BAB II

50
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Dalam kajian pustaka dan kerangka pemikiran ini, peneliti akan membahas dan menjelaskan beberapa hal yang menyangkut penelitian yang sedang dilakukan, yaitu yang pertama kajian pustaka yang akan di gunakan penelitian untuk mendukung pembahasan masalah – masalah yang akan di bahas oleh peneliti agar masalah tersebut dapat teridentifikasi. Kedua, kerangka teori yang terdiri atas berbagai teori yang berhubungan atau berkaitan dengan masalah penelitian yang akan di bahas berdasrkan studi kepustakaan yang peneliti kaji. Ketiga kerangka konseptual yang di turunkan dari beberapa konsep yang di anggap oleh peneliti berhubungan dengan masalah yang sedang di teliti. Keempat, alur kerangka pemikiran sebagai alur pedoman pemecahan masalah agar tujuan yang di teliti tercapai. Universitas Budi Luhur

Transcript of BAB II

BAB IIKAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam kajian pustaka dan kerangka pemikiran ini, peneliti akan membahas dan menjelaskan beberapa hal yang menyangkut penelitian yang sedang dilakukan, yaitu yang pertama kajian pustaka yang akan di gunakan penelitian untuk mendukung pembahasan masalah masalah yang akan di bahas oleh peneliti agar masalah tersebut dapat teridentifikasi. Kedua, kerangka teori yang terdiri atas berbagai teori yang berhubungan atau berkaitan dengan masalah penelitian yang akan di bahas berdasrkan studi kepustakaan yang peneliti kaji. Ketiga kerangka konseptual yang di turunkan dari beberapa konsep yang di anggap oleh peneliti berhubungan dengan masalah yang sedang di teliti. Keempat, alur kerangka pemikiran sebagai alur pedoman pemecahan masalah agar tujuan yang di teliti tercapai.

2.1 Kajian PustakaKajian pustaka ini terdiri dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang sejenis dan peranan di lakukan oleh peneliti lain nya serta peneliti tersebut memiliki hubungan dengan masalah yang akan diteliti. Penelitian terdahulu ini di dapatkan dalam bentuk apa saja baik itu berupa skripsi, tesis , ataupun jurnar ilmiah.2.1.1.Tinjauan Hasil Penelitian Sejenis Terdahulu2.1.1.1Komunikasi Media Masa di Indonesia tentang pemberitaan kinerja 100 Hari Pemerintahan SBY Buediono ( Analisis Framing Robet N. Entman pada Harian Surat Kabar Media Indonesia).Peneliti yang dilakukan Petrus Damianus Purna Rahayu Universitas Budi Lubur Jakarta tahun 2010, Judul penelitian Kontruksi Media Massa di Indonesia tentang pemberitaan Kinerja 100 Hari SBY Boediono ( Analisis Framing Robert N. Entman pada harian surat Kabar Media Indonesia). Rumasan Masalah untuk mengetahui bagaimanakinerja Presiden dan Wakil Presiden dalam Program 100 Kerja kabinet. Teori yang digunakan adalah teori Framing Robert N. Entman. Metode Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif. Maksud dan Tujuan Penelitian menurut penelitian dalam penelitian menyimpulkan bahwa surat kabar harian Media Indonesia memandang program 100 hari kerja kabinet yang di keluarkan oleh Pemerintahan SBY dan Boediono beserta Kabinet Indonesia Bersatu II bukanlah solusi yang terbaik untuk mensejahterakan masyarakat, wlaupun menurut Koran Tempo, sudah ada kemajuan dalam hasilnya, namun juga tidak dipunkiri masih ada beberapa kekurangan yang masih harus terus diperbaiki. Dengan kata lain Media Indonesia menyatakan program 100 hari tersebut gagal. Sedangkan Koran Tempo, mendukung program tersebut, dengan memperbaiki kekurangan yang masih ada. Hasil Penelitian menurutnya Frame tiga surat kabar tersebut menyatakan dukungan kepada masyarakat, terkait aksi demontrasi yang dilakukan di hampir seluruh wilayah tanah air, asalkan dalam pelaksaan nya berjalan dengan tertib dan damai.2.1.1.2 Analisis Framing Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia 2011/12 Pada Media Online Goal.Com Indoneisa.Tujuan Penelitian ini adalah: (1). Untuk mengetahui media Online Goal.com Indonesia dalam membingkai pemberitaan club peserta liga terhadap format kompetisi liga Indonesia 2011/12. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggambarkan masalah yang sedang di hadapi dan selanjut nya di jawab masalah tersebut yang diikuti dengan penyajian data. Cara media Online Goal.com Indonesia dalam memeberikan sebuah realitas dalam penelitian ini akan menggunakan Metode Analisis Framing. Penilitian ini dilaksanakan di kota makasar. Adapun media yang di teliti adalah media Online Goal.com Indonesia. Yang merupakan satu satunya media Online terbesar yang di Indodnesia yang khusus menyajikan sepakbola khususnya berita seputar liga Indonesia. Data Primer di peroleh dari media Online Goal.com Indonesia mengenai pengurusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia 2011/12 dalam rentang waktu bulan September November 2011. Sementara data sekundernya adalah data yang di peroleh selain dari media Online Goal.com Indonesia, literature literature yang membahas tema yang serupa. Hasil Penelitian menunjukan bahwa Goal.com Indonesia memiliki kecendrungan pemberitaan jika kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia telah melanggar pedoman dan hasil kongres PSSI. Penelitian ini juga menemukan bahwa pemberitaan media Goal.com Indonesia seputar club club seputar anggota PSSI peserta liga Indoneisa cenderung mengangkat berita tentang aksi club club yang menolak kompetisis IPL. Masalah penelitian Bagai mana Media Online Goal.com Indonesia membingkai pemberitaan ke pegerusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia 2012. Maksud dan Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Media Online Goal.com Indonesia dalam membingkai pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia 2011/2012. Metode Penelitian Menggunakan Metode Analisis Framing model Zongdang pan dan Gerald M. Kosiki.2.1.1.3Konstruksi Pemberitaan Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2007 pada harian Media Indonesia dan Harian Republika.Penelitian ini dilakukan oleh fitri nurlanopsa, Universitas Mercu Buana. Rumusan Masalah bagaimana mengetahui kontruksi pemberitaan pemilukada Jakarta 2007 pada harian Media Indonesia dan Republika periode Juli dan Agustus? Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui kontruksi harian Media Indonesia dan Republika tentang berita pemilukada Jakarta 2007. Teori Penelitian yang di gunakan adalah Analisis Framing model Zongdang pan dan Gerald M. Kosicki. Metode Penelitian menggunakan metode deskriftif Kualitatif. Hasil Penelitian bahwa rangkaian peristiwa yang terkait pilkada DKI Jakarta 2007 di kontruksi oleh Media Indonesia sebagai bagian yang penting dalam proses pencarian pemimpin baru bagi DKI Jakarta. Dalam bingkai Media Indonesia, Fauzi Bowo dan Priyanto merupukan pasangan yang tepat untuk memimpin DKI Jakarta selanjutnya. Sedangkan Republika mempunyai kontruksi yang berbeda terkait Pilkada DKI Jakarta, Dalam bingkai Republika, kedua pasangan kandidatdi konstruksikan dengan kelebihan dan kekurangan masing masing, pembaca di bebaskan berfikir guna menjatuhkan pilihan yang sesuai dengan pemikiran masing masing.Perbandingan penelitian sejenis terdahulu yang di lakukan penelitian dapat di rangkum dalam bentuk table sebagai berikut

Tabel 2.1TINJAUAN PERBANDINGAN PENELITIAN SEJENIS TERDAHULU DAN PENELITIAN YANG DILAKUKANJudul PenelitianKomunikasi Media Masa di Indonesia tentang Pemberitaan Kinerja 100 Hari Pemerintahaan SBY Buediono ( Analisis Framing Robet N. Entman Pada Harian surat kabar Media Indonesia.Analisis Framing Pemberitaan Kepengurusan PSSI Terkait Format Kompetisi Liga Indonesia 2011/12 Pada Media Online Goal.com Indonesia Kontruksi Pemerintahan Pemelihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2007 pada harian Media Indonesia dan Harian Republika.Pemberitaan Media TV dan Elektabilitas Partai politik (Analisis Framing Robert N. Entman atas pemberitaan mundurnya Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat di Pemilu Tahun 2014 pada Media TV RCTI & SCTV)

Peneliti

Petrus Damianus Purna RahayuRizka KhaerunnisyaFitri Nurlanopa Eko Ari Wijaya

Lembaga dan TahunUniversitas Budi Lubur Jakarta tahun 2010Universitas Hasanuddin, 2012Universitas Mercu Buana 2011 Universitas Budi Luhur 2013

Masalah Penelitian untuk mengetahui bagaimanakinerja Presiden dan Wakil Presiden dalam Program 100 Kerja kabinet.Bagaimana Media Online Goal.com Indonesia membingkai pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi Liga Indonesia 2011 / 2012.

bagaimana mengetahui kontruksi pemberitaan pemilukada Jakarta 2007 pada harian Media Indonesia dan Republika periode Juli dan Agustus?Baga imana media televisi RCTI dan SCTV memberitakan tentang kasus AnasUrbaningrum terhadap stabilitan partai Demokrat di Pemilu Tahun 2014 nanti nya?

Maksud dan Tujuan Penelitianmenurut penelitian dalam penelitian menyimpulkan bahwa surat kabar harian Media Indonesia memandang program 100 hari kerja kabinet yang di keluarkan oleh Pemerintahan SBY dan Boediono beserta Kabinet Indonesia Bersatu II bukanlah solusi yang terbaik untuk mensejahterakan masyarakat, wlaupun menurut Koran Tempo, sudah ada kemajuan dalam hasilnya, namun juga tidak dipunkiri masih ada beberapa kekurangan yang masih harus terus diperbaiki. Dengan kata lain Media Indonesia menyatakan program 100 hari tersebut gagal. Sedangkan Koran Tempo, mendukung program tersebut, dengan memperbaiki kekurangan yang masih ada.Untuk mengetahui media online Goal.com Indonesia dalam membingkai pemberitaan kepengurusan PSSI terkait format kompetisi Liga Indonesia 2011/2012.untuk mengetahui kontruksi harian Media Indonesia dan Republika tentang berita pemilukada Jakarta 2007.untuk memahami pembingkaian berita mengenai pemberintaan kasus nya Anasurbaningrum terhadap Stabilitas Partai Demokrat di pemilu 2014 pada media Televisi RCTI dan SCTV.

Teori

Kualitatif Kualitatif KualitatifKualitatif

Metode Penelitian metode Kualitatif deskriptif.metode deskriptif analisisAnalisis Framing model Zongdang pan dan Gerald M. Kosicki.Analisis Framing Robert N. Entman.

Hasil Penelitian menurutnya Frame tiga surat kabar tersebut menyatakan dukungan kepada masyarakat, terkait aksi demontrasi yang dilakukan di hampir seluruh wilayah tanah air, asalkan dalam pelaksaan nya berjalan dengan tertib dan damai.

menunjukan bahwa Goal.com Indonesia memiliki kecendrungan pemberitaan jika kepengurusan PSSI terkait format kompetisi liga Indonesia telah melanggar pedoman dan hasil kongres PSSI. Penelitian ini juga menemukan bahwa pemberitaan media Goal.com Indonesia seputar club club seputar anggota PSSI peserta liga Indoneisa cenderung mengangkat berita tentang aksi club club yang menolak kompetisis IPL.

bahwa rangkaian peristiwa yang terkait pilkada DKI Jakarta 2007 di kontruksi oleh Media Indonesia sebagai bagian yang penting dalam proses pencarian pemimpin baru bagi DKI Jakarta. Dalam bingkai Media Indonesia, Fauzi Bowo dan Priyanto merupukan pasangan yang tepat untuk memimpin DKI Jakarta selanjutnya. Sedangkan Republika mempunyai kontruksi yang berbeda terkait Pilkada DKI Jakarta, Dalam bingkai Republika, kedua pasangan kandidatdi konstruksikan dengan kelebihan dan kekurangan masing masing, pembaca di bebaskan berfikir gunamenjatuhkan pilihan yang sesuai dengan pemikiran masing masing.

Perbedaan Perbedaan dengan penelitian peneliti terletak pada objek yang diteliti dan media yang di gunakan.Perbedaan Penelitiian ini terhadap penelitian peneliti yaitu terletak pada objek yang di teliti dan teori pendekatan yang di gunakan.Perbedaan Penelitian ini dengan penelitian peneliti terletak pada media massa dan objek yang digunakan.

2.1.2 Keranka Teoritis Dalam kajian teori ini, penelitian akan membahas dan menjabarkan teori teori yang di gunakan penelitian sebagai referensi. Dengan demikian, isi dari analisis penelitian memiliki suatu landasan teori yang dapat di pertanggung jawabkan.2.1.2.1Konstruksi RealitasPada dasarnya konstruksi realitas itu merupakan suatu proses pembentukan makna dari apa yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan, sebuah framing tidak terlepas dari sebuah konstruksi realitas karena konsep framing merupakan sebuah pembingkaian dari sebuah berita yang disajikan oleh media.Menurut Peter L. Berger dan Thomas Luckman konstruksi realitas dimulai dengan penjelasan mengenai realitas sosial dengan memisahkan pemahaman kenyataan dan pengetahuan. Mereka mengartikan realitas sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-realitas, yakni diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada khalayak kita sendiri. Sementara, pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik secara spesifik. (Alex Sobur, hal 91) Dalam buku yang berbeda Berger menambahkan, realitas juga mempunyai dimensi objektif sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada di luar atau di dalam istilah Berger, tidak dapat kita tiadakan dengan angan-angan. Hal itu bisa dilihat dari rumusan, instituasi, aturan-aturan yang ada dan sebagainya. Sebaliknya di dalamnya juga terkandung realitas subjektif pandangan individu ketika berhadapan dan bersinggungan dalam menafsirkan realitas. Dalam perspektif konstruksi sosial, kedua realitas itu saling berdialektika. (Eriyanto, hal 16 -17)Berkaitan dengan konstruksi realitas, menurut pandangan kaum konstruksionis seperti dijelaskan Eriyanto bahwa, realitas itu bersifat subjektif. Realitas iru hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas itu bisa berbeda, tergantung bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai sudut pandang berbeda. (Eriyanto, hal 19)Menurut Tuchman, media massa dalam setiap pemberitaannya mempunyai tujuan utama yaitu sebagai media penyampaian informasi kepada khalayak, namun dibalik semuanya itu, media juga mempunyai kepentingan sendiri. Sehingga dalam pemberitaannya secara tidak langsung membingungkan pembacanya. Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (Constructed Reality). Pemuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas-realitas hingga membentuk sebua cerita. (Alex Sobur, hal 88)2.1.2.2Komunikasi MassaDefinisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa di rumuskan Bittner komunikasi massa adalah pesan yang di komunikasikan melalui media masa pada sejumlah besar orang. (Rakhmat, 2008: 188) Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang di lakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. (Tamburaka, 2012:15)Menurut Maletzke, komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang terbesar. (Rakhmat, 2008:188)Joseph A. Devitodalam bukunya communicology: An Introduction to the study of communication mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut: Pertama komunikasi massa adalah komunikasi yang di tunjukkan kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televise. Ada nya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak suka untuk didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang di salurkan oleh pemancar pemancar audio visual. Komunikasi massa mungkin akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, suratkabar, majalah, film, buku dan pita. (Effendy, 2001:21)Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bahwa komunikasi massa adalah pesan yang di sampaikan secara satu arah melalui media massa dengan berbagai tujuan kepada khalayak.

2.1.2.3 Media MassaMedia Massa merupakan sarana penyampaian komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat di akses oleh masyarakat secara luas. ( Tamburaka, 2012:13 )Media massa adalah alat yang di gunakan dalam penyampaian pesan pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi, (Canggara, 2007: ) Media massa adalah bagian dari komunikasi massa berguna atau berfungsi untuk menyampaikan Informasi. Media yang dimaksut dengan proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultan) dan serentak (instant, neous ) ,, (Vera, 2010:36)Jadi, media massa adalah sarsana penyampaian informasi secara missal kepada khalayak. Menggunakan alat alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televise yang sifatnya sermpak dan serentak.2.1.2.4 Dampak Media Massa Dampak Media MassaAkibat yang ditimbulkan pada diri komunikasi yang sifatnya informasi bagi dirinya sendiri. Media massa di anggap dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat. Dampak AfektifKalau dampak kognitif sampai pada tahap pengetahuan maka dampak afektif sudah melibatkan persaaan atau emosi. Dampak ini kadar nya lebih tinggi dari pada dampak kognitif. (Vera, 2008 : 42)Jika dalam dampak kognitif hanya sekedar pada tahap pengetahuan, maka dampak afektif sudah dapat melibatkan perasaan atau emosi. Dampak KonatifDampak pesan media massa yang berupa pola pola tindakan, kegiatan, atau perilaku yang di amati. Dampak ini timbul dalam diri khalayak dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan. (Vera, 2008:41)

2.1.2.5 Bentuk Bentuk Media Massa Media massa terbagi dalam :1. Media Cetak a. Surat kabarMerupakan media yang paling tua di bandingkan dengan jenis media yang lainnya. Surat kabar memiliki kelemahan, yaiyu hanya dapat dinikmati oleh mereka yang melek huruf. Serta lebih di senangi oleh oranh tua di bandingkan kaum remaja.b. Majalah Majalah memiliki sifat dan cirri seperti surat kabar. Namun bentuk nya lebih besar dari pada buku, serta waktu terbitnya mingguan atau bulanaan.2. Media Elektronika. Radio Radio adalah suara. Suara merupakan modak utama terpaan radio ke khalayak. Secara psikologi suara adalah sensasi yang terpersepsikan dalam kemasan auditif. Radio juga media elekronik tertentu dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntukan dan melengkapi dengan media lainnya. (Vera. 2008:53)

b. Televisi Dari semua media massa, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi di jejali hiburan, berita dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. ( Vera, 2008:61)c. Film Dengan pengertian sempit, fil adalah penyajian gambar lewat layar lebar. Sedangkan dalam pengertian luasnya, film juga termasuk di siarkan di televise. (Elvirano Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, 2004:3)2.1.2.6 TelevisiTelevisi merupaka media massa elektronik bersifat audio visual yang mempunyai unsure suara dan gambar. Paduan suara dan gambarnya terlihat lebih hidup dan menarik. Siaran televisi dapat dilihat dengan aman dan nyaman sesuai dengan kebutuhan khalayak.2.1.2.7 Program TelevisiKata program itu sendiri berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang undang penyianan Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah siaran yang didefinisikan sebagai pesan atau rngkaian pesan yang di sajikan dalam berbagai bentuk.Stasiun Televisi setiap harinya menyajikan berbagai jesin program yang jumlahnya sangat banyak dan sangat beragam. Pada dasarnya apa saja dapat di jadikan program untuk di tayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai oleh audience dan tidak bertentangan dengan kesusilaan dan peraturan yang berlaku.Dari berbagai macam program yang disajikan stasiun penyiaran, jenis jenis program terbagi menjadi dua bagian yaitu.1. Program Informasi, adalah segala jenis siaran yang bertujuan untuk memberitahukan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayaka. Berita keras ( Hard News ) adalah segala bentuk informasi yang penting dan menarik yanh harus segerah di siarkan oleh media penyiaran kerna sifatnya yang harus segerah di tayangkan agar dapat diketahui oleh pemirsah. Straight News, suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting apa saja terhadap suatu perestiwa yang di beritakan. Feacure, adalah berita yang menampilkan berita ringan namun menarik. Infotaiment, adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang orang yang di kenal masyarakat (Selebriti)b. Berita lunak (Soft News) adalah informasi yang penting dan menarik yang di sampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus di tayangkan. Current affair, adalah program yang menyajikan informasi yang terkait dengan suatu berita penting yang muncul sebelum nya namun dibuat secara lengkap mendalam. Magazine adalah program yang menampilkan informasi ringan dan mendalam. Magazine menekannkan pada aspek menarik suatu informasi. Documenter, adalah program informasi yang bertujuan untukuntuk pembelajaran dan pendidikan, namun di sajikan dengan menarik. Talk Show. Adalah yang menampilkan satu atau beberapa narasumber untuk membahas suatu topic tertentu yang di pandu oleh seorang pembawa acara. 2. Program hiburan, adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur pemirsa dalam bentuk music, lagu, cerita dan permainan. Drama, adalah pertunjukan yang menyajikan ceritamengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang di perankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konfilk atau emosi. Sinetron, merupakn drama yang menyampaikan certita dari beberapa tokoh secara bersamaan.2.1.2.8 FramingPada dasarnya secara sederhana framing dapat diartikan sebagai metode untuk mengetahui bagaimana sebuah realitas dibingkai oleh media yang nantinya akan disajikan kepada masyarakat, proses pembingkaian tersebut bisa dibilang sebuah konstruksi realitas. Berikut ini merupakan beberapa pengertian framing. Menurut Eriyanto dalam bukunya yang berjudul Analisis Framing pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu targambar pada cara melihat ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana edia mengkonstruksi realita Universitas Budi LuhurPengertian framing juga dapat dilihat dari pernyataan Rubin dan Haridarkis yang dikutip oleh Nawiroh Vera dalam bukunya Pengantar Komunikasi Massa, framing adalah satu aspek penting dalam agenda setting. Bagaimana media mengemas event-event dan isu-isu berkaitan dengan (mempengaruhi) bagaimana pembaca atau audiens mengerti dan merespon event-event tersebut. ( Nawiroh Vera, 2008 : 99)Sementara itu pengertian framing dalam buku Agus Sudibyo yang berjudul Politik Media dan Pertarungan Wacana, Agus mengutip pernyataan dari W.A. Gamson dan A. Modigliani yaitu proses framing berkaitan dengan persoalan bagaimana sebuah realitas dikemas dan disajikan dalam presentasi media. Oleh karena itu sering diidentifikasi sebagai cara bercerita (story telling) yang menghadirkan konstruksi makna spesifik tentang objek wacana. (Agus Sudibyo, 2001: 21)Drs, Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika, dan Analisis Framing mengatakan Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media massa saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat untuk mengiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.(Alex Sobur, 2009: 162)Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut. Framing seperti yang dikatakan oleh Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Frame adalah prinsip dari seleksi, penekanan, dan presentasi dari realitas.(Eriyanto, hal 79)Dengan begitu dapat peneliti simpulkan bahwa framing memberikan sebuah penekanan lebih terhadap berita-berita yang menjadi fokus sebuah media, penekanan dalam berita yang disajikan oleh media dapat dilihat dari cara-cara media menonjolkan sebuah informasi agar terlihat lebih jelas dan bermakna. Hal tersebut membuat berita yang ditonjolkan mendapatkan perhatian lebih dari masyarakat yang berdampak berita tersebut akan lebih diingat dan akhirnya diterima oleh masyarakat karena menjadi bahan perbincangan. Sedangkan berita-berita yang tidak menjadi fokus sebuah media akan tenggelam dengan sendirinya karena tidak mendapat perhatian banyak dari masyarakat. Semua itu merupakan peran media dalam membingkai suatu peristiwa yang terjadi menjadi sebuah konstruksi realitas media, artinya media bisa sesuka hati memilih berita apa saja yang ingin atau tidak untuk ditonjolkan.Bentuk sebuah penonjolan tersebut bisa bermacam-macam, menempatkan satu aspek lebih menonjol dibandingkan yang lain, membuat suatu informasi lebih mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan begitu, sebuah ide dan gagasan lebih mudah untuk terlihat, diperhatikan, dan diingat di benak khalayak pembaca.2.1.2.9 Framing Robert N. EntmanFraming memberikan tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan/dianggap oleh pembuat teks. Kata penonjolan itu sendiri dapat didefinisikan membuat informasi lebih terlihat jelas, lebih bermakna, atau lebih muah diingat oleh khalayak. Informasi yang menonjol kemungkinan lebih diterima oleh khalayak , lebih terasa dan tersimpan dalam memori dibandingkan dengan yang disajikan secara biasa.Bentuk penonjolan tersebut bisa beragam; menempatkan satu aspek informasi lebih menonjol dibandingkan yang lain, lebi mencolok, melakukan pengulangan informasi yang dipandang penting atau dihubungkan dengan aspek budaya yang akrab dibenak khalayak. Dengan bentuk seperti itu, sebuah ide, gagasan, informasi lebih mudah dilihat, lebih mudah diperhatikan, diingat dan ditafsirkan karena berhubungan dengan skema pandangan khalayak. Karena kemenonjolan adalah produk interaksi antara teks dan penerima, kehadiran frame dalam teks bisa jadi tidak seperti yang dideteksi oleh peneliti, khalayak sangat mungkin mempunyai pandangan apa yang dia pikirkan atas suatu teks dan bagaimana teks berita tersebut dikonstruksi dalam pikiran khalayak.Entman melihat framing dalam dua dimensi besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu yang lain; dan menonjolkan aspek dari isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplikasi dan lain-lain.Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, hendak dibawa kemana berita tersebut.( Eriyanto, 2011: 220)

Tabel 2.1Seleksi IsuAspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek tertentu dari suatu isuAspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah terpilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Framing Entman dalam Dua Dimensi Besar

Sumber: Eriyanto, 2011:222

Frame berita timbul dalam dua level. Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi dan sebagai karakteristik dari teks berita. Misalnya, frame anti militer yang dipakai untuk melihat dan memproses informasi demonstrasi atau kerusuhan. Kedua, perangkat spesifik dari narasi berita yang dipakai untuk membangun pengertian mengenai peristiwa. Frame, berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep, symbol, citra yang ada dalam narasi berita. Karenanya, frame dapat dideteksi dan diselidiki dari kata, citra, dan gambar tertentu yang memberi makna tertentu dari teks berita. Kosakata dan gambar itu ditekankan dalam teks sehingga lebih menonjol dibandingkan bagian lain dalam teks. Itu dilakukan lewat pengulangan, penempatan yang lebih menonjol, atau menghubungkan dengan bagian lain dalam teks berita. Sehingga bagian itu lebih menonjol, lebih mudah dilihat, diingat dan mempengaruhi khalayak. Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan didalamnya konsepsi atau skema interpretasi wartawan. Pesan secara simbolik menyertakan sikap dan nilai. Ia idup membentuk dan menginterpretasikan makna didalamnya.Gambar Skema Framing Robert N. EntmanTeknik framing

Make Moral JudgementPenilaian atas penyebabDefine ProblemsPeristiwa dilihat sebagai apa

Treatment RecommendationSaran penanggulanganDiagnose CausesSiapa penyebab masalah

Gambar 2.1Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali dpaat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda. Ketika ada demonstrasi mahasiswa dan diakhiri dengan bentrokan, bagaimana peristiwa ini dipahami? Peristiwa ini dapat dipahami sebagai anarkisme gerakan mahasiswa, bias juga dipahami sebagai pengorbanan mahasiswa.(Eriyanto, 2011: 225)Diagnose causes (memperkirakan penyebaba masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bias juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula. Misalnya, dalam kasus bentrokan demonstrasi mahasiswa. Kalau demostrasi itu dipahami sebagai anarkisme mahasiswa maka mahasiswalah yang dianggap sebagai pelaku. Tetapi sebaliknya, kalau demonstrasi tersebut dipahami sebagai perlawanan mahasiswa maka polisilah yang dipandang sebagai pelaku.( Eriyanto, 2011: 225)Make moral judgment (membuat pilihan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.( Eriyanto, 2011: 225)Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangan terhantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.(Eriyanto, 2011: 225)Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis framing Robert N. Entman untuk menganalisis frame dari isi media Kompas, karena menurut konsep framing oleh Robert N. Entman dapat digunakan untuk menggambarkan suatu proses pembentukan informasi oleh media dari sebuah realitas yang ada. Framing dapat dipandang dari penempatan informasi sebuah media yang dapat menonjolkan suatu berita tertentu, sehingga berita yang lebih ditonjolkan tersebut akan mendapat perhatian yang lebih besar dari masyarakat daripada berita-berita yang lain.

2.2 Alur Kerangka Pemikiran

Pemberitan Media TV dan Elektabilitas Partai politik (Analisis Framing Robert N. Entman atas pemberitaan mundurnya Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat di Pemilu Tahun 2014)

Bagaimana Kontruksi Media TV dan Elektabilitas Partai politik (Analisis Framing Robert N. Entman atas pemberitaan mundurnya Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat di Pemilu Tahun 2014) ?

Analisis Framing Model Robert N. Entman

Define ProblemDiagnose CauseMake Moral JudgementTreatment Recommendation

Untuk mengetahui lebih lanjut dalam pemberitaan kasus Anas Urbaningrum terhadap Elekstabilitas partai demokrat di pemilu 2014 pada media Televisi RCTI dan SCTV