BAB II

64
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebutuhan gizi pada ibu hamil Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Dengan demikian jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik juga dan kesehatan ibu sewaktu melahirkan akan terjalin (Waryono, 2010). Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak. Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin. Masa kehamilan menjadi saat yang dinanti dan membahagiakan. Untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan buah hati berkembang normal, wanita hamil harus memiliki pola hidup yang sehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup olahraga, istirahat, serta menghindari alkohol dan tidak merokok (Waryono, 2010). 4

description

KEK

Transcript of BAB II

BAB II

43

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Kebutuhan gizi pada ibu hamilMasa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat ditentukan kondisinya dimasa janin dalam kandungan. Dengan demikian jika keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka janin yang dikandungnya akan baik juga dan kesehatan ibu sewaktu melahirkan akan terjalin (Waryono, 2010).Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan gizi lebih banyak. Mengingat selain kebutuhan gizi tubuh, wanita hamil harus memberikan nutrisi yang cukup untuk sang janin. Masa kehamilan menjadi saat yang dinanti dan membahagiakan. Untuk menjaga kondisi tubuh tetap sehat dan buah hati berkembang normal, wanita hamil harus memiliki pola hidup yang sehat. Seperti makan makanan yang bergizi, cukup olahraga, istirahat, serta menghindari alkohol dan tidak merokok (Waryono, 2010).Kebutuhan gizi pada ibu hamil erat hubungannya dengan bahan pangan yang dikonsumsi oleh ibu hamil tersebut. Untuk bahan makanan yang di konsumsi oleh ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan diri dan kehamilannya, harus memenuhi 6 kriteria bahan pangan agar ibu hamil tercukupi kebutuhan gizinya, yaitu :

1. Makanan yang mengandung protein (hewani dan nabati)

2. Susu dan olahannya3. Roti dan bebijian

4. Buah dan sayur yang kaya akan vitamin C

5. Sayuran berwarna hijau tua

6. Buah dan sayur lain

Jika keenam bahan makanan ini digunakan, seluruh zat gizi yang dibutuhkan oleh ibu hamil akan terpenuhi, kecuali zat besi dan asam folat. Itulah sebabnya mengapa suplementasi kedua zat ini tetap diperlukan meskipun status gizi ibu yang hamil itu terposisi pada jalur hijau KMS ibu hamil (Arisman, 2010).

2.1.1 Kebutuhan energiKehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan metabolisme tubuh ibu (Waryono, 2010).

Kehamilan memerlukan tambahan 80.000 kkal sebagaian besar terakumulasi dalam 20 minggu terakhir. Untuk memenuhi kebutuhan ini, selama kehamilan dianjurkan peningkatan kalori 100-300 kkal per hari. Kalori dibutuhkan untuk energi, dan jika asupan kalori kurang memadai maka protein akan dimetabolisasi dan bukan disisakan untuk peran vital dalam pertumbuhan dan perkembangan janin (Cunningham, 2012)Sumber energi berkonsentrasi tinggi dapat diperoleh dari bahan makanan yang mengandung Karbohidrat, lemak dan Protein (Wirjatmadi, 2012).Sebagai informasi jenis bahan makanan apa saja dan berapa besar kandungan energi yang dimiliki guna untuk bisa dimanfaatkan oleh tubuh, beberapa terangkum dalam tabel dibawah ini :Table 2.1 Jenis bahan makanan dan kandungan energi yang terkandung didalamnya (kkal/100 gram)Bahan makananNilai energiBahan makananNilai energi

Beras setengah gilingGaplek

Jagung kuning

Ketela pohon(singkong)

Mie keringRoti putih

Ubi jalar merah

Kacang hijau

Kacang kedelai

Kacang merah

Tahu

Tempe

Ayam

Daging sapi

Telur ayam

363338

355

146

337

248

123

345

331

336

68

149

302

207

162Telur bebekIkan segar

Udang segar

Daun singkong

Kangkung

Tomat masak

Wortel

Mangga harummanis

Papaya

Susu sapi

Susu kental manis

Minyak kelapa

Gula kelapa

Gula pasir

Jelli/jam189113

91

73

29

20

42

46

46

61

336

870

386

364

239

(Almatsier, 2009)2.1.2 Kebutuhan proteinKebutuhan protein wanita hamil adalah kebutuhan protein wanita hamil ditambahkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan remodeling janin, plasenta, uterus, dan payudara, serta peningkatan volume darah ibu. Selama paruh kedua kehamilan, sekitar 1000gr protein diendapkan, setara dengan 5-6gr/hari (Cunningham, 2012)Pada kehamilan aterm, janin dan plasenta memiliki berat 4 kg dan mengandung 500gr protein atau separuh dari peningkatan total selama kehamilan, dan sebanyak 500gr sisanya ditambahkan ke uterus sebagai protein kontraktil, ke payudara terutama dikelenjarnya dan ke dalam darah ibu sebagai hemoglobin dan protein plasma (Cunningham, 2012)

Asupan protein yang dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui bersasarkan Food and Nutrition Board dari institute of medicine (2008) adalah sebesar 71gr /hari (Cunningham, 2012).Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, produk ayam, telur, susu, dan hasil olahannya karena protein hewani ini mengandung asam-asam amino dalam kombinasi optimal dan susu serta hasil olahannya sumber ideal nutrient khususnya protein dan kalsium untuk wanita hamil atau menyusui (Waryono, 2010).Tabel 2.2 Jenis bahan makanan dan nilai protein yang terkandung di dalamnya (gram/ 100 gram)

Bahan makananNilai proteinBahan makananNilai protein

Kacang kedelaiKacang merah

Kacang tanah

Kacang hijau

Mente

Tempe kacang kedelai murni

Tahu

Daging sapi

Daging ayam

Telur bebek

Telur ayam

Udang segar

Ikan segar

Tepung susu skim

Tepung susu

34,929,1

25,3

22,2

21,2

18,3

7,8

18,8

18,2

13,1

12

21

16

35,6

24,6KejuKerupuk udang

Jagung kuning

Roti putih

Mie kering

Beras setengah giling

Kentang

Gaplek

Ketela pohon (singkong)

Daun singkong

Bayam

Kangkung

Wortel

Tomat masak

Mangga harumanis22,817,2

9,2

8

7,9

7,6

2

1,5

1,2

6,8

3,5

3

1,2

1

0,4

(Sumber : Almatsier, 2009)2.1.3 Kebutuhan vitamin dan mineral

1. Vitamin ADibutuhkan untuk reaksi fotokimia dalam retina. Rekomendasi RDA untuk ibu hamil adalah 800 g/ hari sama dengan wanita yang tidak hamil. Sumber asupan vitamin dapat diperoleh dari sayuran yang berdaun hijau, sayuran dan buah yang kuning pekat, cabe rawit, hati sapi, susu, margarin yang diperkaya mentega (Walsh, 2008).Vitamin A memang sangat dibutuhkan keberadaannya didalam tubuh tetapi asupan Vitamin A tidak boleh diberikan secara berlebihan terutama asupan Vitamin A yang berasal dari hati dan produk yang terbuat dari hati dikarenakan berpotensi menimbulkan efek teratogenik (Barasi, 2009).Pemberian vitamin A dosis tinggi selama kehamilan 10.000- 50.000 IU/hari terdapat keterkaitan dengan cacat lahir, Malformasi ini serupa dengan yang ditimbulkan oleh turunan vitamin A isotretinoin-Accutane yang merupakan suatu teratogen kuat (Cunningham, 2012).2. Vitamin B

Vitamin B6 (piridoksin), pemberian rutin pada ibu hamil tidak terlalu diperlukan kecuali ibu hamil beresiko asupan nutrisi yang tidak adekuat. Ibu yang berisiko meliputi mereka yang menyalahgunakan berbagai obat, alkohol dan perokok, yakni direkomendasikan 2 mg/hari. Sumber meliputi daging, telur, daging jeroan, sayuran warna kuning pekat, tepung beras dan sereal. B1 (Tiamin), B2 (riboflavin), dan B3 (niasin) diperlukan untuk metabolisme energi. Sumber makanan tiamin dan niasin yaitu daging babi, daging sapi dan hati. Riboflavin ditemukan pada susu, telur, daging jeroan, keju cheddar dan sayuran berdaun hijau. Vitamin B12 diperlukan untuk pembelahan sel, sintesa protein, pemeliharaan epitel selaput myelin, sel saraf dan produksi sel darah merah dan darah putih. Sumber vitamin B12 terutama ditemukan dalam protein hewani dan rumput laut (Walsh, 2008).Tabel 2.3 Rekomendasi Vitamin B dalam Kehamilan

Recommended dietary allowances

(RDA)Estimat average requirement

(EAR)

Tiamin1,41,2 mg

Riboflavin1,41,2 mg

B61,91,6 mg

B122,62,2 mg

Niasin181,4 mg

(Walsh, 2008).3. Vitamin C

Sebagai antioksidan dan penting untuk metabolisme tirosine, folat, histamine dan beberapa obat. the national Reasearch Council memperkirakan penambahan 10 mg/hari diperlukan dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan sistem janin dan ibu. Sumber makanan meliputi buah jeruk, strawbery, melon, brokoli, tomat, merica, kentang dan sayuran hijau mentah (Walsh, 2008). Asupan yang dianjurkan untuk vitamin C selama kehamilan adalah 80-85 mg/hari sekitar 20% lebih banyak dari pada keadaan tak hamil (Cunningham, 2012).4. Vitamin DUntuk absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan dan mineralisasi pada tulang dan gigi ibu dan janin. Sumber vitamin D antara lain susu dan telur (Walsh, 2008).Kekurangan vitamin D selama hamil dapat menimbulkan gangguan metabolisme kalsium pada ibu dan janin. Gangguan ini berupa hipokalsemia dan tetani pada bayi baru lahir, hipoplasia enamel gigi bayi, dan osteomalasia pada ibu. Kekurangan vitamin D kerap menjangkiti ibu hamil yang bermukim di daerah yang hanya sedikit bersentuhan dengan sinar matahari sehinggaa sintesis vitamin D dikulit tidak terjadi (Arisman, 2010).Rekomendasi dari Food and Nutrition Board dari Institute of Medicine (2008) merekomendasikan konsumsi vitamin D untuk ibu hamil sebanyak 5g/hari (Cunningham, 2012).Perhatian khusus perlu diberikan pada mereka yang tidak minum susu, misal kelompok vegetarian. Kepada mereka, perlu diberikan suplementasi kalsium sebanyak 5-10 g per hari (Arisman, 2010).5. Asam Folat Asam folat dibutuhkan untuk metabolisme asam amino, pembentukan purin dan timidilat (penting dalam sintesa asam nukleat), produksi hem untuk hemoglobin dan proses mitosis. Kekurangan folat telah dihubungkan dengan kerusakan sel, dan replikasi yang menimbulkan abortus spontan, anomali janin dan plasenta dan bayi SGA (Walsh, 2008).Rekomendasi dari Food and Nutrition Board dari Institute of Medicine (2008) merekomendasikan konsumsi Asam folat untuk ibu hamil sebanyak 600g/hari (Cunningham, 2012).

Jenis bahan makanan yang banyak mengandung asam folat antara lain ragi (1000 g/100gr), hati (250 g/100gr), brokoli, sayur berdaun hijau: bayam, asparagus dan kacang-kacangan, misalnya kacang kering, kacang kedelai (100 g/100gr). Sumber lain ialah ikan, daging, jeruk dan telur. Jeruk ukuran sedang, atau secangkir air jeruk mengandung 70 g, setengah cangkir brokoli masak mengandung 50 g, telur 50 g, dan setengah cangkir kacang tanah mengandung 70 g asam folat (Arisman, 2010).6. Vitamin K

Dibutuhkan untuk sintesa protrombin dan faktor pembekuanVII, IX, dan X serta untuk sintesa protein di dalam tulang dan ginjal (Walsh, 2008).Rekomendasi dari Food and Nutrition Board dari Institute of Medicine (2008) merekomendasikan konsumsi vitamin K ibu hamil pada masa kehamilan 75 g/hari pada wanita hamil usia 14-18 tahun dan 90 g/hari untuk wanita hamil usia 19-50 tahun (Cunningham, 2012)7. Kalsium

Metabolisme kalsium selama hamil berubah mencolok, meskipun mekanisme keterjadiannya belum sepenuhnya terpahami. Kadar kalsium darah ibu hamil susut sampai 5% ketimbang wanita yang tidak hamil. Secara kumulatif, janin menimbun kalsium sebanyak 30 gr, dengan kecepatan 7, 110, dan 350 mg masing-masing pada trimester I, II, dan III (Arisman, 2010).

Penting nya kalsium adalah untuk kebutuhan kalsium ibu yang meningkat dan pembentukan tulang rangka janin dan gigi (Wirjatmadi, 2012).Rekomendasi dari Food and Nutrition Board dari Institute of Medicine (2008) merekomendasikan mengkonsumsi kalsium saat ibu hamil sebanyak 1300g/hari untuk ibu hamil dengan umur 14-18 tahun dan 1000g/hari untuk ibu hamil usia 19-50tahun (Cunningham, 2012).

Asupan kalsium dapat diperoleh dari bahan makanan susu dan hasil olahannya seprti susu utuh (whole milk), susu skim, yoghurt, keju. Dan bahan makanan lain seperti udang, sarang burung, sarden kaleng, serta beberapa bahan makanan nabati seperti: sayuran warna hijau tua dan lain-lain terkecuali bayam dan kentang karena mengandung oksalat atau filtrat yang berkemampuan menghambat penyerapan mineral ini (Arisman, 2010).8. Tembaga

Dibutuhkan untuk pembentukan beberapa enzim oksidatif dalam tubuh, sintesis jaringan penyambung dan norepinefrin, dan transport zat besi. Penelitian menunjukkan bahwa perhitungan kebutuhan tembaga dalam kehamilan adalah 1,5 sampai 2 mg/hari. Karena tidak ditemukannya bukti bahwa wanita di Amerika Serikat mengalami insufiensi asupan tembaga, tidak ada rekomendasi untuk penambahan selama kehamilan. Namun ibu yang mengkonsumsi suplemen zat besi lebih besar dari 30 mg/hari dapat bermanfaat dengan penambahan 2 mg tembaga karena zat besi menghambat penyerapan tembaga(Walsh, 2008).

9. Fluorida

Tidak ada indikasi bahwa ibu hamil membutuhkan fluorida lebih banyak dari pada ibu yang tidak hamil, penambahan flourida secara rutin pada masa prenatal direkomendasikan oleh American Dental Association atau American Academy of pediatrics. Institute of Medicine telah menentukan bahwa asupan adekuat flourida adalah 3 mg/hari dan batas atas untuk flourida pada wanita dewasa 10mg/hari (Walsh, 2008).Asupan yang lebih tinggi dari batas atas meningkatkan risiko fluorosis tulang rangka dan email berkaitan dengan peningkatan risiko fraktur skelet dan fraktur pada email gigi (Walsh, 2008)10. YodiumDibutuhkan untuk pembentukan hormon tiroksin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin, serta untuk mengatasi kekurangan yodium selama kehamilan yang hilang melalui urine (Wirjatmadi, 2012).Rekomendasi dari Food and Nutrition Board dari Institute of Medicine (2008) merekomendasikan mengkonsumsi yodium untuk ibu hamil sebesar 220g/hari (Cunningham, 2012).Anjuran asupan sehari-hari untuk ibu hamil dan menyusui menurut (Food and Nutrition Board of the National Academy of Sciences in the United State) berasal dalam bentuk pemberian garam beryodium, pemberian suplementasi pada hewan ternak, pemberian minyak beryodium per oral atau injeksi (Arisman, 2010).11. Zat Besi

Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1.040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg lainya hilang. Sebanyak 300mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui diet. Karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan kepada wanita yang berstatus gizi baik (Arisman, 2010).

Kebutuhan besi yang ditimbulkan oleh kehamilan dan ekskresi ibu total mencapai sekitar 7 mg/hari. Hanya sedikit wanita memiliki simpanan besi atau asupan besi dalam makananan yang memadai untuk memenuhi jumlah ini. Karena itu, American Academy of Pediatrics dan America College of Obstetricans and Gynecologist menguatkan rekomendasi oleh National Academy of Sciences bahwa wanita hamil mendapat paling sedikit suplemen besi fero sebanyak 27mg/hari. Jumlah ini terkandung dalam sebagian besar vitamin pranatal (Cunningham, 2012).Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Oleh karena itu, tablet Fe sebaiknya ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindari, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan (Arisman, 2010).Selain melalui suplement, sumber zat besi bisa didapatkan dari sumber makanan seperti roti dan sereal yang diperkaya zat besi, kacang polong, tepung kedelai, ginjal sapi, hati, buncis, kerang-kerangan, buah peach dan aneka buah yang dikeringkan (Waryono, 2010).12. Fosfor

Dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan tampaknya penyerepan fosfor meningkat pada kehamilan. Karena peningkatan absorbsi, tidak ada indikasi untuk merekomendasikan penambahan asupan selama kehamilan. Rekomendasi RDA untuk kehamilan adalah 1.250 mg/hari untuk remaja, dan untuk wanita umur lebih 18 tahun adalah 700 mg/hari (Walsh, 2008).13. Zink

Dibutuhkan untuk metabolisme asam nukleat dan protein dan juga penting dalam reproduksi sel. Zink juga sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa penelitian menunjukkan kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, selama kehamilan kadar mineral ini akan menurun dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi. Sumber makanan meliputi hati, kerang, daging, beras murni dan susu. Rekomendasi RDA adalah 15 mg/hari (Walsh, 2008).2.2 Penilaian status gizi ibu hamil secara antropometri Antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditinjau dari sudut pandang gizi. Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002).Pengukuran antropometri status gizi selama kehamilan yang biasa dilakukan adalah tinggi badan, pertambahan berat badan selama hamil, pengukuran skinfold dan lingkar lengan atas yang menggambarkan status gizi seorang wanita yang sedang hamil. Selain itu menggambarkan perubahan perubahan status gizi selama kehamilan adalah dengan skinfold, lingkar lengan atas dan pertambahan berat badan selama kehamilan, karena bisa dihubungkan dengan perubahan status gizi kehamilan (Mulyaningrum, 2009).2.2.1 Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar lengan atas (LILA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah (Mulyaningrum, 2009).Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi kronik (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan Pasangan Usia Subur (PUS) (Mulyaningrum, 2009)Dalam pengukuran mid-upper-arm circumference (MUAC) atau yang lebih dikenal LILA dapat melihat perubahan secara pararel dalam massa otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis kekurangan gizi (Mulyaningrum, 2009).

Disamping itu Lingkar Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh, ketika seseorang mengalami malnutrisi otot akan mengecil, lemak menipis dan ukuran lingkar lengan pun akan menyusut. Oleh karena itu, pengukuran lingkar lengan sangat berguna dan cepat untuk mendeteksi tejadinya malnutrisi (Wirjatmadi, 2012).2.2.1.1 Tujuan pengukuran LILA adalah :

a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

c. Mengembangkan gagasan baru dikalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

d. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita KEK.e. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK (Wirjatmadi, 2012).2.2.1.2 Cara mengukur LILA :a. Tetapkan posisi bahu dan siku

b. Letakkan pita antara bahu dan siku

c. Tentukan titik tengah lengan

d. Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan

e. Pita jangan terlalu ketat ataupun longgar

f. Cara pembacaan sekala yang benar

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali orang kidal kita ukur lengan kanan). Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudah tidak rata (Wirjatmadi, 2012).2.2.1.3 Ambang batas Ambang batas LILA wanita usia subur dengan resiko KEK di indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan anak (Wirjatmadi, 2012).2.2.2 Penambahan berat badan selama kehamilan Sebagaian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya, kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Saifuddin, 2010).

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg (Saifuddin, 2010).Tabel 2.4 Penambahan berat badan selama kehamilan dalam gramJaringan dan cairan10 minggu20 minggu30 minggu40 minggu

Janin 530015003400

Plasenta 20170430650

Cairan amnion30350750800

Uterus 140320600970

Mammae 45180360405

Darah 10060013001450

Cairan ekstraselular030801480

Lemak 310205034803345

Total6504000850012500

(Saifuddin, 2010)

2.3 Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK)2.3.1 Definisi

KEK pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) dan sebagai pedoman terjadinya (KEK) pada ibu hamil yaitu ukuran LILA pada ibu hamil kurang dari 23,5 cm (Kemenkes RI, 2012). 2.3.2. Epidemiologi Kekurangan energi kronis dapat terjadi pada semua orang tanpa terkecuali wanita usia subur (15-45 tahun) dan pada wanita usia subur yang sedang memasuki masa kehamilan. Pada ibu hamil dengan riwayat terlalu muda saat hamil, terlalu sering hamil, terlalu banyak anak, terlalu banyak kegiatan yang melelahkan saat hamil, terlalu miskin mempunyai resiko KEK pada masa kehamilan sangat tinggi. Disamping faktor ibu, sebagai akar masalah adalah adanya suatu krisis ekonomi yang mempengaruhi semua aspek yang berhubungan dengan status gizi masyarakat termasuk status gizi ibu hamil, dengan tingginya krisis ekonomi maka tingkat kemiskinan, rendahnya pendidikan, terbatasnya daya beli masyarakat terhadap makanan yang dikonsumsi, dan tidak terjangkaunya fasilitas kesehatan yang bermutu bagi masyarakat semakin tinggi, hal ini berdampak pada kurang nya asupan makanan masyarakat dan tingginya penyakit infeksi. Dimana ada hubungan timbal balik antara kurang nya asupan makanan sebagai penyebab mudahnya seseorang terkena penyakit infeksi dengan semakin rendahnya asupan gizi seseorang akibat merosotnya nafsu makan akibat kesulitan menelan dan mencerna makanan yang ditimbulkan oleh penyakit infeksi (Arisman, 2010). Di Indonesia angka kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil sangat beragam di antar daerah, hal ini dapat terlihat dengan adanya variasi angka kejadian ibu hamil KEK di tiap provinsi di Indonesia. Angka kejadian Nasional ibu hamil KEK sebesar 21,6 %, dengan angka prevalensi terendah di provinsi Riau (11,8%) dan tertinggi di provinsi NTT (32,4%), bila dilihat menurut wilayah angka kejadian ibu hamil KEK umumnya lebih rendah di Indonesia bagian barat dibanding di indonesia bagian timur hal ini dipengaruhi oleh masih rendahnya pembangunan pemerintah dalam sektor pangan, ekonomi, infrastruktur, pendidikan dan fasilitas kesehatan untuk kesejahteraan rakyat terutama di Indonesia bagian timur. Sebagian besar ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang bertempat tinggal dipedesaan 22,8% dari total ibu hamil yang tinggal dipedesaan, prevalensi ibu hamil KEK yang berada diperkotaan sebanyak 19,8% dari total ibu hamil yang tinggal diperkotaan. Semakin kecil tingkat pngeluaran perkapita keluarga ibu hamil maka prevalensi KEK pada golongan ibu hamil tersebut semakin besar (24,5%) dari total ibu hamil dengan pengeluaran keluarga perkapita terkecil yaitu pada kategori kuintil 1 atau golongan keluarga termiskin, terlalu muda usia ibu hamil 145 cm

IMT (index massa tubuh) >18,5

LILA > 23,5 cm

Tidak menderita Anemia (Hb >11 gr%)

Jarak dengan kelahiran terakhir >2 tahun (multigravida) Tidak sedang menderita penyakit infeksi seperti ISPA, TB dll Jika salah satu atau beberapa syarat mengenai kondisi WUS untuk memasuki masa kehamilan tidak sesuai maka hendaknya kehamilan ditunda terlebih dahulu sampai kondisi WUS memungkinkan untuk memasuki masa kehamilan dengan aman.b. WUS memasuki masa kehamilan

Asupan nutrisi untuk gizi ibu hamil dan janin harus sesuai dengan pedoman yang berlaku

Melakukan kunjungan antenatal care secara lengkap minimal 4x semasa ibu dalam masa kehamilan Menghindari aktivitas fisik yang menguras tenaga dan energi selama proses kehamilan

Mencegah dan segera berobat jika terserang penyakit infeksi2.4 Prevalensi Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil di IndonesiaSebagai sumber data mengenai kajian pustaka kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Indonesia ini menggunakan sumber data terbaru yang masih dipakai dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sebagai populasi adalah seluruh rumah tangga diseluruh pelosok Republik Indonesia. Yang dimana Sandjaja melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempunyai asosiasi dengan terjadinya KEK pada ibu hamil yang diambil dari total sampel individu Riskesdas 2007 dibuat file baru hasil seleksi ibu hamil yang didapatkan dari kuisioner rumah tangga RKD07RT blok IV kolom 9 (khusus anggota rumah tangga perempuan umur 10-54 tahun, apakah sedang hamil?) kemudian dilakukan pengukuran dan penilaian LILA pada ibu yang sedang hamil dan didapatkan ibu hamil kekurangan energi kronis di indonesia.2.4.1 Distribusi prevalensi ibu hamil KEK di Indonesia berdasarkan letak provinsiTabel 2.5 Distribusi prevalensi ibu hamil KEK menurut letak provinsi di Indonesia ProvinsiJumlah ibu hamil% KEKProvinsiJumlah ibu hamil% KEK

NAD39214,3Nusa Tenggara Barat20919,1

Sumatera Utara51214,5Nusa Tenggara Timur30632,4

Sumatera Barat37014,9Kalimantan Barat19019,5

Riau21211,8Kalimantan Tengah23426,1

Jambi22219,4Kalimantan Selatan24622,8

Sumatera Selatan24121,6Kalimantan Timur23616,1

Bengkulu12125,6Sulawesi Utara10313,6

Lampung19519,5Sulawesi Tengah

Bangka Belitung14015,0Sulawesi Selatan54424,4

Kepulauan Riau14616,4Sulawesi Tenggara26227,5

DKI Jakarta13319,5Gorontalo8321,7

Jawa Barat 54819,3Sulawesi Barat10316,5

Jawa Tengah68327,2Maluku9220,7

DI Yogyakarta5117,6Maluku Utara11318,6

Jawa Timur86827,5Papua Barat11230,4

Banten15127,8Papua 18828,2

Bali18118,2INDONESIA818721,6

(Sandjaja, 2009) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja mengenai KEK pada ibu hamil di Indonesia dengan jumlah total sampel ibu hamil 8.187 ibu hamil yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia, mempunyai hasil prevalensi kekurangan energi kronis pada ibu hamil nasional sebesar 21,6%. Yang dimana untuk prevalensi tertinggi terdapat pada provinsi Nusa Tenggara Timur dengan angka prevalensi ibu hamil KEK 32,4% dari jumlah seluruh ibu hamil yang ada di provinsi tersebut dan prevalensi terendah terdapat pada provinsi Riau dengan angka prevalensi 11,8% dari total ibu hamil yang ada di provinsi Riau (Sandjaja, 2009).Bila dibandingkan dengan risiko KEK pada wanita usia subur (WUS) hasil Reskesdas 2007 sebesar 13,6%, angka prevalensi kekurangan energi kronis pada ibu hamil di Indonesia 21,6%, maka hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil memasuki masa kehamilannya dengan resiko lebih tinggi dibanding pada WUS pada umumnya.2.5 Pembahasan faktor penyebab perbedaan prevalensi KEK pada ibu hamil di Provinsi Riau dan Provinsi NTT2.5.1 Pendapatan perkapita

Provinsi Riau merupakan provinsi dengan prevalensi KEK pada ibu hamil terkecil di Indonesia dengan angka prevalensi (11,8%). Angka prevalensi ini jauh lebih rendah dibandingkan angka prevalensi KEK pada ibu hamil nasional sebesar (21,6%). Menurut Gibney salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas gizi seseorang termasuk ibu hamil adalah pendapatan yang akan secara langsung mempengaruhi pola makan ibu hamil sehingga semakin baik tingkat penghasilan perkapita keluarga atau ibu hamil maka semakin baik kualitas makanan yang dapat diperoleh, seperti membeli buah, sayuran dan beberapa jenis makanan yang bekualitas gizi baik. Jika dilihat dari pendapatan perkapita, penduduk provinsi Riau mempunyai pendapatan perkapita tertinggi ke 3 di Indonesia dengan nilai pendapatan perkapita mencapai 37,86 juta/tahun, angka ini juga jauh lebih baik dari angka pendapatan perkapita nasional sebesar 19,52 juta/tahun. Tingginya pendapatan perkapita penduduk provinsi Riau dipengaruhi oleh tingginya penduduk usia produktif yang mencapai 65,9% dari total penduduk yang bertempat tinggal di provinsi Riau dan hanya 34,1% penduduk yang termsuk usia penduduk nonproduktif (BPS, 2009)Sedangkan Provinsi NTT merupakan provinsi dengan prevalensi KEK pada ibu hamil tertinggi di Indonesia. Provinsi NTT memiliki angka pendapatan perkapita jauh dibawah provinsi Riau dan pendapatan perkapita nasional, dengan nilai pendapatan perkapita penduduk provinsi NTT sebesar 3,04 juta/tahun. Pada provinsi NTT jumlah penduduk usia produktif sebanyak 57,4% dari total penduduk. Jika dibandingkan dengan provinsi Riau angka ini masih lebih rendah(BPS, 2009).

Semakin besar pendapatan perkapita suatu keluarga maka akan semakin memperkecil peluang terjadinya gizi buruk dikarenakan tingginya daya beli keluarga terhadap makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi. Pada karakteristik keluarga pada ibu hamil dengan pendapatan perkapita sangat rendah terdapat angka prevalensi KEK pada ibu hamil yang cenderung tinggi (Sandjaja, 2009).2.5.2 Sanitasi lingkungan dan fasilitas kesehatanRumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit (Dinkes Riau, 2009).

Pada tahun 2009 Provinsi Riau mengalami peningkatan dalam persentase rumah sehat dari tahun sebelumnya 70,57% pada tahun 2008 menjadi 73,73% pada tahun 2009 (Dinkes Riau, 2009).

Di provinsi Riau sebagai fasilitas kesehatan masyarakat, Pemerintah provinsi Riau mempunyai 47 unit Rumah Sakit, 192 unit Puskesmas, 178 unit Pusling, 846 unit Pustu, 4.809 unit Posyandu, 411unit Polindes dan 1.017 unit Poskesdes. Disamping itu pada provinsi Riau terdapat tenaga kesehatan berupa dokter spesialis 11,19/100.000 penduduk, dokter umum 17,19/100.000 penduduk, bidan 57,57/100.000 penduduk, perawat 106,76/100.000 penduduk, dokter gigi 5,39/100.000 penduduk, tenaga ahli gizi 5,33/100.000 penduduk, sarjana kesehatan masyarakat 10,01/100.000 penduduk dan tenaga sanitasi lingkungan 4,94/100.000 penduduk (Dinkes Riau, 2009). Sedangkan pada Provinsi NTT kepemilikan rumah sehat bagi penduduk hanya sebesar 50,5% dari total 790.107 rumah yang ada di provinsi NTT(Dinkes NTT, 2009).

Untuk fasilitas kesehatan masyarakat yang dimiliki provinsi NTT, berupa 33 unit Rumah sakit, 300 unit Puskesmas, 1.115 unit Pustu, 8.681 unit Posyandu, 383 Poskesdes. Serta memiliki tenaga kesehatan berupa dokter spesialis 1,7/100.000 penduduk, dokter umum 12,5/100.000 penduduk, bidan 63/100.000 penduduk, perawat 102,4/100.000 penduduk, tenaga ahli gizi 5,8/100.000 penduduk, dokter gigi 3,3/100.000 penduduk, sarjana kesehatan masyarakat 7,8/100.000 penduduk, tenaga sanitasi lingkungan 11,7/100.000 penduduk (Dinkes NTT, 2009).Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat berbagai upaya dilakukan dan salah satu jalan dengan memanfaatkan potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat. Salah satu upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dari sumberdaya masyarakat sendiri yaitu melalui Posyandu, Posyandu merupakan UKBM yang paling dikenal masyarakat dan menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare (Dinkes NTT, 2009).

Dari data diatas tanpa mengkesampingkan fungsi fasilitas kesehatan yang lain dalam masyarakat, Posyandu mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat sebagai UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat karena mudahnya akses masyarakat untuk menggunakan fasilitas kesehatan Posyandu. Sehingga dengan banyak nya Posyandu dan disertai dengan tenaga yang terampil serta terlatih akan mempunyai dampak yang sangat baik dalam peningkatan kesehatan masyarakat sekitar, termasuk pelaksanaan dalam salah satu program prioritas Posyandu mengenai perbaikan gizi masyarakat yang juga didalam nya termasuk gizi WUS, ibu hamil untuk mencegah dan mengurangi prevalensi KEK pada ibu hamil. Apabila sanitasi lingkungan terjaga dengan baik, adanya fasilitas kesehatan yang memadai dan tenaga kesehatan yang profesional maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kekurangan gizi dapat dicegah dan dikurangi.2.5.3 Pendidikan

Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya. Kemampuan membaca dan menulis atau baca tulis merupakan ketrampilan minimal yang dibutuhkan oleh penduduk untuk mencapai kesejahteraannya.Pada Provinsi NTT 34,81% penduduk merupakan penduduk dengan pendidikan tidak sekolah dan 10,3% diantara nya adalah penduduk yang dalam golongan buta baca tulis (Dinkes NTT, 2009).Sedangkan pada Provinsi Riau penduduk dengan status tak bersekolah sebesar 20,39% dan penduduk tamatan SD/MI juga masih besar (27,6%), hal ini kemungkinan karena faktor geografis di Provinsi Riau terutama di daerah-daerah terpencil, jarak sekolah di tingkat SD masih mudah dijangkau, tetapi ketika mau melanjutkan sekolah yang lebih tinggi jarak sekolah relative jauh sedangkan secara ekonomi masyarakat terpencil juga tidak mendukung (Dinkes Riau, 2009).2.5.4 Gizi ibu sebelum konsepsiStatus gizi ibu sebelum hamil cukup berperan dalam pencapaian gizi ibu saat hamil (Waryono, 2010).

Di Indonesia angka prevalensi penduduk wanita dewasa (>18tahun) yang mempunyai IMT4x) sebanyak 8,4%, pada provinsi Riau riwayat paritas tinggi pada ibu mencapai 9,9% untuk jumlah paritas 5-6x dan 4,2% untuk paritas 7+, sedangkan untuk provinsi NTT terdata mempunyai prevalensi lebih tinggi dari pada provinsi Riau mengenai tingginya riwayat paritas pada ibu dengan angka 20,4% ibu dengan jumlah riwayat paritas 5-6x dan 6,9% untuk ibu dengan riwayat paritas 7+ (Riskesdas, 2010).Dari data Riskesdas diatas terlihat bahwa faktor paritas ibu hamil terlihat mempengaruhi prevalensi KEK di provinsi Riau dan NTT, hal ini dapat dikarenaka2.5.6 Usia ibu hamil pertamaPada ibu hamil yang masi remaja (