BAB II

21
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi ISPA Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri dan virus serta akibat adanya penurunan kekebalan tubuh penderita akibat populasi udara yang di hirup. 5 2.2 Etiologi ISPA Virus: virus yang menjadi pemicu ISPA yaitu virus rhinovirus, respiratory syncytial virus, adenovirus, virus influenza. Debu atau asap: debu yang halus dan yang tidak terlihat tidak dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sehingga dapat masuk ke lapisan mukosa sampai terdorong menuju pharing. Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak 7

description

PWS grafik

Transcript of BAB II

BAB IILANDASAN TEORI

2.1 Definisi ISPAPenyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh bakteri dan virus serta akibat adanya penurunan kekebalan tubuh penderita akibat populasi udara yang di hirup.5

2.2 Etiologi ISPA

Virus: virus yang menjadi pemicu ISPA yaitu virus rhinovirus, respiratory syncytial virus, adenovirus, virus influenza.

Debu atau asap: debu yang halus dan yang tidak terlihat tidak dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sehingga dapat masuk ke lapisan mukosa sampai terdorong menuju pharing. Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan. Asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat sepertiDry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, NitrogendanOxygenyang sangat berbahaya bagi kesehatan.62.3 Gejala ISPA

Tanda tanda bahaya pada golongan anak umur 2 5 tahun : Tidak bisa minum Kejang Kesadaran menurun Stridor / mendengkur Gizi buruk Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan :a. Kurang bisa minum (kemampuan minum menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya)b. Kejangc. Mendengkurd. Mengie. Demam 72.4 Klasifikasi ISPA

1.Pneumonia beratUntukanakumur2bulan 5 tahun.Tanda utama : Adanya tanda bahaya, yaitu tak bisa minum, kejang,kesadaran menurun, stridor, serta gizi buruk. Adanya tarikan dinding dada ke belakang. Hal ini terjadibilaparu -parumenjadikakudanmengakibatkanperlunyatenaga untuk menarik nafas.Tanda-tanda lain yang mungkin ada :1) Nafas cuping hidung2) Suara rintihan3) Sianosis (pucat)2.PneumoniaTanda-tanda :1) Tak ada tarikan dinding dada ke dalam.2) Disertai nafas cepat :Lebih dari 50 kali / menit untuk usia 2 bulan 1 tahun.Lebih dari 40 kali / menit untuk usia 1 tahun 5 tahun.

3.Bukan Pneumonia

Mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejalapeningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa(common cold),phryngitis, tonsilitas, otitisatau penyakit ISPA non pnumonia lainnya.

Untuk tatalaksana penderita di rumah sakit atau sarana kesehatan rujukan bagi kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun, dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.82.5 Patogenesis ISPA

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini.Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.92.6 Faktor Resiko Khususnya Faktor Lingkungan1)Kebiasaan merokok

Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia,acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol, ortcresorperylinedan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.102)Pencemaran udara dalam rumahAsap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahanan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak didalm rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi. Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6-10 tahun.104)Kepadatan hunian rumah

Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m.Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas.Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara, tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor ini.103) VentilasiVentilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit).102.7 Penatalaksanaan ISPA

Gambar 1. Ari Sound Timer

2.7.1 Cara Menghitung Nafas

1. Gunakan timer untuk menghitung frekuensi napas, caranya :

a. Tentukan titik dimana tim medis akan melihat gerakan nafas anak

b. Tekanlah timer dan mualailah menghitung bunyi pertama menunjukan 30 detik pertama

c. Setelah mendengarkan bunyi panjang (bunyi kedua) menunjukan 60 detik maka penghitungan napas anak selesai

2. Gunakan jam tangan yang mempunyai jarum detik. Minta orang lain untuk member aba aba setelah 60 detik sehingga tim medis bisa sepenuh nya mengamati pernapasan anak. Jika sendirian, aturlah posisi jam sehingga sekaligus bisa terlihat mengawasi gerak pernapasan anak.

3. Hitung pernapasan anak sampai ke batas cepat (60,50,40 sesuai kelompok umur) kemudian segera melihat jam. Bila pernapasan akan memerlukan waktu menghitung lebih dari 1 menit.11Gambar 2. Menghitung Napas Bayi 2.7.2 Penanganan Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :1.Upaya pencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan :a.Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.b.Immunisasi.c.Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.d.Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.2.Pengobatan dan perawatanPrinsip perawatan ISPA antara lain :a.Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perharib.Meningkatkan makanan bergizic.Bila demam beri kompres dan banyak minumd.Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersihe.Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.f.Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek3.Pengobatan antara lain :a.Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).b.Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.4.Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.2.Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.3.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan4.Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang informasi.122.8 Program Mengenai Kasus ISPA2.8.1 Tujuan Pengendalian Kasus ISPA Pada Balita

1. Tercapainya penemuan dan tatalaksana kasus pneumonia balita pada tahun 2010 (60%), 2011 (70%), 2012 (80%), 2013 (90%) dan 2014 (100%). 2. Tersedianya SDM terlatih profesional dalam penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita.

3. Tersedianya SDM terlatih profesional dalam manajemen program pengendalian Pneumonia Balita

4. Tersedianya sarana yang mendukung penatalaksanaan kasus pneumonia Balita secara komprehensif 5. Tersedianya gambaran epidemiologi melalui pengembangan surveilans sentinel pneumonia Balita.132.8.2 Kebijakan Pengendalian ISPA

1. Mengupayakan P2 ISPA sebagai salah satu Program Prioritas Nasional dari Program Prioritas Ditjen. PP & PL Departemen Kesehatan RI untuk mencapai MDGs 2015

2. Pengendalian penyakit ISPA dilaksanakan sesuai dengan otonomi daerah dan desentralisasi dalam NKRI.

3. Upaya pengendalian kesakitan dan kematian pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dilakukan bekerjasama dengan lintas program yang terkait dengan kesehatan Balita. 4. Penyebarluasan informasi pengendalian penyakit ISPA melalui berbagai media sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat. 5. Logistik pengendalian penyakit ISPA meliputi obat esensial, sound timer, oksigen konsentrator dan lain-lain disediakan oleh Pemerintah baik pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

6. Pengendalian penyakit ISPA dilaksanakan melalui jejaring kerjasama kemitraan dengan berbagai pihak 7. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan dan akuntabilitas pelaksanaan program melalui peningkatan kemampuan sumber daya manusia, pembinaan/supervisi, sistem pemantauan dan evaluasi program serta sosialisasi dan pemberdayaan masyarakat.13 2.8.3 Strategi Pengendalian ISPA

1. Membangun komitmen politis di setiap tingkat administrasi pemerintahan dengan melaksanakan advokasi dan sosialisasi program P2 ISPA dalam rangka pencapaian MDGs 2015.

2. Penguatan jejaring dilaksanakan melalui pertemuan berkala dengan seluruh pemangku kepentingan terkait. 3. Penemuan kasus dilakukan secara aktif dan pasif sesuai dengan tatalaksana standar pengobatan.

4. Peningkatan mutu pelayanan melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelengkapan logistik bekerjasama dengan pemerintah daerah. 5. Peningkatan peran keluarga dan masyarakat dilakukan melalui pemberdayaan kader dan tokoh masyarakat.

6. Evaluasi program dilaksanakan secara berkala bekerjasama dengan lembaga pengkajian/penelitian guna mendapatkan hasil yang obyektif.

7. Sistem pelaporan dibangun secara bertahap dengan komputerisasi sehingga keterlambatan laporan dapat dikurangi.

8. Pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang dan terstandar.142.8.4 Pengguna Dan Sasaran

Gambar 3. Pengguna Dan Saran2.8.5 Penerapan Program P2

Gambar 4. Penerapan Program P2 Pneumonia Balita20