BAB II

45
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Keluarga 1. Pengertian keluarga Keluarga berasal dari bahasa Sangsakerta kuala dan warga “kulawarga” yang berarti “anggota” ”kelompok kerabat”. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah (Jhonson & Leny, 2010, hlm.2). Menurut Effendy (1998, dalam Harmoko, 2012, hlm.12) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. 2. Tipe-tipe keluarga Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan 5

description

Askep komunitas Usia Sekolah Bambang Sujana

Transcript of BAB II

BAB IITINJAUAN TEORITISA. Konsep Dasar Keluarga1. Pengertian keluargaKeluarga berasal dari bahasa Sangsakerta kuala dan warga kulawarga yang berarti anggota kelompok kerabat. Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah (Jhonson & Leny, 2010, hlm.2).Menurut Effendy (1998, dalam Harmoko, 2012, hlm.12) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.2. Tipe-tipe keluarga Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu, (suprajitno, 2004, hal 2-3) :a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)Namun, dengan perkembangannya peran individu dan meningkatkannya rasa individualisme pengelompokkan tipe keluarga selain kedua diatas berkembang menjadi :a. Kelurga bentukkan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang berbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya. Keadaan ini juga di Indonesia menjadi tren karena adanya pengaruh gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang yang telah cerai atau tinggal psangannya cendrung hidup sendiri untuk membesarkan anak-anaknya.b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasanganya.c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother) d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendirian tanpa pernah menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di Indonesia dengan dalih tidak direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak jika telahmenikah.e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sbelumnya (the non-marital heterosexual cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pad daerah kumuh perkotaan (besar) tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknyaf. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and lesbian family). Tipe keluarga non tradisonal :a. The unmerrid teenage motherKeluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari hubungan tanpa nikah.b. The step parents familyKeluarga dengan orang tua tiri.c. Commune familyLebih dari 1 keluarga tanpa pertalian darah yang hidup serumah.d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting familyKeluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.e. Gay and lesbian familySeorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana pasangan suami istri.f. Cohabitating coupleOrang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena alasan tertentu.

g. Groupmarriage familyBeberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.h. Group nertwork familyBeberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup berdekatan dann saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.i. Foster familyKeluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara untuk waktu sementara.j. Home less familyKeluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.k. GangKeluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.3. Struktur keluargaMenurut Friedman (1992, dalam paula & Janet, 2009, hal 471), struktur keluarga terdiri atas :a. Pola dan proses komunikasi1) Bersifat terbuka dan jujur 2) Selalu menyelesaikan konflik keluraga.3) Berfikir positif.4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi :a. Karakteristik pengirim :1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.b. Karakteristik penerima 1) Siap mendengar.2) Memberikan umpan balik.3) Melakukan validasi4. Fungsi keluargaSecara umum fungsi keluarga (Friedman, 1998) adalah sebagai berikut.a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluargab. Fungsi social dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan soaial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluargad. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluargae. Fungsi perawtan/pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agr tetap memeliki produktivitas tnggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan Namun, dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi fungsi keluarga dikembangkan menjadi :a. Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapakan menjadi keluarga yang produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya keluargab. Fungsi pendapatan status social, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan dikategorikan setara social oleh keluarga lain yang berda disekitarnyac. Fungsi pendidikan yaitu keluarga yang mempunyai peran dan tanggung jawab yang besar terhadappendidikan anak-anaknya untuk menghadapi kehidupan dewasanyad. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan mampu menciptakan kehidupan social yang mrip dengan luar rumahe. Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap penyakit yang mungkin dialami keluarga.f. Fungsi religious, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama dan mengamalkan ajaran keagamaan.g. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada diluar rumah.h. Fungsi reproduksi, bukan hanya mengembangakan keturunan, tetapi juga merupakan tempat mengembangkan fungsi reproduksi secara universal (menyeluruh), diantaranya: seks yang sehat dan berkualitas, pendidikan seks bagi anak, dan yang lain.i. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada diluar rumah. Indonesia membagi fungsi keluarga menjadi delapan dengan bentuk operasional yang dilakukan oleh setiap keluarga (UU No. 10 tahun 1992 jo PP No. 21 tahun 1994), yaitu:a. Fungsi keagamaan 1) Membina norma atau ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga.2) Menerjemahkan ajaran atau norma agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari seluruh anggota keluarga3) Memberikan contoh konkret dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan dari bajaran agama 4) Melengkapi dan menambah proses kegatan belajar anak tentang keagamaan yang tidak atau kurang diperoleh disekolah dan dimasyarakat5) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan keluarga beragama sebagai fondasi menuju keluarga keci[ bahagia sejahterab. Fungsi Budaya 1) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan2) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk mnyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai 3) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga, anggota mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negative globalisasi dunia 4) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat diperlakukan yang baik (positif) sesuai dengan norma bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi 5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.c. Fungsi Cinta Kasih 1) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar-anggota keluarga (suami-istri-anak) ke dalam symbol-simbol nyata (ucapan,tingkah laku) secara optimal dan terus menerus 2) Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar-anggota keluarga maupun antar-keluarga yang satu dengan lainya secara kuantitatif dan kualitatif3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ukhrowi dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang 4) Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera.5) d. Fungsi Perlindungan1) Mmenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari keluarga2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang dating yang dating dari luar3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keaman keluarga sebagi modal menuju keluarga kecil bahagia sejahterae. Fungsi reproduksi 1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya.2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukkan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental.3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak diingankan dalam keluarga4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif manuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

f. Fungsi Sosialisasi 1) Menyadari, merencanakan, dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan utama2) Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan mental), yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat4) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahterag. Fungsi Ekonomi1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun di dalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara pemasukkan dan pengeluaran keluarga3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras, dan seimbang4) Membina kegiata dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahterah. Fungsi Pelestarian Lingkungan 1) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkungan intern keluarga2) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan ekstern keluarga3) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan yang serasi. Selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitar4) Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup keluarga menuju Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera5. Tahap-tahap perkembangan keluargaTerdapat delapan tahap tingkat perkembangan keluarga menurut Friedman, ( 1998 ) :a. Tahap I : Keluarga Pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan). Tugasnya adalah :1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 30 bulan). Tugasnya adalah :1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan).2) Rekontruksi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga3) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek.c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 tahun). Tugasnya adalah :1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah2) Mensosialisasikan anak.3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur 6 hingga 13 tahun). Tugasnya adalah :1) Mensosialisakan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.3) Memenuhi kebutuhan Kesehatan fisik anggota keluarga.e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun). Tugasnya adalah :1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri.2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.f. Tahap VI : Keluarga melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tugasnya adalah :1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri.g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pension). Tugasnya adalah :1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan Kesehatan.2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lansia dan anak-anak.3) Memperkokoh hubungan perkawinan.h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia (juga menunjuk kepada keluarga yang berusia lanjut usia atau pension hingga pasangan yang sudah meninggal dunia). Tugasnya adalah :1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun3) Mempertahankan hubungan perkawinan4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup).6. Tugas keluarga dibidang kesehatanLima tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, (1981) adalah :a. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanyab. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.c. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.B. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah1. Pengertian anak usia sekolahAnak usia sekolah adalah anak usia 6-12 tahun. Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau pada saat masuk sekolah dasar kelas satu (Suprajitno, 2004, hlm 60).Anak usia sekolah adalah anak yang masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12 tahun (Jhonson dan Leny, 2010, hlm 34).2. Karakteristik perkembangan anak usia sekolahMenurut Suprajitno (2004, hlm 62) pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah dapat dilihat dari segi fisik dan psikososialnya:a. Pertumbuhan dan perkembangan fisiksaat umur 6-12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot serta pengembangan kognitif yang cepat serta keterampilan sosial yang cepat berkembang.Perubahan bentuk tubuh keseluruhan terjadi pada waktu ini sebagai akibat dari pertumbuhan tulang. Postur yang membungkuk digantikan oleh postur yang tegak. Pertumbuhan gigi dibuktikan oleh pergantian dankemunculan gigi, padahal pola makan dan tidur relatif stabil. Kemampuan neuromuskular, perkembangan organ sensor, dan kemampuan kognitif menghalus dan berkembang. Pertumbuhan seksual dimulai, seperti dibuktikan oleh karakteristik seks sekunder awal. Kebutuhan nutrisi meningkat ke arah akhir dari periode ini sebagai pertumbuhan pra pubertas meningkatkan nafsu makan, kebutuhan kalori dan kebutuhan air.b. Perkembangan psikososialPerkembangan psikososialnya berada dalam tahap anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan untuk mandiri dan berupaya menyelesaikan tugas. Tahap ini sangat dipengaruhi faktor intrinsik (motivasi, kemampuaan, tanggung jawab yang dimiliki, kebebasan yang dimiliki, interaksi dengan lingkungan dan teman sebaya). Dan faktor ekstrinsik (penghargaan yang didapat, stimulus an keterlibatan orang lain). Suprajitno,(2004. Hlm 62).3. Faktor yang mempengaruhi perkembangan usia anak sekolahAdapun faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada usia sekolah dan remaja adalah sebagai berikut:a. Tugas teman sebayasalah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada tahap ini adalah tugas teman sebaya. Dengan pengecualian dari keluarga, kelompok teman sebaya dari seseorang anak remaja mempunyai pengaruh besar pada perkembangan. Teman sebaya membolehkan individu untuk mencoba bahkan gagal dalam keterampilan baru, mengesahkan pikiran-pikiran, perasaan dan konsep, dan menerima dukungan sebagai pribadi yang unik. Sebaliknya, teman sebaya dapat menempatkan kebutuhan dan tekanan pada individu untuk menyesuaikan diri yang membuat perasaan menjadi tidak bergembira bahkan rendah diri.b. Peran keluargaAkibat dunia anak meluas keluar rumah pengaruh keluarga berubah. Orangtua tidak dipandang lagi sebagai hal pokok. Anak khususnya remaja belajar bahwa orangtua adalah manusia, mereka berbuat kesalahan dan mempunyai semua jawaban. Meskipun konfrontasi bagaimanapun anak dan remaja tetap membutuhkan kasih sayang dan dorongan orangtua. Petunjuk dari orang tua, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman terus dilayani seperti sumber daya untuk pembuktian pada perilaku perkembangan yang cepat dari sandiwara mereka. Nilai-nilai orangtua, ide-ide dan harapan akan membantu remaja untuk membentuk diri mereka sendiri.c. Fisik yang baikkeadaan kesehatan dan nutrisi mereka berakibat pada kemampuan anak untuk tumbuh dan berkembang. Penugasan dan keterampilan serta tugas-tugas secara optimal terjadi ketika individu dalam keadaan yang sehat.Berikut ini tahp perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.

Tahap PerkembanganTugas Perkembangan

Keluarga dengan anak usia sekolah Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas (yang tidak atau kurang diperoleh dari sekolah atau masyarakat). Mempertahankan keintiman pasangan. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.

Tabel 1.1 Tugas perkembangan dengan anak usia sekolah (Suprajitno, 2004, hlm 5)

BAB IIIAsuhan Keperawatan Secara Teoritis Pada Keluarga Dengan Tahap Perkembangan Anak Usia SekolahA. PengkajianMenurut Suprajitno ( 2004, hlm. 72), pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang perlu dilakukan, yaitu membina hubungan baik, pengkajian awal (fokus data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehtan ) dan pengkajian lanjutan (data lengkap tentang masalah keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal).Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (hasil laboratorium,rontgen, dll. Adapun data-data yang perlu dikaji adalah :1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga (sesuai dengan materi askep keluarga).a. Identitas: nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, seks, hubungan keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama, status sosial, aktivitas keluarga.b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga: Tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembanagan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga suami istri.c. Lingkungan : Karateristik rumah, karateristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung.d. Struktur Keluarga: Pola komunikasi, pengambilan keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga.e. Fungsi keluargaf. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga.2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolaha. Identitas anak b. Riwayat kehamilan dan persalinanc. Riwayat kesehatan bayi sampai saat inid. Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-harie. Pertumbuhan dan prekembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai)f. Pemeriksaan fisikg. Lengkapi dengan pengkajian fokus1) Bagaimana karakteristik teman bermain2) Bagaimana lingkungan bermain3) Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah4) Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimilikinya5) Bagaimana temperamen anak saat ini6) Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang7) Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak8) Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini9) Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah10) Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekola11) Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah saat bermain12) Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini13) Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya14) Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya15) Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluargaB. Diagnosa keperawatanBerikut ini adalah masalah-masalah keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah (Suprajitno,2004. Hlm 74)1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usia anak2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan anak.Masalah yang dapat digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu :1. Masalah aktual/risikoa. Gangguan pemenuhan nutrisi: lebih atau kurang dari kebutuhan tubuh.b. Menarik diri dari lingkungan sosialc. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolahd. Mudah dan Sering marahe. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang dibebankanf. Berontak/menentang terhadap peraturan keluargag. Keengganan melakukan kewajiban agamah. Ketidakmampuan berkomunikasi secara verbali. Gangguan komunikasi verbalj. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang digunakan untuk bermain)2. Potensial atau sejahteraa. Meningkatnya kemandirian anakb. Peningkatan daya tahan tubuhc. Hubungan dalam keluarga yang harmonisd. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai tugas perkembangannyae. Pemeliharaan kesehatan yang optimal

C. Penghitungan skoringSaat menentukan diagnosa keperawatan, perawat perlu menggunakan skoring. Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosisi keperawatan lebih dari satu. Pross skoring menggunakan skala yang telah ditentukan. Adapan ketetntuan proses skoring untuk setiap diagnosa keperawatan adalah :1. Tentukan skor sesuai dengan skor 2. Bobot x SkorSkor tertinggiSkor dibagi dengan skor tertinggi dikalikan dengan bobot Skor yang diperoleh

3. Jumlahkan skor untuk semua ( skor maksimum sama dengan jumlah bobot.

NoKriteriaSkorBobotNilai

1Sifat masalahSkala : Tidak / kurang sehatAncaman KesehatanKeadaan sejahtera3211Skor x bobot

2Kemungkinan masalah dapat diubahSkala : MudahSebagianTidak Tepat

2102Skor x bobot

3Potensia masalah untuk dipecahSkala : TinggiCukupSedang3211Skor x bobot

TOTALPenjumlahan Hasil

Sumber : Padila (2011). Hlm 1094. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan a. Didasarkan pada yang mempunyai skor tertinggi sampai dengan skor terendahb. Perawat mempertimbangkan pula persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang menurut keluarga perlu diatasi segeraD. Rencana Intervensi Keperawatan1. AktualPerubahan hubungan keluarga yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak yang sakitTujuan : Hubungan keluarga meningkat menjadi harmonis dengan dukungan yang adekuatIntervensi :a. Diskusikan tentang tugas keluargab. Diskusikan bahaya jika hubungan keluarga tidak harmonis saat anggota keluarga sakitc. Kaji sumber dukungan keluarga yang ada disekitar keluargad. Ajarkan anggota keluarga memberikan dukungan terhadap upaya pertolongan yang telah dilakukane. Ajarkan cara merawat anak dirumahf. Rujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai kemampuan keluarga2. Risiko/risiko tinggiRisiko tinggi hubungan keluarga tidak harmonis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah yang terjadi pada anaknya Tujuan: ketidakharmonisan keluarga menurun Intervensi:a. Diskusikan faktor penyebab ketidak harmonisan keluarga.b. Diskusikan tentang tugas perkembangan keluargac. Diskusikan tentang tugas perkembangan anak yang harus dijalani.d. Diskusikan cara mengatasi masalah yang terjadi pada anake. Diskusikan tentang alternatif mengurangi atau menyelesaikan masalah.f. Ajarkan cara mengurangi atau menyelesaikan masalahg. Beri pujian bila keluarga dapat mengenali penyebab atau mampu membaut alternatif3. Potensial atau sejahteraMeningkatnya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga Tujuan: dipertahankanya hubungan yang harmonisIntervensia. Anjurkan untuk mempertahankan pola komunikasi terbuka pada keluargab. Diskusikan cara-cara penyelesaian masalah dan beri pujian atas kemampuannyac. Bantu keluarga mengenali kebutuhan anggota keluarga (anak usia sekolah)d. Diskusikan cara memenuhi kebutuhan anggota keluarga tanpa menimbulkan masalah.E. Implementasi keperawatanPada tahap ini, perawat yang mengurus keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawat kesehatan di rumah sakit, peran perawat yang dilaksanakan adalah sebagai koordinator. Namun, perawat ju8ga dapat mengambil peran sebagai pelaksana keperawatan. Hasil implementasi yang efektif dan efesien akan diperoleh secara maksimal jika perawat membuat suatu rencana kegiatan yang terstruktur senimgga kunjungan dapat terarah sesuai kontrak yang telah dibuat antara perawat dan keluarga. Dalam tahap ini, perawat perlu merencanakan secara sistematis dan berurutsn secra bertingkat berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun. Sebelum implementasi keperawatan, perawat perlu kontrak terlebih dahulu dengan keluarga dan membuat suatu rencana keperawatan yang bertujuan agar selama implementasi keperawatan sesuai waktu yang telah disepakati dan bahan yang diimplementasikan mempunyai efektivititas tinggi.F. EvaluasiEvaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antar hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilanya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawtan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu yang sesuai dengan keterdediaan keluarga. Evaluasi disusun berdasrkan SOAP.

DAFTAR PUSTAKASuprajitno. 2004. Asuhan keperawatan keluarga : aplikasi dalam praktik. Jakarta : EGCFriedman, marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGCJhonson L & Leny R. 2010. Keperawtan Keluarga. Yogyakarta; Nuha MedikaHarmoko. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga.Yogyakarta; Graha IlmuPadila. 2011. Keperawatan keluarga Dilengkapi Askep Keluarga Terapi Herbal dan terapi Modalitas. Yogyakarta; Nuha MedikaBadan Pusat Statistik ( BPS ) Provinsi kalimantan barat Tahun 2010

34