BAB II

16
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Beakang Apendisitis infiltrat merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai di mukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24 jam pertama, hal ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendik dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk masa periapndikular Periapendikular infiltrate sering terjadi pada usia tertentu dengan range usia 20- 30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak terkena dibanding laki-laki dengan perbandingan 3:2. Angka kematian bekisar 2-6%, 19 % kematian terjadi jika pada wanita hamil, dan pada anak-anak usia kurang dari 2 tahun meningkat hingga 20 %. Morbiditas meningkat dengan bertambahnya usia, keterlambatan diagnosis, bila apendiks tidak diangkat maka dapat menimbulkan serangan berulang. Sedangkan mortalitas adalah 0,1 % jika apendisitis akut tidak pecah dan 5% jika pecah. Keterlambatan dalam mendiagnosis juga berpengarug pada angka mortalitas jika terjadi komplikasi. 1

description

lapsus

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Beakang

Apendisitis infiltrat merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai

di mukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24

jam pertama, hal ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi

proses radang dengan menutup apendik dengan omentum, usus halus, atau

adneksa sehingga terbentuk masa periapndikular

Periapendikular infiltrate sering terjadi pada usia tertentu dengan range

usia 20- 30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali pada usia

pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak terkena dibanding laki-laki

dengan perbandingan 3:2. Angka kematian bekisar 2-6%, 19 % kematian

terjadi jika pada wanita hamil, dan pada anak-anak usia kurang dari 2 tahun

meningkat hingga 20 %.

Morbiditas meningkat dengan bertambahnya usia, keterlambatan

diagnosis, bila apendiks tidak diangkat maka dapat menimbulkan serangan

berulang. Sedangkan mortalitas adalah 0,1 % jika apendisitis akut tidak pecah

dan 5% jika pecah. Keterlambatan dalam mendiagnosis juga berpengarug pada

angka mortalitas jika terjadi komplikasi.

Komplikasi utama adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang

menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi mencapai 10- 32 %. Insiden

lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Oleh karena itu dalam laporan kasus

kali ini perlu dibahas lebih dalam kasus periapendikular infiltrat untuk

mengetahui tentang pengertian, tanda dan gejala serta diagnosis serta

penatalaksanaannya.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan periapendikular infiltrat ?

2. Bagaimana cara mendiagnosis pasien periapendikular infiltrat ?

3. Bagaimana penatalaksanaan pada periapendikular infiltrat ?

1

Page 2: BAB II

I.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pegertian periapendikular infiltrat

2. Mengetahui dan memahami diagnosis dan penatalaksanaan

periapendikular infiltrat

I.3 Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan para pembaca

khususnya kalangan medis agar dapat membuat diagnosa tentang

periapendikular infiltrat, serta membuat perencanaan perioperatif

apendiktomi.

2

Page 3: BAB II

BAB II

TELAAH KASUS

II.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. P

TTL : Blitar, 1932

Usia : 80 tahun

Alamat : Panggung rejo RT 03/ RW 03, Blitar

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pekerjaan : Tidak bekerja

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Tanggal Periksa : 19 Maret 2012

II.2. ANAMNESA

II.2.1. Keluhan Utama

Nyeri perut

II.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan nyeri perut dirasakan sejak dua bilan yang lalu dan sekarang

nyeri bertambah parah. Nyeri dirasakan di seluruh lapang perut

namun yang paling nyeri didaerah kanan bawah dan terasa seperti

melilit, serta nyeri dirasakan hilang timbul. Perut rasanya seperti

kaku BAB lancer tetapi kadang meringkil, namun sudah 4 hari ini

pasien tidak dapat BAB. Flatus (+) tadi pagi tgl 20-3-2012, mual (+),

muntah (-), pusing (+). Selain itu pasien juga mengeluh adanya

benjolan pada perut kanan bawah yang timbul sejak ± 1 bulanan.

Aloanamnesa : Nafsu makan pasien menurun.

II.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat Sakit Serupa : Disangkal

3

Page 4: BAB II

Riwayat Mondok : Sekitar 5

bulan yang lalu pasien pernah

dirawat di RSMW blitar karena sakit

perut dan didiagnosa sakit lambung.

Riwayat Sakit Gula : Disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Sakit Kejang : Disangkal

Riwayat Alergi Obat : Disangkal

Riwayat Alergi Makanan : Disangkal

II.2.4. Riwayat Pengobatan

Pasien sebelumnya pernah berobat ke puskesmas untuk

mengatasi keluhan nyerinya. Pasien diberikan obat suntik (injeksi)

dan obat peroral namun pasien tidak tahu obat yang diberikan dan

nyeri hilang. Namun saat ini nyeri dirasakan sangat berat dan pasien

langsung dating ke IGD RSMW.

II.2.5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : Disangkal

Riwayat Hipertensi : Disangkal

Riwayat Sakit Gula : Disangkal

Riwayat Jantung : Disangkal

Riwayat Asma : Disangkal

II.2.6. Riwayat Kebiasaan

o Riwayat Merokok : 1 pak perhari tetapi semenjak sakit

berhenti merokok

o Riwayat Minum Alkohol : Alkohol Disangkal, minum kopi 2

gelas perhari, terkadang pasien

pernah minum jamu pegal linu.

o Riwayat Olahraga : Jarang olahraga tapi dulu senang

4

Page 5: BAB II

berolahraga.

o Riwayat Pengisisan Waktu Luang : bersih-bersih rumah.

II.2.7. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien saat ini tinggal dengan istrinya, dan saat ini pasien dak

bekerja. Pasien aktif dalam mengikuti kegiatan di kampung. Status

ekonomi cukup.

II.2.8. Riwayat gizi:

Pasiena makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi

yang cukup dengan sayur dan lauk pauk berupa tahu, tempe dan

kadang-kadang dengan telur, ayam atau dagingserta kadang ikan.

Namun semenjak sakit, nafsu makan pasien menurun dan makan

sehari kadang hanya makan satu kalidan kadang tidak makan sama

sekali .

II.3. ANAMNESA SISTEM

Kulit : Sawo matang, pucat (-), gatal (-), kering (-)

Kepala : Sakit kepala (-), pusing (+), rambut tidak rontok,

luka kepala (-), benjolan (-).

Mata : Pandangan mata berkunang-kunang (-),

penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan

normal.

Hidung : Tersumbat (-) , Mimisan(-)

Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar

cairan (-)

Mulut : Sariawan(-), Mulut Kering (-)

Tenggorokan : Sakit menelan (-), Suara serak (-)

Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-)

Kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), Nyeri dada (-)

Gastrointestinal : Mual/muntah (+), Diare (-), nafsu makan

menurun (+), nyeri perut kanan bawah (+),

5

Page 6: BAB II

BAB tidak lancar (+).

Genitourinaria : BAK 4-8 kali/sehari, warna kuning

Neurologik : Kejang (-), Lumpuh (-), Kesemutan pada kaki (-)

Psikiatri : Emosi stabil

Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri

otot (-)

Ekstremitas :

Atas kanan : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)

Atas Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)

Bawah kanan : Bengkak (-), Sakit( -), Luka bisul (-)

Bawah Kiri : Bengkak (-), Sakit (-), Luka (-)

II.4. PEMERIKSAAN FISIK

II.4.1. Keadaan Umum

Tampak lemah ,Composmentis , GCS 456

II.4.2. Vital Sign :

BB : 57 Kg

TB : 170 cm

BMI : BB / TB2 = 19,7 (underweight)

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 92 x/ menit

RR : 22x/ menit

Suhu : 36,2 0C

II.4.3. Pemeriksaan:

Kulit : Kulit sawo matang, pucat (-), kulit gatal(-), erithema (-), Vesikel

(-), papul (-) dan mengelupas (-)

Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak rontok, Luka pada kepala

(-), benjolan/borok (-).

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

radang/konjungtivitis/uveitis (-/-), reflek cahaya (+/+), katarak (-/-)

6

Page 7: BAB II

Hidung : Nafas cuping hidung (-), simetris, saddle nose (-), sekret (-),

perforasi (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)

Telinga : Daun telinga simetris, membran tympani (intak), nyeri tekan

mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam

batas normal.

Mulut : Simetris, mulut kering (-), sianosis (-), bibir pucat (-), bibir kering

(-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-),

gusi berdarah (-).

Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).

Leher : JVP tidak meningkat, trakea di tengah, pembesaran, kelenjar tiroid

(-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).

Thorax : Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi

subkostal (-), spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

Cor :

I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis kuat angkat

P : batas kiri atas : SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral

LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A : BJ I–II intensitas normal, regular, bising

(-),mur-mur(-), Gallop (-)

Pulmo : I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kanan sama dengan kiri

P : sonor/sonor

A : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan

wheezing (-/-) , ronchi (-/-)

Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-), tampak

benjolan di abdomen regio iliaca dextra.

7

Page 8: BAB II

A : peristaltik (+) menurun

P : Hipertimpani seluruh lapang perut, kecuali pekak regio illiaca

dextra

P : supel, nyeri tekan pada titik mc burney (+),defense di perut kanan

bawah hepar dan lien tidak teraba membesar, teraba masa pada

perut kanan bawah dengan D ± 8 cm

Pemeriksaan rectal toucher : nyeri pada jam 10-11

Rovsing sign (+), psoas sign (+)

Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV (-)

Ektremitas: palmar eritema (-/-)

akral dingin oedem ulkus

- - - - - -

- - - - - -

Sistem genetalia: dalam batas normal

Pemeriksaan Neurologik

Kesadaran : GCS 456

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

Kekuatan Tonus

8

N N

N N

5 5

5 5

N N

N N

Page 9: BAB II

RF RP

Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri terkesan baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : Bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

Insight : baik

II.6. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

a. Darah Lengkap

Jenis Tes Hasil Tes Nilai Normal

1. Hemoglobin 11,2 L: 13-17 g%

2. Leukosit 17.900 4.000-11.000/CMM

3. LED/BBS 70-120 L: 0-15/jam

4. Hitung jenis -/-/2/87/10/1 1-2/0-1/3-5/54-62/25-

33/3-7

5. Hitung erytrosite 4.900.000 4.5-6.5 jt/cmm

6. Hitung trombocyte 530.000 150.000-450.000

7. Hematokrit 37.6 L : 40-54 %

8. MCV/MCH/MCHC 76.7/22/29.8 80-97 fl/27-31pg/ 32-

36%

9

2 2

2 2

- -

- -

Page 10: BAB II

b. USG abdomen

Mengesankan periapendikular infiltrat, menimbulkan pendesakan dan bendungan

di ureter kanan distal dengan hydronephrosis kanan grade II-III.

DD : Tumor abdomen kanan bawah, tumor colon or caecum

I1.7. Working Diagnosa

Periapendikular infiltrat

II.8. PENATALAKSANAAN di RS

Farmakologi

- IVFD 2000cc/24 jam

- Ranitidin inj. 2 x 1

- Cefotaxim 2x1

- Ketopain 3 x 1

- Profecom supp. II

- Metronidazol 3 x 1

10

Page 11: BAB II

11