memberikan harga diatas harga pesaing, namun dengan tetap memperhatikan

harga bunga simpanan yang telah ditetapkan oleh BI.

4. Jangka waktu

Bunga merupakan jasa bank terhadap deposan yang telah menyimpan

dananya di bank yang pada umumnya semakin lama jangka waktu simpanan

maka semakin tinggi pula suku bunga yang akan diperoleh deposan.

5. Keadaan intern bank

Terlihat pada komposisi dana bank, kebutuhan dana bank dan kebijakan

intern bank. Pada umumnya dana bank berasal dari pihak ketiga. Berdasarkan

hal tersebut hendaknya bank dalam menentukan tingkat suku bunga deposito

harus tetap memperhatikan pula tingkat suku bunga produk lain.

Page 8: BAB II

b. Faktor Teknis

Secara teknis perkembangan tingkat suku bunga dilihat dari

pergerakannya, yaitu:

1. Secular

Merupakan pergerakan suku bunga yang terjadi atas beberapa lingkaran

usaha dalam kurun waktu 10-40 tahun. Pengamatan pada pergerakan tingkat

suku bunga ini berguna untuk mengamati pergerakan tingkat suku bunga

jangka panjang.

2. Cyclical

Merupakan pergerakan suku bunga yang menjadi bagian dari secular

dimana terjadi dalam kurun 3-5 tahun. Pergerakan ini bermanfaat untuk

memperkirakan perkembangan tingkat suku bunga dalam jangka menengah.

3. Seasonal and Random

Merupakan pergerakan tingkat suku bunga yang dipengaruhi oleh suatu

kejadian luar biasa seperti adanya perang, bencana alam, dll.

2.4 Pengertian Minat

Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 744):

”Kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.”

Menurut Eko Hadi Wiyono (2007: 406):

”Minat merupakan keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan hati yang

sangat tinggi terhadap sesuatu.”

Menurut John Holland (2008: http://www. bpkpenabur.or.id/files/hal. 17-

35%20penguatan%20membaca.pdf):

”Minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan

ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat

menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan

termotivasi untuk mempelajari dan menunjukkan kinerja yang tinggi.”

Berdasarkan pernyataan diatas minat itu timbul didahului oleh pengetahuan

dan informasi, kemudian disertai dengan rasa senang dan timbul perhatian

terhadapnya serta ada hasrat dan keinginan untuk melakukannya.

Page 9: BAB II

Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian minat, maka dapat

disimpulkan bahwa minat merupakan:

1. Kecenderungan untuk memikirkan dalam jiwa seseorang.

2. Adanya pemusatan penelitian dari individu.

3. Rasa senang yang timbul dalam diri individu terhadap objek.

4. Keinginan dalam diri individu untuk mengetahui, melakukan dan

membuktikan lebih lanjut.

5. Pemusatan pikiran, perasaan dan kemauan terhadap objek karena menarik

perhatian.

Jadi dengan kata lain bahwa minat timbul didahului oleh pengetahuan dan

informasi, kemudian disertai dengan rasa senang dan timbul perhatian terhadapnya

serta ada hasrat dan keinginan untuk melakukannya.

Minat menurut Hurlock (1995: 117) terbagi menjadi 3 aspek, yaitu:

a) Aspek kognitif

Berdasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang pernah dipelajari baik

di rumah, sekolah dan masyarakat dan berbagai jenis media massa.

b) Aspek Afektif

Konsep yang membangun aspek kognitif, minat dinyatakan dalam sikap

terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat.

Berkembang dari pengalaman pribadi dari sikap orang yang penting yaitu,

orang tua, guru dan teman sebaya terhadap kegiatan yang berkaitan

dengan minat tersebut dan dari sikap yang dinyatakan atau tersirat dalam

berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

c) Aspek Psikomotor

Berjalan dengan lancar tanpa perlu pemikiran lagi, urutannya tepat.

Namun kemajuan tetap memungkinkan sehingga keluwesan dan

keunggulan meningkat meskipun ini semua berjalan lambat.”

Jika seseorang sangat menginginkan objek minat dalam waktu segera. Minat

dapat ditimbulkan dengan cara (Effendi, 1993: 72):

a) Membangkitkan suatu kebutuhan.

b) Menghubungkan dengan pengalaman yang lampau.

c) Memberikan kesempatan untuk mendapat hasil yang lebih baik.

Page 10: BAB II

Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat:

a) Status ekonomi

Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat

mereka untuk mencakup hal yang semula belum mampu mereka

laksanakan. Sebaliknya kalau status ekonomi mengalami kemunduran

karena tanggung jawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka

orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.

b) Pendidikan

Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang dimiliki

seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek yang

dilakukan. Seperti yang dikutip Notoatmojo, 1997 dari L.W. Green

mengatakan bahwa “Jika ada seseorang yang mempunyai pengetahuan

yang baik, maka ia mencari pelayanan yang lebih kompeten atau lebih

aman baginya”. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan

kesehatan akan mempengaruhi pemanfaatan fasilitas pelayanan yang ada

sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan mereka.

c) Tempat tinggal

Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginan yang biasa

mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau

tidak.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan perusahaan riset marketing Asto S

Subroto (2008: www.marsindonesia.com), diungkapkan:

”Ternyata faktor utama nasabah memilih bank syariah adalah keuntungan

emosional atau emotional benefit. Hal ini tercermin dari dua alasan terbesar

nasabah, yaitu kesesuaian dengan syariat Islam dan keinginan agar terhindar

dari riba. Sementara sisanya, merupakan faktor yang bersifat keuntungan

fungsional yang mendasar atau functional benefit. Seperti keamanan,

kedekatan lokasi, bagi hasil, dan kualitas layanan.”

Hasil riset diatas didukung dengan beberapa pendapat para ahli, seperti

menurut Moh Khoiruddin (tanpa tahun terbit: 2):

“Sebagai proses pengambilan keputusan, perilaku konsumen untuk menjadi

nasabah sangat dipengaruhi oleh faktor intern, seperti sikap, persepsi,

Page 11: BAB II

motivasi, dan faktor ekstern, seperti pengaruh kelompok referensi,

pendidikan, kondisi sosial dan keluarga.”

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

minat yang juga didukung oleh beberapa riset adalah seperti di bawah ini:

1. Faktor dorongan dari dalam (intern) meliputi sikap, persepsi, dan

motivasi.

2. Faktor motivasi sosial (ekstern) meliputi pengaruh kelompok referensi,

pendidikan, kondisi sosial dan keluarga.

3. Faktor emosional (emotional benefit) meliputi kesesuaian dengan syariat

Islam dan keinginan agar terhindar dari riba.

2.5 Pengertian Mahasiswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 613):

“Mahasiswa merupakan orang yang belajar di perguruan tinggi.”

Mahasiswa secara harfiah adalah orang yang belajar di perguruan tinggi entah

di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di

perguruan tinggi otomatis dapat disebut sebagai mahasiswa.

Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di

masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu

berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh

kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb. Sehingga mahasiswa

dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme adalah suatu kebenaran

yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor

eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.

Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan

sejarah perubahan selalu menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan.

Mahasiswa di kenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan yang tulus tanpa

pamrih . Namun hanya sedikit rakyat Indonesia yang dapat merasakan dan punya

kesempatan memperoleh perndidikan hingga ke jenjang ini karena system

perekomian di Indonesia yang kapitalis serta biaya pendidikan yang begitu mahal

sehingga kemiskinan menjadi bagian hidup rakyat ini .

Page 12: BAB II

Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan yang dimiliki oleh mahasiswa,

tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya mementingkan kebutuhan dirinya sendiri

tanpa memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah

bukan siswa yang tugasnya hanya belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah.

Mahasiswa memiliki tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan

berarti memisahkan diri dari masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal

peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan

kontribusi mahasiswa tersebut.

Fungsi Mahasiswa

Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu

membentuk manusisa susila dan demokrat yang :

1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat

2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan

3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat

Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa

tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal

tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu

sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan

dirinya.

Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap

masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan

sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari

pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka

mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih

lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya.

Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa

menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.

Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu,

ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana

Page 13: BAB II

mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya

kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.

Peran Mahasiswa

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa

disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa.

Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran

mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya. Sehingga

mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat

dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan

sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan

keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya.

Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan

melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah

yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi

di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab

berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan

sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu

menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang

kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari

masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan”

maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti

masyarakat.

2.6 Pengertian Nasabah

Pengertian nasabah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah:

“Akad pihak yang menggunakan jasa Bank Syariah dan/atau Unit Usaha

Syariah.”

Page 14: BAB II

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 775):

“Orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan bank (dalam

hal keuangan).”

Menurut Eko Hadi Wiyono (2007: 424):

“Orang yang menjadi pelanggan (menabung, dsb) di bank.”

Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/7/PBI/2005

tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah:

“Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang

tidak memiliki rekening namun memanfaatkan jasa bank untuk melakukan

transaksi keuangan (walk-in costumer).”

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa nasabah merupakan pihak yang menggunakan jasa bank dalam hal keuangan.

2.7 Bank Syariah

2.7.1 Pengertian Bank Syariah

Pengertian Bank Syariah menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah:

“Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah.”

Menurut Institut Manajemen Bina Mulia Consulting Centre (2008: 4):

“Bank syariah ialah bank yang berasaskan, antara lain, pada asas kemitraan,

keadilan, transparansi dan universal serta melakukan kegiatan usaha

perbankan berdasarkan prinsip syariah.”

Menurut Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo (2005: 33):

“Bank syariah atau bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah Islam.”

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya

adalah bank yang dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam,

khususnya yang menyangkut tata-cara bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara

bermuamalah itu dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-

unsur riba, untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan

Page 15: BAB II

pembiayaan perdagangan atau praktik-praktik usaha yang dilakukan di zaman

Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya, tetapi tidak

dilarang oleh beliau.

Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai seluruh hubungan

transaksinya adalah efisiensi, keadilan, dan kebersamaan. Efisiensi mengacu pada

prinsip saling membantu secara sinergis untuk memperoleh keuntungan sebesar

mungkin. Keadilan mengacu pada hubungan yang tidak dicurangi, ikhlas, dengan

persetujuan yang matang atas proporsi masukan dan keluarannya. Kebersamaan

mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasihat untuk saling

meningkatkan produktivitas.

Bisnis berdasarkan syariah di negeri ini tampak mulai tumbuh. Pertumbuhan

itu tampak jelas pada sektor keuangan. Di mana kita telah mencatat tiga bank umum

syariah, 78 BPR Syariah, dan lebih dari 2.000 unit Baitul Maal wa Tamwil (Lembaga

Keuangan Mikro Syariah seperti BMT). Lembaga ini telah mengelola berjuta bahkan

bermiliar rupiah dana masyarakat sesuai dengan prinsip syariah. Lembaga keuangan

tersebut harus beroperasi secara ketat berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip ini

sangat berbeda dengan prinsip yang dianut oleh lembaga keuangan non-syariah.

Menurut Muhamad, (2000: 25):

“Adapun prinsip-prinsip yang dirujuk adalah:

1. Larangan menerapkan bunga pada semua bentuk dan jemis transaksi.

2. Menjalankan bisnis dan perdagangan berdasarkan pada kewajaran dan

keuntungan yang halal.

3. Mengeluarkan zakat dari hasil kegiatannya.

4. Larangan menjalankan monopoli.

5. Bekerjasama dalam membangun masyarakat, melalui aktivitas bisnis dan

perdagangan yang tidak dilarang oleh Islam.”

Page 16: BAB II

Tabel 2.1. Perbedaan Bank Syarih dan Bank Konvensional

No. Perbedaan Bank Syariah Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga

(riba), spekulasi (maisir),

dan ketidakjelasan (ghanar)

Berdasarkan bunga

2 Operasionalisasi - Dana masyarakat berupa

titipan dan investasi yang

baru akan mendapatkan

hasil jika “diusahakan”

terlebih dahulu

- Penyaluran pada usaha

yang halal dan

menguntungkan

- Dana masyarakat berupa

simpanan harus dibayar

bunganya pada saat

jatuh tempo

- Penyaluran pada sektor

yang menguntungkan

tanpa memperhitungkan

aspek halal atau

tidaknya sektor tersebut

3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit

dan tegas yang tertuang

dalam visi dan misi

Tidak diketahui secara

tegas

4 Organisasi Harus memiliki Dewan

Pengawas Syariah

Tidak memiliki Dewan

Pengawas Syariah Sumber: Rifki Muhammad (2008: 53)

Page 17: BAB II

Tabel 2.2. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

BAGI HASIL BUNGA

1. Penentuan besarnya

rasio/nisbah bagi hasil

dengan pedoman pada

kemungkinan untung-rugi.

1. Penentuan unga dengan asumsi

harus selalu untung.

2. Besarnya rasio bagi hasil

berdasarkan pada jumlah

keuntungan.

2. Besarnya % berdasarkan

jumlah uang yang

dipinjamkan.

3. Bagi hasil bergantung pada

keuntungan proyek yang

dijalankan (bisa bagi untung

arau bagi rugi)

3. Pembayaran bunga tetap tanpa

pertimbangan apakah proyek

untung atau rugi.

4. Jumlah pembagian laba

meningkat sesuai dengan

peningkatan jumlah

pendapatan.

4. Jumlah pembayaran bunga

tidak terpengaruh oleh

peningkatan atau penurunan

jumlah pendapatan.

5. Tidak ada yang meragukan

keabsahan bagi hasil.

5. Eksistensi bunga diragukan

oleh semua agama, termasuk

Islam.

2.8 Pengaruh Persepsi Atas Bagi Hasil Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi

Nasabah Bank Syariah

Bank syariah dalam pengembangannya tidak hanya berlandaskan pada aspek

legalitas keberadaan undang-undang dan keunggulan nilai-ilai moral semata yang

diaplikasikan dalam operasi perbankan syariah, tetapi juga harus berdasarkan pada

market driven. Bank syariah dapat berkembang baik bila mengacu pada demand

masyarakat akan produk yang menguntungkan dan jasa bank syariah.

Potensi terbesar bank syariah terdapat pada segmen floating market, yang

mempunyai cirri lebih menunjkkan aspek financial benefit dibandingkan aspek

syariah. Bagi segmen floating market, ketertarikan dan kemauan untuk bertransaksi

dengan bank syariah sangat ditentukan oleh layanan dan keuntungan yang

Page 18: BAB II

ditawarkan. Segmen pasar ini akan bertransaksi dengan bank syariah jika bank

syariah memberikan layanan dan keuntungan minimal sama atau bahkan lebih

dibandingkan ank konvensional (Karim, 2005). Sehingga bank syariah jika ingin

merebut pangsa floating market, harus memikirkan cara untuk meningkatkan

pendapatan bagi hasil yang diberikan kepada nasabah. Artinya, jika bank syariah

memiliki pendapatan bagi hasil yang lebih besar dari periode sebelumnya, berearti

bank syariah telah mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik, sehingga akan

mempengaruhi minat masyarakat khususnya mahasiswa untuk mengadopsi bank

syariah, yang akhirnya berdampak pada kenaikkan jumlah simpanan di bank syariah.

2.9 Pengaruh Persepsi Atas Bunga Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi

Nasabah Bank Syariah

Bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dihadapkan pula

pada resiko suku bunga. Tidak dapat dipungkiri lagi, semua sisi perekonomian tidak

luput mekanisme bunga. Alasan utama ketertarikan pasar terhadap suku bunga

adalah adanya kepastian hasil. Sampai saat ini, suku bunga masih menjadi faktor

penentu utama dalam mempertimbangkan keputusan investasi bisnis.

Smithin (1994) menyebutkan bahwa tingkat bunga merupakan salah satu

pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Wicksell

(1997) juga menyatakan bahwa tingginya minat masyarakat untuk enabung

dipengaruhi oleh tingkat bunga. Artinya, pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat

lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya.

Jika dikaitkan dengan teori Keynes, seseorang bersedia untuk memegang

uang tunai salah satunya karena motif berspekulasi. Berawal dari motif berspekulasi

itulah ketika masyarakat yang memegang uang tunai tersebut dihadapkan pada suku

bunga yang tinggi, akan cenderung menanamkan dananya di bank konvensional

ketimbang menginvestasikannya di bank syariah, dengan alasan adanya kepastian

hasil. Suku buga yang tinggi tersebut memungkinkan masyarakat yang sudah

mengadopsi bank syariah untuk segera menarik dananya di bank syariah.

Page 19: BAB II

2.10 Pengaruh Persepsi Atas Bagi Hasil Dan Bunga Terhadap Minat

Mahasiswa Menjadi Nasabah Bank Syariah

Pendapatan bagi hasil dan bunga digunakan untuk menggambarkan tingkat

return yang diberikan bank syariah dan bank konvensional. Semakin besar

pendapatan bagi hasil dan bunga yang diberikan, akan semakin besar pula

pendapatan yang diperoleh pemegang dana. Pendapatan bagi hasil dan suku bunga

bisa saja berbeda-beda antara satu bank dengan bank yang lainnya, atau dari satu

periode ke periode lainnya, tetapi yang jelas semakin tinggi pendapatan bagi hasil

dan suku bunga yang diberikan bank, akan semakin besar minat nasabah rasional

untuk menyimpan dananya di bank tersebut. Nasabah rasional yang dimaksud adalah

nasabah yang dalam menentukan pilihan untuk menanamkan dana lebih

mementingkan keuntungan.

Hubungan positif antara tingkat return dengan tingkat tabungan menunjukkan

bahwa pada umumnya para penabung bermotif keuntungan (Khairunnisa, 2001).

Besarnya proporsi nasabah rasional (floating market), membuat bank syariah dan

bank konvensional berlomba-lomba untuk merebut pasar tersebut. Nasabah rasional

pemburu keuntungan atau mencermati setiap pergerakan pendapatan bagi hasil dan

bunga.