BAB II

47
BAB II KAJIAN TERORITIS A. Anak Tunagrahita 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sebagaimana kita ketahui, bahwa anak berkebutuhan khusus yang termasuk karena factor permanen terdiri dari beberapa jenis kelainan atau gangguan. Salah satu diantaranya ada yang disebut anak tunagrahita. Banyak istilah mengenai anak tunagrahita yang telah dikenal terutama di lingkungan pendidikan, diantaranya lemah mental, lemah ingatan, terbelakang mental, cacat grahita, tunagrahita. Namun istilah yang saat ini digunakan secara resmi adalah anak tuangrahita (Peraturan pemerintah RI No 72 tahun 1991). Seperti halnya istilah, batasan atuau pengertian mengenai anak tunagrahita juga sangat beragam, meskipun semuanya mengacu pada keadaan intelektual/kecerdasan penyandangnya. Didalam kepustakaan ditemukan beberapa batasan atau pengertian anak tunagrahita seperti: 8

description

Kajian Teori tentang Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan

Transcript of BAB II

BAB II

BAB II

KAJIAN TERORITIS

A. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak TunagrahitaSebagaimana kita ketahui, bahwa anak berkebutuhan khusus yang termasuk karena factor permanen terdiri dari beberapa jenis kelainan atau gangguan. Salah satu diantaranya ada yang disebut anak tunagrahita. Banyak istilah mengenai anak tunagrahita yang telah dikenal terutama di lingkungan pendidikan, diantaranya lemah mental, lemah ingatan, terbelakang mental, cacat grahita, tunagrahita. Namun istilah yang saat ini digunakan secara resmi adalah anak tuangrahita (Peraturan pemerintah RI No 72 tahun 1991).

Seperti halnya istilah, batasan atuau pengertian mengenai anak tunagrahita juga sangat beragam, meskipun semuanya mengacu pada keadaan intelektual/kecerdasan penyandangnya. Didalam kepustakaan ditemukan beberapa batasan atau pengertian anak tunagrahita seperti: Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektualnya di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental difisiensi, mental defective. (Somantri,2006:103, Definisi menurut Amin ( 1995:15 ) adalah: Anak tunagrahita adalah mereka yang termasuk kedalam kelompok yang meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran akademik, Penyesuaian sosial dan kemampuan bekerjaMenurut American Association on Mental Defeciency (AAMD) Tahun 1973 dalam Astati (2001: 4) bahwa : ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual yang secara jelas berada di bawah rata-rata/normal disertai dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian dan terjadi dalam periode perkembangan.Berdasarkan batasan atau pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan fungsi intelektual secara jelas adalah :

a. Mereka memiliki IQ 2 standar defiasi di bawah rata-rata atau mereka memiliki perkembangan di bawah rata-rata tidak termasuk anak tunagrahita.

b. Mereka yang mengalami kesulitan dalam perilaku adaptif, bila mereka tidak dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan usia perkembangan

Contoh:

1) Jika si berusia 10 tahun dan dia tergolong normal maka ia dapat mempelajari bahan pelajaran, untuk usia 10 tahun.

2) Jika si B anak tunagrahita yang berusia sama dengan si A IQ 70, ia tidak mampu mempelajari bahan pelajaran anak normal usia 10 tahun, ia hanya mampu mempelajari bahan pelajaran untuk anak normal usia 7 tahun. Hal berikut adalah disamping ketunagrahitaan ia juga mengalami kekurangan dalam hal tingkah laku penyesuaian. Kemudian ditemukan pula bahwa saat terjadinya ketunagrahitaan itu haruslah selama periode perkembangan 0-18 tahun, sehingga ia memerlukan pelayanan pendidikan secara khusus. 2. Klasifikasi Anak TunagrahitaPengklasifikasian anak tunagrahita perlu dilakukan untuk memudahkan dalam memberikan pelayanan pendidikan. Anak tunagrahita dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok/kategori.

Berdasarkan ukuran tingkat intelegensinya menurut Grossman (1983) dengan menggunakan sistem skala Binet membagi ketunagrahitaan dalam klasifikasi sebagai berikut :Tabel I

Klasifikasi Ketunagrahitaan Berdasarkan Tingkat Itelegensi

TERMIQ RANGE FOR LEVEL

Mild Mental Retardation

Moderate Mental Retardation

Severe Mental Retardation

Profound Mental Retadation

Unspecifed50 55 Aporok, 70

35 40 to 50 55

20 25 to 35 40

Below 20 or 25

( Hallahan Kauffman, 1986 : 47 )Menurut Sutjihati Somantri (2004:13) klasifikasi anak tunagrahita berdasar pada derajat keterbelakangannya (sumber Blake, 1976)Tabel 2

Klasifikasi Anak Tunagrahita Berdasarkan Kecerdasannya.Level perkembanganIQIQ

Ringan

Sedang

Berat

Sangat BeratStanford Binet68 52

51 36

32 90

> 19Skala Weschler

69 55

54 40

39 25

> 24

(Sumber : Blake, 1976)

Bila diperhatikan, pengelompokkan tersebut cukup beragam namun pada hakikatnya sama yakni mengenai anak yang kecerdasannya di bawah rata-rata. Adanya keragaman itu disebabkan para ahli mempelajari/melihatnya dari disiplin ilmu atau dari sudut pandang yang berbeda menurut keahliannya.

3. Karakteristik Anak TunagrahitaUntuk mempermudah pemahaman tentang anak tunagrahita akan diuraikan karakteristik dan permasalahannya. Menurut James D. Page (Suheri H.N : 1979 : 25) Alih bahasa Amin 1995:18 mengemukakan karakteristik anak tunagrahita pada umumnya adalah:a. Kecerdasan

Kecerdasan kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal terbatas, mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo bukan dengan pengertian. Dari hari kehari dibuatnya kesalahan-kesalahan yang sama. Perkembangan mentalnya mencapai puncak pada usia yang masih muda.b. Sosial

Sosial dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri, waktu masih anak-anak mereka harus dibantu terus menerus, mereka bermain dengan teman-teman yang lebih muda darinya. Tidak dapat bersaing dengan teman sebayanya, setelah dewasa kepentingan ekonominya sangat tergantung pada bantuan orang lain tanpa bimbingan dan tanpa pengawasan dari mereka dapat terjerumus kedalam tingkah laku yang terlarang terutama mencuri, merusak, dan pelanggaran seksual. Dilihat dari sosial age (SA) mereka juga sangat kecil SQ nya.

c. Fungsi-fungsi Mental

Fungsi-fungsi mental lain, mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Pelupa dan mengalami kesukaran dalam mengungkapkan kembali suatu ingatan. Kurang mampu membuat asosiasi-asosiasi dan sukar membuat kreasi kreasi baru. Yang agak cerdas, bisanya menyalurkan hasrat-hasratnya lamunan-lamunan, sedang yang lebih berat suka mengistirahatkan otak Mereka menghindar mengistirahatkan otak. Dan Mereka menghindar dari berpikir.d. Dorongan dan Emosi

Dorongan dan Emosi perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya masing-masing. Anak yang ketunagrahitaannya berat hampir-hampir tidak memperlihatkan dorongan untuk mempertahankan diri. Kalau mereka lapar mereka tidak menunjukkan tanda-tandanya. Demikian juga kalau mereka mendapat perangsang yang menyakitkan hampir-hampir tidak memiliki kemampuan menjauhkan dirinya dari perangsang tersebut, kehidupan emosinya lemah, mereka jarang menghayati perasaan bangga, tanggung jawab, dan hak sosial.

e. Organisme

Organisme baik struktur maupun organisme pada umumnya kurang dari anak normal. Mereka baru dapat berjalan dan berbicara pada usia yang lebih tua dari anak normal sikap dan gerak kurang indah dan dinamis. Bagi anak yang ketunagrahitaannya berat kurang rentan terhadap penyakit badannya relatif kecil seperti kurang segar.Penulis menyimpulkan bahwa anak tunagrahita mengalami hambatan dalam intelegensi, sosial, fungsi mental dan emosi yang memerlukan penanganan secara khusus.B. Anak Tunagrahita Ringan1. Pengertian Anak Tunagrahita RinganSetelah membahas anak tunagrahita secara umum, penulis akan membahas salah satu kelompok dari anak tunagrahita sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti penulis, yaitu anak tunagrahita ringan.

Adapun beberapa pengertian mengenai anak tunagrahita ringan adalah anak yang tergolong intelegensinya rendah dengan angka IQ antara 50 70, akan tetapi apabila mereka secara intensif memperoleh pelayanan pendidikan dengan program dan metoda yang khusus maka mereka akan mencapai perkembangan yang optimal.

Samuel A. Kirk (1986) mengemukakan bahwa anak tunagrahita memiliki kemampuan untuk berkembang dalam 3 bidang yaitu : (1) mata pelajaran sekolah (SD dan awal SMP).(2) dalam penyesuaian sosial akhirnya dapat berdiri sendiri dalam masyarakat dan (3) kemampuan bekerja yang dapat mandiri sebagian atau sepenuhnya seperti orang dewasa. (alih bahasa Astati, 2001:6)IQ berkisar 55 70 menurut American Association on Mental Retardation yang dikutip oleh Michael L. Hardman (1990 :93), dialih bahasakan Astati, 2001 : 6.

Anak tunagrahita ringan seringkali tidak dapat diidentifikasi sampai ia mencapai usia sekolah. Biasanya mereka diketahui setelah mengikuti pelajaran di sekolah biasa selama satu atau dua tahun karena kesukaran mereka dalam mengikuti pelajaran dan penyesuaian diri dengan teman-temannya.2. Karakteristik Anak Tunagrahita RinganAnak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasanya maupun di sekolah khusus.Di bawah ini akan dikemukakan beberapa karakteristik anak tunagrahita ringan sebagaimana dikemukakan oleh Amin (1984 : 25), yaitu :a. Karakteristik MentalMereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan ulang respon terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit dalam jiwanya atau mengingatnya kecenderungan memiliki kemampuan berpikir kongkrit dari pada abstrak. Mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, terbatas kemampuan dalam penelitian dan evaluasi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi.b. Karakteristik Fisik

Bagi mereka yang mempunyai keterbelakangan ringan sebagian besar tidak mengalami kelainan fisik.

c. Karakteristik Emosional Dan Sosial

Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia mentalnya dari pada usia kronologisnya, mereka memiliki problem dari tingkah laku lebih banyak yang nakal dari pada yang normal intelegensinya.d. Karakteristik Akademik

Kemampuan mereka rendah dan lambat, bagi mereka yang tergolong ringan masih dapat diberikan mata pelajaran akademis. (membaca, menulis dan berhitung).

e. Karakteristik Pekerjaan

Yang dapat dituntut bekerja hanya mereka yang tergolong ringan dan di usia dewasa dapat belajar pekerjaan yang bersifat Skill dan Semi Skill. Berhubung kemampuan yang dimiliki anak tunagrahita terbatas maka akan timbul berbagai masalah, walaupun usia perkembangan fisiknya bertambah, tetapi kemampuan kognitifnya tertinggal, dilihat dari keadaan fisiknya tidak berbeda dengan anak normal akan tetapi dari segi mental, sosial, dan emosi, menunjukkan perbedaan yang cukup berarti, seperti kemampuan berpikirnya lambat, mudah frustasi, daya perhatiannya pendek, dan sebagainya.Selanjutnya Sumadi (1987: 16-17), mengemukakan batasan menurut AAMD sebagai berikut:

... Children who are considered to have a mild degree of mental retardition will score between 55 and 69 on standarized intelligence test. In so far as adaptive behavior characteristic are concerned, these children are able to develop social and communication skills can learn academic skills up to approximatelly the sixth or seventh-grade level, and are usually able to master social and vocational degree of subsistance usually these children are able to function in a way that will not distinguish them from intellectually normal individuals int post teen age years.

Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bahwa:

... Anak-anak yang diduga mempunyai tingkat keterbelangan mental ringan mempunyai skor IQ 55 sampai 69 dalam standar tes intelegensi.

Dalam perilaku penyesuaian maka anak ini mampu bersosialisasi dan berkomunikasi, mampu belajar akademis sampai rata-rata kelas 6 atau 7 dan biasanya mampu mengusai dan keterampilan untuk menopang dirinya sendiri dalam mencari nafkah,. Biasanmya anak-anak ini memiliki kemapuan fungsional sedemikian rupa, yang tidak dapat dibedakan dari individu normal pada usia 10 tahun.

Menurut Somantri (2006:106), bahwa: Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, menurut Binet, sedangkan menurut skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih dapat belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana.Penulis menyimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan yang mempunyai IQ 50-70 mengalami hambatan intelegensi, social, fungsi mental dan emosi juga memiliki karakteristik mental, fisik, emosional dan social akademik dan pekerjaan sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademiknya. 3. Permasalahan Yang Dihadapi Anak Tunagrahita RinganMasalah yang dihadapi relatif berbeda-beda, namun ada kesamaannya. Adapun masalah-msalah yang dihadapi anak tunagrahita menurut Amin (1995 : 68) adalah sebagai berikut :

a. Masalah Kesulitan dalam Kehidupan Sehari-hari

Masalah ini berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan diri dalam kehidupan sehari-hari. Anak tunagrahita sedang kurang dalam mengurus dirinya sendiri, misalnya pakainnya yang kotor, rambut yang tidak rapi, badannya bau, giginya tidak bersih dan lain-lain. Untuk itu mereka perlu diberi pelajaran monolog diri agar dapat mengurus dirinya sendiri tanpa terantung kepada orang lain.

b. Masalah Kesulitan Belajar

Mereka kurang memiliki kemampuan belajar yang baik, daya konsentrasinya lemah, oleh karena itu mereka mengalami kesulitan belajar, guru harus menciptakan situasi belajar yang kondusif. Serta memberikan pelayanan secara individual sesuai dengan kemampuan anak.

c. Masalah penyesuaian diri

Anak tunagrahita sedang memiliki kecerdasan yang rendah, sehingga mereka mengalami kesulitan penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitarnya.

d. Masalah Pekerjaan

Kehidupan anak tunagrahita sedang selalu tergantung pada orang lain, terutama keluarganya. Sekolah perlu membekali anak tunagrahita sedang jketerampilan yang disesuaikan dengan kemampuan anak, sehingga anak tunagrahita dapat disalurkan pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

e. Masalah gangguan kepribadian dan emosi

Keseimbangan kepribadian anak tunagrahita sedang labil, tetapi kadang-kadang stabil, sehingga pada tingkah laki sehari-hari kurang enak dipandang, seperti diam berjam-jam, hiperaktif, mudah marahdan lain-lain.

f. Masalah pemanfaatan waktu luang

Anak tunagrahita sedang kadang-kadang menampakan tingkah laku nakal, suka mengganggu, untuk mengimbangi kondisi seperti ini maka anak tunagrahita sedang perlu diberikan kegiatan-kegiatan yang positif pada waktu senggangnya.

Pada dasarnya meskipun anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan dalam akademik serta masalah penyesuaian maupun gangguan kepribadian tetapi mereka masih biasa dilatih dalam mengurus dirinya sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan anak tunagrahita ringan terletak pada kehidupan sehari-hari, kesulitan belajar, penyesuaiaan diri, pekerjaan, masalah kepribadian emosi, dan pemanfaatan waktu luang4. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita RinganSehubungan dengan dampak ketunagrahitaan maka anak tunagrahita memiliki kebutuhan khusus untuk mengoptimalkan pencapaian potensinya. Menurut Astati dan Mulyati (2010 : 25) Kebutuhan khusus anak tunagrahita adalah: a. Kebutuhan dalam layanan pembelajaran

Anak-anak tunagrahita memiliki potensi dalam belajar dan erat kaitannya dengan berat dan ringannya ketunagrahitaan. Kebutuhan khusus yang dimaksud adalah :

1) Kebutuhan layanan pengajaran yang sama dengan siswa lainnya. Mereka hanya membutuhkan tambahan pengertian guru dan teman-temannya, tambahan waktu untuk mempelajari sesuatu.

2) Kebutuhan layanan pembelajaran yang sangat khusus mereka membutuhkan layanan, seperti: program stimulasi dan intervensi dini meliputi: terapi bermain, okupasi, terapi bicara, kemampuan memelihara diri dan belajar akademik.

b. Kebutuhan akan penciptaan lingkungan belajar

Mereka membutuhkan lingkungan belajar seperti pengaturan tempat duduk yang disesuikan kondisi anak-anak tunagrahita.

c. Kebutuhan dalam pengembangan kemampuan bina diri

Anak tunagrahita membutuhkan konteks dan orientasi cerita yang dimulai dari hal yang konkrit kemudian menuju ke hal abstrak.

d. Kebutuhan dalam pengembangan kemampuan sosial dan emosi

Dalam hal berinteraksi membutuhkan hal-hal ini kebutuhan untuk merasa menjadi bagian dari yang lain, kebutuhan untuk menemukan perlindungan dari label yang negative, kebutuhan akan kenyamanan sosial, dan kebutuhan untuk menghilangkan kebosanan dengan adanya stimulasi sosial.

e. Kebutuhan dalam pengembangan kemampuan keterampilan

Beberapa keunggulan tunagrahita yang akan membawa mereka pada hubungannya dengan orang lain, meliputi: (a) spontanitas yang wajar dan positif, (b) kecenderungan untuk merespon orang lain dengan baik dan hangat, (c) kecenderungan merespon pada orang lain dengan jujur, dan (d) kecenderungan untuk mempercayai orang lain.

Agar anak tunagrahita ringan tidak menjadi beban keluarga maka dari itu anak tunagrahita ringan harus diajarkan bidang keterampilan khusus yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar anak, agar nantinya anak bisa bekerja untuk mencari penghasilan minimal untuk pribadinya sendiri. C. Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan1. Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan

Berdasarkan kurikulum pendidikan luar biasa landasan program dan pengembangan yang dikeluarkan oleh Depdikbud (1994:7), tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan untuk setiap jenjang adalah sebagai berikut :

1) TKLB untuk membentuk dan meletakkan dasar kearah perkembangan sikap , pengetahuan dasar dan keterampilan dasar untuk memperoleh kesiapan fisik, mental, perilaku dan sosial untuk mengikuti pendidikan pada SDLB.

2) SDLB bertujuan memberikan kemampuan dasar calistung (baca,tulis,hitung), serta persiapan untuk mengikuti pendidikan pada SLTPLB.

3) SLTPLB memberikan kepada siswa kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat dan warga Negara sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan mempersiapkan mereka untuk mengikuti pelajaran atau pendidikan pada SMALB.

4) SMALB memberikan kekuatan peningkatan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh di SLTPLB yang bermanfaat bagi siswa untuk hidup sesuai kelainan dan tingkat perkembangan.Tujuan pendidikan anak tunagrahita ringan adalah memberikan bekal agar anak setelah menyelesaikan sekolah diharapkan bisa mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta dapat berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.(Amin, 1998:43)Sejalan dengan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak tunagrahita ringan sama dengan anak normal pada umumnya hanya bahanya saja yang berbeda seperti TKLB, SDLB, SMALB, dan SMALB, kemudian untuk kuirikulum yang diajarkan untuk anak tunagrahita ringan lebih dititik beratkan pada bidang keterampilan vokasional karena dengan bekal keterampilan yang memadai bisa menjadikan anak tunagrhita lebih mandiri setelah keluar dari sekolah2. Program Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan

Pendidikan anak tunagrahita ringan dirumuskan dengan memperhatikan kebutuhan mereka dan para pendidik harus menyadari bahwa anak tunagrahita harus dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan masyarakat seperti : kemampuan berpartisipasi, menjalankan tugas/ kewajiban sebagai warga negara, dan kemampuan mengatur ekonominya.

Dalam kurikulum PLB 2006 program pendidikan anak tunagrahita ringan mencakup:

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Pendidikan Jasmani dan kesehatan, Bahasa Inggris, dan Program pilihan (paket Keterampilan). Sedangkan mata pelajaran keterampilan mencakup : Rekayasa, Pertanian, Usaha, dan Perkantoran, Kerumahtanggaan dan Kesenian.Sesuai dengan tujuan khusus pendidikan anak tunagrahita ringan, maka bobot mata pelajaran keterampilan lebih banyak jika dibandingkan dengan bobot mata pelajaran lainnya.

3. Tempat Pendidikan Anak Tunagrahita RinganMenurut Amin, (1999:105) secara umum tempat pendidikan anak tunagrahita ringan mencakup:a. Di sekolah umum dengan sistem terpadu, yang pelaksaannya, bervariasi sesuai dengan berat ringannya ketunagrahitaan.

b. Di sekolah khusus dengan sistem segregasi yang satuan pendidikannya, sebagai berikut :

(1) Sekolah persiapan ( TKLB )

(2) Satuan Dasar Luar Biasa ( SDLB )(3) Satuan Lanjutan Luar Biasa ( SMPLB )

(4) Satuan Menengah Luar Biasa ( SMALB )D. Media Audio1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006:684). Baik Audio maupun Radio dua-duanya merupakan media pembelajaran yang berbasis suara atau bunyi. Audio berasal dari kata audible, yang artinya suara yang dapat didengarkan secara wajar oleh telinga manusia. Kemampuan mendengar telinga manusia berada pada daerah frekuensi antara 20 sampai dengan 20.000 Hertz. Di luar itu, manusia tidak mampu lagi mendengarkannya. Ketika temannya sedang menyanyi dan membaca puisi, mereka bisa mendengarkannya dengan baik, karena frekuensi suara yang dikeluarkan oleh kedua temannya tersebut masih berada pada daerah frekuensi antara 20 hingga 20.000 hertz. Sebaliknya ketika melihat sekawanan semut yang sedang berjalan mereka tentu tidak bisa mendengarkan suara apa-apa, padahal sebenarnya gerakan semut tersebutjuga mengeluarkan bunyi, hanya saja frekuensi bunyi yang dikeluarkannya di bawah 20hertz, sehingga telinga kita tidak mampu mendengarkannya.Demikian pula ketika diminta untuk mendengarkan bunyi gerakan evolusi maupun revolusi bumi, telinga kita juga tidak mampu mendengarkannya, hal ini karena frekuensi suara yang dikeluarkannya melebihi 20.000 hertz, sehingga kita tidak mampu untuk menangkap bunyi dari gerakan bumi yang kita tempati ini. Jadi, media audio adalah alat yang digunakan dalam penyampaian informasi melalui symbol/bunyi yang bisa diperdengarkan kepada audience sehinga informasi itu dapat diterima dengan baik (efektif dan efisien).

Adapun fungsi dari media audio antara lain adalah untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima, dan untuk penyampaian pesan yang dituangkan dalam lambang auditif (bunyi) verbal dan nonverbal (musik).Radio adalah sebuah teknologi yang digunakan untuk pengiriman sinyal dengan cara modulasi dan radiasi elektromagnetik (gelombang elektromagnetik). Radio merupakan buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara. Media audio dibedakan antara media audio tradisional dan media audio digital.

2. Media Audio Tradisional

a. Audio kaset.

Audio kaset merupakan media yang ekonomis, tahan lama, dan mudah digunakan, seperti rekaman suara, musik, atau suara-suara yang lain.

b. Audio siaran.

Audio siaran merupakan siaran audio yang diterima melalui radio. Radio merupakan perangkat elektronik yang diciptakan seiring dengan kemajuan teknologi modern.

c. Telepon

Guru dapat menggunakan pembicaran telepon untuk membawa pembicara tamu ke dalam kelas di luar telepon reguler (Duffy, dkk, 2003). 3. Media Audio Digital

a.Media Optik

Media audio digital yang berupa media optic tersimpan dalam bentuk counterpart yang biasa disebut CD-ROM. Digital Video Disk (DVD) sama dengan CD-ROM tetapi informasi yang disimpan lebih banyak.

b.Audio Internet

Di samping menggunakan CD-ROM, internet memberikan kesempatan download klip audio khusus untuk digunaan di dalam kelas. Dalam penggunaan audio internet perlu disediakan perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk memutar kembali. Program audio di internet biasanya disimpan dalam file MP3.c.Radio Internet

Radio internet menggunakan internet untuk menawarkan stasiun radio online yang terdiri dari berbagai program yang luas, termasuk olahraga, sains, berita lokal, nasional, dan dunia. (Duffy, dkk, 2003).E. Pembelajaran Seni Suara Pada Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian

Kata seni dalam bahasa Inggris disebut art. Kata art berasal dari bahasa Latinars, yang artinya keterampilan/kepandaian. Kemudian pengertian kata seni menjadi luas, tidak hanya mengenai bidang tertentu saja. Pengertian seni mencakup segala kreasi manusia seperti puisi, drama, musik, tarian, seni pahat, ukir, bangun, melukis dan masih banyak lagi. (Sunardi, 2011:14)2. Bentuk seni suara dalam (Sunardi, 2011:34) adalah sebagai berikut:Vocal : musik yang dinyanyikan dengan suara manusia, instrumental : musik yang dinyanyikan dengan alat-alat musik saja, campuran : perpaduan suara manusia (vocal) dengan musik instrumental yang dimainkan bersamaan.Jadi dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud seni tidak hanya mencakup pada nyanyian saja akan tetapi beranekaragam seperti seni musik, seni lukis, tarian dan banyak lagi. adapun seni suara adalah suara yang keluar dari mulut manusia dengan menggunakan nada dengan tempo yang teratur sehingga mengeluarkan suara yang merdu.3. Pembelajaran Seni suara

a. Persiapan Menyanyi1) Menyiapkan tape2) Menyiapkan Kaset (lagu)

b. Langkah-langkah Menyanyi

1) menghidupkan tape

2) menyanyi mengikuti lagu yang diputar di kaset3) menekan power pada tape4) membuka tempat kaset5) mengambil kaset6) menutup kembali tempat kasetF. Pengembangan Program Pembelajaran

Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru berkenaan dengan pengembangan program pelajaran seni suara bagi anak tunagrahita ringan adalah :

1. Dasar-dasar Pengembangan Program

Tahap persiapan merupakan langkah awal yang dilakukan oleh gurusebelum menyusun program bimbingan belajar seni suara bagi anak tunagrahita ringan. Langkah-langkah itu adalah :

a. Asesmen. Adapun pengertian asesmen sebagai berikut:Asesmen merupakan proses pengumpulan informasi tentang seseorang anak yang akan digunakan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak tersebut. (Lerner : 1988) alih bahasa Soendari dan Nani (2010:4) Tujuan utama asesmen adalah untuk mengumpulkan informasi untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanankan program bimbingan belajar yang akan dilakukan terhadap anak.

Menurut Astati (2010:36) dalam pelaksanaan asesmen ini guru melakukan hal-hal sebagai berikut:1) Memberikan tes formal, tujuannya adalah untuk mengetahui potensi atau kemampuan siswa. misalnya siswa disuruh menentukan tokoh, watak, latar, tema atau amanat dari bacaan.

2) Observasi informal, dilakukan guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung, yang tujuannya untuk mengamati perilaku-perilaku negatif siswa yang perlu dibenahi.

3) Mengadakan wawancara dengan orang tua siswa untuk memperoleh data dan informasi mengenai data anak, orang tua dan keluarga, riwayat kelahiran, perkembangan fisiknya, keadaan sosialnya, keadaan kesehatannya, kebiasaan-kebiasaan anak di rumah, dan lain-lain.Berbagai informasi yang diperoleh melalui kegiatan asesmen tersebut kemudian dianalisis dan disintesiskan, selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun program bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan anak.

b. Analisis Kurikulum

Pada KTSP tujuan pembelajaran dituangkan dalam StandarKompetensi dan Kompetensi Dasar yang tercantum dalam lampiran Peraturan Menteri Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Proses pengembangan media website program linear dimulai dari analisis pendahuluan, merancang, mengevaluasi dan merefisi.

Pada tahap analisis pendahuluan dilakukan analisis kurikulum mengenai materi apa saja yang menjadi prasyarat sebelum masuk ke materi inti.

Untuk pembelajaran yang bertujuan mencapai kompetensi sesuai profil kemampuan tamatan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan yang tepat. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.

Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik.2. Model-model Program

a. Program Pengajaran Individual (PPI)

1) Pengertian

Program pengajaran individual adalah program pengajaran yang diberikan kepada anak seorang demi seorang, secara terpisah, dengan waktu yang khusus (Astati, 2001 : 4)

2) Ciri-ciri Program Pengajaran Individual

Yaitu keadaan/kemampuan siswa saat ini, dengan memperhatikan kondisi fisik, intelektual/kecerdasan, sosialisasi, emosi, prestasi belajar, kesehatan.

3) Komponen Program Pengajaran Individual

Program pengajaran individual memuat beberapa komponen, Astati, (2001:13) yaitu :

a) Deskripsi kemampuan siswa saat ini

Kemampuan ini dapat digunakan untuk dasar pijakan dimulainya pembelajaran. Memulai pengetahuan tentang kemampuan saat ini dapat diketahui pula sebera jauh kesiapan, kematangan, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar siswa.

b) Tujuan umum yang akan dicapai

Tujuan ini menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil pengajaran yang diwarnai adanya perubahan kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan.(2) Tujuan pembelajaran khusus

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus perlu memilih kata-kata kerja operasional dan memperhatikan kejelasan antara kata kerja operasional dengan karakteristik siswa.

(3) Deskripsi tentang pelayanan

Dalam komponen ini meliputi: siapa yang mengajar siswa, materi apa yang diberikan, dan alat bantu apa yang digunakan.(4) Waktu pelayanan

Dalam pembuatan program hendaknya sudah diperhitungkanwaktunya. Kapan pengajaran itu dimulai, berapa lama waktu yang digunakan dan perkiraan pencapaian tujuan.(5) Evaluasi

Penilaian dalam PPI bersifat menyeluruh dan berkesinambungan, artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

c) Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar dalam hal ini adalah lingkungan fisik dan atmosfir, serta lingkungan yang berkaitan dengan keadaan individu siswa.

Lingkungan fisik meliputi fasilitas yang ada di sekolah, sedangkan lingkungan atmosfir adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan anak.

d) Model Program Pengajaran Individual

Contoh format PPI:

PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL

Nama anak: ......................................................

Tanggal lahir: ......................................................

Sekolah: ......................................................

Nama Kepala Sekolah: ......................................................

Deskripsi kemampuan sekarang:

Kemampuan ini didasarkan pada saat dievaluasi dengan menggunakan instrumen observasi yang dapat dipercaya.Tujuan jangka panjang:

Supaya menunjukkan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang relatif lama.

Tujuan jangka pendek:

Supaya adanya perubahan perilaku yang ditunjukkan anak saat proses pembelajaran berlangsung.

(1) Tujuan jangka panjang

Supaya menunjukan perubahan perilaku dalam jangka waktu yang relatif lama(2) Tujuan jangka pendek

Supaya adanya perubahan perilaku yang ditunjukan anak saat proses pembelajaran berlangsung.

(3) Materi

Materi pembelajaran berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan dalam program pengajaran seni suara yang mengacu pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV anak tunagrahita ringan yang terdiri dari langkah pembelajaran agar anak :

(a) Mengenal Intonasi

(b) Mengenal nada(4) Matode

Metode yang dipilih dalam perencanaan pengajaran seni suara yaitu metode ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab, sedangkan strategi pengajaran seni suara adalah strategi individual. Cara yang digunakan dalam strategi individual adalah dengan rencana tanya jawab langsung.

(5) Evaluasi

Evaluasi atau penilaian dilakukan pada setiap proses pembelajaran selesai. Bentuk evaluasi yang digunakan responden adalah lisan, pembuatan dan unjuk kerja. Pencatatan hasil evaluasi berbentuk portopolio.b. Silabus

1) Pengertian silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Abdurrahman, 2006 : 183).

Jadi yang dimaksud dengan silabus adalah seperangkat rencana dan pelaksanaan pembelajaran beserta penilaiannya.2) Fungsi Silabus

Dalam KTSP, silabus merupakan bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai penjabaran standar kompetensi dari kompetensi dasar ke dalam mata pelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator, pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.3) prosedur penyusunan silabusb) Kompetensi Dasar

c) Materi Pokok

d) Kegiatan Pembelajaran

e) Indikator

f) Penilaian

g) Alokasi Waktu

h) Sumber Belajar4) Contoh Silabus

KOMPETENSI DASARMATERI POKOKKEGIATAN PEMBELAJARANINDIKATORPENILAIANALOKASI WAKTUSUMBER BELAJAR

Menentukan intonasibernyanyiGuru memberi contoh cara memasang kaset- mampu memasang kaset-

lisan

2 x 30

Kasettape

c. Analisis Tugas

1) Pengertian analisis tugas

Analisis tugas adalah merinci atau menguraikan tugas menjadi bagian-bagian yang kecil selanjutnya dapat dilakukan oleh setiap siswa. (PDSKJI, 2003 : 133).Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa analisis tugas itu menentukan tujuan pembelajaran yang tadinya luas menjadi lebih di persempit supaya materi yang diajarkan dapat dimengerti oleh siswa serta dapat dilakukan oleh siswa.2) Fungsi analisis tugasFungsi analisis tugas adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam tiap-tiap langkah dari hal-hal yang terkecil dirinci

sampai akhir tugas sesuai dengan dari materi yang diberikan.3) Contoh analisis tugas

Nama anak

:

Tempat/Tanggal Lahir:

Nama Sekolah

:

Kelas/semester

:Analisis Tugas NoAspek yang akan dianalisisKemampuan

DapatDapat dengan BantuanTidak

Dapat

12

3Memasang kasetMenentukan nada

bernyanyi

Deskripsi hasil:

1). Aspek yang telah dikuasai:

2) Aspek yang belum dikuasai:

3) Tindak Lanjut3. Program yang dikembangkan

Program yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah PPI. Tidak ada format yang baku mengenai PPI. PPI amat bervariasi, tergantung diantaranya pada kondisi anak dan kebijakan sekolah. Hal yang mendapat penekanan dalam penulisan PPI adalah jelas, bermanfaat dan sesuai dengan aturan yang berlaku, bukan pada formatnya. Selain itu hubungan antar komponen-komponen juga harus jelas agar fokus pada kebutuhan khusus siswa tetap terjaga.

Penyusunan PPI mengikuti suatu proses yang dimulai dari Preferal, Referal, Identifikasi, Eligibility, Pengembangan PPI, Implementasi PPI, dan diikuti oleh Evaluasi dan Reviews. Proses ini dapat dibagi menjadi tahap Pengumpulan Data, tahap Pertemuan, dan tahap Penyusunan Program. Sebagai program yang dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa, PPI memuat pendidikan yang sesuai bagi siswa, sejauh mana siswa mampu berpartisipasi dalam kurikulum, akomodasi yang diterima siswa dalam belajar dan mengikuti ujian/tes, dan beragam jasa pelayanan dari pihak-pihak yang terkait (related service provider). Secara umum PPI memuat komponen-komponen sebagai berikut (Abdurahman,1999:254):

a. Vision statement, yaitu pernyataan positif yang mencerminkan harapan dan impian siswa, keluarga dan sekolah yang kemudian menjadi arah bagi penetapan tujuan jangka panjang.

b. Karakteristik dan kebutuhan khusus siswa, termasuk tingkat performansinya pada saat ini. Hal-hal ini diperoleh selama proses identifikasi dan asesmen melalui wawancara, observasi dan tes. Adapun contoh kebutuhan atau karakteristik khusus siswa dalam aspek sosial emosional adalah Pemalu yang berarti tidak memiliki teman, tidak berinisiatif untuk memulai kontak sosial dengan tersenyum atau menyapa, sering menolak tawaran guru untuk menjawab pertanyaan, dsb.

c. Pendidikan khusus, pelayanan terkait, alat bantu, modifikasi program dan dukungan bagi pihak yang terlibat dalam pelaksanaan PPI untuk memenuhi kebutuhan khusus siswa. Pada komponen ini, PPI juga memuat frekuensi, durasi dan lokasi dari suatu kegiatan.

d. Tujuan jangka panjang dan sasaran pembelajaran (behavioral objectives).

Tujuan jangka panjang merupakan hal yang menjadi prioritas yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya, tujuan jangka panjang disusun untuk waktu setahun, namun tidak menutup kemungkinan untuk jangka waktu 3 dan 6 bulan, tergantung pada kegiatan belajar di sekolah. Tujuan jangka panjang yang baik berfokus pada kekuatan dan kebutuhan siswa, child center, tidak terlalu spesifik dan menetapkan target waktu pencapaiannya. Selain itu jumlahnya tidak melebih tiga tujuan.http://www.jawapos.co.id/index.phpDari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PPI itu tidak memiliki format yang baku tergantung dari kebijakan sekolah ataupun menurut konsep guru masing-masing akan tetapi PPI memiliki kelebihan yang bisa memudahkan guru dalam membuat program, karena dengan PPI bisa mempermudah guru dalam memberikan pembelajaran terhadap anak, begitupun sebaliknya bagi siswa karena dengan program ini siswa bisa lebih mudah untuk memahami materi6. Aspek Program yang Dikembangkan

Aspek program yang akan dikembangkan pada seni suara adalah model PPI pada aspek metode yaitu dari metode ceramah dan tanya jawab dikembangkan lagi menjadi metode demontrasi dan penugasan. Pada aspek alat dan media pelajaran yaitu dari gambar dikembangkan lagi menjadi media computer/animasi. Sedangkan pada aspek evaluasi dari tes lisan dikembangkan lagi menjadi tes tertulis, perbuatan dan portofolio.7. Komponen Komponen Program yang Dikembangkan

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL(PPI)

Nama anak

: NSS

:

Mata Pelajaran: Seni SuaraSatuan pembelajaran: SDLB

Kelas/ Semester:IV/I

Tahun Pembelajaran:2012/2013a) Deskripsi kemampuan siswa saat ini

Kemampuan ini dapat digunakan untuk dasar pijakan dimulainya pembelajaran. Memulai pengetahuan tentang kemampuan saat ini dapat diketahui pula sebera jauh kesiapan, kematangan, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar siswa.b) Tujuan umum yang akan dicapai

Tujuan ini menggambarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil pengajaran yang diwarnai adanya perubahan kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan.

1) Tujuan pembelajaran khusus

Dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus perlu memilih kata-kata kerja operasional dan memperhatikan kejelasan antara kata kerja operasional dengan karakteristik siswa.2) Deskripsi tentang pelayanan

Dalam komponen ini meliputi: siapa yang mengajar siswa, materi apa yang diberikan, dan alat bantu apa yang digunakan.3) Waktu pelayanan

Dalam pembuatan program hendaknya sudah diperhitungkan waktunya. Kapan pengajaran itu dimulai, berapa lama waktu yang digunakan dan perkiraan pencapaian tujuan.4) Evaluasi

Penilaian dalam PPI bersifat menyeluruh dan berkesinambungan, artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap.8. Rambu-rambu

Rambu-rambu dalam pelaksanaan pembelajaran seni suara anaktunagrahita ringan merupakan batasan-batasan yang menjadi acuan guru dalam melaskanakan pembelajaran tersebut. Hal itu meliputi : dengan rumusan pengembangan program bahasa indonesia tentang memahami bacaan teks dari cerita anak yang merupakan hasil musyawarah dengan guru bahwa di kelas IV anak tenagrahita ringan diharapkan pengembangan program seni suara seperti ini dapat mempermudah cara belajar vokal pada anak tunagrahita ringan. Sehingga menghasilkan bentuk program yang lebih efesien.

Pada pelaksanaan pembelajaran, alokasi waktu merupakan batasan yang harus dijadikan pedoman oleh para guru agar pembelajaran yang diberikan memenuhi unsur kelayakan dalam segi waktu.

Tempat pelaksanaan pembelajaran seni suara bagi anak tunagrahita ringan dilaksanakan di kelas khusus untuk latihan vokal. Hal ini sangat tergantung dari kebutuhan dan kondisi yang terjadi pada saat pembelajaran akan dilaksanakan.

Mengenai metode pembelajaran bahasa Indonesia metode yang sesuai untuk anak tunagrahita ringan adalah metode bicara dasar yang menggunkan berbagai strategi dari mulai mengenal alat sampai praktek.

Dalam pelaksanaan program terdapat prinsip-prinsip yang harus dijadikan pedoman oleh guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a. Pelaksanaan program harus bersifat luwes baik dalam tempat, alokasi waktu maupun metode pembelajaran.

b. Pelaksanaan program harus bertahap tidak boleh sekaligus

c. Pelaksanaan program harus dimulai dari materi yang bersifat sederhana menuju ke materi yang paling sulit

Alat pembelajaran merupakan suatu sarana penunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran serta pencapaian tujuan pembelajaran. Mengacu pada kutipan tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa selain dapat menyajikan pesan, media pembelajaran juga dapat merangsang siswa untuk belajar.

Media pembelajaran merupakan suatu sarana penunjang kelancaran pelaksanaan pembelajaran serta pencapaian pembelajaran. Yang dikemukakan oleh Rudi Budiman (2006 : 3) yaitu sebagai berikut : Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, contoh konkretnya adalah : buku, film dan kaset. Mengacu pada kutipan tersebut penulis mengambil kesimpulan bahwa selain dapat menyajikan pesan, media pembelajaran juga dapat merangsang siswa untuk belajar.

Setelah melaksanakan penilaian akan didapat data hasil belajar siswa. dari hasil penilaian untuk pembelajaran bicara memungkinkan dirumuskan dua macam tindak lanjut atas hasil penilaian tersebut yaitu pengayaan dan pengajaran remedial. Pengayaan diberikan ketika pencapaian hasil belajar mencapai batas standar ketuntasan minimal sedangkan pengajaran remedial perlu dirumuskan ketika hasil belajar tidak mencapai sasaran.

F. Contoh Program Seni SuaraBerikut ini salah satu contoh pelaksanaan program untuk pembelajaran seni suara.PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL(PPI)

Nama anak

: NSS

:

Mata Pelajaran

: seni suaraSatuan pembelajaran: SD

Kelas/ Semester

:IV/I

Tahun Pembelajaran:2012/2013

1. Kemampua saat ini

menentukan nada2. Standar Kompetensi

menentukan intonasi3. Kompetensi Dasar

mendengarkan lagu bernyanyi4. Indikator

Mampu memasangkan kaset Mampu mampu menentukan nada Mampu bernyanyi5. Materi pokok

bernyanyi Naik DelmanPadaHariMinggukuturutayahkekotaNaikdelmanistimewakududukdimukaKududuksampingpakkusiryangsedangbekerjaMengendaraikudasupayabaikjalannyafLirikLaguIndonesia.NetTuk-tik-tak-tik-tuktik-tak-tik-tuktik-tak-tik-tukTuk-tik-tak-tik-tuktik-taksuaraspatukuda6. Strategi

Individual

7. Langkah Pembelajaran

a. Kegiatan awal/ membuka pelajaran

1) Siswa menyimak penjelasan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru

2) Siswa menjawab pertanyaan apersepsi yang diberikan guru

b. Kegiatan inti

1) Siswa menyimak penjelasan guru tentang

a) memasangkan kasetb) Mampu mampu menentukan nadac) Mampu bernyanyi2) Penjelasan materi pembelajran di atas disertai peragaan dan tanya jawab

c. Kegiatan Akhir

1) Siswa mengerjakan soal evaluasi2) menarik kesimpulan

PAGE 38