BAB II

download BAB II

of 4

Transcript of BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAMonosakarida yang penting adalah glukosa. Glukosa terdapat dalam darah dan anggur. Sifat-sifat glukosa (Chambelt dkk, 2002): Optis aktif putar kanan (disebut dekstrosa) Dapat mereduksi larutan fehling, tollens, dan benedict (disebut gula pereduksi). Dapat mengalami permentasi/ peragian.

Dapat mengalami mutarotasi yaitu peristiwa perubahan daya putar bidang polimerisasi cahaya. Oksidasi sempurna glukosa menghasilkan CO2 dan H2O.Golongan aldosa terdiri atas glukosa dan galaktosa, yang termasuk ketosa adalah fruktosa. Struktur glukosa dalam proyeksi Fischer (Chambelt dkk, 2002):

Oleh haworth diusulkan rumus dalam bentuk ruang berupa segi enam. Perhatikan rumus Haworth dari glukosa berikut ini (Chambelt dkk, 2002):

Metode LaneEynon merupakan perkembangan dari reaksi Fehlings untuk menentukan jumlah kadar gula dengan titrasi. Hal ini umumnya digunakan dalam perkebunan anggur untuk mengukur jumlah kadar gula. Dalam larutan glukosa standar direaksikan dengan alkali tembaga sulfat dalam kondisi pemanasan tertentu. 1 mL anggur ditentukan titrasi larutannya menggunakan metilen biru sebagai indikator titik akhir (Zoecklein et al 1995; Boulton et al 1996). Dalam Metode Somogi-Nelson, sampel direaksikan dengan alkali sulfat tembaga, diikuti dengan penambahan kompleks arsenomolibdat. Ion-ion tembaga yang terbentuk mengurangi arsenomolibdat kompleks untuk membentuk warna biru yang stabil yang diukur secara spektrofotometri. Ketepatan dan sensitivitasnya mirip dengan prosedur asam fenolsulfat (Wrolstad, 2012). Larutan yang dibuat dengan melarutkan 25 gram amonium molibdat dalam 450 cm3 air suling, ditambahkan 21 cm3 asam sulfat pekat, kemudian 3 gram natrium asetat yang dilarutkan dalam 25 cm3 air suling, dicampurkan dan diaduk baik-baik, dan dibiarkan selama satu atau dua hari dan disimpan dalam botol cokelat, larutan ini dipakai untuk menentukan glukosa darah secara kolorimetri (Handyana dan Meity, 2002).Uji gula pereduksi adalah suatu pemeriksaan kolorimetrik yang didasarkan pada prinsip bahwa suatu oksida selalu disertai oleh reduksi. Apabila karbon anomerik pada suatu gula mengalami oksidasi, senyawa lain akan tereduksi, apabila senyawa yang tereduksi membentuk warna, intensitas warna dapat digunakan untuk menentukan jumlah gula yang mengalami oksidasi. Gula yang mengalami oksidasi disebut gula pereduksi karena menyebabkan senyawa lain tereduksi (Marks dkk, 2000). Gambar 1 Uji gula pereduksi. Karbon 1 glukosa mengalami oksidasi dan tembaga mengalami reduksi.

Masalah utama pada uji gula pereduksi adalah bahwa pemeriksaan ini tidak spesifik untuk glukosa. Gula lain, misalnya fruktosa dan galaktosa, juga bereaksi. Fruktosa adalah gula pereduksi karena uji pereduksi dilakukan dalam larutan basa dimana fruktoda, melalui zat antara enadiol, membentuk glukosa dan manosa. Pada keadaaan puasa normal, glukosa adalah gula predominan dalam darah dengan tingkat ketepatan yang cukup baik. Sebenarnya, untuk melakukan pemeriksaan ini telah diciptakan suatu mesin automatis (Marks dkk, 2000).DAFTAR PUSTAKANatsir, H., 2014, Penuntun Praktikum Biokimia Laboratorium Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Campell, A.N., Jane, B.R., dan Lawrence, G.M., 2002, Biologi, diterjemahkan oleh Rahayu Lestari, Erlangga, Jakarta.

Wrolstad, R.E., 2012, Food Carbohydrate Chemistry, ITF Press, UK.

Handyana, P.A., dan Meity, T.Q., 2002, Kamus Kimia, Balai Pustaka, Jakarta.

Marks, D.B., Allan, D.M., dan Marks, C.M., Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis, diterjemahkan oleh Brahm U, EGC, Jakarta.