bab II

44
8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Gagal Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjal Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki berat kurang lebih 125 g, terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra tarakalis bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis. Di sebelah anterior, ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Di sebelah posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Ginjal dengan efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat besar 25% dari curah jantung (Smeltzer, 2002).

description

tugas

Transcript of bab II

Page 1: bab II

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Gagal Ginjal

2.1.1 Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memiliki

berat kurang lebih 125 g, terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra tarakalis

bawah, beberapa sentimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini

terbungkus oleh jaringan ikat tipis yang dikenal sebagai kapsula renis. Di sebelah

anterior, ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan

peritoneum. Di sebelah posterior, organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks

bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari

dalam ginjal melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan

vena renalis membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Ginjal dengan

efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini bisa

dilaksanakannya karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya sangat besar

25% dari curah jantung (Smeltzer, 2002).

Gambar 2.1 Anatomi Ginjal

Ginjal terbagi menjadi bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian

internal yang dikenal sebagai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari

kurang lebih 1 juta nefron. Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,

terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Seperti halnya pembuluh

kapiler, dinding kapiler glomelurus tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan

membran basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membran basalis dan

8

Page 2: bab II

9

sel-sel endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk

tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa Henle dan

tubulus distal. Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.

Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya

ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.

Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron tersusun dari jonjot-jonjot

kapiler yang mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat

vasa eferen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran

darah yang melewati glomerulus. Ketika darah berjalan melewati struktur ini,

filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat

sementara molekul-molekul yang besar tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan

disaring lewat dinding jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus.

Caran ini dikenal sebagai “filtrat” (Smeltzer, 2002).

2.1.2 Fisiologi Ginjal

Ginjal berfungsi (Syaifuddin, 2006) :

2.1.2.1 Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh

akan diekresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah

besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi

berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan

tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

2.1.2.2 Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion

yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi

pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang

berlebihan/penyakit perdarahan (diare,muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi

ion-ion yang penting (Na, K, Cl, Ca dan fosfat).

2.1.2.3 Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa

yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam,

pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metaolisme protein. Apabila banyak

Page 3: bab II

10

makan sayur-sayuran, urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.

Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.

2.1.2.4 Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat

toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing

(pestisida).

2.1.2.5 Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon rennin

yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem rennin

angiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting

untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

2.1.3 Pengertian gagal ginjal

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah

metamobik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya

dieliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal

dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic, cairan, elektrolit

seperti asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur

akhir yang umum dari berbagai traktus urinarius dan ginjal (Smeltzer, 2002).

2.1.4 Gagal Ginjal Akut

Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan

hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tubular dan

glomerular. Ini dimanifestasikan dengan anuria, oliguria atau volume urin normal.

Anuria (kurang dari 50 ml urin perhari) dan normal haluaran urin tidak seperti

oliguria. Oliguria (urin kurang dari 400 ml per hari) adalah situasi klinis yang

umum dijumpai pada gagal ginjal akut. Disamping volume urin yang

diekskresikan, pasien gagal ginjal akut mengalami peningkatan kadar nitrogen

urea darah (BUN) dan kreatinin serum, retensi produk sampah metabolic lain

yang normalnya diekskresikan oleh ginjal (Smeltzer, 2002).

Page 4: bab II

11

2.1.5 Etiologi Gagal ginjal akut

Menurut Smeltzer (2002) kondisi penyebab gagal ginjal akut dibagi dalam

tiga kategori antara lain :

2.1.5.1 Prarenal (hipoperfusi ginjal)

Kondisi prarenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan

turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi kilnis yang umum adalah status

penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran

gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi

jantung (infark miokardium, gagal jantng kongesif atau syok kardiogenik).

2.1.5.2 Intrarenal

Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur

glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat

benturan dan infeksi serta agent nefrotoksik dapat menyebabkan akut tubulus

nekrosis (ATN) dan berhentinya fungsi renal.

2.1.5.3 Pascarenal

Pascarenal yang menybabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi

di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi

glomerulus meningkat.

2.1.6 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Akut

2.1.6.1 Perubahan Haluaran Urin. Haluaran urin sedikit, dapat mengandung darah

dan gravitas spesifiknya rendah (1.010 sedangkan nilai normalnya 1.015-1.025).

2.1.6.2 Peningkatan BUN dan Kadar Kreatinin. Terdapat peningkatan yang tetap

dalam BUN, dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme

(pemecahan protein), perfusi renal, dan masukan protein. Serum kreatinin

meningkat pada kerusakan glomerulus. Kadar kreatinin serum bermanfaat dalam

pemantauan fungsi ginjal dan perkembangan penyakit.

2.1.6.3 Hiperkalemia. Pasien yang mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus

tidak mampu mengeksresikan kalium. Katabolisme protein menghasilkan

pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh, menyebabkan hiperkalemia berat

(kadar serum K+ tinggi). Hiperkalemia menyebabkan disritmia dan henti jantung.

Page 5: bab II

12

Sumber kalium mencakup katabolisme jaringan normal, masukan diet, darah di

saluran gastrointestinal atau transfusi darah dan sumber-sumber lain.

2.1.6.4 Asidosis Metabolik. Pasien oliguri akut tidak dapat mengeliminasi muatan

metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik

normal. Selain itu, mekanisme buffer ginjal normal turun. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya penurunan kandungan karbon dioksida darah dan pH darah.

Sehingga, asidosis metabolic progresif menyertai gagal ginjal.

2.1.6.5 Abnormalitas Ca++ dan PO-4. Peningkatan konsentrasi serum fosfat

mungkin terjadi, serum kalsium mungkin menurun sebagai respons terhadap

penurunan absorpsi kalsium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap

peningkatan kadar serum fosfat.

2.1.7 Pencegahan dan Penatalaksaan Gagal ginjal Akut

Pencegahan Gagal Ginjal Akut :

2.1.7.1 Meningkatkan keadekuatan hidrasi pada pasien yang berisiko mengalami

dehidrasi.

2.1.7.2 Mencegah dan menangani syok dengan tepat menggunakan terapi

penggantian darah dan cairan.

2.1.7.3 Pantau tekanan vena sentral dan arterial pada pasien yang sakit dengan

ketat, serta haluaran urin tiap jam untuk mendeteksi awitan gagal ginjal sedini

mungkin.

Penatalaksaan Gagal Ginjal Akut :

2.1.7.1 Dialysis

Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang

serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Dialysis memperbaiki

abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat

dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan perdarahan dan

membantu penyembuhan luka. Hemodialisis, hemofiltrasi atau dialysis peritoneal

dapat dilakukan.

Page 6: bab II

13

2.1.7.2 Mempertahankan Keseimbangan cairan

Penataksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian,

pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,

tekanan darah dan status klinis pasien.

2.1.8 Intervensi Keperawatan Gagal ginjal Akut

Perawat berperan penting dalam penatalaksaan pasien gagal ginjal akut.

Selain itu untuk mengarahkan perhatian terhadap masalah primer pasien, yang

dapat menyebabkan faktor gagal ginjal akut, perawat memantau pasien terhadap

adanya komplikasi, berpartisipasi dalam penanganan darurat terhadap

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, mengkaji perkembangan pasien dan

responsnya terhadap penanganan dan memberikan dukungan secara fisik dan

emosional.

Menurunkan laju metabolic. Perawat harus mengarahkan perhatiannya

untuk menurunkan laju metabolic pasien selama tahap akut gagal ginjal untuk

menurunkan katabolisme dan pelepasan kalium berikutnya dan akumulasi produk

sampah endogen (urea dan Kreatinin).

2.1.9 Klasifikasi

2.1.9.1 Klasifikasi Gagal ginjal Akut

ADQI mengeluarkan sistem klasifikasi acute kidney injury (AKI) dengan

kriteria RIFLE yang terdiri dari 3 kategori (berdasarkan peningkatan kadar Cr

serum atau penurunan LFG atau kriteria UO) yang menggambarkan beratnya

penurunan fungsi ginjal dan 2 kategori yang menggambakan prognosis gangguan

ginjal (Roesli R, 2007).

Page 7: bab II

14

Tabel 2.1 klasifikasi gagal ginjal akut

Kategori Peningkatan kadar SCr

Penurunan LFG

Kriteria UO

Risk >1,5 kali nilai dasar >25% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam >6 jam

Injury >2,0 kali nilai dasar >50% nilai dasar <0,5 mL/kg/jam,>12 jam

Failure >3,0 kali nilai dasar >75% nilai dasar <0,3 mL/kg/jam, >24 jam

Loss Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 4 mingguEnd stage Penurunan fungsi ginjal menetap selama lebih dari 3 bulan

Sumber : Roesli R. 2007. Kriteria “RIFLE” Cara yang Mudah dan Terpercaya untuk Menegakkan Diagnosis dan Memprediksi Prognosis Gagal Ginjal Akut.

2.1.9.2 Klasifikasi Gagal ginjal Kronik

Menurut sukandar (2006) klasifikasi derajat penurunan fungsi ginjal

berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG)

Tabel 2.2 derajat penurunan Laju Filtrasi glomerulus

Derajat Primer (LFG) Sekunder = kreatinin (mg %)

A Normal Normal

B 50-80% Normal Normal -2,4

C 20-50% Normal 2,5-4,9

D 10-20% Normal 5,0-7,9

E 5-10% Normal 8,0-12,0

F <5% Normal >12,0

Sumber : Sukandar, Enday. Gagal ginjal dan panduan terapi dialysis. Bandung: FK UNPAD; 200Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik berdasarkan derajat (stage)

LFG (ml /mnt /1,73m2)=(140−umur ) xberat badan

72x kreatinin plasma(mg /dL)

*) pada perempuan dikalikan 0,85

Page 8: bab II

15

Tabel 2.3 klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan Derajat Penyakit

Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt/1,73 m2)

1 Kerusakan ginjal dengan LFG

normal atau

≥ 90

2 Kerusakan ginjal dengan LFG

ringan

6-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG

sedang

30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG

berat

15-29

5 Gagal ginjal < 15 atau dialysis

Sumber : Sukandar, Enday. Gagal ginjal dan panduan terapi dialysis. Bandung: FK UNPAD; 2006.

2.1.10 Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan

fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

(Smeltzer, 2002).

2.1.11 Etiologi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik disebabkan oleh penyakit sistemik seperti diabetes

mellitus, glumerulonefritis kronik, pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat

dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi herediter, seperti : penyakit ginjal

polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi atau agens toksik. Dialysis atau

transplantasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien

(Smeltzer, 2002).

2.1.12 Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik

Page 9: bab II

16

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah,

maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis.

Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan

mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya

filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya grumeruli) klirens kreatinin akan

menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen

urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator

yang paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi oleh penyakit

renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka

RBC) dan medikasi seperti steroid (Smeltzer, 2002).

2.1.13 Manifestasi klinis Gagal Ginjal kronik

Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronik mencakup hipertensi

(akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem rennin-angiotensis-

aldosteron), gagal jantung kongestif dan edema pulmoner (akibat cairan berlebih)

dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksin uremik).

Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah

(pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan Kristal urea di kulit, saat ini jarang

terjadi akibat penanganan yang dini dan agresif pada penyakit ginjal tahap akhir.

Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muntah

dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran,

tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.

2.1.14 Penatalaksaan Gagal Ginjal Kronik

Tujuan penatalaksaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan

homeostasis selama mungkin. Seluruh faktor yang berperan pada gagal ginjal tahap akhir

dan faktor yang dapat dipulihkan, diidentifikasi dan ditangani.

Komplikasi potensial gagal ginjal kronik ysng memerlukan pendekatan

kolaboratif dalam perawatan mencakup : (1) hiperkalemia akibat penurunan ekskresi,

Page 10: bab II

17

asidosis metabolic, katabolisme, dan masukan diet berlebih. (2) perikarditis, efusi

pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis

yang tidak adekuat. (3) anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel

darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin. Dan kehilangan darah

selama hemodialisis. (4) penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat,

kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal, dan peningkatan

kadar alumunium.

2.1.15 Intervensi Keperawatan Gagal Ginjal Kronik

Pasien gagal ginjal kronik memerlukan asuhan keperawatan yang tepat

untuk menghindari komplikasi akibat menurunnya fungsi renal dan stress serta

cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa ini.

Pasien dan keluarga perlu mengetahui masalah yang harus dilaporkan pada tenaga

kesehatan (1) perburukan tanda gagal ginjal (mual, muntah, penurunan haluaran

urin, napas berbau amoni). (2) tanda hiperkalemia (kelemahan otot, diare, kram

abdominal).

2.2.Konsep Hemodialisa

2.2.1 Definisi

Hemodialisa merupakan suatu tindakan terapi pengganti ginjal yang telah

rusak. Dialisis adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui

suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair menuju kompartemen cair

lainnya (Price dan Wilson, 2006). Hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal

dengan menggunakan selaput membran semi permeabel (dialiser), yang berfungsi

seperti nefron sehingga dapat mengeluarkan produk sisa metabolisme dan

mengoreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal

ginjal. (Slamet Suyono, 2002). Hemodialisis adalah proses perpindahan massa

berdasarkan difusi antara daerah dan cairan dialisis yang dipisahkan oleh

membran semipermiabel. (Price dan Wilson, 2006).

Tindakan ini dapat membantu atau mengambil alih fungsi normal ginjal.

Terapi pengganti yang sering dilakukan adalah hemodialisa dan peritoneal dialisis

Page 11: bab II

18

(Riscmiller & Cree, 2006). Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan

utama dan merupakan metode perawatan umum untuk pasien gagal ginjal adalah

hemodialisa (Kartono, Darmarini dan Roza, 1992 dalam Lubis, 2006).

2.2.2 Proses Hemodialisa

Menurut Slamet Suyono (2001), pada Gagal Ginjal Kronis, hemodialisis

dilakukan dengan mengalirkan darah ke dalam suatu tabung ginjal buatan

(dialiser) yang terdiri dari dua kompartemen darah yang dibatasi oleh selaput

semipermeabel buatan (artifisial) dengan kompartemen dialisat. Kompartemen

dialisat dialiri cairan dialisis yang bebas pirogen, berisi larutan dengan komposisi

elektrolit mirip serum normal dan tidak mengandung sisa metabolisme nitrogen.

Cairan dialisis dan darah terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi karena

zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi ke arah konsentrasi yang rendah

sampai konsentrasi zat terlarut sama di kedua kompartemen (difusi). Pada proses

dialisis, air juga dapat berpindah dari kompartemen darah ke kompartemen

dialisat dengan cara menaikkan tekanan hidrostatik negatif pada kompartemen

cairan dialisat. Perpindahan air ini disebut ultrafiltrasi.

Selama proses dialisis pasien akan terpajan dengan cairan dialisat

sebanyak 120-150 liter setiap dialisis. zat dengan berat molekul ringan yang

terdapat dalam cairan dialisat akan dapat dengan mudah berdifusi ke dalam darah

pasien selama dialisis. Karena itu kandungan solut cairan dialisat harus dalam

batas-batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Cairan dialisat perlu dimurnikan

agar tidak terlalu banyak mengandung zat yang dapat membahayakan tubuh.

Teknik reverse osmosis air akan melewati membran semi permeabel yang

memiliki pori-pori kecil sehingga dapat menahan molekul dengan berat molekul

kecil seperti urea, natrium, dan klorida. Cairan dialisat tidak perlu steril karena

membran dialisat dapat berperan sebagai penyaring kuman dan endotoksin. Tetapi

kuman harus dijaga agar kurang dari 200 koloni/mL dengan melakukan

desinfektan cairan dialisat berkisar 135-145 meq/L. Bila kadar natrium lebih

rendah maka risiko untuk terjadinya gangguan hemodinamik selama hemodialisis

akan bertambah. Sedangkan bila kadar natrium lebih tinggi gangguan

hemodinamik akan berkurang tetapi akan meningkatkan kadar natrium darah

Page 12: bab II

19

pasca dialisis. Keadaan ini akan menimbulkan rasa haus dan pasien akan

cenderung untuk minum lebih banyak. Pada pasien dengan komplikasi hipotensi

selama hemodialisis yang sulit ditanggulangi maka untuk mengatasinya kadar

natrium dalam cairan dialisat dibuat lebih tinggi.

2.2.3 Prinsip-prinsip yang mendasari Hemodialisa

Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang

nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.

Pada hemodialisis, aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah nitrogen

dialihkan dari tubuh pasien ke dialzer tempat darah tersebut dibersihkan dan

kemudian dikembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada 3 prinsip yang mendasari kerja

hemodialisis, yaitu : difusi, osmosis dan ultrafiltrasi.

a. Difusi, toksin dan zat limbah di dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi

dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi tinggi ke cairan

dialisat dengan konsentrasi yang lebih rendah.

b. Osmosis, mengeluarkan air yang berlebihan di dalam tubuh. Pengeluaran air

dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan, dengan kata lain, air

bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke

tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)

c. Ultrafiltrasi, proses berpindahnya zat dan air karena perbedaan tekanan

hidrostatik di dalam darah dan dialisat. Tekanan negative diterapkan pada alat

ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran

air.

2.2.4 Indikasi hemodialisis

Hemodialisis diindikasikan pada pasien dalam keadaan akut yang

memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa

minggu) atau pasien dengan gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi

jangka panjang/permanen (Smeltzer et al. 2008). Secara umum indikasi dilakukan

hemodialisis pada penderita gagal ginjal adalah :

a. Laju filtrasi glomerulus kurang dari 15 ml/menit.

Page 13: bab II

20

b. Hiperkalemia

c. Kegagalan terapi konservatif

d. Kadar ureum lebih dari 200 mg/L

e. Kreatinin lebih dari 65 mEq/L

f. Kelebihan cairan

2.2.5 Adekuasi Hemodialisis

Adekuasi atau kecukupan dosis hemodialisis dicapai setelah proses

hemodialisis selesai selama kurang lebih 5 jam. Adekuasi hemodialisis tercapai

apabila pasien merasa nyaman dan keadaan menjadi lebih baik, dan dapat

menjalani hidup yang lebih panjang meskpun harus dengan penyakit gagal ginjal

kronik.

2.2.6 Peran Perawat Hemodialisa

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam sebuah sistem dan dipengaruhi

oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar profesi keperawatan dan

bersifat konstan (Farida, 2010). Perawat berperan dalam meningkatkan kesehatan

dan pencegahan penyakit, serta memandang klien secara komprehensif. Peran

perawat adalah sebagai pemberi perawatan, membuat keputusan klinik,pelindung

dan advocad, manajer kasus, rehabilitator, komunikator dan pendidik (potter dan

perry, 2005). Penyedia pelayanan yang komprehensif untuk pasien yang

membutuhkan perawatan yang komprehensif telah berkembang menjadi upaya

multidisipin komplek yang melibatkan perawat (Rajeswari dan sivamani, 2010).

Kallenbach (dikutif dalam dewi 2010) menyatakan bahwa peran dan

fungsi perawat hemodialisis adalah sebagai care provider, aducator, dan

researcher. Perawat dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai care

provider dan educator sesuai dengan tahap proses hemodialisis. Tahap tersebut

dimulai dari persiapan hemodialisis, pre hemodialisis, intra hemodialisis dan post

hemodialisis.

1. Persiapan Hemodialisis

Page 14: bab II

21

Tahap ini perawat dapat memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan

mengenai penyakit ginjal tahap akhir dan manfaat terapi hemodialisis. Perawat

memberikan dukungan kepada pasien dalam mengambil keputusan untuk

mengikuti terapi hemodialisis dengan memfasilitasi pasien untuk bertemu dan

berdiskusi dengan pasien yang telah mengikuti terapi hemodialisis, selanjutnya

perawat memberikan penjelasan tentang cara pemasangan asks vascular sementara

dan permanen (kolaborasi dengan dokter), perawatan akses dan penanganan

komplikasi akses vascular.

2. Intra Hemodialisis

Peran perawat pada tahap ini yang terpenting adalah penanganan komplikasi

akut yang sering terjadi misalnya hipotensi, hipertensi, mual muntah, sakit kepala,

kejang kram, demam disertai menggigil, nyeri dada dan gatal-gatal. Perawat

melakukan kolaborasi dengan tim dokter. Penanganan komplikasi intra

hemdialisis antara lain pengaturan Quick blood, pemberian oksigen, pemberian

medikasi dan pemantauan cairan dialisat.

3. Post hemodialisis

Tahap ini perawat melakukan pemeriksaan fisik dan pemerikaan penunjang

seperti pemeriksaan darah lengkap (ureum, kreatinin) dan elektrolit darah.

Perawat dapat memberikan edukasi tentang diet, intake cairan dan pencapaian

berat badan yang ideal selama pasien dirumah sebelum menjalani terapi

hemodialisis selanjutnya. Setelah selesai hemodialisis pastikan akses tidak terjadi

perdarahan sebelum membiarkan pasien pulang dan melakukan aktifitas kembali

(Rajeswari dan sivamani, 2010).

2.3 Konsep Dukungan Keluarga

2.3.1 Definisi Keluarga

Menunut department kesehatan dalam setiadi (2008), keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga serta beberapa orang

yang berkumpul yang tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Sedangkan menurut Duval dalam setiadi, keluarga adalah sekumpulan orang yang

Page 15: bab II

22

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelelahan yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari setiap anggota keluarga.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga

adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan yang terdiri

dari ayah, ibu dan anak yang hidup dalam satu atap.

2.3.2 Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2010) mengatakan bahwa struktur keluarga terdiri atas:

2.3.2.1 Struktur Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga berfungsi untuk, membuat anggota keluarga

bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berfikiran

positif dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Komunikasi dalam

keluarga berfungsi agar anggota keluarga yakin dalam mengemukakan sesuatu

atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan

menerima umpan balik sehingga anggota keluarga lain yang menerima pendapat

tersebut dapat mendengarkan dengan baik, memberikan umpan balik, dan

melakukan validasi.

2.3.2.2 Struktur Peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi

sosial yang diberikan. Yang dimaksudkan dengan posisi atau status adalah posisi

individu dalam masyarakat sebagai suami, istri, anak, orang tua, dan sebagainya.

Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu

dengan baik. Misalnya sebagai oarng tua ketika salah seorang anggota

keluarganya mengalami gangguan jiwa maka sebaiknya orang tua harus

memberikan dukungan dan perhatiannya bukan mengucilkannya.

2.3.2.3 Struktur Kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan atau

mempengaruhi sehingga mengubah perilaku anggota keluarga yang lain ke arah

positif. Misalnya ketika salah seorang anggota keluarga mengalami gangguan jiwa

maka orang tua mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku dan sikap

Page 16: bab II

23

anggota keluarga yang lain ke arah yang positif. Ada beberapa macam tipe

struktur kekuatan yaitu, legitimat power (hak untuk mengontrol), referent power

(seseorang yang ditiru atau sebagai role model), reward power (kekuasaan

penghargaan), coercive power (kekuasaan paksaan atau dominasi), dan affective

power (kekuasaan afektif).

2.3.2.4 Nilai-nilai Keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar

atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga

juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma

adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai

dalam keluarga.

2.3.3 Fungsi Pokok Keluarga

Dibawah ini adalah fungsi keluarga menurut beberapa teori :

2.3.3.1 Fungsi Afektif

Pola kebutuhan keluarga. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan

individu lain dalam keluarga, apakah orang tua mampu menggambarkan

kebutuhan mereka, bagaimana psikologis keluarganya, apakah setiap anggota

keluarga memiliki orang yang dipercaya dalam keluarga, apakah dalam keluarga

saling menghormati satu sama lainnya dan apakah setiap anggota keluarga

sensitive terhadap persoalan individu. Mengkaji gambaran diri setiap anggota

keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap

anggota keluarga lainnya, kehangatan pada keluarga, serta keluarga

mengembangkan sikap saling menghargai.

Keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menghadapi

keterpisahan dengan keluarga anggota lain, apakah keluarga merasa adanya

keterikatan yang erat antara keluarga satu dengan anggota keluarga lainnya

(Mubarak, Chayatin dan Santoso, 2009).

2.3.3.2 Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui setiap

anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi sosial. Keluarga merupakan

Page 17: bab II

24

tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi. Pada anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa keluarga berperan untuk membimbing anggota

keluarga tersebut untuk mau bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain dan

lingkungan sekitarnya. Keberhasilan perkembangan yang dicapai anggota

keluarga melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi.

2.3.3.3 Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa seperti memberikan dana untuk pengobatan dan perawatan selama dirawat di

rumah sakit jiwa, menyediakan semua perlengkapan yang dibutuhkan seperti

pakaian, pasta gigi, sikat gigi, sabun, dan shampoo selama pasien dirawat di

rumah sakit jiwa.

2.3.3.3 Fungsi Perawatan Kesehatan

Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,

yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa atau merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan

kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksankan tugas kesehatan berarti

sanggup menyelesaikan masalah kesehatan (Friedman, 1998).

Friedman mengatakan (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang

dilakukan oleh keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunkan

oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Tujuan keluarga lebih

mudah dicapai pada saat komunikasi jelas dan langsung. (Potter, 2005)

2.3.4 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (1981 dalam

Setiadi, 2008) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus

dilakukan, yaitu:

Page 18: bab II

25

2.3.4.1 Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan

tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera

dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar

perubahannya.

2.3.4.2 Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga , dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan

untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi, terutama dalam

mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan dengan segera agar

tidak memperburuk keadaan klien. Jika keluarga mempunyai keterbatasan

sebaiknya meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.

2.3.4.3 Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit terutama

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang tidak dapat

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. Perawatan

ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama atau ke pelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

2.3.4.4 Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan keperibadian anggota keluarga. Dengan cara keluarga tidak

mengucilkan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, keluarga mau

mengikutsertakan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam

berbagai kegiatan yang ada di dalam keluarga tersebut.

2.3.4.5 Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan (pemanfaatan lembaga kesehatan yang ada). Dalam hal ini keluarga

harus mampu merawat klien baik dirumah maupun membawa klien berobat jalan

ke rumah sakit jiwa yang ada, apabila keluarga tidak sanggup lagi merawat klien

maka sebaiknya keluarga memasukkan klien ke rumah sakit jiwa untuk dirawat

Page 19: bab II

26

inap tapi selama klien dirawat inap sebaiknya keluarga mengunjungi klien dan

memberikan dukungan semangat.

2.3.5 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya, anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Friedman, 2010).

Kane dalam Friedman (2010) mendefinisikan dukungan keluarga sebagai

suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan

keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik), umpan balik (kuantitas dan

kualitas komunikasi), dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan

kepercayaan) dalam hubungan sosial. Dukungan keluarga merupakan sebuah

proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus

kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga dalam kehidupan.

Friedman (2010) dalam setiadi (2008) berpendapat dukungan keluarga

merupakan sebuah proses yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua

tahap siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi

dengan berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga dalam kehipupan.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa dukungan

keluarga adalah suatu bentuk sikap, tindakan, penerimaan dan bantuan terhadap

anggota keluarganya yang terjadi sepanjang kehidupan berupa bantuan informasi,

emosional, penerimaan dan instrumental.

2.3.6 Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2008) mengatakan bahwa jenis dukungan keluarga ada empat,

yaitu :

Page 20: bab II

27

2.3.6.1 Dukungan Informatif

Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang

dalam mengulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian

nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan

informasi ini dapat disampaikan pada orang lain yang mungkin menghadapi

persoalan yang sama atau hampir sama.

2.3.6.2 Dukungan Emosional

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan

ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, keperyaan dan penghargaan.

Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak

menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang

dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan maslah yang dihadapinya.

2.3.6.3 Dukungan Instrumental

Dukungan bentuk ini untuk mempermudah seseorang dalam melakukan

akibatnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong

secara langsung kesulitan yang dihadapinya, misalnya dengan menyediakan

peralatan lengkap dan memadai bagi klien, menyediakan obat-obatan yang

dibutuhkan dan lain-lain.

2.3.6.4 Dukungan Penilaian

Suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain

berdasarkan kondisi sebenarnya kondisi sebenarnya dari klien. Penilaian ini bisa

positif atau negatif yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang

berkaitan dengan dukungan keluarga maka penilaian yang sangat membantu

adalah penilaian yang positif.

2.3.7 Manfaat Dukungan Keluarga

Efek dari dukungan keluarga sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan

berungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan sosial yang

adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Disamping itu,

Page 21: bab II

28

pengaruh positif dari dukungan keluarga adaah pada penyesuaian terhadap

kejadian diam kehidupan yang penuh dengan stress (Setiadi, 2008).

2.3.8 Sumber Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang

oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial

kelurga internal, seperti dukungan dari suami atau istri serta dukungan dari

saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 2010).

2.3.9 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2010) fator-faktor yang mempengaruhi keluarga

dibagi menjadi dua, yaitu :

2.3.9.1 Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan

dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyankinan seseorang terhadap dukungan terbentuk oleh variabel intelektual

yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa

lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seeorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit

dan menggunakan pengehauan tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan.

3) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya dukungan

dan cara melaksanakannya. Seseorang yang mengalami respon stress dalam setiap

perubahan hidupnya cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat

Page 22: bab II

29

mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang sangat kecil selama ia sakit. Seorang

individu yang tidak dapat melakukan koping secara emosional terhadap ancaman

penyakit mungkin akan menyangkut adanya gejala penyakit pada dirinya dan

tidak mau menjalani pengobatan.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat dilihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupan,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau

teman, kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

2.3.9.2 Faktor Eksternal

1) Praktik di keluarga

Cara bagaiamana keluarga memberi dukungan biasanya mempengaruhi klien

dalam melaksanakan kesehatan. Misalnya : klien kemungkinan akan melakukan

tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama. Misalnya: anak

yang selalu diajak orang tuanya melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, maka

ketika dia punya anak akan melakukan hal yang sama.

2) Sosial Ekonomi

Faktor sosial dan psikososial akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit

dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan beeaksi terhadap

penyakitnya. Variabel psikososial mencakup stabilitas perkawinan, gaya hidup

dan lingkungan kerja.

Seseorang akan mencari dukungan dan persetujuan dan kelompok sosialnya,

hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya,

semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap

terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera mencari

pertolongan ketika merasakan adanya gangguan pada kesehatan.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan

individu, dalam membiarkan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan

pribadi.

Page 23: bab II

30

2.3.10 Pengukuran Dukungan Keluarga

Instrument yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga

merupakan hasil modifikasi kuesioner dari Nursalam (2013) yang disusun dalam

20 pertanyaan terdiri dari dukungan informatif, dukungan emosional, dukungan

instrumental, Dukungan penilaian. Menurut Nursalam (2013) skala pengukuran

dukungan keluarga yang digunakan adalah skala likert dengan skor 20-80.

Kriteria penilaian sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, tidak pernah = 1.

2.4 Konsep Kualitas Hidup

2.4.1 Definisi Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL)

Kualitas hidup didefinisikan dengan dengan cara yang yang berbeda oleh

para peneliti. Hal ini karena istilah tersebut merupakan istilah multi disipliner

tidak hanya digunakan dalam pembicaraan sehari-hari, tetapi dalam kontek

penelitian dihubungkan dengan berbagai macam bidang khusus seperti sosiologi,

ilmu kedokteran, keperawatan dan psikologi. Selain itu adanya perbedaan etnik,

budaya dan agama juga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Oleh karena adanya

perbedaan disiplin ilmu dan perspektif yang berbeda maka kualitas hidup sulit di

definisikan secara pasti.

Farquhar (1995) dikutip dari kusman menuliskan tiga jenis utama definisi

dari QoL, yang pertama definisi global, yang kedua definisi komponen, yang

ketiga adalah definisi terfokus. Definisi global biasanya berisikan pemikiran

dalam kepuasan atau ketidakpuasan, kebahagiaan dan kesedihan, kesejahteraan,

evaluasi diri, dari pengalaman hidup dan pencapaian kepuasan secara fisik dan

sosial. Definisi komponen adalah sesuatu hal mematahkan (menurunkan) kualitas

hidup dalam suatu komponen atau dimensi atau mengetahui karakteristik QoL

tertentu yang perlu dievaluasi. Definisi terfokus adalah hanya satu atau sebagian

kecil komponen dari kemampuan kesehatan atau fungsional.

Kualitas hidup adalah suatu kesejahteraan yang dirasakan oleh seseorang

dan berasal kepuasan dan ketidakpuasan dengan kehidupan yang penting bagi

mereka. Persepsi subjektif tentang kepuasan terhadap berbagai aspek kehidupan

Page 24: bab II

31

dianggap sebagai suatu penentu utama dalam penilaian kualitas hidup, karena

kepuasan mereka merupakan pengalaman kognitif yang menggambarkan

penilaian terhadap kondisi kehidupan yang stabil dalam jangka waktu lama. (Ilene

Morof dan Pamala, 2002).

2.4.2 Teori Kualitas Hidup

Menurut Ventegodt, Merrick dan Andersen (2003) kulaitas hidup berarti

hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan kehidupannya yang

berkualitas tinggi. Dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam 3 bagian yang

berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu :

2.4.2.1 Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang dirasakan oleh

masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu secara

personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan

mereka.

2.4.2.2 Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang

merupakan level yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup

dalam keharmonisan.

2.4.2.3 Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia

luar. Kualitas objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi

pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.

2.4.3 Komponen Kualitas Hidup

University of Toronto pada tahun 2004 (dalam Kurtus, 2005) menyebutkan

kualitas hidup dikelompokkan dalam 3 bagian yaitu kesehatan, kepemilikan

(hubungan individu dengan lingkungan) dan harapan (prestasi dan aspirasi

individu).

2.4.3.1 Kesehatan

Kesehatan dalam kualitas hidup dibagi dalam 3 kelompok yaitu secara

fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari kesehatan fisik,

personal hygiene, nutrisi, olahraga, pakaian dan penampilan fisik secara umum.

Secara psikologis yang terdiri dari kesehatan dan penyesuaian psikologis,

kesadaran, perasaan, harga diri, ketentraman, konsep diri, control diri dan

Page 25: bab II

32

aktualisasi diri dalam lingkungan. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi

yang dikembangkan, standar-standar pribadi yang diyakini dan kepercayaan

spiritual yang diyakininya.

2.4.3.2 Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam kualitas

hidup di bagi menjadi 2 bagian yaitu secara fisik dan sosial. Secara fisik terdiri

dari rumah, kendaraan, tempat kerja, sekolah, tetangga/lingkungan dan

masyarakat. Secara sosial dekat dengan orang lain, keluarga, teman, lingkungan

dan masyarakat.

2.4.3.3 Harapan

Merupakan impian atau angan-angan yang akan dicapai sebagai

perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan aspirasi

individu) sehingga individu tersebut merasa berharga atau dihargai di dalam

lingkungan keluarganya maupun masyarakat sekitar melalui suatu hasil karya dan

tindakan nyata yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.

2.4.4 Dampak Hemodialisis Terhadap Kualalitas Hidup

Dampak hemodialisa akan berakibat terhadap respon pasien. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya karakteristik individu, pengalaman

sebelumnya dan mekanisme koping. Masing-masing dimensi mempunyai

pengaruh tersendiri terhadap kualitas hidup.

1. Dimensi fisik

Dimensi fisik mempunyai beberapa dampak terhadap kualitas hidup penderita

gagal ginjal kronik. Dimensi fisik merujuk pada gejala-gejala yang terkait

penyakit dan pengobatan yang dijalani. Pada penderita gagal ginjal kronik akan

mengalami perubahan fisik. Kelemahan merupakan hal utama yang dirasakan oleh

pasien gagal ginjal kronik. Kelemahan berhubungan dengan gangguan pada

kondisi fisik, termasuk malnutrisi, anemia uremia. Kelemahan fisik dapat

menurunkan motivasi. Kelemahan secara signifikan berhubungan dengan

timbunya gejala gangguan masalah tidur, status kesehatan fisik yang menurun dan

depresi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Farida, 2010).

Page 26: bab II

33

2. Dimensi psikologi

Tallis (2005) respon psikologis pada pasien gagal ginjal kronik dapat bervarasi

dan sering berhubungan dengan kerugian, baik actual maupun potensial dan telah

disamakan dengan proses kesedihan. Depresi merupakan respon psikologis yang

paling umum dan telah dilaporkan berhubungan dengan kualitas hidup yang

rendah yang berhubungan dengan kesehatan. Kemarahan dan penolakan yang

sering dilakukan oleh pasien untuk melindungi diri dan emosi tak terkendali, ini

dapat memiliki efek negatif yang dapat menybabkan penurunan kepatuhan pasien

terhadap rejimen pengobatan dan mengurangi komunikasi yang efektif antara

pasien dan tim kesehatan.

3. Dimensi hubungan sosial

Nutrisi merupakan komponen penting dalam kehidupan pasien dengan gagal

ginjal kronik. Efek samping jika mengalami gangguan nutrisi adalah

hiperkalemia, hiperfosfatemia, protein yang berhubungan dengan kekurangan gizi

dan kelebihan cairan. Sebagian besar dari interaksi orang, melibatkan makan dan

minum sehingga tidak jarang untuk pasien dengan ESRF untuk mengurangi

keterlibatan sosial mereka karena pembatasan makanan dan minuman yang ketat.

Masalah sosial lainnya dapat dipengaruhi oleh penyakit kronis dan termasuk

status kerja pasien, hubungan antara keluarga dan teman-teman dan bahkan

keinginan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Perubahan aspek sosial dapat

disebabkan oleh perubahan fisik atau psikologis bisa ada siklus negatif yang jika

dipelihara maka penyebabnya juga dapat menjadi efek (Tallis, 2005).

4. Dimensi Lingkungan

Penelitian yang dilakukan oleh Chang (dikutip dalam Farida, 2010) mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam melakukan koping pada

pasien yang menjalani hemosialisis. Hasil penelitian mengatakan penyebab stress

utama adalah yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan ketidakmampuan

untuk mendapatkan uang.

Page 27: bab II

34

2.4.5 Penilaian Kualitas Hidup

Dalam menilai kualitas hidup pasien perlu diperhatikan beberapa hal yaitu

kualitas hidup tersebut terdiri dari beberapa domain/aspek. Alat ukur untuk

menilai kualitas hidup telah banyak dikembangkan oleh para ilmuan yang

dipergunakan untuk mengukur kualitas hidup pasien-pasien yang menderita

penyakit kronik dan salah satunya adalah alat ukur yang dikembangkan oleh

Ferrans dan Power (1996) yang dikenal dengan The Quality of Life Index (QLI).

The Quality of Life Indeks telah dikembangkan oleh Ferrans sejak tahun 1985,

dimana The QLI digunakan untuk mengukur kualitas hidup dalam berbagai aspek

kehidupannya. Instrument The QLI terdiri dari dua bagian : pertama mengukur

berdasarkan pentingnya berbagai aspek kehidupan bagi pasien. Sejumlah The QLI

telah dikembangkan untuk digunakan dengan berbagai gangguan dan penyakit

kronik pada masyarakat umum.

Untuk pengukuran kualitas hidup pasien yang menjalani dialysis Ferrans dan

power telah mengembangkan the QLI dengan nama Quality of Life Index Dialysis

Version III yang terdiri dari 26 pertanyaan yang dikembangkan untuk menilai

kualitas hidup secara keseluruhan dalam empat domain yaitu Kesehatan dan

fungsinya, Psikologi/spiritual, Sosial ekonomi dan lingkungan. Kriteria penilaian

1=kurang baik, 2=baik.

Page 28: bab II

35

2.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah penjelasan tentang teori yang dijadikan landasan

dalam suatu penelitian serta asumsi-asumsi teoritis yang mana ada teori tersebut

yang akan digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti (Dharma, 2011).

Gambar 2.2 Kerangka TeoriTeori Modifikasi Brunner dan Suddarth (2002) dalam buku Keperawatan Medikal

Bedah, Slamet Suyono (2002) dalam buku Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Friedman 2010 dalam buku keperawatan keluarga.

GGK

( Gagal Ginjal Kronik )

Kualitas Hidup pasien penderita gagal ginjal

kronik

Terapi Hemodialisa

Gagal ginjal

Gagal Ginjal Akut

Dukungan keluarga

- Sulit tidur- Nafsu makan

menurun, mual muntah.

- Kram otot pada malam hari

- Ureum :- Kreatinin :

- Berkurangnya urin saat buang air

- Pembengkakan pada daerah kaki

- Perasaan mengantuk - Nafas pendek - Ureum : - Kreatinin :

Peran parawat