BAB II

26
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Jamban 1. Definisi Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kepmenkes, 2008). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik. 2. Macam-macam jamban

description

BAB II

Transcript of BAB II

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Jamban

1. Definisi

Jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada kotoran manusia dan menganggu estetika (Hasibuan, 2009). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai penularan penyakit (Kepmenkes, 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, jamban adalah suatu bangunan yang berfungsi mengumpulkan kotoran manusia yang tersimpan pada tempat tertentu sehingga tidak menjadi penyebab suatu penyakit atau mengotori permukaan bumi. Jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di kelola dengan baik.

2. Macam-macam jamban

Ada beberapa macam jamban yang sesuai dengan konstruksi dan cara pembuatannya (ada 4 macam) jamban (Notoatmodjo, 2003):

a. Kakus cemplung

Bentuk kakus ini adalah paling sederhana yang dapat dianjurkan pada masyarakat. Nama ini dipakai bila orang menggunakan kakus jenis ini (membuang kotorannya kekakus semacam ini), maka kotorannya lansung masuk jatuh kedalam tempat penampungan kotoran yang dalam bahasa jawanya Nyemplung.

(5)Kakus cemplung ini hanya terdiri dari sebuah lubang galian diatasnya diberi lantai dan tempat jongkok, sedang dari tempat jongkok kelubang galian tidak terdapat alat apapun sebagai penyalur maupun penghalang. Lubang galian terdapat penampungan itu sendiri dapat tanpa diberi pasangan tembok, atau ditembok seluruh bagian dalamnya termasuk dasarnya, sehingga kakus ini bernama kakus cemplung, dapat disebut juga beerput (bila seluruh bagian dalam tempat penampungan itu termasuk dasarnya ditembok), dapat juga disebut zink-put (bila sisi-sisinya saja yang ditembok, sedang dasarnya tidak.

Lantai kakus ini pun dapat dibuat dari bambu atau kayu, tapi dapat juga dari pasangan batu bata atau beton. Agar tidak menjadi sarang dan makanan serangga penyebar penyakit, maka lubang tempat jongkok harus ditutup bila tidak dipakai. Kakus semacam ini masih menimbulkan gangguan karena bau busuknya.

b. Kakus Plengsengan

Plensengan berasal dari bahasa Jawa (mlengseng) berarti miring nama itu dipakai karena dari lubang tempat jongkok ketempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring (mlengseng). Jadi tempat jongkok dari kakus ini dibuat/diletakkan persis diatas penampungan, melainkan agak menjauh disampingnya.

Kakus ini dapat disebut beerput ataupun zinkput, bila itu memperhatikan konstrusi tempat penampungan kotorannya (lihat kakus cemplung). Kakus semacam ini sedikit lebih baik dan menguntungkan dari pada kakus cemplung, karena baunya agak berkurang, dan keamanan bagi pemakai lebih terjamin. Seperti halnya pada kakus cemplung, maka lubang dari tempat jongkok harus dibuatkan tutup.

c. Kakus Bor

Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan bor. Bor yang digunakan adalah bor tangan yang disebut boor aunger dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang itu harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada kakus cemplung atau plengsengan, karena diameter kakus bor ini jauh lebih kecil. Pengeboran pada umumya dilakukan sampai mengena air tanah. Perlengkapan lainnya dan cara mempergunakan, dapat pula diatur seperti pada kakus cemplung dan kakus plengsengan.

d. Kakus Angsatrine (Water Seal Laterine)

Kakus ini, dibawak tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasangkan suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada ditempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung, dengan demikian juga dapat mencegah hubungan lalat dengan kotoran. Karena dapat mencegah gangguan lalat dan bau, maka memberikan keuntungan untuk dibuat didalam rumah. Agar terjaga kebersihannya, kakus semacam ini harus cukup tersedia air.

e. Jamban septic tank

Jamban ini sama dengan jamban sistem resapan. Perbedaanya terletak pada jumlah septik tank dan cara pembuangannya. Jumlah septik tank ganda mempunyai dua atau lebih lubang penampung kotoran. Cara pemakaian dilakukan bergilir setelah salah satu bak penampung terisi penuh. Bak penampung yang telah penuh ditutup dan didiamkan beberapa lama supaya kotoran dapat dijadikan kompos atau pupuk. Saluran pembuangan dapat dipindahkan dengan menutup/membuka lubang saluran yang dikehendaki pada bak pengontrol. Ukuran lubang dan bangunan jamban tergantung pada kebutuhan dan persediaan lahan. Kotoran yang telah berubah menjadi kompos dapat diambil dan dimanfaatkan sebagai pupuk. Bak penampung yang telah dikosongkan dapat dimanfaatkan kembali.

3. Faktor-faktor dalam metode pembuangan tinja

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam metode pembuangan tinja antara lain (Notoatmodjo, 2003).

a.Faktor teknis meliputi:

1) Faktor dekomposisi ekskreta manusia

Fenomena terjadinya dekomposisi ekskreta manusia memegang peranan yang amat penting dalam perencanaan sistem sarana pembuangan tinja. Banyak sarana pembuangan tinja direncanakan kapasitas serta prinsip kerjanya dengan mendasarkan pada fenomena ini. Dekomposisi ekskreta yang merupakan proses dan berlansung secara alamiah ini melaksanakan 3 aktivitas utama :

a. Pemecahan senyawa-senyawa organik kompleks seperti protein dan urea kedalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan stabil.

b. Pengukuran volume dan massa (kadang-kadang sampai mencapai 80%) bahkan yang mengalami dekomposisi dengan menghasilkan gas-gas seperti methan, carbon dioxide, ammonia, dan nitrogen yang dibebaskan ke atmosfir dan dengan menghasilkan bahan-bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap masuk dalam tanah.

c. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak bertahan hidup dalam proses-proses dekomposisi atau terhadap serangan kehidupan biologik yang sangat banyak terdapat dalam massa yang mengalami dekomposisi. Bakteri memainkan peranan utama dalam dekomposisi dan aktivitas bakteri baik aerobik maupun anaerobik melangsungkan proses dekomposisi ini.

2) Faktor kuantitas tinja manusia

Kuantitas kotoran manusia yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi setempat, bukan hanya faktor physiologis, tetapi juga faktor-faktor budaya dan agama. Apabila di suatu daerah tidak tersedia data hasil penelitian setempat maka keperluan perencanaan dapat digunakan angka total produksi ekskreta 1 kg (berat bersih) per orang/hari.

3) Faktor pencemaran tanah dan air tanah

Pada pencemaran tanah dan air tanah oleh ekskreta merupakan informasi penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja, khususnya dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum yang ada. Jarak perpindahan bakteri dalam tanah dipengaruhi berbagai faktor, salah satu faktor penting adalah faktor parositas tanah. Perpindahan bakteri air tanah biasanya mencapai jarak kurang dari 90 cm, dan secara vertikal kebawah kurang dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap hujan lebat dan tidak lebih dari 60 cm biasanya pada tanah yang poreus.

4) Faktor penempatan sarana air tinja

Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara jamban dan air minum, sebab hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kemiringan dan ketinggian air tanah serta permeabilitas tanah.

5) Faktor perkembangbiakan lalat pada ekskreta

Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembang biakan lalat pada tinja dalam lubang jamban. Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup sebenarnya sudah dapat mencegah perkembangbiakan lalat ini, baik karena kerapatannya maupun karena sifat lalat yang phototropisme positif (tertarik pada sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).

6) Faktor tutup lubang jamban

Harus diupayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong pemakai jamban untuk memfungsikan sebagaimana mestinya. Dalam konstruksi yang sederhana mungkin hingga pemakai tidak terlalu sulit untuk menggunakannya.

7) Faktor tekhnis engineering

Dalam perencanaan dan pembangunan sarana pembuangan tinja agar diupayakan:

a) Penerapan pengetahuan tekhnik engineering, misalnya dalam melakukan pemilihan tipe instalasi sesuai dengan kondisi lapisan tanah yang ada

b) Pengguanaan bahan bangunan yang ada setempat untuk dapat melakukan penghematan biaya secara berarti, misalnya penggunaan bambu untuk penahan runtuhnya dinding lubang, untuk tulang penguat slab dan sebagainya

c) Pemilihan dan penentuan desain bangunan instalasi yang dapat ditangani oleh pekerja setempat, juga tenaga terampil yang ada perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin.

b.Faktor non teknis:

1) Faktor manusia

Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama pentingnya dengan faktor tekhnis. Orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak disukainya atau yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang tidak dapat dipelihara kebersihannya. Tahap pertama dalam perencanaan system pembuangan tinja disuatu daerah adalah perbaikan system yang sudah ada. Pengembangan system tersebut selanjutnya harus senantiasa mengupayakan pemberian/ penciptaan privacy yang secukupnya bagi calon pemakai. Aplikasi dari pada prinsip ini adalah perlunya dilakukan pemisahan yang jelas antara ruang jamban untuk jenis kelamin yang berbeda, perlunya disediakan jumlah ruang jamban yang cukup sesuai dengan jumlah pemakai. Satu lubang jamban cukup untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 atau 6 orang. Jamban umum yang digunakan untuk perkemahan, pasar atau tempat-tempat yang sejenisnya harus disediakan minimal 1 lubang untuk 15 orang dan untuk sekolah 1 lubang jamban untuk 15 orang wanita dan satu lubang + 1 urinoir untuk 25 orang pria.

2) Faktor biaya

Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat dan keluarga harus sederhana, dapat diterima, ekonomis pembangunan, pemeliharaan serta penggantiannya. Faktor biaya ini bersifat relatif, sebab system paling mahal pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan jangka panjang, mengingat masa penggunaannya yang lebih panjang karena kekuatannya serta paling mudah dan ekonomis dari segi pemeliharaannya. Dalam perencanaan dan pemilihan tipe jamban, biaya tidak boleh dijadikan faktor dominan. Perlu dicarikan jalan tengah berdasarkan pertimbangan yang seksama atas semua unsur yang terkait, yang dapat menciptakan lingkungan yang saniter serta dapat diterima oleh keluarga.

4. Syarat Jamban Sehat

Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004) :

a.Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air minum

b.Tidak berbau dan tinja tidak dapat di jamah oleh serangga maupun tikus

c.Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah sekitar

d.Mudah di bersihkan dan aman penggunannya

e.Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna

f.Cukup penerang

g.Lantai kedap air

h.Ventilasi cukup baik

i.Tersedia air dan alat pembersih.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sebagai berikut :

a. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban

b. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah

c. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain

d. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan

e. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah dan mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat.

5. Manfaat Dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal, yaitu

1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit

2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman.

3. Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit.

4. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan.

6. Pemeliharaan Jamban

Jamban hendaklah selalu dijaga dan di pelihara dengan baik. Adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI 2004 adalah sebagai berikut :

1. Lantai jamban hendaklah selalu bersih dan kering.

2. Di sekeliling jamban tidak tergenang air

3. Tidak ada sampah berserakan

4. Rumah jamban dalam keadaan baik

5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat

6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada

7. Tersedia alat pembersih

8. Bila ada yang rusak segera di perbaiki.

7. Pemanfaatan Jamban

Pemanfaatan jamban berarti penggunaan atau pemakaian jamban oleh masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang sehat. Kata pemanfaatan berasal dari kata manfaat. Dalam kamus bahasa Indonesia (2005), pemanfaatan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan memanfaatkan

Berdasarkan pengertian di atas maka pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau dengan kata lain pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat dalam hal buang air besar. Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya kotoran tinja manusia yang dapat menjadi sumber penyakit.

Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat menyebabkan beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya. Merupakan penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi dasar seperti penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air, dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan manusia (Sutedjo, 2003).

Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang di keluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain air, tangan, serangga, tanah, makanan, susu serta sayuran.

Proses penularan penyakit diperlukan faktor sebagai berikut :

1) Kuman penyebab penyakit

2) Sumber infeksi (reservoir) dari kuman penyebab

3) Cara keluar dari sumber

4) Cara berpindah dari sumber ke inang (host) baru yang potensial

5) Cara masuk ke inang yang baru

6) Inang yang peka (suscaptible).

Bahaya buang air besar sembarangan oleh Notoatmodjo (2003) digambarkan melalui rantai penyebaran penyakit melalui kotoran tinja dan urine. Peranan tinja dalam penyebaran penyakit cukup besar, selain dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya juga mencemari air, tanah, serangga dan bagian tubuh manusia. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran tinja manusia antara lain: tipus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

B. Teori Manajemen

1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalahsuatu proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya (Usman, 2011).

2. Teori manajemen menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

a. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel

Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.

b. Menurut R. Terry

Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

c. Menurut James A.F. Stoner

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

d. Menurut Lawrence A. Appley

Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.

e. Menurut Drs. Oey Liang Lee

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3. Prinsip - Prinsip Manajemen

a. Kepemimpinan

Dalam sebuah manajemen, kepemimpinan memegang peranan dalam menentukan kesatuan organisasi dan kesatuan arah dan tujuan organisasi.

b. Pemaksimalan SDM (Sumber Daya Manusia)

Pemaksimalan SDM merupakan prinsip manajemen yang mendorong penempatan seseorang sesuai dengan bidang keilmuannya.

c. Sistem Manajemen

Sistem manajemen merupakan sistem yang disusun untuk mencapai tujuan dan arah organisasi secara efektif dan efisien.

d. Pendekatan Proses

Pendekatan proses merupakan kegiatan manajemen yang melihat aktifitas yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

e. Perbaikan yang Berkelanjutan

Perbaikan yang berkelanjutan merupakan rangkaian dari kegiatan manjemen yang dilakukan untuk meningkatkan atau mempertahankan prestasi yang diraih.

f. Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan disesuaikan dengan data dan informasi yang akurat sehingga keputusan yang diambil tidak merugikan organisasi.

g. Fokus pada Konsumen

Fokus pada konsumen merupakan kegiatan manajemen yang mempelajari tingkah laku dan atau perubahan tingkah laku konsumen.

h. Hubungan Kerjasama yang Baik dengan Pihak Diluar Organisasi (Usman, 2011).

4. fungsi utama dalam manajemen

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana dan oleh siapa. Perencanaan adalah proses dasar dimana manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. Perencanaan dalam organisasi adalah esensial, dalam kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi- fungsi pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sebenarnya hanya melaksanakan keputusan-keputusan perencanaan. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan, rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama poses implementasi dan pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Perencaan kembali dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin.

Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Keputusan-keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan.

proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.

Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :

1) Menetapkan tujuan dan target bisnis

2) Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut

3) Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan

4) Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis

Ada beberapa faktor yang harus di pertimbangkan dalam perencanaan yaitu memenuhi SMART yaitu:

1) Specific artinya perencanaan harus jelas maksud maupun ruang lingkupnya.

2) Measurable artinya program kerja atau rencana harus dapat di ukur tingkat keberhasilannya

3) Achievable artinya dapat di capai

4) Realistic artinya sesuai dengan kemampuan dan sumber daya yang ada

5) Time artinya ada batas waktu yang jelas

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Terry, G. R, 2006).

Pengertian pengorganisasian dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut:

1) Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya-sumber daya keuangan, fisik, bahan baku dan tenaga kerja organisasi

2) Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok

3) Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para karyawan

4) Cara para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut

5) Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi

Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :

1) Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan

2) Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab

3) Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja

4) Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat

c. Fungsi Pengarahan dan Implementasi

Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.

Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :

1) Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan

2) Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan

3) Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpanganpenyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Tiga tipe dasar pengawasan yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1) Pengawasan pendahuluan (feedforward control), atau sering disebut steering controls, dirancang untuk mengantisipasi masalahmasalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan

2) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control), sering disebut pengawsan Ya-Tidak, screening controls atau Berhenti-Terus, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung

3) Pengawasan umpan balik (feedback control), sering dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuam-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.

Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :

1) Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan

2) Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan

3) Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis