BAB II

Click here to load reader

description

bab 2

Transcript of BAB II

BAB II

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Ascorbic Acid (Vitamin C) mempunyai berbagai macam fungsi fisiologis dalam reaksi biokimia mencakup, sintesis kolagen dan polisakarida, metabolisme tritopan, fenilalanin, dan tirosin, membantu penyerapan zat besi di usus, hidroksilasi steroid, dan antioksidan. (1). Meskipun demikian, makhluk hidup tidak bisa mensintesis Asam askorbat karena kurang nya enzim L-gulonolactoneoxydase, dimana enzim tersebut digunakan untuk mengkonversi L-gulonolactone menjadi L-ascorbic acid. Oleh karena itu, kita perlu mengkonsumsi kurang lebih 100 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan asam askorbat (2). Mekipun asam askorbat biasanya di konsumsi sebagai suplemen bernutrisi, asam askorbat juga banyakdi formulasi sebagai produk kosmetik sejak fungsi fisiologis dari asam askorbat dapat di buat dan digunakan dalam produk kosmetik. Fungsi dari asam askorbat sebagai produk kosmetik yaitu, menghambat sintesis melanin, memperbanyak sintesis kolagen dan sebagai antioksidan. Disamping itu, asam askorbat aman dan dapat diaplikasikan diseluruh permukaan kulit walaupun hidrofilisitas nya tinggi (3).

Formulasi untuk kosmetik, kelemahan utama dari asam askorbat yaitu kurang stabil dalam sediaan aqueous. Asam askorbat sangat mudah teroksidai oleh oksigen dalam larutan aquaeous, sehingga mudah terdegradasi dan merusak warna pada produk. Salah satu macam sediaan farmasetik termasuk emulsi tipe W/O, liposom, dan siklodekstrin telah digunakan untuk meningkatkan stabilitas dari asam askorbat pada sediaan farmasetik. Disamping hal tersebut, larutan yang pasti dapat meyebabkan masalah dengan oksidasi asam askorbat belum diketahui. Beberapa turunan asam askorbat seperti ascorbic acid 6-palmitate, ascorbic acid 2,6-dipalmitate, ascorbic acid 6-stearate, 2,3,5,6-0-tetra-2-hexildecanoy 1 L-ascorbic acid (VC-IP) telah dikembangkan. Modifikasi dari turunan asam askorbat tersebut telah meningkatkan penetrasi ke dalam kulit, tapi tidak dapat meningkatkan stabilitas dalam lingkungan aqueous daripada senyawa utamanya. Dalam hal meningkatkan stabilitas, kelompok hidoksi pada posisi 2 dan/atau 3 harus dilindungi. Karena fungsi fisiologis dari asam askorbat berasal dari sistem enediol, ([-C(OH)=C(OH)-]), modifikasi dari sistem tersebut secara fisiologis dapat menginaktifkan turunan asam askorbat. Untuk mencapai kedua stabilitas dalam formulasi dan kemampuan fisiologis, kelompok hidroksi pada posisi 2 dan/atau 3 perlu dilindungi tetapi, selama pengaplikasian pada kulit, senyawa tersebut harus dihidrilisa oleh enzim dalam kulit untuk mengaktifkan asam askorbat. Yamamoto et. al. Menemukan bahwa keseragaman dan usus kecil dan ginjal pada tikus besar dan tikus Belanda

Yamamoto et. al. found that the homogenates ofthe small intestine and kidney of rats and guinea-pigs had a tran sglucosylase acti vity thatforms a new type of glucosylated ascorbic acid(4,5). This nove! compound was stable in a neutra!solution and did not possess reducing activity.These properties are consistent with thoseof ascorbic acid 2-0-phosphate (AA-2P) (6,7)and ascorbic acid 2-0-sulfate (AA-2S) (8). Thereducing activity was restored by mild acid hydrolysisor treatment with rat intestina! a-glucosidase.The structure of this nove! compoundwas found to be 2-0-a-D-glucopyranosyl-Lascorbicacid (9). A large scale preparation ofAA-2G has been made possible by using cyclomaltodextringlucanotransferase (CGTase) preparedfrom bacillus stearothermoph ilus whichcatalyze the transglycosylation from a-cyclodextrinto L-ascorbic acid (1 O). In this paper, thebiologica! activities of 2-0-a-D-glucopyranosyl-L-ascorbic acid (AA-20) and its applicationin cosmetics are discussed.