BAB II

3
7 BAB II STUDI KASUS Dalam studi kasus kali ini yaitu membahas tentang “ Influence of S Co on the Hydrogen Blistering and Hydrogen Induced Cracking of A350LF2 Steel yang dimana sering digunakan pada casing, tubing, sistem perpipaan dan su fasilities. Pada studi kasus ini pengaruh kandungan S sangat mem terbentuknya Hydrogen Blistering pada baja A3!"#$ . Dimana fakt%r penye hydrogen blistering pada baja A3!"#$ adalah &as ' $ S. (%rf%l%gi permukaan sampel flange setelah dilakukan )* jam dalam laru +A - A ditunjukkan dalam gambar . Dari gambar, kami menemukan kepekaan terhadap hidr%gen terik untuk empat jenis sampel jauh berbeda. 'al ini di dari hasil penelitian sebelumnya bah/a k%nsentrasi S adalah fakt%r yang p penting untuk meningkatkan daya tahan '0 pada baja paduan rendah. 1an '1s terlihat seragam didistribusikan pada permukaan sampel dengan k%nsent S !.!$ 2 gambar a44. "ebih dari 3 * hydrogen blistering permukaan darikumpulan sampel yang terdiri dari3 spesimendengan pengamatan mata telanjang. Daerah hydrogen blistering sekitar 5,) 2 dari luas permukaan. Ada * hydrogen blistering dengan diameter besar dari mm. Sebagaiperbandingan, jumlah hydrogenblistering pada permukaan sampel dengan k%nsentrasi S !.! ) 2 menurun menjadi 37 '1s pada permukaan diamati dan luas permukaan sampel sekitar ,$2 terisi %leh '1s. Ada $* '1 dengan diameter lebih dari mm. 6etapi '1s tidak merata pada permukaan sampel tapi kebanyakan '1s terletak di salah satu permukaan sampel. 'anya 3 '1s pada permukaan yang diamati dengan k%nsentrasi S !,! $2 dan tingkat daerah '1s kurang dari !, 2 dari luas permukaan sampel. +amun, tidak ditemukan '1 pada permukaan dengan k%nsentrasi S !,!!$2. adi kita dapat menarik kesimpulan bah/a hydrogen blistering tergantung pada kandungan S baja A3!"#$. 8etika k%nsentrasi S lebih !.!$2, jumlah dan luas '1 mening sedangkan kandungan S kurang dari !.!$2, jumlah dan luas '1 menurun, dan

description

Korosi

Transcript of BAB II

9

BAB IISTUDI KASUSDalam studi kasus kali ini yaitu membahas tentang Influence of S Contents on the Hydrogen Blistering and Hydrogen Induced Cracking of A350LF2 Steel yang dimana sering digunakan pada casing, tubing, sistem perpipaan dan surface fasilities. Pada studi kasus ini pengaruh kandungan S sangat mempengaruhi terbentuknya Hydrogen Blistering pada baja A350LF2 . Dimana faktor penyebab hydrogen blistering pada baja A350LF2 adalah Gas H2S.Morfologi permukaan sampel flange setelah dilakukan 96 jam dalam larutan NACE A ditunjukkan dalam gambar 1. Dari gambar, kami menemukan kepekaan terhadap hidrogen terik untuk empat jenis sampel jauh berbeda. Hal ini diketahui dari hasil penelitian sebelumnya bahwa konsentrasi S adalah faktor yang paling penting untuk meningkatkan daya tahan HIC pada baja paduan rendah. Banyak HBs terlihat seragam didistribusikan pada permukaan sampel dengan konsentrasi S 0.021 % (gambar 1 (a)). Lebih dari 316 hydrogen blistering diamati pada permukaan dari kumpulan sampel yang terdiri dari 3 spesimen dengan pengamatan mata telanjang. Daerah hydrogen blistering sekitar 8,9 % dari luas permukaan. Ada 61 hydrogen blistering dengan diameter besar dari 1 mm. Sebagai perbandingan, jumlah hydrogen blistering pada permukaan sampel dengan konsentrasi S 0.019 % menurun menjadi 37 HBs pada permukaan diamati dan luas permukaan sampel sekitar 1,2% terisi oleh HBs. Ada 26 HBs dengan diameter lebih dari 1 mm. Tetapi HBs tidak merata pada permukaan sampel tapi kebanyakan HBs terletak di salah satu permukaan sampel. Hanya ada 3 HBs pada permukaan yang diamati dengan konsentrasi S 0,012% dan tingkat daerah HBs kurang dari 0,1% dari luas permukaan sampel. Namun, tidak ditemukan HB pada permukaan dengan konsentrasi S 0,002%. Jadi kita dapat menarik kesimpulan bahwa hydrogen blistering tergantung pada kandungan S baja A350LF2. Ketika konsentrasi S lebih 0.02%, jumlah dan luas HB meningkat sedangkan kandungan S kurang dari 0.02%, jumlah dan luas HB menurun, dan ketika kandungan S cenderung 0,002%, tidak adanya HB yang diamati pada permukaan sampel.

Gambar 2.1 Hydrogen Blistering pada permukaan sampel dengan konsentrasi S yang berbeda setelah dilakukan tes HIC (a) 0,021% S; (b) 0,019% S; (c) 0,012% S; (d) 0,002% S

Gambar 2.2 Laju Korosi pada spesimen dengan perbedaan kandungan SGambar 2.2 menunjukkan rata-rata tingkat korosi (CR) dari sampel flange yang berbeda setelah dilakukan168 jam dalam larutan NACE jenuh. Hasil dari Gambar 2.2 menunjukkan bahwa laju korosi rata-rata sekitar 0.8mm / a untuk setiap sampel dengan kandungan S yang berbeda, yang berarti bahwa laju korosi belum relasi jelas dengan kandungan S.Pengaruh komposisi kimia dari empat jenis baja A350LF2 dengan kandungan S berbeda pada retak dan laju korosi telah dilakukan. Hasilnya adalah sebagai berikut:1. Komposisi kimia flange baja A350LF2, terutama kandungan S memiliki dampak yang kuat pada hydrogen blistering dan hydrogen induced cracking.2. Adapun flange baja A350LF2, dengan munculnya kandungan S, hydrogen blistering dan hydrogen induced crack bertahap meningkat. Ketika kandungan S lebih dari 0,02%, hydrogen blistering dan hydrogen induced crack jauh melampaui standar.3. Dari laju korosi baja A350LF2 lebih sedikit terpengaruh oleh kandungan S.

Adapun solusi dari studi kasus ini ketika terkena hydrogen blistering yaitu:

a. Menggunakan baja low-sulfur calcium-treated argon-blown.b. Synthetic slag atau dengan penambahan logam tanah jarang.c. Pemeriksaan dengan memakai ultrasonic.