BAB II

19
BAB II PEMBAHASAN Pada praktikum Petrografi akan dilakukan pengamatan sayatan tipis batuan beku yang teraltrasi dengan menggunakan mikroskop polarisator. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, tekstur umum, tekstur khusus, tipe alterasi, komposisi mineral. Sehingga dapat mengetahui nama batuan bedasarkan klasifikasi Russel B. Travis, 1955. 4.1 Sayatan Batuan M. 12. 5 Pengamatan sayatan batuan beku yang teralterasi M 12 5. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x perbesar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur umum meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric. Berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah inequigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukurannya lebih kecil dan tidak terlihat dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative cepat. Di karenakan 9

Transcript of BAB II

BAB IIPEMBAHASAN

Pada praktikum Petrografi akan dilakukan pengamatan sayatan tipis batuan beku yang teraltrasi dengan menggunakan mikroskop polarisator. Pengamatan yang dilakukan meliputi jenis batuan, tekstur umum, tekstur khusus, tipe alterasi, komposisi mineral. Sehingga dapat mengetahui nama batuan bedasarkan klasifikasi Russel B. Travis, 1955.

4.1 Sayatan Batuan M. 12. 5Pengamatan sayatan batuan beku yang teralterasi M 12 5. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x perbesar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur umum meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric.

Berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah inequigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukurannya lebih kecil dan tidak terlihat dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative cepat. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk tidak dapat membentuk rantai kimia yang panjang. Inequigranular sendiri termasuk kedalam porfiriafanik dikarenakan pada sayatan fragmennya dikelilingi oleh masa dasar yang berukuran sangat halus atau kecil. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric pada batuan ini tergolong hypidiamorf (subhedral) yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk sebagian yang sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna.

Komposisi mineral penyusun batuan ini dengan memiliki sifat optik sebagai berikut. Mineral umum memiliki warna mineral putih, memiliki kembaran albit merupakan sifat optik mineral plagioklas (andesit) dengan presentase penyusunnya sebesar 58,33%. Dan dengan sifat optik memiliki warna putih, gelapan bergelombang, relief rendah merupakan sifat optik mineral kuarsa dengan presentase 10%. Sedangkan komposisi mineral sekunder yang terdapat pada sayatan memiliki sifat optik sebagai berikut: warna bercak coklat yang terlihat pada ppl merupakan sifat optik mineral biotite sekunder dengan presentase 26,67%. Sifat optik mineral dengan warna coklat dan bertumpuk dengan mineral berwarna merah merupakan sifat mineral serisit dengan presentase sebesar 3,33%. Sifat mineral dengan bentuk kecil, merah, bir, ijo, namun pada bagian tepi (pinggir) berwarna kuning merupakan sifat optik mineral epidot dengan presentase sebanyak 5%. Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki tipe altrasi potasik yang merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen. Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magamatik yang kuat.Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.

Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan. Berikut ini ciri ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu Actinolite. Berdasarkan ciri tipe potasik yang sudah di jelaskan di atas dapat dilihat komposisi mineral seperti yang ada pada foto dibawah ini.

Gambar 2.1 Sayatan Tipis M.12.5 Penampakan PPL (Kiri) dan Penampakan XPL (Kanan)Berdasarkan komposisi mineral, tekstur umum yang dapat mengetahui dimana tempat pembentuan mineral dan waktu pembentukan mineral, dan tipe alterasi yang di lihat dari komposisi mineral penyusun batuan dapt diketahui nama batuannya adalah Andesit Porfiri Terubahkan (Russel B. Travis, 1955).4.2 Sayatan Batuan Qde-clPengamatan sayatan batuan beku yang teralterasi Qde-cl. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x perbesar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur umum meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric.

Berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah inequigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukurannya lebih kecil dan tidak terlihat dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative cepat. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk tidak dapat membentuk rantai kimia yang panjang. Inequigranular sendiri termasuk kedalam faneroporfiritik dikarenakan pada sayatan fragmennya dikelilingi oleh masa dasar yang berukuran besar dan dapat dilihat oleh mata. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric pada batuan ini tergolong anhedral yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk tidak sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna.

Komposisi mineral penyusun batuan ini dengan memiliki sifat optik sebagai berikut. Mineral umum memiliki warna mineral putih, memiliki kembaran albit merupakan sifat optik mineral plagioklas (labradorit) dengan presentase penyusunnya sebesar 25%. Dan dengan sifat optik memiliki warna putih, gelapan bergelombang, relief rendah merupakan sifat optik mineral kuarsa dengan presentase 18,33%. Sedangkan komposisi mineral sekunder yang terdapat pada sayatan memiliki sifat optik sebagai berikut: warna hijau pada saat dilihat dipengamatan ppl merupakan sifat mineral klorit dengan presentase sebesar 3,33%. Sifat mineral dengan bentuk kecil, merah, bir, ijo, namun pada bagian tepi (pinggir) berwarna kuning merupakan sifat optik mineral epidot dengan presentase sebanyak 50%. Dan memiliki sifat optik dengan warna putih seperti kuarsa namun tidak memiliki gelapan bergelombang dan memiliki bentuk segi8 merupakan sifat optik kaulinit dengan presentase sebesar 3,33%.

Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki tipe altrasi propilotik yang merupakan Dicirikan oleh kehadiran klorit disertai dengan beberapa mineral epidot, illit/serisit, kalsit, albit, dan anhidrit. Terbentuk pada temperatur 200-300C pada pH mendekati netral, dengan salinitas beragam, umumnya pada daerah yang mempunyai permeabilitas rendah. Menurut Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004), terdapat empat kecenderungan himpunan mineral yang hadir pada tipe propilitik, yaitu : Klorit-kalsit-kaolinit.

Klorit-kalsit-talk.

Klorit-epidot-kalsit.

Klorit-epidot.

. Berdasarkan ciri tipe potasik yang sudah di jelaskan di atas dapat dilihat komposisi mineral seperti yang ada pada foto dibawah ini.

Gambar 2.2 Sayatan Tipis Qde-cl Penampakan PPL (Kiri) dan Penampakan XPL (Kanan)Berdasarkan komposisi mineral, tekstur umum yang dapat mengetahui dimana tempat pembentuan mineral dan waktu pembentukan mineral, dan tipe alterasi yang di lihat dari komposisi mineral penyusun batuan dapt diketahui nama batuannya adalah Diorit Kuarsa Terubahkan (Russel B. Travis, 1955).

4.3 Sayatan Batuan 47Pengamatan sayatan batuan beku yang teralterasi 47. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x perbesar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur umum meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric.

Berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah inequigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolong ukurannya lebih kecil dan tidak terlihat dan bentuk kristal relatif tidak seragam. Kenampakan inequigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative cepat. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk tidak dapat membentuk rantai kimia yang panjang. Inequigranular sendiri termasuk kedalam porfiriafanik dikarenakan pada sayatan fragmennya dikelilingi oleh masa dasar yang berukuran sangat halus atau kecil. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric pada batuan ini tergolong anhedral yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk tidak sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna.

Komposisi mineral penyusun batuan ini dengan memiliki sifat optik sebagai berikut. Mineral umum memiliki warna putih, gelapan bergelombang, relief rendah merupakan sifat optik mineral kuarsa dengan presentase 13,33%. Dan gelasan dengan presentase 16,67%. Sedangkan komposisi mineral sekunder yang terdapat pada sayatan memiliki sifat optik sebagai berikut: warna bercak coklat yang terlihat pada ppl merupakan sifat optik mineral biotite sekunder dengan presentase 10%. Sifat mineral dengan warna coklat menyebar dan tidak ada bercak merupakan sifat optik mineral monmorlonit dengan presentase sebanyak 46,67%. Dan memiliki sifat optik dengan warna putih seperti kuarsa namun tidak memiliki gelapan bergelombang dan memiliki bentuk segi8 merupakan sifit optik mineral kaulinit dengan presentase sebesar 13,33%.Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki tipe altrasi argilik yang merupakan pada tipe argilik terdapat dua kemungkinan himpunan mineral, yaitu muskovot-kaolinit-monmorilonit dan muskovit klorit - monmorilonit. Himpunan mineral pada tipe argilik terbentuk pada temperatur 100-300C (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004), fluida asam-netral, dan salinitas rendah. Berdasarkan ciri tipe potasik yang sudah di jelaskan di atas dapat dilihat komposisi mineral seperti yang ada pada foto dibawah ini.

Gambar 2.3 Sayatan Tipis 47 Penampakan PPL (Kiri) dan Penampakan XPL (Kanan)Berdasarkan komposisi mineral, tekstur umum yang dapat mengetahui dimana tempat pembentuan mineral dan waktu pembentukan mineral, dan tipe alterasi yang di lihat dari komposisi mineral penyusun batuan dapt diketahui nama batuannya adalah Andesit Terubahkan (Russel B. Travis, 1955).4.4 Sayatan Batuan YTO-P BIOPengamatan sayatan batuan beku yang teralterasi YTO-P BIO. Mikroskop polarisasi ini menggunakan perbesaran lensa 4 x perbesar dari perbesaran normal untuk mengetahui kenampakan tekstur batuan secara mikroskopis. Tekstur ini dapat menggambarkan bentuk, ukuran, dan susunan mineral di dalam batuan. Pengamanatan tekstur umum meliputi tingkat granularitas, derajat kristalisasi, dan fabric.

Berdasarkan tingkat granularitas pada batuan ini ialah equigranular yang menunjukkan ukuran butir kristal dengan pengamatan mikroskop polar tergolongukuran sedang berkisar 1-5 mm dan bentuk kristal relatif seragam. Kenampakan equigranular ini menunjukan bahwa selama pembentukan kristal dalam waktu yang relative lama. Di karenakan ikatan antar struktur kimia ini membentuk rantai yang panjang. Equigranular sendiri termasuk kedalam fenirik dikarenakan pada sayatan mineralnya dapat terlihat jelas dan ukurannya besar-besar. Derajat kristalisasi yang menunjukkan keadaan proporsi antara massa kristal yang terkandung di dalam batuan dengan massa gelasan. Derajat kristalisasi pada batuan ini ialah holokristalin yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal 100 %. Derajat kristalisasi ini dalam pengamatan mikroskop polar dapat di ketahui ketika di masukkan baji kuarsa sayatan tidak berubah warna menjadi merah muda setelah di lakukan pemutaran meja preparat. Di ketahui pula kenampakan holokristalin ini menunjukkan adanya proses pembentukan kristal jauh berada di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan yang relative tinggi tanpa adanya pengaruh fluida dan udara luar. Pengamatan berikutnya ialah fabric meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan. Fabric pada batuan ini tergolong anhedral yang di ketahui dari batas bidang kristal mineral yang terbentuk tidak sempurna dan kurang jelas. Kondisi ini di ketahui mineral yang terbentuk saat itu rongga atau ruang yang tersedia sudah tidak memadai untuk membentuk kristal secara sempurna.

Komposisi mineral penyusun batuan ini dengan memiliki sifat optik sebagai berikut. Mineral umum memiliki warna mineral putih, memiliki kembaran albit merupakan sifat optik mineral plagioklas (labradorit) dengan presentase penyusunnya sebesar 20%. Dan dengan sifat optik memiliki warna putih, gelapan bergelombang, relief rendah merupakan sifat optik mineral kuarsa dengan presentase 16,67%. Sedangkan komposisi mineral sekunder yang terdapat pada sayatan memiliki sifat optik sebagai berikut: warna bercak coklat yang terlihat pada ppl merupakan sifat optik mineral biotite sekunder dengan presentase 13,33%. Sifat optik mineral dengan warna hijau pada saat dilihat dipengamatan ppl merupakan sifat mineral klorit dengan presentase sebesar 3,33%. Sifat mineral dengan bentuk kecil, merah, bir, ijo, namun pada bagian tepi (pinggir) berwarna kuning merupakan sifat optik mineral epidot dengan presentase sebanyak 26,67%.

Pengamatan petrografi pada batuan peraga ini memiliki tipe altrasi potasik yang merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari beberapa ratus meter. Zona alterasi ini dicirikan oleh mineral ubahan berupa biotit sekunder, K Feldspar, kuarsa, serisit dan magnetite. Pembentukkan biotit sekunder ini dapat terbentuk akibat reaksi antara mineral mafik terutama hornblende dengan larutan hidrotermal yang kemudian menghasilkan biotit, feldspar maupun pyroksen.Dicirikan oleh melimpahnya himpunan muskovit-biotit-alkali felspar-magnetit. Anhidrit sering hadir sebagai asesori, serta sejumlah kecil albit, dan titanit (sphene) atau rutil kadang terbentuk. Alterasi potasik terbentuk pada daerah yang dekat batuan beku intrusif yang terkait, fluida yang panas (>300C), salinitas tinggi, dan dengan karakter magamatik yang kuat.

Selain biotisasi tersebut mineral klorit muncul sebagai penciri zona ubahan potasik ini. Klorit merupakan mineral ubahan dari mineral mafik terutama piroksin, hornblende maupun biotit, hal ini dapat dilihat bentuk awal dari mineral piroksin terlihat jelas mineral piroksin tersebut telah mengalami ubahan menjadi klorit. Pembentukkan mineral klorit ini karena reaksi antara mineral piroksin dengan larutan hidrotermal yang kemudian membentuk klorit, feldspar, serta mineral logam berupa magnetit dan hematit.Alterasi ini diakibat oleh penambahan unsur pottasium pada proses metasomatis dan disertai dengan banyak atau sediktnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat. Sedangkan klorit, aktinolite, dan garnet kadang dijumpai dalam jumlah yang sedikit. Mineralisasi yang umumnya dijumpai pada zona ubahan potasik ini berbentuk menyebar dimana mineral tersebut merupakan mineral mineral sulfida yang terdiri atas pyrite maupun kalkopirit dengan pertimbangan yang relatif sama.

Bentuk endapan berupa hamburan dan veinlet yang dijumpai pada zona potasik ini disebabkan oleh pengaruh matasomatik atau rekristalisasi yang terjadi pada batuan induk ataupun adanya intervensi daripada larutan magma sisa (larutan hidrotermal) melalui pori-pori batuan dan seterusnya berdifusi dan mengkristal pada rekahan batuan. Berikut ini ciri ciri salah satu contoh mineral ubahan pada zona potasik yaitu Actinolite. Berdasarkan ciri tipe potasik yang sudah di jelaskan di atas dapat dilihat komposisi mineral seperti yang ada pada foto dibawah ini.

Gambar 2.4 Sayatan Tipis YTO-P BIO Penampakan PPL (Kiri) dan Penampakan XPL (Kanan)Berdasarkan komposisi mineral, tekstur umum yang dapat mengetahui dimana tempat pembentuan mineral dan waktu pembentukan mineral, dan tipe alterasi yang di lihat dari komposisi mineral penyusun batuan dapt diketahui nama batuannya adalah Diorit Kuarsa Terubahkan (Russel B. Travis, 1955).

DAFTAR PUSTAKA

http://pillowlava.wordpress.com/mineralisasi/mineralisasi-2/ Sabtu, 8 Juni 2013 http://earthmax.wordpress.com/2010/05/04/tipe-alterasi-hidrotermal/ Sabtu, 8 Juni 2013 http://www.barkervillegold.com, diakses pada Sabtu, 8 Juni 2013 http://earthsci.org/mineral/mindep/depfile/skarn.htm, diakses pada Sabtu, 8 Juni 2013 http://www.mistycreekventures.com, Sabtu, 8 Juni 2013 http://geologiblankfive.files.wordpress, Sabtu, 8 Juni 2013 http://geologicalintroduction.baffl.co.uk, Sabtu, 8 Juni 2013 http://reinesin.blogspot.com/2012/04/geology-week-hydrothermal-alterasion.html Sabtu, 8 Juni 2013 http://isticlyne.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-alterasi-hidrothermal.html Sabtu, 8 Juni 2013 Serisit

Plagioklas

Biotite

Epidot

Kuarsa

Kaulinit

Epidot

Plagioklas

Klorit

Kuarsa

Monmorlinit

Kaulinit

Biotite

Kuarsa

Plagioklas

Klorit

Epidot

Kuarsa

Biotite

20