BAB II

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PATIENT SAFETY 1. Pengertian Patient Safety Indonesia memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun 2005 yaitu dengan didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dan telah menerbitkan Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien. Panduan ini dibuat sebagai dasar implementasi keselamatan pasien di rumah sakit. Dalam perkembangannya, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan telah pula menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman. 5

description

tinjauan pustaka

Transcript of BAB II

31

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PATIENT SAFETY1. Pengertian Patient SafetyIndonesia memulai gerakan keselamatan pasien pada tahun 2005 yaitu dengan didirikannya Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) oleh Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dan telah menerbitkan Panduan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien. Panduan ini dibuat sebagai dasar implementasi keselamatan pasien di rumah sakit. Dalam perkembangannya, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Departemen Kesehatan telah pula menyusun Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam instrumen Standar Akreditasi Rumah Sakit. Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi lebih aman.Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.2. Tujuan Patient SafetyTujuan Patient safety adalah1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RS2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;3. Menurunnya KTD di RS4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.3. Pelaksanan Patient SafetyMengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini digunakan mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh KARS.Pelaksanaan Patient safety meliputi1. Sembilan solusi keselamatan Pasien di RS (WHO Collaborating Centre for Patient Safety, 2 May 2007), yaitu:1)Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names)2)Pastikan identifikasi pasien3)Komunikasi secara benar saat serah terima pasien4)Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar5)Kendalikan cairan elektrolit pekat6)Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan7)Hindari salah kateter dan salah sambung slang8)Gunakan alat injeksi sekali pakai9)Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.2. Tujuh Standar Keselamatan Pasien (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1961/MENKES/PER/VIII/2011),yaitu:1.Hak pasienStandarnya adalahPasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana & hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).Kriterianya adalah1)Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan2)Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan3)Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD2.Mendidik pasien dan keluargaStandarnya adalahRS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Kriterianya adalah:Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati3.Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayananStandarnya adalahRS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan.Kriterianya adalah:1) koordinasi pelayanan secara menyeluruh2) koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya3) koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi4) komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan4.Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien

Standarnya adalahRS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor & mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, & melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.Kriterianya adalah1)Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai dengan Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.2)Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja3) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif4)Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis5.Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasienStandarnya adalah1)Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan 7 Langkah Menuju KP RS .2)Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP & program mengurangi KTD.3)Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP4)Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, & meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.5)Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja RS & KP.Kriterianya adalah1)Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.2)Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden,3)Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi4)Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.5)Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,6)Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden7)Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan8)Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan9)Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien6.Mendidik staf tentang keselamatan pasienStandarnya adalah1)RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.2)RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.Kriterianya adalah1)memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien2)mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.3) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.7.Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.Standarnya adalah1)RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.2)Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.Kriterianya adalah1)disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.2)Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada3. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien RS (berdasarkan KKP-RS No.001-VIII-2011) sebagai panduan bagi staf Rumah Sakit1.Bangun kesadaran akan nilai keselamatan Pasien, ciptakan kepemimpinan & budaya yang terbuka dan adilBagi Rumah sakit:Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien dan keluarga.1) Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan akuntabilitas individual bilamana ada insiden.2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah sakit. 3) Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.Bagi Tim:1) Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.2) Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.2.Pimpin dan dukung staf anda, bangunlah komitmen &focus yang kuat & jelas tentang KP di RS andaBagi Rumah Sakit:a) Ada anggota Direksi yg bertanggung jawab atas KPb) Di bagian-2 ada orang yg dpt menjadi Penggerak (champion) KPc) Prioritaskan KP dlm agenda rapat Direksi/Manajemend) Masukkan KP dlm semua program latihan stafBagi Tim:a) Ada penggerak dlm tim utk memimpin Gerakan KPb) Jelaskan relevansi & pentingnya, serta manfaat gerakan KPc) Tumbuhkan sikap ksatria yg menghargai pelaporan insiden3.Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko, kembangkan sistem & proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi & asesmen hal yg potensial brmasalahBagi Rumah Sakit:a) Struktur & proses mjmn risiko klinis & non klinis, mencakup KPb) Kembangkan indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risikoc) Gunakan informasi dr sistem pelaporan insiden & asesmen risiko & tingkatkan kepedulian thdp pasienBagi Tim:a) Diskusi isu KP dlm forum2, utk umpan balik kpd mjmn terkaitb) Penilaian risiko pd individu pasienc) Proses asesmen risiko teratur, tentukan akseptabilitas tiap risiko, & langkah memperkecil risiko tsb4.Kembangkan sistem pelaporan, pastikan staf Anda agar dg mudah dpt melaporkan kejadian/insiden serta RS mengatur pelaporan kpd KKP-RSBagi Rumah sakit:a) Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden, ke dlm maupun ke luar yg hrs dilaporkan ke KKPRS PERSIBagi Tim:a) Dorong anggota utk melaporkan setiap insiden & insiden yg telah dicegah tetapi tetap terjadi juga, sbg bahan pelajaran yg penting5.Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien, kembangkan cara-cara komunikasi yg terbuka dengan pasien.Bagi Rumah Sakita) Kebijakan : komunikasi terbuka ttg insiden dg pasien & keluargab) Pasien & keluarga mendpt informasi bila terjadi insidenc) Dukungan,pelatihan & dorongan semangat kpd staf agar selalu terbuka kpd pasien & kel. (dlm seluruh proses asuhan pasien Bagi Tim:a) Hargai & dukung keterlibatan pasien & kel. bila tlh terjadi insidenb) Prioritaskan pemberitahuan kpd pasien & kel. bila terjadi insidenc) Segera stlh kejadian, tunjukkan empati kpd pasien & kel.6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang Keselamatan pasien, dorong staf anda utk melakukan analisis akar masalah utk belajar bagaimana & mengapa kejadian itu timbulBagi Rumah Sakit:a) Staf terlatih mengkaji insiden scr tepat, mengidentifikasi sebabb) Kebijakan: kriteria pelaksanaan Analisis Akar Masalah (Root Cause Analysis/RCA) atau Failure Modes & Effects Analysis (FMEA) atau metoda analisis lain, mencakup semua insiden & minimum 1 x per tahun utk proses risiko tinggiBagi Tim:a) Diskusikan dlm tim pengalaman dari hasil analisis insidenb) Identifikasi bgn lain yg mungkin terkena dampak & bagi pengalaman tersebut7. Cegah cedera melalui implementasi system Keselamatan pasien, Gunakan informasi yg ada ttg kejadian/masalah utk melakukan perubahan pd sistem pelayananBagi Rumah Sakit:a) Tentukan solusi dg informasi dr sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, audit serta analisisb) Solusi mencakup penjabaran ulang sistem, penyesuaian pelatihan staf & kegiatan klinis, penggunaan instrumen yg menjamin KPc) Asesmen risiko utk setiap perubahand) Sosialisasikan solusi yg dikembangkan oleh KKPRS-PERSIe) Umpan balik kpd staf ttg setiap tindakan yg diambil atas insidenBagi Tim:a) Kembangkan asuhan pasien menjadi lebih baik & lebih amanb) Telaah perubahan yg dibuat tim & pastikan pelaksanaannyac) Umpan balik atas setiap tindak lanjut ttg insiden yg dilaporkan4. Langkah Langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety Adalaha. Di Rumah Sakit1) Rumah sakit agar membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, dengan susunan organisasi sebagai berikut: Ketua: dokter, Anggota: dokter, dokter gigi, perawat, tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya.2) Rumah sakit agar mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal tentang insiden3) Rumah sakit agar melakukan pelaporan insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia4) Rumah Sakit agar memenuhi standar keselamatan pasien rumah sakit dan menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.5) Rumah sakit pendidikan mengembangkan standar pelayanan medis berdasarkan hasil dari analisis akar masalah dan sebagai tempat pelatihan standar-standar yang baru dikembangkan.b. Di Provinsi/Kabupaten/Kota1) Melakukan advokasi program keselamatan pasien ke rumah sakit-rumah sakit di wilayahnya2) Melakukan advokasi ke pemerintah daerah agar tersedianya dukungan anggaran terkait dengan program keselamatan pasien rumah sakit.3) Melakukan pembinaan pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakitc. Di Pusat1) Membentuk komite keselamatan pasien Rumah Sakit dibawah Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia2) Menyusun panduan nasional tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit3) Melakukan sosialisasi dan advokasi program keselamatan pasien ke Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota, PERSI Daerah dan rumah sakit pendidikan dengan jejaring pendidikan.4) Mengembangkan laboratorium uji coba program keselamatanpasien.Selain itu, menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkan budaya Patient safety ini1. Put the focus back on safetySetiap staf yang bekerja di RS pasti ingin memberikan yang terbaik dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan, patient safety ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan lainnya. Empat CEO RS yang terlibat dalam safer patient initiatives di Inggris mengatakan bahwa tanggung jawab untuk keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan dan mereka memegang peran kunci dalam membangun dan mempertahankan fokus patient safety di dalam RS.2. Think small and make the right thing easy to doMemberikan pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien mungkin membutuhkan langkah-langkah yang agak kompleks. Tetapi dengan memecah kompleksitas ini dan membuat langkah-langkah yang lebih mudah mungkin akan memberikan peningkatan yang lebih nyata.3. Encourage open reportingBelajar dari pengalaman, meskipun itu sesuatu yang salah adalah pengalaman yang berharga. Koordinator patient safety dan manajer RS harus membuat budaya yang mendorong pelaporan. Mencatat tindakan-tindakan yang membahayakan pasien sama pentingnya dengan mencatat tindakan-tindakan yang menyelamatkan pasien. Diskusi terbuka mengenai insiden-insiden yang terjadi bisa menjadi pembelajaran bagi semua staf.4. Make data capture a priorityDibutuhkan sistem pencatatan data yang lebih baik untuk mempelajari dan mengikuti perkembangan kualitas dari waktu ke waktu. Misalnya saja data mortalitas. Dengan perubahan data mortalitas dari tahun ke tahun, klinisi dan manajer bisa melihat bagaimana manfaat dari penerapan patient safety.

5. Use systems-wide approachesKeselamatan pasien tidak bisa menjadi tanggung jawab individual. Pengembangan hanya bisa terjadi jika ada sistem pendukung yang adekuat. Staf juga harus dilatih dan didorong untuk melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan keselamatan terhadap pasien. Tetapi jika pendekatan patient safety tidak diintegrasikan secara utuh kedalam sistem yang berlaku di RS, maka peningkatan yang terjadi hanya akan bersifat sementara.6. Build implementation knowledgeStaf juga membutuhkan motivasi dan dukungan untuk mengembangkan metodologi, sistem berfikir, dan implementasi program. Pemimpin sebagai pengarah jalannya program disini memegang peranan kunci. Di Inggris, pengembangan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sudah dimasukkan ke dalam kurikulum kedokteran dan keperawatan, sehingga diharapkan sesudah lulus kedua hal ini sudah menjadi bagian dalam budaya kerja.7. Involve patients in safety effortsKeterlibatan pasien dalam pengembangan patient safety terbukti dapat memberikan pengaruh yang positif. Perannya saat ini mungkin masih kecil, tetapi akan terus berkembang. Dimasukkannya perwakilan masyarakat umum dalam komite keselamatan pasien adalah salah satu bentuk kontribusi aktif dari masyarakat (pasien). Secara sederhana pasien bisa diarahkan untuk menjawab ketiga pertanyaan berikut: apa masalahnya? Apa yang bisa kubantu? Apa yang tidak boleh kukerjakan?8. Develop top-class patient safety leadersPrioritisasi keselamatan pasien, pembangunan sistem untuk pengumpulan data-data berkualitas tinggi, mendorong budaya tidak saling menyalahkan, memotivasi staf, dan melibatkan pasien dalam lingkungan kerja bukanlah sesuatu hal yang bisa tercapai dalam semalam. Diperlukan kepemimpinan yang kuat, tim yang kompak, serta dedikasi dan komitmen yang tinggi untuk tercapainya tujuan pengembangan budaya patient safety. Seringkali RS harus bekerja dengan konsultan leadership untuk mengembangkan kerjasama tim dan keterampilan komunikasi staf. Dengan kepemimpinan yang baik, masing-masing anggota tim dengan berbagai peran yang berbeda bisa saling melengkapi dengan anggota tim lainnya melalui kolaborasi yang erat.4. Aspek Hukum Terhadap Patient SafetyAspek hukum terhadap patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit1.Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukuma.Pasal 53 (3) UU No.36/2009Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.b.Pasal 32n UU No.44/2009Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.c.Pasal 58 UU No.36/20091)Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.2)..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.2.Tanggung jawab Hukum Rumah sakita.Pasal 29b UU No.44/2009Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.b.Pasal 46 UU No.44/2009Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.c.Pasal 45 (2) UU No.44/2009Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.3.Bukan tanggung jawab Rumah Sakita.Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakitRumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif.

4.Hak Pasiena. Pasal 32d UU No.44/2009Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasionalb.Pasal 32e UU No.44/2009Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materic.Pasal 32j UU No.44/2009Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatand.Pasal 32q UU No.44/2009Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana5.Kebijakan yang mendukung keselamatan pasienPasal 43 UU No.44/20091)RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien2)Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.3)RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri4)Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien.Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:a. Assessment risikob. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasienc. Pelaporan dan analisis insidend. Kemampuan belajar dari insidene. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko5. Manajemen Risiko Patient SafetyKeselamatan pasien harus dilihat dari sudut pandang risiko klinis. Sekalipun staf medis rumah sakit sesuai kompetensinya memberikan pelayanan berdasarkan standar profesi dan standar pelayanan, namun potensi risiko tetap ada, sehingga pasien tetap berpotensi mengalami cedera. UU Rumah Sakit No. 44 tahun 2009 bertujuan memberikan perlindungan kepada pasien, masyarakat, dan sumber daya manusia, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, serta memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan rumah sakit. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations (JCAHO) memberikan pengertian manajemen risiko sebagai aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan oleh rumah sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, personil, pengunjung dan rumah sakit itu sendiri. Kegiatan tersebut meliputi identifikasi risiko hukum (legal risk), memprioritaskan risiko yang teridentifikasi, menentukan respons rumah sakit terhadap risiko, mengelola suatu kasus risiko dengan tujuan meminimalkan kerugian (risk control), membangun upaya pencegahan risiko yang efektif, dan mengelola pembiayaan risiko yang adekuat (risk financing). Manajemen risiko yang komprehensif meliputi seluruh aktivitas rumah sakit, baik operasional maupun klinikal, oleh karena risiko dapat muncul dari kedua bidang tersebut. Bahkan akhir-akhir ini meliputi pula risiko yang berkaitan dengan managed care dan risiko kapitasi, merger dan akuisisi, risiko kompensasi ketenagakerjaan, corporate compliance dan etik organisasi.Manajemen risiko klinik merupakan upaya yang cenderung proaktif, meskipun sebagian besarnya merupakan hasil belajar dari pengalaman dan menerapkannya kembali untuk mengurangi atau mencegah masalah yang serupa di kemudian hari. Pada dasarnya manajemen risiko merupakan suatu proses siklik yang terus menerus, yang terdiri dari empat tahap, yaitu:1. Risk Awareness. Pada tahap ini diharapkan seluruh pihak yang terlibat dalam sistem bedah sentral memahami situasi yang berisiko tinggi di bidangnya masing-masing dan aktivitas yang harus dilakukan dalam upaya mengidentifikasi risiko. Risiko tersebut tidak hanya yang bersifat medis, melainkan juga yang non medis, sehingga upaya ini melibatkan manajemen, komite medis, dokter, perawat bedah, perawat anestesi, pengendali gas sentral, pelaksana pemeliharaan ruang bedah dan instrument, dan lain-lain. Self-assessment, sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (incidence report) dan audit klinis dalam budaya non-blaming merupakan sebagian metode yang dapat digunakan untuk mengenali risiko.

2. Risk control (and or Risk Prevention). Manajemen merencanakan langkah-langkah praktis dalam menghindari dan atau meminimalkan risiko dan melaksanakannya dengan tepat. Dalam bidang medis, manajemen harus bekerjasama erat dan saling mendukung dengan komite medis. Langkah-langkah tersebut ditujukan kepada seluruh komponen sistem, baik perangkat keras, perangkat lunak maupun sumber daya manusianya. Langkah dimulai dengan penilaian risiko (risk assessment) tentang derajat dan probabilitas kejadiannya, dilanjutkan dengan upaya mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution), atau bila tidak mungkin maka dicari upaya menguranginya (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun terhadap derajat keparahannya, atau apabila hal itu juga tidak mungkin maka dicari jalan untuk mengurangi dampaknya. Tindakan dapat berupa pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan; pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan prosedur dan persyaratan; pembuatan dan pembaruan prosedur, standar dan check-list; pelatihan penyegaran bagi personil, seminar, pembahasan kasus, poster, stiker, dan lain-lain. 3. Risk containmentDalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang efektif.4. Risk transferAkhirnya apabila risiko itu terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.6. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Patien Safetya. Di Rumah Sakit1) Setiap unit kerja di rumah sakit mencatat semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.2) Setiap unit kerja di rumah sakit melaporkan semua kejadian terkait dengan keselamatan pasien (Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Diharapkan dan Kejadian Sentinel) kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada formulir yang sudah disediakan oleh rumah sakit.3) Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit menganalisis akar penyebab masalah semua kejadian yang dilaporkan oleh unit kerja4) Berdasarkan hasil analisis akar masalah maka Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit merekomendasikan solusi pemecahan dan mengirimkan hasil solusi pemecahan masalah kepada Pimpinan rumah sakit.5) Pimpinan rumah sakit melaporkan insiden dan hasil solusi masalah ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) setiap terjadinya insiden dan setelah melakukan analisis akar masalah yang bersifat rahasia.b. Di PropinsiDinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah menerima produk-produk dari Komite Keselamatan Rumah Sakitc. Di Pusat1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) merekapitulasi laporan dari rumah sakit untuk menjaga kerahasiaannya2) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis yang telah dilakukan oleh rumah sakit3) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan analisis laporan insiden bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai laboratorium uji coba keselamatan pasien rumah sakit4) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) melakukan sosialisasi hasil analisis dan solusi masalah ke Dinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah, rumah sakit terkait dan rumah sakit lainnya.7. Monitoring Dan Evaluasia. Di Rumah sakitPimpinan Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di rumah sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerjab. Di propinsiDinas Kesehatan Propinsi dan PERSI Daerah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Rumah Sakit di wilayah kerjanyac. Di Pusat1) Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Keselamatan Pasien Rumah Sakit di rumah sakit-rumah sakit2) Monitoring dan evaluasi dilaksanakan minimal satu tahan satu kali.B. PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL1. Infeksi Nosokomiala. Rumah sakit merupakan tempat mondok segala macam jenis penyakit.b. Rumah sakit merupakan gudang kuman-kuman pathogenc. Kuman yang biasa mondok di rumah sakit umumnya kebal terhadap antibiotika, bahkan terhadap banyak antibiotika.Di rumah sakit banyak dilakukan tindakan yang mengandung risiko terjadinya infeksi nosokomial, seperti : operasi, tindakan invasif, berupa kateterisasi IV, kateterisasi saluran kemih, atau endoskopi; dan pemeriksaan bahan-bahan infeksius. Justru dalam situasi lingkungan seperti inilah orang sakit yang rata-rata daya tahan tubuhnya menurun harus dirawat agar ia sembuh dari penyakitnya.a. PengertianInfeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita selama/oleh karena dia dirawat di rumah sakit. Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosokomial bila memenuhi beberapa kriteria/batasan tertentu :a. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.b. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.c. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut baru timbul sekurangkurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan.d. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.e. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.b. Faktor Yang MempengaruhiAda dua faktor yang memegang peranan penting :1) Faktor Endogen :Faktor yang ada di dalam penderita sendiri seperti umur, sex, dan penyakit penyerta.2) Faktor Eksogen :Faktor di luar penderita, seperti lama penderita dirawat di rumah sakit, kelompok yang merawat penderita, lingkungan, peralatan, dan teknik medis yang dilakukan.a. PenderitaPenting diketahui antara lain : keadaan umum, penyakit penyerta seperti DM, obesitas atau penyakit khronis lainnya, dan keadaan kulit penderita, apakah normal atau ada luka. Kulit normal sudah mengandung banyak kuman yang bisa menjadi penyebab infeksi; ada kuman komensal, yakni kuman yang normal berada dalam pori kulit. Jumlahnya dapat dikurangi dengan cara perawatan kulit pra bedah dan pemakaian desinfektan. Sedangkan kuman pendatang yang berasal dari lingkungan terletak di permukaan kulit; ini dapat dihilangkan dengan cara perawatan kulit pra bedah dan pemakaian desinfektan.b. Staf rumah sakitDokter dan personil paramedis merupakan sumber infeksi yang penting dalam terjadinya infeksi nosokomial; perlu diperhatikan kesehatan dan kebersihannya, pengetahuan tentang septic dan aseptik, dan ketrampilan dalam menerapkan teknik perawatan.c. PeralatanSangat perlu diketahui mengenai cara penggunaan, cara membersihkan dan mensterilkan, dan cara menyimpan dan mempertahankan kesterilannya.d. LingkunganPerlu diperhatikan: Kebersihan lingkungan, air yang dipakai, dan udara supaya tetap bersih, mengalir dan dengan kelembaban tertentu. Dalam hal tertentu udara perlu disaring (filtrasi). Bahan yang harus dibuang (disposal) diusahakan tidak menjadi sumber infeksi, misalnya dengan memakai kantong plastik yang dapat segera ditutup, tempat-tempat sampah yang tertutup, dan kadang-kadang perlu fumigasi atau pemusnahan bahan.Dalam pengendaliannya perlu diingat bahwa pencegahan lebih baik daripada pengobatan, lebih mudah, lebih murah dan tidak berbahaya baik bagi penderita maupun lingkungannya.2. Pendapat Ahli a. Prof. Didier Pitet1) Infeksi nosokomial menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari diseluruh dunia2) Di negara berkembang diperkirakan >40% pasien di RS terserang Infeksi Nosokomial3) 8,7% pasien RS menderita infeksi selama menjalani perawatan di RS4) Strategi yang terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi nosokomial adalah peningkatan.3. Cara PencegahanCaranya adalah dengan memutus mata rantai terjadinya infeksi nosokomial :1. Meningkatkan pengetahuan personil rumah sakit tentang infeksi nosokomial.2. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang risiko infeksi nosokomial bagi pasien yang dirawatnya.3. Melakukan semua standar prosedur kerja dengan benar dan sempurna (SOP : perawatan, tindakan dan penggunaan/pemilihan alat-alat dan lain-lain).4. Identifikasi penyebab infeksi nosokomial.5. Pemberian pengobatan yang tepat dan rasional.6. Mengikutsertakan penderita dan keluarga dengan memberikan pengetahuan praktis tentang infeksi nosokomial serta penyakit yang sedang diderita penderita, melalui PKMRS.7. Memberi petunjuk praktis pada pengunjung tentang hal-hal yang perlu dijaga/dilakukan/dihindarkan pada waktu berkunjung melalui papan pengumuman, kertas petunjuk di pintu, dan petugas informasi di ruangan.Langkah-langkah pokok yang perlu dilaksanakan oleh rumah sakit :1) Menetapkan kebijaksanaanKebijaksanaan bahwa pengendalian infeksi nosokomial masuk dalam program prioritas di rumah sakit, dengan demikian dapat dipastikan adanya dukungan sumber daya.

2) Menetapkan struktur organisasi 5