BAB II

31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Teori Umum II.1.1 Definisi Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Dirjen POM, 1979). II.1.2 Jenis-jenis tablet (Dirjen POM, 1995) : a) Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. b) Tablet triturasi adalah tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris untuk memberikan jumlah terukur yang tepat dalam peracikan obat. c) Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik. d) Tablet bucal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipi dan gusi. e) Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukpsa mulut.

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Teori Umum

II.1.1 Definisi Tablet

Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam

bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,

mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan

(Dirjen POM, 1979).

II.1.2 Jenis-jenis tablet (Dirjen POM, 1995) :

a) Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara menekan massa

serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.

b) Tablet triturasi adalah tablet cetak atau kempa berbentuk kecil,

umumnya silindris untuk memberikan jumlah terukur yang tepat dalam

peracikan obat.

c) Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang

mudah melarut sempurna dalam air, dulu umumnya digunakan untuk

membuat sediaan injeksi hipodermik.

d) Tablet bucal adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan

tablet di antara pipi dan gusi.

e) Tablet sublingual adalah tablet yang digunakan dengan cara meletakkan

di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap langsung melalui mukpsa

mulut.

f) Tablet effervescent yang larut, dibuat dengan cara dikempa selain zat

aktif juga mengandung campuran asam dan basa, yang jika dilarutkan

dalam air menghasilkan CO2.

g) Tablet kunyah, dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan residu

dengan rasa yang enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak

menimbulkan rasa pahit atau tidak enak.

h) Tablet salut enterik, jika obat dapat dirusak atau inaktif karena cairan

lambung atau dapat mengiritasi lambung diperlukan penyalut enterik

yang bertujuan untuk menunda pelepasan bahan obat sampai tablet

telah melewati lambung.

Page 2: BAB II

i) Tablet salut biasa, umumnya tablet disalut dengan gula atau suspensi

dalam air, mengandung serbuk atau tidak larut seperti pati, talk atau

titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom, akasia atau gelatin.

Untuk tujuan identifikasi dan estetika, zat penyaluy bagian luar dapat

diwarnai. Tablet yang sudah larut dilapisi dengan larutan malam yang

encer dalam pelerut seperti kloroform atau campuran serbuk.

II.1.3 Keuntungan tablet (Lachman, 1989) :

a) Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan

kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan

ukuran serta variabilitas kandungan paling rendah.

b) Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling

rendah.

c) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan murah

untuk dikemas serta dikirim.

d) Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah,

tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan

permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul.

e) Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal

ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan

pacah/hancurnya tablet tidak segera terjadi.

f) Tablet biasa dijadikan peroduk dengan profil penglepasan khusus,

seperti pelepasan diusus atau produk lepas lambat.

g) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah unuk

diproduksi secara besar-besaran.

h) Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memilki sifat pencampuran

kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.

II.1.4 Kerugian tablet (Lachman, 1989) :

a) Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,

tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat

jenis.

b) Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukup atau

tinggi, absorbs optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap

kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi

Page 3: BAB II

dan dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih menghasilkan

bioaviabilitas obat cukup.

c) Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan,

atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu

pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin)

atau memerlukan penyalutan dulu.

II.1.5 Metode Pembuatan Tablet (Lachman, 1989):

a) Granulasi Basah

Granulasi dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan satu

perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan

larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya

ditambahkan ke campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu

dapat dimasukkan kering kedalam campuran serbuk dan cairan dapat

ditambahkan sendiri. Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada

kelarutannya dan tergantung pada komponen cairan. Bila cairan granul

rendah ditambahkan, campuran dilarutkan sampai disperse yang merata

dicapai dan semua bahan pengikat sudah bekerja. Proses pengayakan

basah atau mengubah massa lembab menjadi kasar, gumpalan-

gumpalan granul dengan pengayak yang berlubang-lubang kasar.

Proses pengeringan diperlukan pada granulasi basah untuk

menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-

gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban sampai padaa tingkat

optimum. Setelah pengeringan, granul diayak kembali.

b) Granulasi Kering

Pada proses ini, komponen-komponen tablet dikompakkan dengan

mesin cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk

pertama diletakkan kedalam die yang besar dan dikompakkan dengan

punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug dan

prosesnya disebut slugging. Slug kemudian diayak dan diaduk untuk

mendapatkan granul yang diperoleh kemudian dicetak menjadi tablet.

Page 4: BAB II

c) Kempa Langsung

Ada beberapa zat berbentuk Kristal, seperti NaCl, NaBr dan KCl

yang mungkin dapat dikompakkan dengan sedikit kesukaran dan dapat

dikempa walau sejumlah obat dicampur dengannya.

II.1.7 Kelebihan dan kekurangan setiap metode (Sugita, 2009) :

a) Granulasi Basah

Keuntungan :

Kohesivitas dan ketermampatan serbuk ditingkatkan sebelum dan

setelah pengempaan karena pengikat yang ditambahkan penyalut

tiap partikel-partikel dapat dibentuk menjadi aglomerat yang

disebut granul.

Serbuk ruah dan berdebu dapat ditangani tanpa terjadinya masalah

debu dan kontaminasi dari udara.

Granulasi basah mencegah pemisahan komponen campuran serbuk

yang homogen selama pemprosesan/pemindahan dan penanganan.

Bentuk sediaan lepas terkendali

dapat dibuat dengan pemilihan pengikat dan pelarut yang sesuai

Kerugian :

Pemakaian pelarut yang mudah menguap atau mudah terbakar

dapat menimbulkan masalah baru.

Proses pengerjaannya memakan waktu yang lebih panjang.

b) Granulasi Kering

Keuntungan :

Pemakaian alat dan tempat yang lebih ekonomis.

Proses slugging bertujuan untuk meningkatkan aliran waktu

pencetakan.

Karena mengalami dua kali atau lebih tekanan pengompakan

menyebabkan kuatnya ikatan yang mengikat tablet.

Granul dari slugging yang didapat mempunyai daya alir yang lebih

seragam dibandingkan campuran awal.

Kerugian :

Sangat peka terhadap pemanasan dan lembab.

Proses pengerjaannya memakan waktu yang lebih panjang.

Page 5: BAB II

c. Kempa Langsung

Keuntungan :

Membutuhkan waktu yang cepat.

Bahan obat yang peka lembab dan panas, yang stabilitasnya

terganggu akibat granulasi, dapat dibuat menjadi tablet.

Peralatan yang digunakan lebih sedikit.

Kerugian :

Sedikit bahan obat yang mampu dikompresi secara langsung.

Banyak obat lain yang berdosis kecil, bahan aktifnya tidak dapat

bercampur rata dengan pengisinya bila dikempa secara langsung.

II.1.8 Komposisi Tablet (Voight, 1995) :

a) Bahan pengisi

Pada peracikan obat dalam jumlah yang sangat kecil (misalnya

alkaloida, hormon, vitamin, dan sebagainya) diperlukan bahan pengisi,

untuk memungkinkan suatu pencetakan. Bahan pengisi ini menjamin

tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan.

b) Bahan pengikat

Kelompok bahan pembantu ini dimaksudkan untuk memberikan

kekompakkan dan daya tahan tablet.

c) Bahan pelincir

Bahan pelincir diklasifikasikan lebih lanjut menjadi :

1. Bahan pengatur aliran

Bahan pengatur aliran digunakan untuk memperbaiki daya alir

massa atau granul yang dibuat tablet dan menjamin bahwa yang

ditabletkan mudah mengalir.

2. Bahan pelican

Bahan pelicin memudahkan pengeluaran tablet dari ruang cetakan

melalui pengurangan gesekan antara dinding dalam ruang cetak

dengan permukaan sisi tablet.

3. Bahan pemisah hasil cetakan

Bahan pembantu ini berfungsi untuk menghindarkan lengketnya

massa tablet pada stempel dan pada dinding dalam ruang cetak.

Page 6: BAB II

Bahan penghancur

Bahan pembantu ini berperan dalam membantu proses

hancurnya tablet. Bahan penahan lembab

Bahan penahan lembab ini dapat mencegah pengeringan total

dari granulat (menghindari retaknya tablet).

Bahan pengadsorpsi

Jika bahan obat berupa cairan encer atau liat (minyak atsiri,

vitamin oleofil, ekstrak) akan dicetak menjadi tablet, pertama-

tama bahan ini harus ditambahkan behan pengadsorpsi yang

sesuai (laktosa, pati, dll).

II.1.9 Masalah-masalah pada tablet (Lachman, 1989) :

a) Capping dan Laminasi

Capping adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan sebagian

atau secara lengkap pemisahan bagian atas atau bawah dari mahkota

tablet (croum) dari bagian utamanya. Laminasi adalah pemisahan tablet

menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda.

b) Pengelupasan dan Penempelan

Pengelupasan adalah istilah untuk menerangkan permukaan bahan dari

suatu tablet yang menempel pada dan dipisahkan dari permukaan tablet

oleh punch. Penempelan berhubungan pula denganmelekatnya bahan

tablet pada dinding die. Apabila terjadi penempelan, diperlukan tenaga

tambahan untuk mengatasi gesekan antara tablet dengan dinding die

selama pengeluaran tablet.

c) Motling

Motling adalah keadaan dimana distribusi warna tablet tidak merata,

dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan

yang seragam.

d) Variasi berat

Berat tablet yang dicetak ditentukan oleh banyaknya granul didalam

ruang cetak sebelum dicetak. Oleh karena itu, faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi proses pengisian ruang cetak, akan mempengaruhi berat

tablet dan variasi berat.

Page 7: BAB II

e) Aliran yang kurang baik

Proses pengisian die didasarkan atas aliran granul yang kontinyu dan

seragam dari hopper melalui rangka pengisi. Bila aliran kurang baik,

granul cenderung bergerak kembang kempis melalui alat pengisi,

sehingga beberapa die tidak terisi sempurna.

f) Pencampuran yang kurang baik

Kadang-kadang bahan pelincir dan pelicin tidak terbatas denga rata,

akibatnya aliran partikel terganggu sehingga granul tidak mengalir

secara efisien kedalam ruang cetak.

g) Variasi punch

Bila punch bagian bawah tidak sama panjang perbedaan hanya dapat

sekian perseribu inci- isi dari masing-masing die berada karena isi

volumetrik.

II.2 Studi Preformulasi Zat Aktif

Sifat Fisika Kimia

Zat aktif : Chlorpheniramine Maleat

Rumus kimia : C16H19ClN2.C4H4O4

Berat molekul : 390,9 gram/mol.

Struktur kimia :

2-[p-kloro,α-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina maleat

Ditinjau dari rumus strukturnya tersebut

chlorpheniramin maleat memiliki gugus karbosilat

(COOH), Cincin laktam (N-C3), unsur Cl, sehingga

dengan adanya gugus tersebut masa chlorpheniramin

maleat tersebut bersifat asam yaitu asam lemah (Gandjar,

Rohman. 2007; Sarker dan Nahar, 2009).

Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit.

Page 8: BAB II

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

(Dirjen POM, 1995).

Kelarutan : Mudah larut dalam air (1:4) ; larut dalam etanol (1:10);

dan dalam kloroform (1:10) ; sukar larut dalam eter dan

benzena.

Stabilitas : Tidak stabil terhadap cahaya. Chlorpheniramini maleat

umumnya disimpan pada temperatur kurang dari 40oC,

lebih baik lagi pada suhu 15-30oC. Chlorpheniramine

maleat didapar pada pH 2, 4, 6, dan 8. Chlorpheniramine

maleat akan mengalami penguraian oleh asam

(McEvoy, 2002).

Inkomp : Inkompatibilitas telah dilaporkan dengan kalsium klorida,

kanamisin sulfat, noradrenaline (norephineprine) asam

tartat, pentobarbital natrium dan meglumin antipioden

(Reynolds, 1989).

Titik lebur : 1300 C sampai 1350 C (Dirjen POM, 1995).

pH : pH dari 1,0% larutan chlopheniramine maleat adalah 4,0

– 5,0 (Dirjen POM, 1979).

pKa : 9,1 (Suhu 250C)

Kandungan : Chlorpheniramini Maleat mengandung tidak kurang dari

98,0% dan tidak lebih dari 100,5% C16H19ClN2.C4H4O4,

dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

Farmakologi

CTM (Chlorpheniramini Maleas) merupakan golongan antagonis

reseptor-H1 (H1-blokers atau antihistaminika) generasi pertama, bekerja

mengantagonis histamin dengan jalan memblok reseptor H1 di otot licin

dari dinding pembuluh, bonchi, saluran cerna, kandung kemih, dan rahim.

Antihistamin H1 merupakan obat yang dapat menanggulangi gejala

hipersensitivitas secara efektif, terutama bersin dan gatal-gatal di mata

(Tjay dan Rahardja, 2007).

Page 9: BAB II

Mekanisme Kerja

Chlorpheniramine mengikat reseptor H1 dengan cara antagonis

kompetitif reversible pada sel efektor di saluran gastrointestinal, pembuluh

darah dan saluran pernapasan (Katzung, 2001).

Efek Samping

Pada sistem pencernaan dapat menyebabkan mual, muntah, diare,

anoreksia. Pada sistem pernapasan, obat ini dapat menekan sistem pernapasan

dan mengentalkan sekresi bronkial.. Pada saluran kencing, menimbulkan

penurunan sekresi urin. Pada ginjal dapat menyebabkan poliuria dan pada

sistem sirkulasi sitemik dapat mengakibatkan bradikardia (Katzung, 2001).

Menyebabkan sedatif ringan yang disebabkan oleh depresi SSP dan daya anti

kolinergis (Tjay dan Rahardja, 2007).

Kontra Indikasi

a. Pada pasien dengan hipersensitif terhadap antihistamin.

b. Pada pasien dengan glaukoma sudut sempit.

c. Pada pasien dengan riwayat asma .

d. Pada pasien dengan terapi obat golongan MAOIs.

e. Pada neonatal dan ibu menyusui (McEvoy, 2002)

Peringatan

Kehamilan dan Ibu Menyusui

Merupakan kontraindikasi dan tidak digunakan sebelum trimester I,

kontraindikasi pada saat menyusui.

Geriatri

Digunakan dengan perhatian karena menyebabkan peningkatan

terjadinya efek samping karena penurunan fungsi organ terutama

hati dan ginjal.

Pasien dengan keadaan khusus

Pada pasien dengan sirosis hati ataupun penyakit kerusakan hati

lainnya, penderita asma, hipertensi dan penyakit jantung iskemik.

(McEvoy, 2002)

Page 10: BAB II

Interaksi Obat

Alkohol, CNS depressan, dan tricyclic antidepressant

Menyebabkan terjadinya penekanan sistem saraf seperti mengantuk,

pusing, penurunan koordinasi motorik.

Obat – obat golongan MAOIs

Menyebabkan peningkatan efek antikolinergik dari

Chlorpheniramine (McEvoy, 2002)

II.3 Rancangan Formula

Tiap tablet (50 mg) mengandung :

Chlorpheniramine Maleat 4 mg

PVP 5 %

Pati Kentang 5 %

Talkum 5 %

Avicel PH 102 20%

Zink Stearat 1%

Laktosa ad 50 mg

II.4 Alasan Formulasi

Chlorpheniramine maleat ini dibuat dalam dalam bentuk sediaan

tablet kempa (tablet biasa). Hal dikarenakan zat aktif tersebut bersifat

asam lemah. Dimana jika suatu zat bersifat asam lemah maka zat tersebut

akan diserap baik pada lambung sehingga cocok jika dibuat tablet biasa.

Selain itu, chlorpheniramine ini dibuat dalam bentuk tablet biasa karena

indikasinya sebagai antihistamin untuk mengobati urtikaria, eksim, alergi

dan asma, dimana untuk indikasi demikian cocok jika dibuat dalam bentuk

tablet biasa.

II.5 Alasan Penambahan Zat Tambahan

1. PVP (Polivinilpirilidon)

PVP digunakan sebagai pengikat karena :

Mempunyai keuntungan sebagai perekat yang baik dalam larutan

air atau alkohol. PVP bagus untuk penggranulan hasil granul cepat

Page 11: BAB II

kering, memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum dan

menghasilkasn daya kompatibilitas yang baik (Kuswayono, P.N,

2009).

Polivinil adalah pengikat yang serbaguna dan salah satu yang

paling banyak digunakan, mudah larut dalam air, alkohol dan

pelarut organik lain. Polivinilpirilidon biasanya digunakan sebagai

pengikat dalam tablet karena pembuatan dengan pengikat ini

mempunyai daya simpan yang lebih lama (Hidayati, I.L, 2007).

Granul dengan polivinilpirilidon memilki sifat alir yang baik, sudut

diam minimum menghasilkan fiver lebih sedikit dan daya

kompatibilitasnya lebih baik. PVP sebagai bahan pengikat dapat

digunakan dalam bentuk larutan berair maupun alkohol. PVP juga

berkemampuan seperti pengikat kering, penggunaan PVP dapat

menghasilkan granul dengan daya kompresi yang baik, selain itu

juga menghasilkan tablet yang kuat dan cepat larut (Paramita, M.I,

2009).

Konsentrasi PVP yang digunakan adalah sebesar 5%. Hal ini

disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa konsentrasi

PVP sebagai pengikat adalah 0,5-5% (American Pharmaceutical

Assosiation, 2009).

2. Pati Kentang

Pati kentang digunakan sebagai bahan penghancur karena :

Pati kentang secara luas digunakan dalam formulasi tablet karena pati

ini memiliki afinitas yang sangat baik untuk air dan mengembang

pada saat terbasahi, kemudian membantu untuk merapuhkan dan

menghacurkan netratix tablet, aksi desintegrasinya dalam tablet

dikarenaka aksi kapiler karena bentuk steris amilum meningkatkan

porositasnya tablet kemudian menyebabkan aksi kapiler (optimasi

kecepatan desintegrasi dan rasa pda formulasi tablet terdesintgrasi

cepat domperidon dengan superdesintegrasi pati kentang dan bahan

pengisi manitol).

Pati tergolong bahan penghidrofil artinya pati akan meningkatkan

porositas dan pembasahan tablet sehingga memudahkan penetrasi air

Page 12: BAB II

melalui pori-pori kebagian dalam talet (kerja sumbu) yang

menyebabkan terjadinya waktu hancur yang lebih cepat.

Konsentrasi pati kentang yang digunakan adalah sebesar 5%. Hal ini

disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa pati kentang

dengan konsentrasi 5-10% cukup untuk membuat tablet dengan waktu

hancur yang baik (Voight, 1995).

3. Talkum

Talkum digunakan sebagai bahan pelicin, karena :

Talk memiliki daya mengalir yang baik. Penambahan talk mampu

memperbaiki daya mengalir basis lainnya. Daya pelincir dan

pelicinnya yang istimewa berdasarkan atas adanya struktur lusi yang

berlapis dari talk (Voight, 1995).

Konsentrasi talk yang digunakan dalam sediaan ini adalah sebesar

5%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa

konsentrasi talk sebagai pelicin adalah 1-10% (Excipient 6th , 2009).

4. Avicel PH 102

Avicel PH 102 digunakan sebagai antiadheren karena :

Avicel yang disebut sebagai selulosa mikrokristal memiliki sifat

mengalir yang baik dan sifat-sifat pencetakan langsungnya bagus

sekali (Lachman, 1989).

Digunakan avicel tipe PH 102, hal ini disesuaikan dengan metode

pembuatan yang digunakan yaitu kempa langsung. Dimana avicel PH

102 lebih banyak dan sangat baik untuk digunakan pada proses

pembuatan tablet secara kempa langsung (Lachman, 1989).

Kempa langsung menggunakan bahan tambahan dengan

kompaktibilitas yang baik seperti mikrokristalin selulosa PH 102.

Bahan ini sangat efektif untuk digunakan dalam pengempaan tablet

berbahan aktif dosis kecil. Namun, untuk bahan aktif dosis besar

dengan sifat fisik yang jelek seperti parasetamol, bahan tambahan

ini harus digunakan dalam jumlah yang banyak (Gohel dan Jogani,

2005

Konsentrasi avicel yang digunakan dalam sediaan ini adalah sebesar

10%. Hal ini disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa

sebagai antiadheren adalah 5-20% sehingga digunakan 10% dimana

Page 13: BAB II

avicel pada konsentrasi tersebut bersifat sebagai pengisi dan

antiadheren (excipient 6th, 2009).

5. Zink stearat

Zink stearat digunakan sebagai pelincir karena :

Zinc stearat tidak larut dalam pelarut polar, tetapi larut dalam

senyawa aromatic dan perklorinasi hidrokarbon bila dipanaskan.

Zinc stearat digunakan sebagai bahan pelepasan dan pelumas yang

dapat dengan mudah dimasukkan atau digabungkan (American

Pharmaceutical Assosiation, 2009).

Bahan yang dipakai sebagai pelumas berfungsi sebagai pelincir

yang memudahkan pengeluaran produk setelah kompaksi (sintesis

MMCS CV-AL2O3 dan temperatur sintering (American

Pharmaceutical Assosiation, 2009).

Konsentrasi zinc stearat yang digunakan adalah sebesar 1%. Hal ini

disesuaikan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa konsentrasi

zinc stearat sebagai pelincir adalah 0,5-1,5% (American

Pharmaceutical Assosiation, 2009).

6. Laktosa

Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena :

Tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang

digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Bila digunakan

proses granulasi basah harus digunakan laktosa hidrat.

Laktosa USP adalah bahan baku yang paling digunakan dalam

formulasi tablet laktosa mempunyai stabilitas yang baik bila

dikombinasikan dengan zat aktif baik digunakan dlam bentuk

hidrat atau anhidrat Dalam Sediaan Farmasi (Karakteristik Dan

Aplikasi)

II.6 Uraian Bahan

1. Chlorpheniramine Maleat

Nama Kimia : Chlorpheniramine Maleat

Rumus kimia : C16H19ClN2.C4H4O4

Page 14: BAB II

Struktur kimia :

2-[p-kloro,α-(2-dimetilamino-etil)-benzil]-piridina maleat

Berat molekul : 390,87 gram/mol.

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

(Depkes RI, 1995).

Kelarutan : Mudah larut dalam air (1:4) ; larut dalam etanol

(1:10); larut dalam kloroform (1:10) ; sukar larut

dalam eter dan benzena.

Stabilitas

Terhadap cahaya : Tidak stabil terhadap cahaya

Terhadap suhu : Chlorpheniramini maleas umumnya disimpan

pada temperatur kurang dari 40oC, lebih baik lagi

pada suhu 15-30oC.

Terhadap pH : Didapar pada pH 2, 4, 6, dan 8 (McEvoy, 2002).

Inkompatibilitas : Inkompatibilitas telah dilaporkan dengan kalsium

klorida, kanamisin sulfat, noradrenaline

(norephineprine) asam tartat, pentobarbital

natrium dan meglumin antipioden (Reynolds,

1989).

2. Talkum (FI III, hal 591,FI IV hal 771, HOPE 6th , hal 767)

Nama Resmi : Talcum

Nama lain : Talk

RM/BM : Mg6(Si2O5)4(OH)4

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu

berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari

butiran

Kelarutan : Tidak larut hampir dalam semua pelarut

Page 15: BAB II

Penyimpanan : Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik

ditempat yang sejuk dan kering

Kegunaan : Glidan, pelicin

Stabilitas : Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat

disterilkan dengan pemanasan pada 1600C selama

tidak kurang dari 1 jam. Hal ini juga dapat

dihasilkan oleh paparan etilen oksida atau radiasi.

Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik

ditempat sejuk dan kering

Inkompatibilitas : Kompatibel dengan senyawa ammonium

kuartener.

3. Avicel (HOPE 5th, hal 132-135)

Nama Resmi : Microcrystaline Cellulose

Nama Lain : Avicel

RM/BM : (C6H10O5)n

Pemerian : Serbuk kristalin, putih, tidak berbau, tidak berasa,

tersusun atas partikel-partikel berpori, higroskopis

Kelarutan : Sukar larut dalam larutan NaOH 5% b/v, praktis

tidak larut dalam air, asam encer, dan sebagian

besar pelarut organik.

Kegunaan : Pengisi tablet (konsentrasi 10-90% b/b0,

penghancur tablet (konsentrasi 5-15% b/b)

adsorben (20-90%) dapat digunakan untuk metode

kempa langsung maupun granulasi basah.

Stabilitas : Avicel stabil meskipun higroskopis harus

disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat

sejuk dan kering

Inkompatibilitas : Bahan-bahan pengoksidasi kuat.

4. Pati Kentang (FI IV, hal 108. HOPE 6th, hal 685-689)

Nama Resmi : Amylum solani

Nama lain : Pati kentang

RM/BM : -

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih

Page 16: BAB II

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam

etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Pengisi tablet dan kapsul, penghancur tablet dan

kapsul, pengikat tablet dan bahan penebal.

Stabilitas : Amilum kering stabil jika terlindung dari

kelembaban yang tinggi. Amilum

dipertimbangkan menjadi inert secara kimiawi dan

mikrobiologi dibawah kondisi penyimpanan

normal. Larutan amilum atau pasta secara fisika

tidak stabil dan dengan mudah dimetabolisme

untuk itu harus disiapkan secara segar ketika

digunakan dalam metode granulasi basah.

Inkompatibilitas : Inkom dengan bahan-bahan pengoksidasi kuat,

berwarna senyawa inklusi yang terbentuk dengan

iodin.

5. Zinc Stearat (Handbook Of Pharmaceutical Excipient 5th, hal 812)

Nama Resmi : Zinc stearate

Nama Lain : Zinc Stearat

RM/BM : C36H70O4Zn/632,32

Pemerian : Hablur putih, hidropobik, bau khas

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol 90%, eter, air,

larut dalam asam dan pelarut organic lainnya

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk dan

kering

Stabilitas : Stabil dan harus disimpan ditempat yang tertutup,

sejuk dan kering.

Inkompatibilitas : Zinc stearat terurai oleh asam encer dan

kompatibel dengan oksidator kuat.

6. PVP (Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th Edition)

Nama Resmi : Povidone

Nama lain : Povidonum, Polyvinyl pyrrolidone

RM/BM : (C6H9NO)n/ 2500-3.000.000

Page 17: BAB II

Pemerian : Halus, berwarna putih, putih hingga trem, tidak

berbau atau hampir tidak berbau, bubuk

higroskopis

Kelarutan : Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol,

keton, methanol, dan air, praktis tidak larut dalam

eter, hidrokarbon dan minyak mineral

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai penghancur, bahan pensuspensi dan

sebagai bahan pengikat pada tablet

Stabilitas : Povidone menjadi gelap sampai batas tertentu

pada pemanasan suhu 1500C dengan penurunan

daya larut. Povidone stabil pada siklus pemanasan

cahaya yang singkat 110-1300C, sterilisasi uap

larutan cair tidak mengubah sifat-sifatnya.

Inkompatibilitas : Povidone kompatibel dalam larutan dengan

berbagai garam-garam anorganik, resin alami, dan

sintetik, dan bahan-bahan kimia lainnya. Povidone

membentuk molekul-molekul dalam larutan

dengan sulfatiothole, natrium salisilat, senyawa

fenobarbital, tanin dan senyawa-senyawa lain.

7. Laktosa (FI IV hal. 488, Handbook Of Pharmaceutical Excipient 6th)

Nama Resmi : Lactosum

Sinonim : Laktosa

RM/BM : C12H22O11/342,30

Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras putih atau putih

krem tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di

udara, tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut

dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam

etanol tidak larut dalam kloroform dan dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan pengisi

Page 18: BAB II

Kestabilan : Pertumbuhan jamur dapat terjadi dibawah kondisi

lengas (80% RH dan lebih tinggi) laktosa dapat

menghasilkan pewarnaan coklat pada

penyimpanan reaksi dimulai dengan cepat dari

pemanasan, kondisi lembab pada 80oC dan 80%

RH. Isi dari tablet laktosa anhidrat menunjukan

perkembangan pada 1-2 jam setelah sehari.

Laktosa anhidrat dpat disimpan pada wadah

tertutup baik dan tempat yang kering

Incompatibilities : Reaksi kondensasi hailand tupe mungkin terjadi

antar senyawa laktosa dengan kelompok berwarna

coklat reaksi ini terjadi lebih mudah daripada

bahan amorf dengan Kristal laktosa materi kering

yang mengandung laktosa amorf 10% yang

rentang terhadap perubahan warna.

II.7 Perhitungan Bahan

CTM = 4 mg

PVP 5% = 5100

x 50 mg= 2,5 mg

Pati Kentang 5% = 5100

x 50 mg= 2,5 mg

Talkum 5% = 5100

x 50 mg= 2,5 mg

Avicel PH 102 20% = 20100

x 50 mg= 10 mg

Zink stearat 1% = 1100

x 50 mg= 0,5 mg

Laktosa ad 50 mg = 50 mg – (4+2,5+2,5+2,5+10+0,5) mg

= 50 mg – 22 mg = 28 mg

II.8 Perhitungan Dosis

DM Chlopheniramine Maleat = 2 mg – 4 mg / 6 mg – 16 mg

Sekali

Untuk anak-anak (Diatas 8 tahun) = n20

x DM

Page 19: BAB II

= 820

x 2 - 4 mg = 0,8 – 1,6 mg

Untuk dewasa (Diatas 20 tahun) = n + 124

x DM

= 20 + 124

x 2 – 4 mg = 1 ,75 – 3,5 mg

Sehari

Untuk anak-anak (Diatas 8 tahun) = n20

x DM

= 820

x 6 - 16 mg = 2,4 – 6,4 mg

Untuk dewasa (Diatas 20 tahun) = n + 124

x DM

= 20 + 124

x 6 – 16 mg = 5 ,25 - 14 mg

II.9 Penentuan aturan pakai

Untuk anak-anak diatas 8 tahun = 3 x ½ tablet = 3 x 2 mg = 6 mg (TOD)

Untuk dewasa diatas 20 tahun = 3 x 1 tablet = 3 x 4 mg = 12 mg (TOD)

II.10 Metode Pembuatan

Metode pembuatan yang digunakan yaitu metode kempa langsung. Hal

ini dikarenakan dalam sediaan ini mengandung zat aktif CTM yang

memiliki kompresibilitas yang baik dan memiliki sifat aliran yang baik,

bentuknya kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas

dalam massa tablet serta dosisnya relativ kecil. Dimana metode kempa

langsung sangat cocok untuk bahan aktif dengan sifat-sifat seperti

demikian. Selain itu kempa langsung dapat dilakukan untuk zat aktif yang

tidak mungkin dilakukan dengan metode granulasi basah (tidak tahan

lembab dan panas) dan granulasi kering (yang melibatkan kompresi

tinggi).

Adapun tahapan pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Ditimbang semua bahan yang akan digunakan

2. Dicampurkan semua bahan

Page 20: BAB II

3. Dikempa langsung menjadi tablet