BAB II

download BAB II

of 38

Transcript of BAB II

16

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Review penelitian sejenis

Untuk penyusunan penelitian ini, peneliti mengambil berbagai sumber sebagai referensi. Mulai dari buku, jurnal, hingga yang peneliti dapat dari beberapa website. Peneliti juga menemukan beberapa acuan dari peneliti-peneliti terdahulu sebagai perbandingan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Yeyet Hermawati (KIB 01138), judul penelitian Simbolisasi Logo Korban Kopi Cofee House. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam logo Korban Kopi beserta arti dari simbol-simbol tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa pentingnya suatu arti simbol dan filosofi dibalik suatu desain logo yang digunakan sebagai corporate identity untuk pembentukan suatu image dan pembeda identitas dengan perusahaan lainnya. Dan bagaimana logo tersebut bisa merepresentasikan visi dan misi sebuah perusahaan baru yang siap bersaing.

2. Niko Hendravianto (210110060090), judul penelitian Analisis Semiotik Logo CIMB NIAGA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam CIMB NIAGA serta mengungkapkan filosofis yang ada pada simbol tersebut, dan bagaiman elemen fisik dan non fisik yang ada dalam logo tersebut bila dikaji dalam analisis taksonomi serta peran logo tersebut sebagai sebuah identitas perusahaan. Hasil penelitian menunujukan bahwa terdapat tiga simbol dalam logo CIMB NIAGA, yaitu simbol; persegi empat, mata paha dan tulisan CIMB NIAGA. Simbol persegi empat melambangkan ketegasan, mata panah melambangkan kemampuan berfikir dan bertindak selangkah lebih maju, sedangkan tulisan CIMB NIAGA melambangkan nama perusahaan dan identitas diri perusahaan.

3. Tubagus Rangga Maulana (KXO 050775), judul penelitian Simbolisasi Cover Album Efek Rumah Kaca Kamar Gelap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika yang dikembangkan oleh Carles Sanders Peirce. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana simbol-simbol dan arti dari simbol-simbol yang ada dalam cover album Efek Rumah Kaca Kamar Gelap. Hasil penelitian ini menunujukan bahwa cover album Efek Rumah Kaca kamar Gelap sebagai media promosi mengandung simbol-simbol yang memiliki arti masing-masing yang bertujuan untuk menyampaikan image band sekaligus media promosi yang menarik dan efektif guna mendapatkan perhatian khalayak secara maksimal.

4. Rd. Rifki Ridhani (KIB 050275), judul penelitian Pemaknaan Simbol Tangan Dalam Iklan Speedy Multispeed. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan yang muncul pada simbol tangan dalam iklan speedy multispeed, melalui makna denotasi, konotasi, dan mitos. Hasil penelitian ini adalah makna konotasi dari tangan adalah salah satu indera yang membantu manusia melakukan aktivitas yang juga dapat menunjukan karakteristik seseorang. Mitos yang muncul adalah aksesoris hanya aksen penambah yang padanya membedakan satu individu dengan individu lain. Kulit yang berubah gelap menandakan seringnya beraktifitas diluar. Kerutan yang terdaapat pada kulit berarti usia yang telah lanjut.5. Dwi Indah Sarry Andryani (KIB 050282), judul penelitian Representasi Corporate Identity Brand Refresh Garuda Indonesia melalui logo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika Roland Barthes. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui simbol, makna simbol, dan mitos yang terbentuk sebagai representasi corporate identity brand refresh. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa corporate identity brand refresh melalui logo yang dilihat dari simbol, makna simbol dan representasi dari logo adalah corporate identity yang baru dan baik bagi Garuda Indonesia NamaJudul penelitianMetode penelitianTujuan penelitianHasil penelitian

Yeyet Hermawati (KIB 01138)Simbolisasi Logo Korban Kopi Cofee Housemetode penelitian kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirceuntuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam logo Korban Kopi beserta arti dari simbol-simbol tersebutbahwa pentingnya suatu arti simbol dan filosofi dibalik suatu desain logo yang digunakan sebagai corporate identity untuk pembentukan suatu image dan pembeda identitas dengan perusahaan lainnya. Dan bagaimana logo tersebut bisa merepresentasikan visi dan misi sebuah perusahaan baru yang siap bersaing

Niko Hendravianto (210110060090)Analisis Semiotik Logo CIMB NIAGAmetode penelitian kulaitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirceuntuk mengetahi simbol-simbol yang ada dalam CIMB NIAGA serta mengungkapkan filosofis yang ada pada simbol tersebut, dan bagaiman elemen fisik dan non fisik yang ada dalam logo tersebut bila dikaji dalam analisis taksonomi serta peran logo tersebut sebgai subuah identitas perusahaanHasil penelitian menunujukan bahwa terdapat tiga simbol dalam logo CIMB NIAGA, yaitu simbol; persegi empat, mata paha dan tulisan CIMB NIAGA. Simbol persegi empat melambangkan ketegasan, mata panah melambangkan kemampuan berfikir dan bertindak selangkah lebih maju, sedangkan tulisan CIMB NIAGA melambangkan nama perusahaan dan identitas diri perusahaan

Tubagus Rangga Maulana (KXO 050775)Simbolisasi Cover Album Efek Rumah Kaca Kamar Gelapmetode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika yang dikembangkan oleh Carles Sanders Peirceuntuk mengetahui bagaimana simbol-simbol dan arti dari simbol-simbol yang ada dalam cover album Efek Rumah Kaca Kamar GelapHasil penelitian ini menunujukan bahwa cover album Efek Rumah Kaca kamar Gelap sebagai media promosi mengandung simbol-simbol yang memiliki arti masing-masing yang bertujuan untuk menyampaikan image band sekaligus media promosi yang menarik dan efektif guna mendapatkan perhatian khalayak secara maksimal

Rd. Rifki Ridhani (KIB 050275)Pemaknaan simbol tangan dalam iklan speedy multispeedmetode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotik Roland BarthesTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemaknaan yang muncul pada symbol tangan dalam iklan speedy multispeed, melalui makna denotasi, konotasi, dan mitosHasil penelitian ini adalah makna konotasi dari tangan adalah salah satu indera yang membantu manusia melakukan aktiditas yang juga dapat menunjukan karakteristik seseorang. Mitos yang muncul adalah aksesoris hanya aksen penambah yang padanya membedakan satu individu dengan individu lain. Kulit yang berubah gelap menandakan seringnya beraktifitas diluar. Kerutan yang terdaapat pada kulit berarti usia yang telah lanjut

Dwi Indah Sarry Andryani (KIB 050282)Representasi corporate identity brand refresh Garuda Indonesia melalui logometode penelitian kualitatif dengan teknik analisis semiotika Roland Barthesuntuk mengetahui symbol, makna symbol, dan mitos yang terbentuk sebagai representasi corporate identity brand refreshmenunjukan bahwa corporate identity brand refresh melalui logo yang dilihat dari symbol, makna symbol dan representasi dari logo adalah corporate identity yang baru dan baik bagi garuda Indonesia

Tabel 2.1 : Review Penelitian SejenisPada penelitian terdahulu terdapat beberapa persamaan dan perbedaan. Mayoritas peneltian terdahulu menggunakan analisis semiotika Carles Sanders Peirce, seperti pada penelitian Yeyet Hermawati, Niko Hendravianto, dan Tubagus Rangga Maulana. Sedangkan penelitian yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes peneliti menemukan dua penelitian yaitu penelitian dari Rd. Rifki Ridhani dan Dwi Indah Sarry Andryani. Perbedaan mendasar dari semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes dengan semiotika yang dikembangkan oleh Carles Sanders Peirce adalah semiotika barthes meneliti mengenai makna denotasi, konotasi, dan mitos dari objek sedangkan Peirce memfokuskan pada simbol-simbol, makna simbol atau meneliti mengenai ikon, indeks, dan simbol dari suatu objek penelitian.

Beberapa penelitian yang ditemukan oleh peneliti dengan menggunakan analisis semiotika Peirce terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian yeyet Hermawati, dan Niko Hendravianto objek penelitian yang diteliti sama yaitu logo tetapi terdapat perbedaan yaitu pada penelitian Yeyet Hermawati logo sebagai simbolisasi sebuah perusahaan baru sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa adanya perubahan logo sebagai new corporate identity dari sebuah perusahaan. Perbedaan pun terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Niko Hendravianto dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Objek yang ditetliti sama yaitu sebuah logo tetapi perbedaan dari penelitian peneliti dengan Niko Hendraviato adalah pada penelitian Niko Hendravianto logo sebagai identitas perusahaan yang melakuka merger dengan perusahaan baru sehingga menggunakan logo baru sebagai Identitas baru mereka sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti lebih mengedepankan perubahan logo dari logo yang lama ke logo yang baru pada suatu corporate.

Selain itu pada penelitian Tubagus Rangga maulana persamaan yang ada hanya pada metode yang dipakai oleh masing-masing peneliti yaitu metode kualitatif dengan analisis semiotika Charles Sanders Peirce. Sedangkan objek maupun subjek berbeda yaitu penelitian Tubagus membahas tentang cover sebuah album sedangkan peneliti membahas mengenai logo.2.2 Landasan Teoretis

2.2.1 Semiologi dan Semiotika

Pembahasan yang luas tentang nama bidang studi yang disebut semiotika telah muncul dinegara-negara Anglo-Saxon (Segers, 2000:5). Sesorang menyebut semiologi jika ia berfikir tentang tradisi Saussurean. Namun, istilah semiotics digunakan dalam kaitannya dengan karya Charles Sanders Peirce dan Charles Morris.

Sesungguhnya kedua istilah ini, semiotika dan semiologi, mengandung pengertian yang persis sama, walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukan pemikiran pemakainya; mereka yang bergabung dengan Peirce menggunakan kata semiotika, dan mereka yang yang bergabung dengan Saussure menggunakan kata semiologi. perbedaan istilah itu, menunjukan perbedaan orientasi: yang pertama (semiologi) mengacu pada tradisi Eropa yang bermula pada Ferdinand de Saussure (1857-1913), sedangkan kedua (semiotika) pada tradisi Amerika yang bermula pada Charles Sanders Peirce (1839-1914) (Masinambow, 2000b:iii).

Dalam definisi Saussure semiologi merupakan sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat dan, dengan demikian, menjadi bagian dari disiplin psikologi sosial. Tujuannya adalah untuk menunjukan bagaimana terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya (Budiman, 1999a:107). Saussure mengatakan:

Sebuah ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat dapat dibayangkan: ia akan menjadi bagian dari psikologi sosial dan, sebagai konsekuensinya, psikologi general; ia akan saya beri nama semiologi (dari bahasa Yunani semeion tanda). Semiologi akan menunjukan hal-hal apa yang membentuk tanda-tanda, kaidah-kaidah apa yang mengendalikannya. (dalam Budiman, 2011:65)

Saussure menambahkan akhiran logy yang dalam term yunani berarti study seperti psikologi, antropologi. Saussure percaya dengan memperlihakan keunggulan bahasa diantara sistem tanda. Saussure mengatakan :

Language is a system of sign that expreses the idea, and is therefore comparable to a system of writing. The alphabet of deaf-mute, symbolic rites, polite formulas, military signal.ect. but it is the mostimportant of all these system (Saussure, 1926:16, dalam Chandler, Daniel 1994).Sementara, istilah semiotika atau semiotik, yang dimunculkan pada akhir abad ke-19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Peirce. Jika kita mengikuti Charles Sanders Peirce maka semiotika tidak lain dari pada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda (the formal doctrine of sign) (Peirce, 1986:4. Dalam budiman 2011:3). Peirce mengatakan

Logika secara umum, adalah (...) sekedar nama lain bagi semiotika (...). suatu doktrin formal atau quansi-necessary tentang tanda-tanda. Yang saya maksud dengan mengatakan doktrin ini sebagai quasi-necessary atau formal adalah bahwa kita mengamati karakter-karakter tanda tersebut sebagaimana kita tahu, dan dari pengamatan tadi (...) kita diarahkan kepada pernyataan-pernyataan yang bisa saja keliru dan, dengan demikian, dalam arti tertentu sama sekali tidak niscahya (dalam Budiman, 2011:64)Merujuk kepada doktrin formal tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia-seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena, jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bagi Peirce semiotika merupakan cabang dari filsafat.

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata yunani semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsian tanda (Cobley dan Jansz, 1999:4). Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (Eco, 1979:16). Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial (Sinha, dalam Kurniawan, 2001:49). tanda pada waktu itu masih bermakna sesuatu hal yang menunjukan pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda (Eco, 1976:6). Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya yang mempergunakannya. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity), memaknai hal-hal (thing). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berati bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Barthes, 1988:179; Kurniawan, 2001:53).

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri, dan makna (meaning) ialah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda (Littlejohn, 1996:64). Tanda, dalam pandangan Peirce, adalah sesuatu yang hidup dan dihidupi (cultivated). Ia hadir dalam proses interpretasi (semiosis) yang mengalir.

Pada dasarnya, semiosis dapat dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat diberikan dalam istilah semiotika sebagai suatu hubungan antara lima istilah

S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik); s untuk sign (tanda); i untuk interpreter (penafsiran); e untuk effect atau pengaruh (misalnya, suatu disposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap r pada kondisi-kondisi tertentu c karena s); r untuk reference (rujukan); dan c untuk context (konteks) atau condition (kondisi).

begitulah, semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda; secara sistematik menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya.

2.2.2 Semiotik Charles Sanders Peirce Semiotika didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982:ix, dalam Budiman 2011:3)

Teori dari Peirce menjadi Grand Theory dalam semiotik. Gagasanya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Semiotik bagi Pierce adalah suatu tindakan (action), pengaruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Yang dimaksud subjek pada semiotik Peirce bukan subjek manusia, tetapi tiga entitas yang sifatnya abstrak sebagaimana yang disebutkan diatas, yang tidak dipengaruhi kebiasaan berkomunikasi secara konkret. Peirce melihat tanda (representament) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretan). Tanda menurut pandangan Peirce adalah sesuatu yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam beberapa hal atau kapasitas. Tanda menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang saya ciptakan dinamkan interpretant dari tanda pertama. Tanda itu menunjukan sesuatu, yakni objeknya (Zeman, 1997, dalam Fiske, 1990:63).

Interaksi antara representamen, objek, dan interpretan di katakan oleh peirce sebagai Semiosis. Peirce mengemukakan:

The intercation between the representamen, the object, and the interpretant is reffered to by Peirce as Semiosis (ibid.5.484)

Dalam model of the sign Peirce, Peirce memasukan object atau referent yang tidak ada dalam model Saussure. Dalam model Peirce Representament memiliki arti yang sama dengan signifier yang ada dalam model Saussure dan juga interpretant yang memiliki arti yang sama dengan signifed. Peirce mengemukakan :

Peirces model of sign includes object or referent-which does not, of course, feature direcly in Saussure model. The representamen is similar in meaning to Saussures signifier whilst the interpretan is similar in meaning to the signified (Silverman 1983.15)Akan tetapi, interpretant memiliki kualitas yang tidak sama dengan signified : adalah tanda itu sendiri yang ada dalam pikiran interpreter. Peirce melihat bahwa tanda... menunjuk pada seseorang, yakni, menciptakan di benak orang tersebut suatu tanda yang setara, atau barangkali suatu tanda yang lebih berkembang, tanda yang saya ciptakan dinamkan interpretant dari tanda pertama. (Peirce 1931-58. 2.228).

Charles Sanders Peirce memformulasikan sendiri model of the sign, of semiotic, dan of the taxonomies of sign. Peirce menawarkan triadic model yaitu The representament, object, dan interpretan. Representament yaitu sesuatu yang merepresentasikan sesuatu yang lain, object yaitu sesuatu yang direpresentasikan , dan interpretan yaitu iterpretasi seseorang mengenai tanda.

Sebuah tanda atau representamen (representament), menurut Charles Sanders Peirce (1986:5&6, dalam Budiman 2011:17), adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang selain itu-dinamakan interpretan (interpretant) dari tanda yang pertama-pada gilirannya mengacu kepada objek (object). Dengan demikian, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan dan objeknya. Apa yang disebut proses semiosis merupakan suatu proses yang memadukan entitas yang disebut sebagai representamen tadi dengan entitas lain yang disebut sebagai objek. Proses semiosi ini sering pula di sebut sebagai signifikasi (signification)

Titik sentral dari semiotika peirce adalah sebuah trikotomi dasariah mengenai relasi menggantikan (stands for) diantara tanda dengan objeknya melalui interpretant, sebagaimana dikemukakan sendiri oleh Peirce didalam sebuah rumusnya. Representamen adalah sesuatu yang bersifat inderawi (percetible) atau material yang berfungsi sebagai tanda. Kehadirannya membangkitkan interpretan, yakni suatu tanda lain yang ekuivalen dengannya, didalam benak seseorang (interpreter). Dengan kata lain, baik representamen maupun interpretan pada hakikatnya tidak lain tidak bukan adalah tanda, yakni sesutau yang menggantikan sesuatu yang lain. Hanya saja, representamen muncul mendahului interpretan, sementara adanya interpretan dibangkitkan oleh representamen.

Objek yang dipicu oleh tanda adalah realitas atau apa saja yang (dianggap) ada. Artinya, objek tersebut tidak mesti konkret, tidak berupa harus barang yang kasat mata (observable) atau eksis sebagai realitas empiris, tetapi bisa pula entitas lain yang abstrak, bahkan imajiner dan fiktif (bdk. Nth, 1990:42-43, dalam Budiman, 2011:74). Relasi diantara representamen, objek dan interpretan ini membentuk sebuah struktur triadik

Interpretan

Representament ObjekGambar 2.1 : Model Triadik Peirce

Sumber : Piliang, Yasraf amir.2003.Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Jalasutra.Yogyakarta. hlm 266

Karena proses semiosis seperti ini tergambarkan pada skema di atas ini menghasilkan rangkaian hubungan yang tak berkesudahan, maka pada gilirannya sebuah interpretan akan menjadi representamen, menjadi interpretan lagi, menjadi representamen, dan seterusnya, ad infinitum. Proses tiga tingkat (three fold process) diantara representamen, objek, dan interpretan dikenal sebagai proses semiosis ini niscahya menjadi objek kajian yang sesungguhnya dari setiap studi semiotika. Jika interpretan tiada lain adalah tanda yang pada gilirannya dapat berposisi sebagai representamen, maka pada dasarnya objek pun demikian. Objek dapat bergeser posisinya menjadi tanda, menduduki posisi sebagai representamen, didalam struktur triadik ini. Gerakan yang tak berujung pangkal ini oleh Umberto Eco dan Jaques Derrida kemudian dirumuskan sebagai semiosis tanpa batas (unlimited semiosis). Maka secara skematik, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Interpretant....,dst Representament object

Interpretant

Representament object interpretant

representament object

Gambar2.2 : skematik unlimited semiosis

Sumber: Budiman, Kris.2011.Semiotika Visual:Konsep, isu, dan Problem Ikonitas. Jalasutra. Yogyakarta hlm 18 2.3 Landasan Konseptual

2.3.1 Komunikasi Visual

Komunikasi visual sesuai namanya adalah komunikasi melalui penglihatan. Komunikasi visual merupakan sebuah rangkaian proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan menggunakan media penggambaran yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Komunikasi visual mengkombinasikan seni, lambang, tipografi, gambar, desain grafis, ilustrasi dan warna dalam penyampaiannya.

Komunikasi visual memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai sarana informasi dan instruksi yang bertujuan untuk menunjukan hubungan antara satu hal dengan hal lain dalam petunjuk arah, skala, dan posisi. Informasi yang dikomunikasikan melalui komunikasi visual akan berguna apabila dilakukan pada waktu yang tepat, orang yang tepat, dalam bentuk yang tepat dan dipresentasikan secara logis dan konsisten. Sebagai sarana presentasi dan promosi untuk menyampaikan pesan, mendapatkan perhatian (atensi) dari mata (visual) dan dapat membuat pesan tersebut dapat diingat. Desain komunikasi visual sangat merupakan representasi sosial budaya masyarakat dan salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud produk dan nilai-nilai yang berlaku pada waktu tertentu. Ia merupakan kebudayaan yang benar-benar dihayati, bukan kebudayaan dalam arti sekumpulan sisa bentuk, warna,dan gerak masa lalu yang kini dikagumi sebagai benda asing terlepas dari dir manusia yang mengamatinya.

Desain komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi dan ungkapan daya kreatif yang diaplikasikan dalam berbagai media komunikasi visual dengan mengolah elemen desain grafis terdiri dari gambar (ilustrasi), huruf dan tipografi, warna, komposisi, dan layout

Menurut Wigdagdo (1993:31) desain komunikasi visual dalam pengertian modern adalah desain yang dihasilkan dari rasionalitas. Dilandasi pengetahuan, bersifat rasional, dan pragmatis. Jagat desain komunikasi visual senantiasa dinamis, penuh gerak, dan perubahan. Sebagai produk kebudayaan yang terkait dengan sistem sosial dan ekonomi, desain komunikasi visual juga berhadapan pada konsekuensi sebagai produk masal dan komunikasi massa.

Terkait dengan itu, T. Sutanto (2005:15-16) menyatakan, desain komunikasi visual senantiasa berhubungan dengan penampilan rupa yang dapat diserap orang banyak dengan pikiran maupun perasaannya. Rupa yang megandung pengertian atau makna, karakter serta suasana yang mampu dipahami (diraba dan dirasakan) oleh khalayak umum atau terbatas. Dalam pandangan Sanyoto (2006:8) desain komunikasi visual memiliki pengertian secara menyeluruh, yaitu rancangan sarana komunikasi yang bersifat kasat mata.

2.3.1.1 Tipografi Kurir Komunikasi Visual

Huruf dan tipografi dalam perkembangannya menjadi ujung tombak guna menyampiakan pesan verbal dan pesan visual kepada seseorang, sekumpulan orang, bahkan masyarakat luas yang dijadikan tujuan akhir proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan atau taget sasaran.

Huruf dan tipografi diyakini sebagai saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan secara genetikal. Dalam hubungannya dengan desain komunikasi visual, huruf dan tipografi adalah elemen penting yang sangat diperlukan guna mendukung proses penyampaian pesan verbal maupun visual.

Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk berbagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk pesan sosial maupun komersial. Tipografi dalam konteks komuniksi visual mencakup pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara, dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat sesuai dengan karakter pesan (sosial atau komersial) yang ingin disampaikan.

Sudah menjadi rahasia umum dalam ranah media komuikasi visual, tipografi merupakan unsur pokok yang tidak dapat dipisahkan. Dalam perkembangannya, ada lebih seribu macam huruf romawi atau latin yang diakui oleh masyarakat dunia. Tetapi huruf-huruf tersebut sejatinya merupakan perkawinan silang dari lima jenis huruf berikut :

1. Huruf romein. Garis huruf memperlihatkan perbedaan anatar tebal-tipis dan mempunyai kaki atau kait yang lancip pada setiap batang hurufnya.

2. Huruf egyptian. Garis hurufnya memiliki ukuran yang sam tebal pada setiap sisinya. Kaki atau kaitnya berbentuk lurus atau kaku.

3. Huruf sans serief. Garus hurufnya sama tebal dan tidak mempunyai kak atau kait

4. Huruf miscellaneous. Jenis huruf ini lebih mementingkan nilai hiasnya daripada nilai komunikasinya. Bentuknya senantiasa mengedepankan aspek dekoratif dan ornamental

5. Huruf script. Huruf ini menyerupai tulisan tangan dan bersifat spontan.

Sementara itu, Danton Sihombing (2001:96) mengelompokan keluarga huruf berdasarkan latar belakang sejarahnya :

1. Old sytle, jenis huruf ini meliputi : bembo, Calslon, Galliard, Garamond

2. Transitional, jenis huruf ini meliputi : Baskervile, perpetua, Time New Roman

3. Modern, jenis huruf ini meliputo : Bodoni

4. Egyptian atau slab serif, jenis huruf ini meliputi : book man, serifa

5. Sans serif, jenis huruf ini meliputi : franklin gothic, futura, Gill Sans, Optima.

Menurut buku Social Communication seperti dikutip Bebe Indah Miryam, ada beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya sebuah pesan verbal yang terkandung dalam karya desain komunikasi mudah dicermati, diantaranya, pertama, latar belakang yakni warna dasar dan tekstur kertas yang digunakan. Teks yang menjadi unsur utama dari sebuah pesan verbal akan terlihat jelas manakala keberadaan warna huruf dan latarnya cukup kontras.

Kedua, besar huruf yang digunakan. Ukuran standart teks anatara 6 sampai 10 point, tergantung dari luas ruangan yang tersedia dan banyak sedikitnya teks hasil diadopsi dari keluarga huruf yang dinginkan.

Selain itu Danton Sihombing (2001:28) mengingatkan, keluarga huruf terdiri atas berbagai kembangan yang berakar dari struktur bentuk dasar (regular) sebuah alfabet dan setiap perubahan berat huruf masih memiliki kesinambungan bentuk. Perbedaan tampilan yang pokok dibagi menjadi tiga bentuk pekembangan (1) kelompok berat terdiri dari Light, regular, dan bold. (2) kelompok proporsi condesd, regular, dan extended (3) kelompok kemiringan yaitu italic.2.3.2 Logo Sebagai Komunikasi Visual

Logo atau gambar (picture mark) merupakan identitas yang diperlukan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun organisasi. Menurut Anastasia Miller dan Jared Brown logo adalah salah satu bentuk iklan yang singkat dan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi para Graphic Designer. Disamping menjadi tanda pengenal yang segera membawa imajinasi seseorang kepada pemilik logo itu. Logo haruslah membawa pesan yang besar dalam ruangan yang sempit.

Pada prinsipnya logo merupakan simbol yang mewakili sosok, wajah, dan eksistensi suatu perusahaan atau produk perusahaan. Logo yang baik akan mampu mencerminkan jenis usahan yang dikelola pemilik logo tersebut berdasarkan idiom-idiom grafis yang telah dikenal publik.

Secara visualisasi logo adalah gambar. Gambar tersebut dapat berupa berbagai unsur bentuk dan warna. Oleh karena itu sifat dari apa yang diwakili oleh logo berbeda satu dengan yang lain. Maka seharusnya logo memiliki bentuk yang berbeda pula. Bentuk logo yang berbeda dapat meliputi bentuk fisik warna, maupun dimensi.2.3.2.1 Logo Sesuai Unsur Pembentuknya

Unsur bentuk logo dapat dipilah-pilah menjadi empat kelompok. Namun demikian, kelompok-kelompok tersebut bisa digabungkan sehingga mengandung unsur campuran. 1. Logo dalam bentuk alphabeticalLogo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimaksudkan untuk menggambar bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf. Kelompok ini merupakan jumlah yang paling banyak dan merupakan trend baru2. Logo dalam benda konkret

Logo yang terdiri dari bentuk-bentuk konkret atau nyata seperti manusia, (seseorang tokoh, bentuk tubuh yang menarik), bentuk binatang, tanaman, peralatan, maupun benda yang lain.

3. Bentuk abstrak, poligon, spiral, DSB

Logo kelompok ini memiliki elemen-elemen yang merupakan bentuk abstrak, bentuk geometri, spiral, busur, segitiga, bujursangkar, poligon, titik-titik, garis panah, gabungan bentuk-bentuk lengkung, dan bentuk ekspresi tiga dimensi.

4. Simbol,nomor, dan elemen lain

Bentuk-bentuk yang sudah dikenal untuk menggambarkan sesuatu seperti hati, tanda silang, tanda plus, tanda petir, tanda notasi musik, dsb. 2.3.2.2 Jenis dan Tipe Logo

Pada masa awal perkembangannya, pembagian jenis logo tidaklah serumit sekarang. Mula-mula logi hanya berupa bentuk yang tak terucapkan seperti gambar, yang dibuat oleh pengrajin untuk lambang kerajaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, logo tidak hanya digunakan untuk kepentingan kerajaan saja, melainkan untuk memberi tanda pada barang-barang yang dijual dipasar. Pembagian jenis logo secara sederhana terbagi atas dua bagian yaitu word marks atau brand name yang tersususn dari bentuk terucapkan, serta device marks dan brand marks yang tersusun dari bentuk tak terucapkan. Bisa pula logo terdiri atas keduanya, yang merupakan kombinasi dari brand name dan brand marks. Berikut kami sajikan beberapa jenis logo, yang penggolongannya berdasarkan pendapat John Murphy dan Michael Rowe (1998) :

1. Name only logo

Adalah logo yang diambil dari sebuah nama, dengan menggunakan gaya grafis khsusus. Logo jenis ini memberikan ketegasan dan pesan langsung kepada konsumen.

2. Name/symbol logo

Yaitu logo yang terdiri dari nama perusahaan atau produk dengan gaya tipografis yang berkarakter kuat, tersusun atas bentuk-bentuk grafis seperti oval, lingkaran atau kotak. 3. Initial letter logo

Yaitu logo yang menggunakan huruf awal (inisial) dari nama produk atau perusahaan yang mejadikan sebagai elemn utama dari logo tersebut. Logo jenis ini terkadang menunjukan gabungan nama pemiliki perusahaan.

4. Pictorial names logo

Adalah logo yang menggunakan nama produk atau organisasi sebagai komponen penting dari gaya logo, yang keseluruhan logo ini memiliki gaya yang sangat khsusu. Baisanya perusahaan yang sudah terkenal yang memakai logo jenis ini.5. Asociatative logo

Yaitu logo yang berdiri bebass yang biasanya tidak memuat nama produk atau perusahaan, tetapi memiliki asosiasi langsug dengan nama, produk atau wilayah aktifasinya.

6. Allusive logo

Adalah logo yang bersifat kiasan, seperti logo mercedes benz yang terdiri dari bentuk bintang segitiga yang merupakan representasi dari sistem kemudi mobil,

7. Abstrack logo

Adalah logo yang dapat menimbulkan beraneka kesan, yang dipengaruhi oleh daya pemahaman konsumen. Ini terjadi karena bentuk visual logo sangat abstrak.2.3.2.3 Fungsi dan Peranan Logo

Adapun fungsi dan peranan logo menurut Murphy dan Rowe (1993:8), adalah sebagai berikut :

1. fungsi idnetitas. Melalui sebuah logo khalayak dapat mengidentifikasikanperusahaan tersebut bergerak dibidang apa serta jasa apa yang dihasilkan.

2. Fungsi pembeda. Logo dapat membedakan produk dan layanan yang diberikan satu dengan yang lainnya.

3. Fungsi komunikasi. Logo dapat berperan sebagai pemberi informasi yang tertuju pada keaslian, nilai dan kaulitas pada sebuah produk

4. Memberikan nilai tambah produk yang memilliki merek atau logo akan lebih dikenal oleh khalayak dan lebih dihargai keberadaanya

5. Merupakan aset berharga, jika prodek tersebut telah dikenal oleh negara-negara lain. Maka suatu merek akan dihargai dengan waralaba

6. Mempunyai kekuatan hukum. Logo yang telah diregristarasi dapat dijadikan jaminan kualitas produk yang dilindungi undang-undang.

Menurut David E Carther (1991:25), syarat logo yang baik bagi sebuah perusahaan, sebagai berikut:

1. Original and distinctive. Logo yang khas dan unik akan melekat pada benak khalayak serta lebih mudah diingat dari pada sekedar nama

2. Legible. Logo haruslah mudah dibaca, boila tidak akanmenjadi tidak efektif logo haruslah menyampaikan pesan yang sama

3. Simple. Logo yang sederhana akan membuatnya menjadi lebih mudah diaplikasikan pada berbagai macam media

4. Memorable. Logo yang baik hanya memberikan kesan sesaat namu dalam relatif waktu yang lebih lama.

5. Easily adaptable for all graphic media. Logo juga harus dapat dengan mudah diaplikasikan pada seluruh media grafis.

6. Easily assiciated with the company. Citra yang dingiingkan direpresentasikan melalui logo haruslah terrefleksi dari logo tersebt. 2.3.2.4 Ciri Logo yang Efektif

Memiliki sifat unik. Tidak sama dengan logo lain.

Memiliki sifat yang fungsional sehingga dapat dipasang atau digunakan dalam berbagai keperluannya. Misalnya logo dapat dicetak berwarna, tetapi bila diperlukan dapat dicetak hitam putih. Dapat direporoduksi dalam ukuran kecil. Dapat dipasang pada berbagai material dari kertas, kain, loga, serta permukaan barang tanpa terjadi distorsi yang berarti terhadap bentuk logo.

Bentuk logo mengikuti kaidah-kaidah dasar desain (warna, bentuk, konsistensi, dan kejelasan)

Mampu merepresentasikan suatu perusahaan/lembaga atau suatu produk

Mampu merepresentasikan suatu perusahaan/lembaga atau suatu produk

Gunakanlah jumlah warna sesedikit mungkin, dan apabila memungkinkan, pilhlah warna spot. Warna spot adalah terminologi dari warna cetak baku siap pakai, bukan warna yang di mix(CMYK) yang memungkinkan terjadinya penyimpangan warna.

Hindari penggunaan gradasi warna karena gradasi akan menyulitkan reproduksi

Gunakan program vektor grafis untuk menggarap logo karena hasilnya mudah diperkecil maupun diperbesar

Wasapadai bentuk-bentuk pelanggaran hak cipta atau trade mark desain

Tentukan guidelines untuk menentukan posisi logo dihalaman maupun bidang kosong (white space) di sekeliling logo untuk menjaga konsistansi penampilan logo

Jangan menggunakan pilihan font spesifik maupun clip art dari thirty party

Jangan menggunakan image wajah seseorang yang masih hidup

Hindari penggunaan fotografi maupun image yang rumit

Jangan menggunakan simbolsimbol atau image yang berkaitan dengan agama kerana bersifat sensitif. Sebagai karya seni rupa, sebuah logo tidak bisa lepas dari elemen-elemen seni rupa dasra yang membentuknya, seperti garis, bentuk, warna, ruang, tpografi. Seperti yang dikemukakan oleh John Murphy :

Seorang perancang logo dan cap dagang yang sukses, perlu memiliki kepandaian dasar dan keterampilan dalam menggambar dalam hubungannya dengan kepekaan terhadap elemen estetika desain

Berikut ini elemen-elemen pembentuk logo, antara lain :

1. Garis

Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lilian Gareth mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis. Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekas jejaknya sehingga terbentuk goresan. Garis sering pula disebut sebagai kontur, sebuah kata yang samar dan jarang dipergunakan. Dalam hubungannya, garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasana. Suasana yang tercipta dari sebuah garis tercipta karena proses stimuli dari bentuk-bentuk sederhana yang sering kita lihat disekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut.2. Bentuk

Pengertian bentuk menurut Leksikon Grafika adalah rupa atau wujud sesuatu aeperti budar, elips, bulat segi empat dan lain sebagainya. Dari defini tersebt dapat diuraikan bahwa bentuk merupakan wujud rupa sesuatu. Pada proses perancangan logo, bentuk menempati posisi yang tidak kalah penting dibanding elemen lainnya, mengingat bentuk geometris biasa merupakan simbol yang membawa nilai emosional tertentu. Seperti yang dikatakan Plato, bahwa rupa rupa atau bentuk merupakan bahasa dunia yang tidak dirintangi oleh perbedaan-perbedaan seperti terdapat dalam bahasa kata-kata3. Warna

Pemahaman tentang warna dibagi dalam dua bagian berdasarkan sifat warna antara lain sebagai berikut (1) Warna menurut ilmu fisika adalah sifat cahaya yang bergantung dari panjang gelombang yang dipantulkan benda tersebut. (2) Warna menurut ilmu bahan adalah sembarang zat tertentu yang memberikan warna

Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut.4. Tipografi Menurut buku Manuale Typographicum tipografi adalah seni memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang-ruang yang terseia, untuk menciptakan kesan khusus, sehingga menlng pembaca untuk mendapatkan kenyamanan membaca semaksimal mungkin. 2. 3.3 Logo sebagai Pembentuk Makna Simbol sendiri telah ada sejak lebih dari 30.000 ahun yang lalu, saat manusia prasejarah membuat tanda-tanda pada batu dan gambar-gambar di dinding gua. Pada zaman ini simbol hanyalah sebagai pencatat kejadian yang manusia alami.

Peranan simbol dewasa ini berkembang pesat dengan keberadaannya yang tak terbatas dalam kehidupan sehari-hari. Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan. Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logoPada sebuah logo terdapat beberapa unsur yang membangun logo tersebut seperti warna yang ada dalam logo, garis yang membangun logo, bentuk yang membangun logo dan bentuk tipografi yang ada dalam logo. Bentuk, garis, warna dan tipografi ini mengandung makna yang berbeda di setiap bentuk-bentuk yang ada. Seperti garis, garis memiliki kemampuan untuk mengungkapkan suasan. Suasana yang tercipta dari sebuah garis terjadi karena proses stimulasi dan bentuk-bentuk sederhana yang kita lihat disekitar kita, yang terwakili dari bentuk garis tersebut. Beberapa jenis garis eserta suasana yang ditimbulkan seperti garis lurus mengesankan kekuatan, arah dan perlawanan. Garis lengkung mengesankan keanggunan, gerakan, pertumbuhan. Berikut beberapa jenis garis beserta asosiasi yang ditimbulkan :

Horozontal : memberi sugesti ketenangan atau hal yang tak bergerak

Vertikal : Stabilitas, kekuatan atau kemegahan

Diagonal : tidak stabil, sesuatu yang bergerak atau dinamika

Lengkung S : keanggunan

Zig-zag : Bergairah, semangat, dinamika atau gerak cepat. Bending up right : Sedih, lesu atau kedukaan. Diminishing Perspective : Adanya jarak, kejauhan, kerinduan dan sebagainya. Concentric Arcs : Perluasan, gerakan mengembang, kegembiraan dsb. Pyramide : Stabil, megah, kuat atau kekuatan yang masif. Conflicting Diagonal : Peperangan, konflik, kebencian dan kebingungan. Spiral : Kelahiran atau generative forces. Rhytmic horizontals : Malas, ketenangan yang menyenangkan. Upward Swirls : Semangat menyala, berkobar-kobar, hasrat yang tumbuh. Upward Spray : Pertumbuhan, spontanitas, idealisme Inverted Perspective : Keluasan tak terbatas, kebebasan mutlak, pelebaran takterhalang. Water Fall : Air terjun, penurunan yang berirama, gaya berat. Rounded Archs : Lengkung bulat mengesankan kekokohan. Rhytmic Curves : Lemah gemulai, keriangan. Gothic Archs : Kepercayaan dan religius.Lebih jauh lagi , garis sesuai fungsinya yang khas mampu membentuk simbol yang memiliki pengertia khusus, sangat menunjang penggunaanya sebagai elemen simbol. penggunaan garis sebagai elemen simbol pertama kali diperkenalkan oleh Otto Neurath (1882-1945) seorang pengajar dan ilmuwan sosial, yang menamakan simbol sebagai isotype. Kemudian bahasa isotype ini berkembang dan menjadi salah satu bahasa gambar yang mampu mewakili berbagai bentuk komunikasi. Selanjutnya bentuk-bentuk simbol iini banyak dipergunakan sebagai elemen pembuat logo dalam upaya agar lebih mudah diingat dan mempunyai fungsi komunikasi yang baikPada logo pun terdapat bentuk. Bentuk-bentuk yang terdapata dalam logo pun memiliki makna yang ada berikut beberapa contoh bentuk dan asosiasi yang timbukannya berdasarkan buku Handbook of Design & Devices seperti segitiga yang merupakan lambang dan konsep trinitas. Yaitu sebuah konsep religius yang mendasarkan pada tiga unsur alam semesta, yaitu tuhan, manusia, dan alam. Selain itu segita merupakan perwujudan dari konsep keluarga yakni ayah, ibu, dan anak. Dalam dunia metafisika segitiga merupakan lambang dari raga, pikiran, dan jiwa.

Selain itu terdapat bentuk yin dan yang, yin dan yang merupakan bentuk yang termasuk dalam jenis monad yaitu bentuk yang terdiri dari figure geometris bulat yang terbagi oleh dua bentuk bersinggungan dengan masing-masing titik pusat yang berhadapan. Yin yang merupakan gambaran dua prinsip alam, kegelapan, dunia, bulan, pasif dan feminim. sedangkan yang melambangkan kecerahan, melambangkan nirwana, matahari, aktif dan maskulin, Logo pun dibentuk oleh warna. Warna dalam banyak hal mempunyai makna yang berbeda. Sebagai bagian dari elemen logo, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari logo tersebut. Dalam perencanaan corporate identity, warna mempunyai fungsi untuk memperkuat aspek identitas. Lebih lanjut dikatakan oleh Henry Dreyfuss, bahwa warna digunakan dalam simbol-simbol grafis untuk mempertegas maksud dari simbol-simbol tersebut. Pengaruh warna dapat memberikan impresi yang cepat dan kuat. Kemampuan warna menciptakan impresi, mampu menimbulkan efek-efek tertentu. Secara psikologis yang diuraikan oleh J. Linchosten dan Drs. Mansyur tentang warna adalah warna-warna bukanlah suatu gejala yang hanya dapat dinikmati saja, warna mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Sepeti warna hitam hitam memiliki sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi), lalu putih sebagai warna yang paling terang, melambankn cahaya, kesulitan, lalu abu-abu, merupakan warna yang paling netral dengan tidak adanya sifat atau kehidupan spesifik. Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), dominan (berkuasa), aktif dan vital(hidup). Kuning, dengan sinarnya yang bersifat kurang dalam, merupakan wakil dari hal-halatau benda yang bersifat cahaya, momentum dan mengesankan sesuatu. Biru, sebagai warna yang menimbulkankesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden,disamping itu memiliki sifat tantangan. Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan dantempat mengumpulkan daya-daya baru.Terakhir logo pun di bangun oleh tipografi. Tipografi pun memuat makna seperti tipografi huruf roman yang menimbulkan kesanklasik, anggun, lemah gemulai dan feminim. Egyptian memiliki kesan makna yang kokoh, kuat, kekar, dan stabil. Sans sherif memliki makna kesan yang ditimbulkan adala modern, kontemporer, dan efisien. Script mempunyai kesan pribadi dan akrab.

Begitulah logo di bentuk oleh beberapa elemen yang senantiasa memiliki makna-makna khusus yang terdapat dalam berbagai unsur. Sehingga sebuah logo mempunyai arti dan dibangun berdasarkan makan yang dengan disesuaikan berdasarka karakter perusahaan yang akan dituju. 2.4 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian kualitatif, peneliti ingin menggunakan kerangka pemikiran yang berisikan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai maslah yang penting. Kerangka pemikiran bukanlah untuk menguji teori akan tetapi hanya dijadikan panduan agar penelitian ini lebih terarah dan lebih fokus kepada maslaah yang akan diteliti, yaitu mengai makna logo baru PT Kereta Api Indonesia.

Keseluruhan ide dalam tulisan ini didasarkan pada segala asumsi-asumsi dari paradigma konstruksivisme, melalui analisis semiotika Peirce yang menyatakan bahwa semiotika Peirce tidak menunjukan prasangka seseorang, yang menjadi dasar paradigma kritis, terhadap tanda atau sign baik satu atau yang lainnya. Paradigma Kontruktivisme berfokus pada bagaimana orang menyusun arti, baik dari sudut pandang mereka sendri maupun dari interaksi dengan orang lain. Dengan kata lain, individu-individu membangun struktur kognitif mereka sendiriLogo merupakan penerjemah ide-ide abstrak PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) yang disingkat menjadi bentuk nyata. Ide-ide abstrak yang terdapat dalam logo tersebut yaitu bentuk-bentuk visi, misi, dan budaya perusahaan yang ditonjolkan secara nyata oleh PT Kereta Api Indonesia (PERSERO). Sejatinya Logo baru PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) merupakan bentuk dari perubahaan corporate identity perusahaan sebagai perusahaan BUMN mandiri. Bagi sebagain perusahaan perubahan logo menjadi tabu karena menyangkut kebanggaan historis. Tetapi bagi sebagian perusahaan perubahan logo adalah sebagai alat yang sangat efektif untuk mengkomunikasikan perubahan. Sebuah logo mengandung nilai-nilai simbol, warna, bentuk, proporsi, layout, baik gambar maupun tulisan dapat mengesankan bagaimana kemapanan suatu perusahaan. Sama halnya dengan penelitian ini. Logo PT kereta Api indonesia dibangun oleh simbol-simbol, warna yang memiliki makna. Dengan analisis semiotika, peneliti mencoba mengkaji tanda-tanda yang terdapat dalam logo PT Kereta Api Indonesia. Dalam penelitian mengenai logo peneliti membuat tiga aspek pertanyaan penelitian sebagai dasar acuan penelitian.

Pertama, simbol-simbol yang ada dalam Logo PT Kereta Api Indonesia. pembentukan logo tercipta atau tercreate dari simbol-simbol yang ada. simbol yang terdapat dalam logo telah lama dikenal penggunaannya oleh masyarakat luas, seperti lingkaran, segitiga, ataupun segi empat.

Kedua, makna dari simbol-simbol dalam Logo PT Kereta Api Indonesia. logo yang terdiri dari simbol-simbol tersebut bukanlah simbol atau gambar yang hanya sekedar gambar, melainkan simbol tersebut memiliki makna yang ingin di sampaikan dari bentuk gambar tersebut. Begitupun dengan perusahaan yang mempunyai logo, logo tersebut menyampaikan maksud dan keinginan dari perusahaan tersebut.

Ketiga, corporate identity dikonstruksi melalui logo. Pada umumnya logo merupakan pencerminan dari visi, misi, tujuan dan budaya perusahaan oleh karena itu logo diciptakan untuk merepresentasikan visi, misi, tujuan dan budaya perusahaan ke dalam bentuk simbol-simbol yang dapat mewakili keinginan perusahaan. Semiotika menurut Peirce (Peirce, 1986:4 dalam Budiman, 2011:3) adalah doktrin formal mengenai tanda-tanda (the formal doctrine of sign). Lebih lanjut tanda menurut Peirce adalah suatu tanda atau representament, merupakan sesuatu yang menggantikan sesuatu bagi seseorang dalam beberapa hala atau kapasitas. Ia tertuju pada seseorang. Tanda yang tercipta itu saya sebut sebagai interpretan dari tanda yang pertama tanda menggantika sesuatu, yaitu objeknya, tidak dalam segala hal, melainkan dalam rujukannyabpada sejemput gagasan, yang kadang saya sebut sebagai latar dari representamen (Peirce, 1986:5 dalam Budiman, 2011:73)Maka dari itu, peneliti menggunakan analisis semiotik Peirce sebagai acuan untuk penelitian ini dalam meneliti simbol-simbol yang terdapat dalam logo beserta makna yang terkandung didalamnya. Hal tersebut akan ditentukan dengan hasil wawancara mendalam, studi pustaka yang menyangkut mengenai penelitian Logo PT kereta Api Indonesia. Bagan Kerangka Pemikiran

S (s, i, e, r, c)

Semiotika Peirce

Simbol-simbol pada logo

Makna dari Simbol-simbol

Konstruksi Corporate Identity PT Kereta Api Indonesia sebagai perusahaan mandiri

Corporate Identity PT Kereta Api Indonesia (PERSERO) Sebagai perusahaan BUMN Mandiri

Konstruktivisme

Logo Baru PT Kereta Api Indonesia (PERSERO)

10