BAB II

34
BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis terdiri dari dari konsep halusinasi dan asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan halusinasi A. KONSEP HALUSINASI 1. Definisi Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang di tandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat Budi Anna, Akemat, 2009 : 109). Perubahan sensori persepsi : halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya ransangan dari luar meliputi semua system pengindraan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan) (Fitria Nita, 2011 : 51). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi 3

description

ua jadawjbvehfbwiahwd

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN TEORITISTinjauan teoritis terdiri dari dari konsep halusinasi dan asuhan keperawatan teoritis pada pasien dengan halusinasiA. KONSEP HALUSINASI1. Definisi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang di tandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat Budi Anna, Akemat, 2009 : 109).Perubahan sensori persepsi : halusinasi bisa juga diartikan sebagai persepsi sensori tentang suatu objek, gambaran, dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya ransangan dari luar meliputi semua system pengindraan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, atau pengecapan) (Fitria Nita, 2011 : 51).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Ade Herman Surya Direja, 2011: 109 ).

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang di tandai dengan perubahan sensori persepsi, seperti mendengar suara-suara yang sebenarnya tidak ada, melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, mencium bau-bauan yang sebenarnya tidak ada, merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada, merakan sesuatu yang tidak enak di lidah, tetapi sebenarnya tidak ada. 2. Teori Yang Menjelaskan HalusinasiMenurut Stuart & Sudden 1995 dalam Fitria Nita, 2011, hal. 52 teori halusinasi di bedakan menjadi dua yaitu :a. Teori biokimiaTerjadi sebagai respon metabolism terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neorotik (buffoenon dan dimenthytransferase).b. Teori pshikoanalisisMerupakan respon pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang merancang dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar. 3. Rentang Respon

Menurut Ade Herman Surya Direja, 2011, hal. 110 skema rentang respon halusinasi adalah sebagai berikut:

adaptif

maladaptifSkema 2.1 Rentang Respon Halusinasi(Ade Herman Surya Direja, 201, hal. 110)4. Faktor Predisposisi

a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :1) Cedera kepalaPenelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). 2) Zat kimiaBeberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.5. Faktor PresipitasiFaktor presipitasi yaitu stimulus yang di persepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk menghadapinya adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak di ajak dalam berkomunikasi. Objek yang ada di lingkungan, dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik (Nita Fitria, 2011, hal.55).Menurut Stuart (2005), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah: a. Biologis Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan. b. Stres Lingkungan Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.6. Sumber KopingSumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada dilingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modal untuk menyelesaikan masalah. Dukungan social dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang efektif (Fitria Nita, 2011, hal. 57).7. Mekanisme KopingMekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan untuk melindungi diri (Fitria Nita, 2011, hal. 57).8. Proses Terjadinya Halusinasi

Menurut Ade Herman Surya Direja, 2001, hal.110-112 halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut:a. Fase pertamaDi sebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongan non-psikotik. Karakteristik pada fase pertama yaitu:

1) Klien mengalami stress dan cemas

2) Perasaan perpisahan

3) Rasa bersalah

4) Kesepian yang memuncak dan tidak dapat di selesaikan.

Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Adapun perilaku klien pada fase pertama yaitu:1) Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai

2) Menggerakkan bibir tanpa suara dan pergerakan mata cepat

3) Respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya

4) Suka menyendiri.b. Fase keduaDi sebut dengan condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik pada fase kedua yaitu:1) Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan

2) Kecemasan meningkat dan melamunMulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Adapun perilaku klien pada fase kedua yaitu:

1) Meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah

2) Klien asyik dengan halusinasinya

3) Tidak bisa membedakan realitasc. Fase ketigaAdalah fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik pada fase ketiga yaitu:

1) Bisikan suara isi halusinasi semakin menonjol

2) Menguasai dan mengontrol klienKlien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Adapun perilaku klien pada fase ketiga yaitu:

1) Kemauan dikendalikan halusinasi2) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik3) klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.

d. Fase ke empatAdalah fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik pada fase ke empat yaitu:

1) Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien

2) Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control

3) Tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

Adapun perilaku klien pada fase keempat yaitu:

1) Terror akibat panic

2) Potensi bunuh diri dan perilaku kekerasan

3) Agitasi 4) menarik diri atau katatonik

5) Tidak mampu merespon terhadap perintah komplek

6) Tidak mampu berespon lebih dari satu orang.Effect

Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Core problem

Causa

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Skema 2.2 pohon masalah perubahan persepsi sensori : halusinasi(Nita Fitria, 2011:60)9. Jenis Halusinasi

Berikut ini akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien halusinasi (Fitria Nita, 2011, hal 53).Jenis halusinasi serta ciri objektif dan subjektif klien yang mengalami halusinasi :Jenis HalusinasiData objektifData subjektif

Halusinasi dengar

Klien mendengar suara/ bunyi yang tidak ada hubunganya dengan stimulus yang nyata / lingkungan. Bicara atau tertawa sendiri.

Marah-marah tanpa sebab.

Mendekatkan telinga kearah tertentu

Menutup telinga Mendengar suara-suara atau kegaduhan

Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi penglihatan

Klien melihat gambaran yang jelas/ samar terhadap adanya stimulus. Yang nyata dari lingkungan dan orang lain tidak melihatnya. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu

Ketakutan pada Sesutu yang tidak jelas

Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, kartun, melihat hantu, atau monster

Halusinasi penciuman

Klien mencium suatu bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata. Mengendus-endus seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

Menutup hidungMembaui bau-bauan seperti bau darah, urin,feses, dan terkadang bau-bau tersebut menyenangkan bagi klien.

Halusinasi pengecapan

Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang tidak enak. Sering meludah

MuntahMerasakan rasa seperti darah, urin, atau feses

Halusinasi perabaan

Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa ada stimulus yang nyataMenggaruk-garuk permukaan kulit mengatkan ada serangga dipermukaan kulit

merasakan seperti tersengat listrik

Halusinasi kinestetik

Klien merasakan badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya bergerakMemegang kakinya yang dianggap bergerak sendiriMengatakan badannya melayang diudara

Halusinasi visceral

Perasaan tertentu timbul dalam tubuhnyaMemegang badannya yang dianggapnya berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya.Mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah minum soft drink

Tabel 2.3 jenis halusinasi(Fitria Nita, 2011, hal 53).

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN HALUSINASI1. Pengkajian pasien halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang di alami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata. Pada proses pengkajian, data penting yang perlu di dapatkan adalah sebagai berikut :

a. Jenis dan isi halusinasi

Data objektif dapat di kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data objektif dapat di kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

b. Waktu, frekuensi dan situasiPerawat perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang di alami oleh pasien.

1) Kapan halusinasi terjadi ?

2) Apakah pagi, siang, sore atau malam ?

3) Jika mungkin pukul berapa ?

4) Frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau hanya sesekali ?

5) Situasi terjadinya , apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu ?

Hal ini di lakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan halusinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat di rencanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

c. Respon terhadap halusinasiUntuk mengetahui apa yang di lakukan pasien ketika pasien halusinasi itu muncul. Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang di rasakan atau di lakukan saat halusinasi timbul. Perawat juga dapat menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat pasien. Selain itu, juga dapat mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.2. Merumuskan diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan di tetapkan berdasarkan data subjektif dan objektif yang di temukan pada pasien. Diagnosa keperawatan pada gangguan ini adalah gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran3. Tindakan keperawatan pasien halusinasi

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :

1) Pasien mengenai halusinasi.

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.

b. Tindakan keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasiUntuk membantu pasien mengenali halusinasi, kita dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar/di lihat), waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respons pasien saat halusinasi muncul.2) Melatih pasien mengontrol halusinasiUntuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi kita dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi :

a) Menghardik halusinasiMenghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien di latih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memperdulikan halusinasinya. Jika dapat di lakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dam halusinasinya. Tahapan tindakan ini meliputi :

(1) Menjelaskan cara menghardik halusinasi.

(2) Memperagakan cara menghardik.

(3) Meminta pasien memperagakan ulang.

(4) Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.b) Bercakap-cakap dengan orang lainUntuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang di lakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.c) Melakukan aktivitas yang terjadwalUntuk mengurangi resiko munculnya kembali halusinasi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan aktivitas yang terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi dapat di bantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. Setiap kegiatan yang di latih di masukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien sampai tidak di temukan waktu luang. Tahapan intervensinya sebagai berikut :

(1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.

(2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa di lakukan oleh pasien.

(3) Melatih pasien melakukan aktivitas.

(4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah di latih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

(5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.d) Menggunakan obat secara teraturUntuk mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk menggunakan obat-obatan secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa berat yang di rawat dirumah sering kali mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu di latih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

(1) Jelaskan kegunaan obat.

(2) Jelaskan akibat putus obat.

(3) Jelaskan cara mendapat obat/berobat.

(4) Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

4. Strategi pelaksanaan halusinasi a. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1)Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.1) Tahap orientasiSelamat pagi pak. Saya perawat dari Stikes Yarsi Pontianak yang akan merawat bapak. Nama saya A, senangnya di panggil perawat A. Nama bapak siapa ? Senangnya di panggil apa ?Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apa keluhan bapak saat ini ?Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tidak ada wujudnya ? Dimana kita duduk ? Di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 30 menit ?2) Tahap kerjaApakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya ? Apa yang di katakan suara itu?Apakah terus menerus terdengar atau sewaktu-waktu ? Kapan yang paling sering bapak mendengar suara ? Berapa kali sehari yang bapak alami ? Pada waktu keadaan seperti apa suara itu terdengar ? Apakah pada waktu sendiri ?Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu ?Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu ? Apakah dengan cara itu suara-suara tersebut bisa hilang ? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul ?Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal dan yang keempat minum obat dengan teratur.Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.Caranya sebagai berikut : saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar... saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu saya. Stop !!! jangan ganggu saya. Begitu di ulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak peragakan ! nah begitu ,,, bagus !!! coba lagi pak !! ya bagus, bapak sudah bisa memperagakannya.3) Tahap terminasiBagaimana perasaan bapak setelah melakukan peragaan seperti tadi?

Jika suara-suara itu muncul lagi, silahkan bapak coba dengan cara tersebut ! Bagaimana jika kita buat jadwal latihannya ? Bapak mau pukul berapa saja latihannya? (anda masukan kegiatan latihan menghardik halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana jika kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara kedua ? Bapak bisanya jam berapa ? Bagaiman jika 2 jam lagi ? Berapa lama kita akan berlatih ? Dimana tempatnya ?Baiklah, sampai jumpa.b. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2)Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu dengan bercakap-cakap dengan orang lain.

1) Tahap orientasiSelamat pagi pak. Bagaiman perasaan bapak hari ini ?Apakah suara-suara itu masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih ? Berkurang tidak suara-suaranya? Bagus!

Sesuai dengan janji kita tadi, saya akan latih cara ke dua untuk mnegontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Bapak maunya di mana? Di sini saja?

2) Tahap kerjaCara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi, jika bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk di ajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak contohnya begini ..... tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau jika ada orang dirumah misalnya kakak, bapak katakan, kak, ayo ngobrol dengan bapak. Nah begitu bapak. Coba bapak lakukan seperti yang saya lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!3) Tahap terminasiBagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini jika bapak mengalami halusinasi. Bagaimana jika kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak? Mau pukul berapa latihan bercakap-cakap? Nah, nanti kita lakukan secara teratur jika sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan kemari lagi. Bagaimana jika kita latihan cara yang ketiga melakukan aktifitas terjadwal? Mau pukul berapa? Bagaimana jika pukul 10? Mau di mana? Disini lagi? Sampai besok ya pak. Selamat pagi.c. Strategi pelaksanaan 3 (SP 3)Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.

1) Tahap orientasiSelamat pagi bapak, bagaimana perasaan bapak hari ini?Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya? Bagus!

Sesuai janji kita, hari ini kita akan beajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau dimana kita bicara? Baik , kita duduk diruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana jika 30 menit? Baiklah.2) Tahap kerjaApa saja yang bisa bapak lakukan? Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan (terus tanyakan sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah, banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latihan kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak dapat lakukan. Kegiatan ini dapat dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi dari pagi sampai malam. 3) Tahap terminasiBagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali!

Coba sebutkan tiga cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan harian bapak. Coba lakukan sesuai jadwal ya! (kita dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi aktivitas dari pagi sampai malam)

bagaimana jika kita membahas cara minum obat yang baik serta kegunaan obat pada kunjungan saya berikutnya? Sampai jumpa bapak.d. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4)Latih pasien menggunakan obat secara teratur

1) Tahap orientasiSelamat pagi bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya muncul? Apakah sudah dipakai tiga cara yang kita latih? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan berdiskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Disini saja ya bapak?2) Tahap kerjaBapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Adakah suara-suara berkurang atau hilang? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak degar dan menggangu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum? (perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang warna orange (CPZ) 3x sehari pukul 7, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk membuat pikiran tenang. Ini yang putih (THP) 3x sehari pukulnya sama kegunaannya untuk relaks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3x sehari, waktunya sama, gunanya untuk menghilang kan suara-suara. Jika suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. nanti konsultasikan dengan dokter, sebab jika putus obat, bapak akan kambuh dan sulit mengembalikan kekeadaan semula.Jika obat habis bapak dapat meminta kedokter untuk mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obat ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa obat itu benar-benar punya bapak. Jangan keliru dengan milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu dimunum sesudah makan dan tepat pada waktunya. Bapak harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas/ hari.3) Tahap terminasiBagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat-obat? sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus. (bagus jika jawaban benar). Mari kita masukan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak. Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau kepada keluarga jika dirumah. Nah, makanan sudah dating. Kita bertemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Bagaimana jika minggu depan? Mau pukul berapa? Bagaimana jika pukul 10? Sampai jumpa.5. Evaluasi

a. Kemampuan pasien

Penilaian Kemampuan Pasien Dengan Halusinasi

Nama pasien:

Ruangan : Nama perawat :

1) Petunjuk pengisian:

2) Berilah tanda () jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

3) Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

No Kemampuan Tanggal

1. Mengenal jenis halusinasi

2.Mengenal isi halusinasi

3.Mengenal waktu halusinasi

4.Mengenal frekuensi halusinasi

5.Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi

6.Menjelaskan respon terhadap halusinasi

7.Mampu menghardik halusinasi

8.Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi

9.Membuat jadwal kegiatan harian

10.Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal latihan

11.Menggunakan obat secara teratur

Tabel 2.4 Penilaian Kemampuan Pasien Dengan Halusinasi(Budi Anna Keliat, dkk, 2012: 160)2. Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI

Nama pasien:

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk pengisian:

1) Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrument penilain kinerja (No 04.01.01).

2) Nilai tiap penilaian kinerja dimasukkan ketabel pada baris nilai SP.

No Kemampuan Tanggal

SP 1

1.Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2.Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3.Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4.Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6.Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi

7.Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8.Menganjurkan pasien memasukan cara menghardik halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP 1

SP 2

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain

3Menganjurkan pasien memasukan kegiatan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP 2

SP 3

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien dirumah)

3Menganjurkan pasien masukkan kegiatan untuk mengendalikan halusinasi ke jadwal kegiatan harian

Nilai SP 3

SP 4

1Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengunaan obat secara teratur

3Menganjurkan pasien memasukan aktivitas minum obat ke dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP 4

Tabel 2.5 penilaian kemampuan perawat dalam merawat(Budi Anna Keliat, dkk, 2012: 161) Pikiran logis

Persepsi akurat

Emosi konsisten dengan pengalaman

Perilaku cocok

Hubungan social harmonis

Kadang-kadang proses pikir terganggu

Ilusi

Emosi berlebihan

Perilaku yang tidak biasa

Menarik diri

Waham

Halusinasi

Kerusakan proses emosi

Perilaku tidak terorganisasi

Isolasi sosial

Perubahan persepsi sensori : halusinasi

23