BAB II
-
Upload
jamalbolupeca -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenalan Umum
Praktis semua timah putih komersial berasal dari kasiterit (SnO2), Stanit
(Cu2S.FeS,SnS2), dan teallit (PbSnS2). Kasiterit pada umumnya berasosiasi dengan
intrusi batuan beku granit pada fase pneumatolitik. Mineral kasiterit terhambur pada
batuan tersebut dan baru dapat terlepas dari batuan induknya jika batuan mengalami
pelapukan. Pelapukan dan konsentrasi mekanik membentuk endapan alluvial maupun
elluvial yang di Indonesia dikenal dengan endapan bijih kulit yang dinamai dengan
kaksa. Seperti yang diketahui, kasiterit termasuk resisten terhadap pengangkutan air,
sehingga kemungkinan dapat terkumpul sebagai endapan placer. Didalam placer
mineral ini berasosiasi dengan monazit, kuarsa, kadang juga sedikit turmalin.
Berikut adalah sifat-sifat timah yang juga dinamakan dengan timah putih:
Tahan terhadap udara lembab,
Kekerasan dan kekuatannya yang sangat randah sehingga dimasukkan
kedalam logam lunak,
Daya tahan terhadap korosi cukup tinggi
Tidak beracun
Berat jenis 7,3 gr/cm3 di titik cair rendah 2320C
Tahanan jenis 0,15 ohm mm2/m
Endapan-endapan timah terletak pada jalur timah tekaya didunia yang
membujur didaerah China Selatan, melelui Birma, Muangthai yang melelui
Semenanjung Malaysia dan terus ke Indonesia , yaitu di Pulau-pulau timah dan
sekitarnya.
Pencarian bijih timah tidak pernah berhenti. Sejak tahun1965 tahap demi
tahap eksplorasi terus ditingkatkan. Kini telah terkumpul data geologi yang
terlengkap dari kepulauan timah yang telah diketahui, termasuk perairan
disekitarnya. Batuan tertua di kepulauan timah berumur permokarbon, berupa batu
endapan berupa pemalihan. Batuan tersebut tersingkap di Pulau Singkep. Di Bangka
dan Belitung batuan tertua terdiri atas bataun endapan Malioh yan berumur
Tinjauan Pustaka - 3
Permokabon hingga Trias. Batuan tersebut diterobos oleh Granit Biotit yang
diperkirakan sebagai penyebab terbentuknya endapan timah yang ada sekarang ini.
Batuan di Bangka dan Belitung umumnya terlipat kuat dengan jurus umum berarah
timur-barat dan kemiringan yang curam, sedang di Pemali jurus berubah arah
menjadi barat laut-tenggara.
Endapan timah primer terdapat pada batuan granit dan daerah sentuhan dan
pada batuan endapan malih dengan jenis pertama terutama di Tikus, di bagian Barat
pulau Belitung. Endapan terbentuk jenis lensa kuarsa yang mengandung wolframit
dan kasiterit dengan jumlah kadar yang dapat dimanfaatkan sebesar 0,4%. Endapan
timah di Kelapakampit merupakan endapan yang khas. Karena terdapat sebagai urat
pada perlapisan dan terhampar mengikuti bidang jurus perlapisan. Dengan demikian
arah penyebarannya dapat diramalkan, selain itu memiliki kondisi lereng yang curam
dan umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida ataupun bersifat magnet.
Dibangka terdapat endapan yang penting yakni di Pemali dan Tempilang. Di
Pemali endapan timah didapatkan sebagai jejaring (stockwork) dan greisen dalam
granit dan urat turmalin kasiterit yang membujur sejajar dengan sentuhan atau
didekatnya. (Sukandarrumidi, 2007)
Endapan timah sekunder berasal dari endapan primer yang telah mengalami
pelapukan, dan hasil ronmbakannya diendapkan disuatu tempat yang tidak jauh.
Endapan ini dibedakan atas dua jenis, diantaranya endapan alluvial dan eluvial.
Eluvial dinamai oleh warga setempat sebagai “kulit” dan alluvial deikenal sebagai
“kaksa”. Yang masing-masing ditemukan didaerah lereng bukit atau daerah pemisah
air dan di lembah.
Penambangan endapan timah dilakukan dengan metode tambang terbuka
yang digali dengan alat-alat berat. Untuk endapan alluvial dan eluvial dilakukan
dengan penyemprotan. Endapan timah yang terkonsentrasi dilapisan tanah disemprot
dengan air tekanan tinggi. Lumpur dan timah kemudian disedot oleh mesin untuk
selanjutnya dengan prinsip gravitasi atau dengan sistem pencucian yang dinamakan
sebagai Jig dapat dipisahkan. Jig atau umumnya dikenal sebagai “penyaring kocok”.
Bijih timah yang telah dicuci kemudian dikeringkan, yang selanjutnya dilebur
dengan tanur putar, kemudian dituang dan dicetak dalam bentuk balok. Timah balok
ini selanjutnya diekspor dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. (MD, 2007)
Tinjauan Pustaka - 4
Logam timah putih (Stanum=Sn) dibuat dalam berbagai alloy diantaranya:
Tabel 2.1 Macam Alloy timah putih (Newton, 1946)Macam Komposisi % berat Sn
Genuine 89Plate 91Diesel Bearings 80Hard Genuine 83Pewter 89-74Solder 67Tinfoil 88Tinsel 60Battery Plates 21Die-casting Alloy 8Expanding Alloy 25Solder (half and half) 50Solder (plumbers) 33Typa Metal (standard) 26
2.2 Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian (mineral Dressing) adalah istilah umum yang biasa
digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang berupa
mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang ditambang atau diambil dari
endapan-endapan pada kulit bumi, untuk dipisahkan menjadi poroduk-produk berupa
satu macam atau lebih bagian mineral yang dikehendaki dan bagian yang lain yang
tidak dikehendaki yang terdapatnya bersama-sama dialam. Mineral yang dikehendaki
biasanya disebut juga mineral berharga karena nilai ekonominya sedangkan mineral
yang tidak dikehendaki disebut mineral buangan disebut waste. Pada akhir proses
pengolahan akan diperoleh dua macam hasil, yaitu Consentrate (mineral ekonomis)
yang sebagian besar terdiri dari mineral berharga, dan tailing (ampas) yang terdiri
dari mineral tidak berharga. (Sulistyo, 2002)
Dapat juga disebut sebagai mineral processing technology, dimana dapat
dibagi dalam 3 macam, yaitu:
1. Mineral Dressing, yaitu proses PBG/mineral untuk memisahkan mineral
berharga dari mineral pengotornya dengan memanfaatkan per material
pemisahan secara fisik dari mineral-mineral tersebut tanpa mengubah
identitas kimia dan fisiknya.
Tinjauan Pustaka - 5
2. Extractive metallurgy, yaitu merupakan PBG/mineral dimana dalam
prosesnya memanfaatkan reaksi kimia untuk memisahkan mineral
berharga berupa logam dari mineral tak berharga, sehingga terjadi
perubahan dari sifat-sifat fisik dan kiimia dari mineral-mineral tersebut.
3. Fuel technology, yaitu proses PBG/mineral organik dengan
memanfaatkan reaksi kimia untuk memisahkan faksi-fraksinya, sehingga
terjadi perubahan dalam sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral-mineral
tersebut.
(Gamda, 2006) mengatakan, dalam hal eksplorasi endapan timah alluvial,
maka ada 3 persyaratan utama harus dipenuhi dan bila salah satunya tidak terpenuhi
maka jangan harap akan menjumpai endapan tersebut. Ketiga syarat tersebut adalah:
1. Adanya batuan sumber (mother rock) pembawa mineral bijih. Mineralisasi
pada batuan sumber dapat berupa vein/veinlet, dyke, lakolit, disseminated,
bedding plane dan lain –lain.
2. Adanya proses pelapukan, erosi, media pengangkutan dan sedimentasi
material sesuai kondisi lingkungannya.
3. Adanya perangkap, tempat material tadi terendapkan pada daerah yang
lebih rendah.
2.3 Pencucian
Pencucian yang dilakukan di TB sebaiknya perlu diketahui alur dan
mekanismenya serta fungsinya. Keberhasilan kegiatan penambangan ini ditentukan
oleh bidang pencucian, dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa kegiatan
pencucian adalah jantung dari kegiatan penambangan alluvial yang dilakukan
dolokasi ini. Berikut merupakan ilustrasi yang memperlihatkan betapa pentingya
bidang pencucian di objek produksi yang seharusnya mendapat perhatian khusus,
adalah:
1. Kegiatan Eksplorasi ………………………… Rp
2. Kegiatan eksploitasi ………………………… Rp
* Penambangan …………………………. Rp
* Permesinan ………………………… Rp
* Kelistrikan ………………………… Rp
3. Kegiatan Pencucian ………………………… Rp
Tinjauan Pustaka - 6
* Operasi ………………………… Rp
* Produksi ………………………… Rp
Dari ilustrasi diatas dapat dilihat ada 5 phase dari suatu kegiatan
dipenambangan dan eksploitasi ada 2 yang mana anak panahnya semua mengarah
kekanan dan hanya 1 panah saja menghadap ke kiri, ini menunjukkan pengertian
sebagai berikut:
Kegiatan penambangan meunjukkan arah kekanan yang bearti pada kegiatan
penambangan, setiap millimeter pump hius, impeller maupun pipa-pipa mengalami
keausan yang sama dengan biaya yang harus dilkeluarkan. Begitu juga seterusnya
pada kegiatan mesin/mekanik untuk membutuhkan bahan bakar serta spare part yang
telah mengalami korosi, aus dan sebagainya yang pastinya membutuhkan
pengeluaran biaya hampir setiap hari bahkan setiap detik dan jam sekalipun. Hanya
pada kegiatan pencucian terlihat anak panah yang mengarah kekiri itu artinya
perolehan produksi yang diharapkan dari kegiatan penambangan yang hanya akan
didapat pada kegiatan akhir ini.
Jigging merupakan proses konsentrasi bijih atau mineral yang memanfaatkan
berat jenisnya dalam suatu cairan berdasarkan kemampuan butiran-butiran mineral
tertentu untuk menembus lapisan-lapisan campuran butiran mineral, sehingga
butiran-butiran mineral tersebut mengatur diri dan mengatur kedudukan
(berstratifikasi) dalam beberapa lapisan sesuai dengan berat jenisnya dan dilanjutkan
dengan mineral pengotornya sehingga didapatkan konsentrat. (Hardi, 2009)
2.4 Fungsi Pencucian
Fungsi pencucian dalam suatu kegiatan penambangan adalah untuk mencuci/
mengolah/ memisahkan bahan galian dari mineral pengotor, untuk mendapatkan
mineral utama dan mineral ikutannya berharga lainnya.
Jika dilihat dari fungsi diatas dan prinsip total mining, maka sudah
selayaknya fokus perhatian kita arahkan ke bidang pencucian.
Peralatan proses pencucian di Tambang Besar terdiri dari 3 bagian, yaitu:
(Hardi, 2009)
1. Alat Screen (saringan)
Alat screen yang umum dipakai di pencucian adalah saringan batangan yang
digunakan pada TB Mawas II (grizzly), dan TB Nudur Hilir adalah saring putar type
Tinjauan Pustaka - 7
Conical Screen, yang mana fungsinya untuk menyaring/ memisahkan material
pengotor yang berukuran besar seperti bongkahan tanah liat, batu krikil agar tidak
mengganggu proses pencucian selanjutnya.
2. Alat Angkat (transportasi)
Alat angkat/transportasi di pencucian adalah pompa, yaitu pompa underwater.
Fungsinya mengangkat air dari kolam underwater ke Header Tank yang kemudian
diteruskan ke dalam tangki jig sebagai underwater jig.
3. Alat Proses (konsentrasi)
Jig yang dipakai di TB Mawas II adalah Jig Yuba dan pada TB Nudur Hilir saat
ini adalah type Pan American Jig (PA). Fungsinya untuk memisahkan mineral berat
dengan mineral ringan. Pemisahan jig ini berdasarkan perbedaan gaya berat mineral.
Gambar 2.1 Skema Jig Yuba (Sumber: Pedoman Penambangan Timah)
Eksentrik merupakan salah satu alat penggerak di pencucian yang
dipergunakan pada type jig type Pan American Jig (PA). Eksentrik ini berfungsi
untuk merubah gerakan berputar yang ditimbulkan oleh gear box (gear motor)
menjadi gerakan turun naik (vertikal). Pada Jig Yuba digunakan penggerak dengan
sebutan Pulsator dengan pinsip kerja kanan kiri (vertikal).
Tinjauan Pustaka - 8
Alat ini berfungsi untuk menimbulkan isapan (suction) dan tekanan (pulsion)
pada permukaan bed jig.
Gerakan ke atas dan ke bawah yang ditimbulkan oleh eksentrik dan pulsator
dapat diatur pukulan yang dihaislkannya (lihat gambar pulsator dan eksentrik)
disesuaikan dengan kebutuhan pada tiap tingkat pencucian dimana eksentik/pulsator
ini digunakan pada tingkat primer, sekunder, tertier maupun clean up. Karena kedua
alat ini merupakan alat penggerak yang setiap saat bergerak, maka sudah pasti alat
ini akan mengalami keausan atau kerusakan pada suku cadang (spare part).
Gambar 2.2 Jig Pan American (Sumber: Pedoman Penambangan Timah)
Kenyataanya, dibandingkan dengan pulsator, eksentrik ini jauh lebih unggul
karena salah satu titik kelemahan yang terdapat pada pulsator sudah diatasi pada
eksentrik yaitu Spie (MS key dan BDS Shaft) yang terdapat pada pulsator, pada
eksentrik ini sudah dihilangkan dengan menggabungkan kedua komponen tersebut
menjadi satu kesatuan.
Tinjauan Pustaka - 9
Penggerak Jig ini merupakan bagian yang sangat berperan aktif untuk
menciptakan prinsip jigging baik yang dilakukan oleh primer ataupun Clean Up pada
saat proses pencucian berlangsung.
Menghasilkan proses suction dan pulsion adalah fungsi utama alat ini yang
mengacu pada proses stratifikasi dalam proses produksi konsentrat Sn.
Tinjauan Pustaka - 11