BAB II

17
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian 2.1.1.Perilaku Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia sendiri, yang mempunyai bentangan sangat luas mencakup berjalan, berbicar berekspresi, berfikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat di aktifitas organisme baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam int manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentukny perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor interna dan eksterna. Faktor mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan se yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, m sosial-ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Benyamin Bloom (!"#$ seorang ahli psikologi pendidikan memba perilaku itu kedalam % domain (ranah&ka'asan$, meskipun ka'asan-ka tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian ka'asan dilakukan untuk tujuan kepentingan pendidikan. Bah'a dalam tujuan pendidikan adalah mengembangkan dan meningkatkan ketiga domain per 4

description

entaah

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1Pengertian2.1.1.PerilakuPerilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan sangat luas mencakup berjalan, berbicara, berekspresi, berfikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor interna dan eksterna. Faktor interna mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksterna meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan sebagainya.Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk tujuan kepentingan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan dan meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive domain), ranak efektif ( affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain).Perilaku dapat bersifat aktif dan dapat pula bersifat pasif, karena itu kita kenal 3 bentuk perilaku:a. Perilaku dalam bentuk pengetahuanb. Perilaku dalam bentuk sikapc. Perilaku dalam bentuk tindakan

2.1.2.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka enjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan.Perilaku sehat adalah merupakan respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan berkaitan dengan kesehatan lingkungan. (Edi, 2006)Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest(merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi. 4. Trial, dimana subjek sudah berperilaku baru sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan ManusiaPerilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsure pokok, yakni respon dan stimulus atau rangsangan.Respon atau reaksi manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, persepso dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktek). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian supaya lebih terinci, perilaku kesehatan itu mencakup:1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon baik secara pasif maupun secara aktif2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, yaitu respon terhadap system pelayanan baik pelayanan kesehatan secara modern maupun tradisional3. Perilaku terhadap makanan yaitu perilaku terhadap unsur gizi yang terkandung dalam makanan, pengelolaan makanan dan sebagainya.4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan yaitu, mencakup pembuangan tinja, pembuangan sampah, penggunaan air bersih, pembuangan air limbah dan lain sebagainya.2.2.1. Pengetahuan (Knowledge)Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. (Notoatmodjo, 2003) Apabila penerimaan perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang posistif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting), sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. (Notoadmojo, 2003)Pengetahuan kesehatan atau health knowledge adalah apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehtan, ini meliputi antara lain:1. Pengetahuan tentang peyakit menular, cara penularanya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya2. Pengetahuan tentang factor-faktor yang terkait dengan dan atau mempengaruhi kesehatanOleh sebab itu untuk mengukur pengetahuan kesehatan seperti tersebut diatas adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis. Indicator pengetahuan kesehtan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variable-variabel atau komponen-komponen kesehatan. Misalnya berapa persen masyarakat yang tahu tentang cara pencegahan penyakit. (Notoadmojo, 2003)Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoadmojo, 2003)Sebelum orang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat perilaku tersebut bagi dirinya, misalnya orang akan melakukan imunisasi bagi bayinya, apabila ia mengetahui manfaat imunisasi pada bayinya maka orang tersebut akan merasa tertarik untuk melakukan imunisasi pada bayi. Apabila seseorang mengetahui manfaat dari pelaksanaan PHBS di rumah tangga sehari-hari maka setiap anggota keuarga akan terlindungi kesehatannya dari ancaman penyakit yaitu dengan melalui PHBS tersebut. (Edi, 2006)2.2.2. Sikap (attitude)Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat atau emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik). Campbell (1980) menyatakan bahwa sikap adalah suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya. Newcomb menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. (Notoadmojo, 2003)Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit), setelah seseorang mengetahui stimulus dan objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. (Notoadmojo, 2003)Sikap adalah penilaian seseorang terhadap stimulus atau onjek. Setealah seseorang mengetahui stimulus dan objek tersebut makan proses selanjutnya adalah menilai stimulus atau objek tersebut. (Edi, 2006)Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, antara lain:1. Sikap terhadap penyakit menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejala, cara penularan, cara pencegahan dan cara mengatasi atau menanganinya)2. Sikap terhadap faktor-faktor yang berkaitan dan atau mempengaruhi kesehatanPengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu terhadap objek tertentu. (Notoadmojo, 2003)Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:a. Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) 2.2.3. Tindakan (practice)Menurut Notoadmojo (2003), Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping factor fasilitas juga diperlukan factor pendukung (support) dari pihak lain.Rindakan mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.b. Respon terpimpin (guide response), yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh c. Mekanisme (mecanisme), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.d. Adaptasi (adaption), yaitu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2.4. Fasilitas Kesehatan LingkunganPHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/ menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan membatasi masalahnya sendiri dalam tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.Adapun indicator tatanan institusi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah:a. Jamban yang bersihBanyaknya penghuni tentu dapat menimbulkan masalah pada pembuangan kotoran manusia yang meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia tersebut adalah sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks.b. Tersedianya air bersihAir adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut perhitungan WHO dinegara-negara maju tiap orang memerlukan air antara 60-120 liter perhari, sedangkan dinegara-negara berkembang, tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter perhari.Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak) air harus mempunyai persyartan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.c. Pembuangan sampah pada tempatnyaSampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat karena sampah merupakan tempat kehidupan berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri patogen) dan juga serangga sebagai pemindah dan penyebar penyakit (vektor). Oleh sebab itu sampah harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik bukan saja untuk kepentingan kesehatan tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud dengan pengelolaan sampah disini meliputi pengumpulan, pengangkutan sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. (Notoadmojo, 2003)d. Saluran pembuangan air limbah yang baikAir limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan hidup.Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada. (Haryoto, 1985)Dari indikator dapat diukur untuk melihat strata atau klasifikasi perilaku hidup bersih dan sehat masing-masing tatanan Klasifikasi pertama : jika jawaban ya antara 1 2 Klasifikasi kedua: jika jawaban ya antara 3 4 Klasifikasi ketiga : jika jawaban ya antara 5 6 Klasifikasi keempat : jika semua jawaban ya (Depkes RI, 1997)

2.3Proses perubahan perilaku manusiaHal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku adalah merupaka tujuan dari pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini antara lain:a. Teori Stimulus-Organisme-Response (S-O-R)Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsangan (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya bicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.b. Teori Festinger (Dissonance Theory)Fingger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan ini adalah merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.c. Teori fungsiTeori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku tergantung pada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.d. Teori Driving forcesKurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku dapat terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.

2.4. Bentuk-bentuk Perubahan PerilakuBentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Perubahan perilaku menurut WHO dikelompokkan menjadi:1. Perubahan Alamiah (Natural Change)Bentuk perubahan perilaku yang terjadi karena perubahan alamiah tanpa pengaruh faktor- faktor lain. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.2. Perubahan Rencana (Planned Change)Bentuk perubahan perilaku yang terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change)Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi sangat lambat menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (raniness of change) yang berbeda-beda. (Notoadmojo, 2003)Didalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif. Beberapa strategi untuk memperoleh bentuk perubahan perilaku tersebut dikelompokkan oleh WHO menjadi 3 yakni:1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau doronganDalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga perilaku seperti yang diharapkan dapat terlaksana, Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi. Perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.2. Pemberian informasiDengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan meninbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan prilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersipat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).3. Diskusi partisipasiCara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktip berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang terbaik dalam rangka memberikan informasi dan pesan-pesan kesehatan.

2.5. Skala PengukuranSkala pengukuran yang digunakan pada pengetahuan, sikap dan tindakan adalah teori Gottman dan Linkert (Soegioni, 1994) bahwa standar persentase yang digunakan untuk menilai ketiga domain tersebut adalah:1. Kriteria penilaian dalam bentuk pengetahuan (knowledge) adalah:Baik: Apabila skore yang diperoleh diatas 75%Sedang: Apabila skore yang diperoleh 40%-75%Kurang: Apabila skore yang diperoleh dibawah 40%2. Kriteria penilaian dalam bentuk sikap (attitude) adalah:Baik: Apabila skore yang diperoleh diatas 75%Sedang: Apabila skore yang diperoleh 40%-75%Kurang: Apabila skore yang diperoleh dibawah 40%3. Kriteria penilaian dalam bentuk tindakan (practice) adalah:Baik: Apabila skore yang diperoleh diatas 75%Sedang: Apabila skore yang diperoleh 40%-75%Kurang: Apabila skore yang diperoleh dibawah 40%

2.6. Sasaran Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat1. Sasaran Primer adalah sasaran yang benar-benar diharapkan berubah/meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilakunya dari yang tidak/kurang berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi berperilaku hidup bersih dan sehat sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai petugas kesehatan.2. Sasaran sekunder adalah sasaran yang berpengaruh, baik langsung maupun tidak langsung kepada sasaran primer yang diharapkan akan dapat mempercepat tercapainya tujuan perilaku hidup bersih dan sehat3. Sasaran tersier adalah sasaran yang perlu diberi informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat dikabupaten/ kota, dimana jika mereka mengetahui dan menyadari sepenuhnya diharapkan para pengambil keputusan, para penyandang dana, pihak-pihak yang berpengaruh diberbagai tingkatan (pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, desa/kelurahan) dapat mempengaruhi berhasil tidaknya upaya perilaku hidup bersih dan sehat yang dilaksanakan.

2.7. Indikator Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat2.7.1.Indikator tatanan rumah tangga1. a. Ibu yang mempunyai anak: Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatanb. Ibu hamil: Pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatanc. Wanita usia subur: Ikut keluarga berencana (KB)d. Wanita muda (belum punya anak): Sydah imunisasi TTe. Manula (Manusia Usia Lanjut): dianggap sudah melewati semua resiko tersebut diatas2. a. Untuk bayi: Sudah diimunisasib. Untuk balita: balita ditimbang setiap bulan 3.Seluruh keluarga Buang Air Besar (BAB) dijamban4.Seluruh keluarga menggunakan air bersih5.Tidak ada sampah yang berserakan6.Kuku anggota keluaga pendek dan bersih7.keluarga biasa makan makanan yang beraneka ragam8.semua anggota keluarga tidak merokok9.Pernah mendengar AIDS10.Keluarga menjadi anggota dana sehat (JPKM)2.7.2.Indikator Tatanan Institusi Kesehatan1.Tersedia air bersih2.Tersedia jamban yang bersih3. Tidak ada sampah yang berserakanDengan cara mengamati, apakah jamban tersedia dan dalam keadaan bersih, tersedia air bersih dan tidak ada sampah yang berserakan4.Tersedia poster kesehatan5.Radio, kaset penyuluhan berfungsi setiap hari6.Penyuluhan kelompok teratur dilaksanakanDengan cara mengamati, apakah terdapat poster kesehatan minimal 3 buah, radio, kaset penyuluhan kesehatan berfungsi setiap hari diruang tunggu, penyuluhan kelompok teratur dilaksanakan didalam gedung.7.Semua petugas tidak merokok8.Semua petugas kukunya pendek dan bersih2.7.3.Indokator Tatanan Institusi Pendidikan1.Tersedia air bersih2.Tersedia jamban yang bersih3. Tidak ada sampah yang berserakanDengan cara mengamati, apakah jamban tersedia dan dalam keadaan bersih, tersedia air bersih dan tidak ada sampah yang berserakan4. Ketersediaan Poskestren5. Siswa tidak merokok6. Siswa pada umumnya kukunya pendek dan bersih7. Siswa olahraga teratur8. Siswa tidak menggunakan NAPZA9. Ada tersedia warung sehat10. Ada tatanan lingkungan sehat11. Adanya ventilasi di tiap-tiap kelas12. Adanya SPAL13. Membatasi jumlah penghuni kelas 2.7.4.Indikator Tempat Ibadah1. Sekeliling tempat ibadah dalam keadaan bersih2. Tersedia air bersih3. Tersedia jamban yang bersih4. Tersedia Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)5. Kuku pengelola pendek dan bersih6. Semua pengelola dan pengunjung tidak merokok7. Pernah mendengar AIDS8. Ada penyuluhan kesehatan yang dilakukan secara teratur atau tersedia media penyuluhan kesehatan2.7.5.Indikator Warung Makan1.Makanan dan minuman tidak menggunakan pengawet kimia berbahaya2.Makanan dan minuman terhindar dari serangga dan binatang pengerat3.Tersedia air bersih4. Tersedia jamban yang bersih5. Tidak ada sampah yang berserakan6. Tersedia tempat cuci tangan7. Kuku pengelola makanan pendek dan bersih8. Menjadi anggota dana sehat

21