BAB II
-
Upload
muhammad-gianluigi-zackyvu -
Category
Documents
-
view
54 -
download
4
Transcript of BAB II
BAB IILANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Silvy Novyanita (2005) yang berjudul Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Nasabah (Studi Pada Bank Rakyat Indonesia Unit Plandaan
Jombang). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
yang signifikant variabel kualitas pelayanan secara simultan dan parsial terhadap
kepuasan pelanggan serta untuk mengetahui dan menganalisis variabel kualitas
pelayanan yang berpengaruh paling dominan terhadap kepuasan pelanggan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey dengan lima variabel
bebas yaitu: bukti langsung (X1), keandalan(X2), daya tanggap(X3), jaminan(X4),
dan empati(X5) serta variabel terikat yaitu kepuasan pelanggan(Y). Penelitian
dilakukan di Bank Rakyat Indonesia Unit Plandaan Jombang dengan sampel 100
orang nasabah. Teknik pengambilan sampel menggunakan Convinience Sampling
yang disebut juga dengan Accidental Sampling. Sumber data menggunakan data
primer yaitu hasil kuisioner dan data sekunder yaitu bahan - bahan dokumentasi.
Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara. Alat analisis
data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda menunjukkan hasil bahwa variabel bebas yang terdiri dari
bukti langsung (X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), jaminan (X4), dan empati
(X5) secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan positif terhadap
variabel terikat yaitu Kepuasan Pelanggan(Y), hal ini ditunjukkan dengan nilai R
sebesar 0,913 dan nilai adjusted R2 sebesar 0,824.
7
Hasil signifikan t yang meliputi variabel Bukti Langsung(X1) sebesar 0,000,
Keandalan(X2) sebesar 0,027, Tanggap(X3) sebesar 0,011, Jaminan(X4) sebesar
0,003, dan Empati(X5) sebesar 0,034, hal ini berarti secara parsial kelima variabel
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan nasabah.
Variabel Bukti Langsung(X1) mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
kepuasan nasabah, hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien regresi yang tertinggi
dibanding dengan variabel bebas lainnya, yaitu sebesar 0,127.
2.2 Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu fungsi pokok yang harus dilakukan oleh
orang-orang dalam menjalankan suatu usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba. Dengan
demikian, kegiatan pemasaran memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia
usaha.
Menurut Kotler (2002:10) pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Murti Sumarni dan John Soeprihanto (1998:261)
manajemen pemasaran adalah analisis, perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan, membentuk dan
mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran
(Target Buyer) dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan organisasinya.
8
Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu proses
untuk menciptakan pertukaran yang menguntungkan dan memenuhi sasaran
ataupun tujuan organisasinya.
2.3 Jasa
2. 3.1 Pengertian Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual. Jasa sering dipandang sebagai suatu fenomena yang rumit. Kata jasa itu
sendiri mempunyai banyak arti, dari mulai pelayanan personal (personal service)
sampai jasa sebagai suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa
yang telah berusaha mendefinisikan pengertian jasa.
Menurut Kotler(2002:486) setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan
oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
menyebabkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan dengan suatu produk fisik atau tidak.
Menurut Zithaml dan Bitner dalam Yazid (2003:3) jasa mencakup aktivitas
ekonomi yang seharusnya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara
umum konsumsi dan produksi dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah
yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, kesehatan)
yang secara prinsip intangible pada pembeli pertama.
Dari kedua pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa jasa adalah kegiatan
yang ditawarkan dari satu pihak ke pihak lain dan diidentifikasikan secara
tersendiri, serta tidak berwujud dimana produksinya dapat dikaitkan dengan
penggunaan benda nyata, serta tidak harus terikat pada penjualan barang atau jasa
lain.
9
Di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi
jasa, meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan
merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitas-aktivitas
tersebut tidak berwujud.
2.3.2 Karakteristik Jasa
Menurut Philip Kotler (2002:429), jasa memiliki 4(empat) karakteristik, yaitu :
1. Intangibility (tidak berwujud)
Service Intangibility (ketidakberujudan data) berarti jasa tidak dapat dilihat,
dicicipi, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum mereka membelinya.
2. Insepharability (tidak terpisahkan)
Barang fisik diproduksi, kemudian disimpan, dan dijual, serta sampai
penggunaan kemudian. Jasa dijual pertama, kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada saat yang sama. Service Insepharability (ketidakterpisahan
jasa) berarti jasa tidak dapat dipisahkan dari penyediaanya/providers, baik
penyedia/providernya berbentuk manusia atau mesin. Jika karyawan jasa
menyediakan jasa karyawan, maka karyawan merupakan bagian dari jasa.
Karena konsumen juga hadir pada saat jasa dihasilkan, interaksi penyedia-
konsumen (provider- customer interaction) merupakan ciri khusus dari
pemasaran jasa. Masing – masing penyedia atau konsumen mengakibatkan
hasil jasa (service outcome).
3. Variabelity (keanekaragaman)
Service variability (keanekaragaman jasa) berarti bahwa kualitas jasa
tergantung pada siapa menyediakan baik kapan, dimana, dan bagaimana
disediakan. Perusahaan jasa dapat mengambil beberapa langkah untuk
10
mengatasi keragaman jasa, yaitu menyeleksi dan melatih personelnya untuk
memberikan jasa yangt baik. Untuk penekanan kualitas, perusahaan dapat
memberikan insentif yang menjadi syaratnya.
4. Perishability (lenyap)
Service perishability (kelenyapan jasa) berati bahwa jasa tidak dapat disimpan
untuk kemudian dijual ataupun digunakan, karena keberadaan nilai jasa hanya
pada titik tertentu dan akan lenyap.
2. 3. 3 Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Valerie A. Zeithaml (1996:119-122) mengungkapkan lima dimensi
mengenai kualitas jasa sebagai berikut :
1. Bukti Fisik (Tangibles)Penampilan fasilitas (physical fasilities), peralatan, personil, dan materi tertulis. Tangibles sering digunkan oleh perusahaan jasa untuk memperkuat citra, menyediakan kesinambungan, dan menenkankan kualitas kepada konsumen.
2. Keandalan (Reability)Kemampuan melaksanakan janji atas jasa secara tersendiri dan secara teliti. Konsumen akan mengadakan hubungan bisnis dengan perusahaan yang selalu mempertahankan janji. Konsumen akan selalu mengingat kejadian atau kesalahan yang disebabkan oleh perusahaan tersebut, dan hal ini akan menjadi hambatan untuk disembuhkan atau diperbaiki.
3. Daya Tanggap ( Responsiveness)Kesediaan dalam membantu dan melayani konsumen dan menyediakan jasa tanpa tuduhan. Ketanggapan ini adalah komunikasi antara konsumen dalam hitungan waktu yang diperlukan oleh seseorang untuk menunggu bantuan, tanggapan jawaban, atau perhatian atas masalah.
4. Jaminan (Assurance)Pengetahuan dan keramah-tamahan karyawan serta kemampuan mereka dalam membantu kepercayaan (trust and confidence). Trust dan confidence dapat tertanam dalam seseorang yang menghubungkan diri dengan perusahaan. Dimensi assurance ini merupakan penggabungan dari dimensi :a) Kompetisi (Competence), artinya ketrampilan dan pengetahuan yang
dimilki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.b) Kesopanan (Courtesy), meliputi keramahan, perhatian, dan sikap para
karyawan.c) Kredibilitas atau kepercayaan (Credibility), meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan kepercayaan perusahaan, seperti : reputasi, prestasi dan sebagainya.
11
d) Keamanan (Security), artinya tidak ada bahaya, resiko atau keraguan dalam memanfatkan pelayanan yang ditawarkan.
5. Perhatian Individu (Empathy)Peduli, memberikan perhatian secara pribadi kepada konsumen. Konsumen selalu menginginkan pengertian dalam hal ini merupakan kunci terpenting suatu perusahaan. Dimensi Empathy merupakan penggabungan dari dimensi:a) Akses (Acces), meliputi kemudahan untuk memanfatkan jasa yang
ditawarkan perusahaan.b) Komunikasi (Communication), artinya kemampuan melakukan
komunikasi untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukan dari pelanggan/ konsumen.
c) Memahami pelanggan (Understanding the Costumer), meliputi usaha perusahaan dan keinginan pelanggan.
2. 3. 4. Macam-macam Jasa
Paul D. Converse dalam Buchari Alma (2004:247) mengelompokkan jasa
sebagai berikut :
1. Personalized Service.
Jasa ini bersifat personal yang tidak bisa dipisahkan dari orang yang
menghasilkan jasa tersebut. Oleh sebab itu pelayanannya haruslah langsung
ditangani sendiri oleh produsennya. Personalized service digolongkan lagi
kedalam 3 golongan, yaitu :
a) Personal service : as...”...establishment primarily engaged in providing
service generally barbeshop, beauty shop, cleaning plants, laundries,
photograpic.” (jasa yang sangat mengutamakan pelayanan dan
perlengkapannya). Contohnya: tukang cukur, salon kecantikan, juru foto.
b) Profesional service: seperti jasa arsitektur, pendidikan, konsultan hukum,
keserhatan (dokter), dan sebagainya
c) Business service: seperti akuntan, notaris, konsultan manajemen, dan
sebagainya.
12
2. Financial service. Jasa ini terdiri dari :
a) Banking service (bank)
b) Insurance service(jasa asuransi)
c) Invesment securities(lembaga penanaman modal)
3. Public utility and transportation service. Biasanya mempunyai monopoli
secara alamiah, seperti perusahaan air minum, listrik, kereta api dan
sebagainya.
a) Entertainment. Usaha hiburan misalnya bidang olahraga, bioskop dan
sebagainya.
b) Hotel service: berbagai jenis penginapan, termasuk didalamnya berbagai
jenis penginapan, asrama, mess, dan sebagainya
2. 4 Kualitas Jasa
2. 4.1 Definisi Kualitas Jasa
Kotler (2002:497) menyatakan kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari
suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Sebenarnya secara spesifik tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima
maupun secara universal, dari definisi yang ada, terdapat elemen-elemen sebagai
berikut
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
kurang berkualitas pada masa mendatang).
13
Definisi kualitas jasa berfokus pada usaha pemenuhan dari keinginan
pelanggan serta ketepatan penyampaian jasa dalam memenuhi harapan pelanggan.
Menurut Paramasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Fandy Tjiptono(2000:52)
kualitas jasa adalah usaha pemenuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Selanjutnya menurut Lovelock dalam Fandy Tjiptono(2000:52) kualitas jasa
adalah tingkat kesempurnaan yang diharapkan dan pengendalian atas
kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
Sedangkan menurut Garvin dalam Fandy Tjiptono(2002:52-53) ada 5 arti
kualitas yang berkembang. Kelima macam perspektif inilah uang bisa
menjelaskan mengapa kualitas bisa diartikan secara beraneka ragam oleh orang
yang berbeda pada situasi yang berlainan. Adapun kelima macam perspektif
tersebut meliputi :
1. Transcedental ApproachKualitas dipandang sebagai innate excellence, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalkan. Sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni, misalnya seni musik, seni drama, seni tari, dan seni rupa.
2. Product Based ApproachPendekatan ini menggangap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk itu. Karena pandangan ini sangat obyektif, maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensi individual.
3. User Based ApproachPendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi perspektif yang subyektif dan demand oriented ini juga menyatakan bahwa pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula., sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimal yang dirasakannya.
4. Manufacturiong Based ApproachPerspektif ini bersifat supply-bassed dan terutama memperhatikan praktek-praktek perekayasaan dan pemanufakturan serta pendefinisian kualitas sebagai
14
kesesuaian atau kesamaan dengan persyaratan (conformance to requirements). Dalam sektor jasa, dapat dikatakan bahwa kualitas bersifat operations-driven. Pendekatan ini berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang sering kali didorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan oleh perusahaan, bukan konsumen yang menggunakanya.
5. Value Based ApproachPendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai “affrordable excellence”. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif. Sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (best buy). Hal ini berarti ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu jasa yang diharpkan (expected Service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). Bila jasa yang diterima melebihi harapan pelanggan, maka kualitas jasa yang dipersepsikan sebagai kualitas jas ayang ideal. Akan tetapi bila jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharpkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Jadi, penilaian konsumen mengenai kualitas jasa menyediakan jasa kepada konsumen secara berkelanjutan dan konsisten.
2. 4. 2. Manfaat Kualitas Jasa
Manfaat dari adanya kualitas jasa yang baik, antara lain :
1. Pelanggan menganggap produk jasa perusahaan lebih baik dari pesaingnya.
2. Karena dianggap lebih berkualitas, pelanggan bersedia membayar harga yang
relatif lebih tinggi dari pada harga pesaing.
3. Pelanggan akan menganggap nilai yang dimiliki perusahaan lebih tinggi.
4. Loyalitas pelanggan yang lebih besar.
5. Pangsa pasar akan meningkat
6. Perusahaan dapat mengikuti spesifikasi pelanggan yang lebih baik dari pesaing.
7. Terjadi penurunan biaya karena adanya efektivitas demi tercapainya kualitas.
8. Biaya lebih murah dari pada pesaing
9. Gabungan keunggulan relatif di bidang harga, pangsa pasar, dan biaya untuk
menciptakan profitabilitas dan pertumbuhan.
15
10. Harga saham yang lebih tinggi
11. Harga jual yang lebih tinggi
12. Produktivitas yang lebih baik.
2. 4. 3. Model Kualitas Jasa
Menurut Leonard L. Berry , Parasuraman, dan Valeri A. Zeithaml
mengidentifikasikan 5 gap model yang menyebabakan kegagalan penyampaian
jasa, diantaranya :
1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemenPada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukung atau sekunder apa saja yang diinginkan konsumen.
2. Gap antara Persepsi Manajemen terhadap Harapan Konsumen dan Spesifikasi Kualitas jasa.Kadang kala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereak tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini dikarenakan tiga faktor , yaitu tidak adanya komitmentotal manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau karena adanya kelebihan permintaan.
3. Gap antara Spesifikasi Kualitas Jasa dan Penyampaian Jasa.Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya karyawan kurang terlatih, beban kerja yang melampaui batas, tidak dapat memenuhi sandar kinerja, atau bahkan tidak mau memenuhi standar kinerja yang ditetapkan.
4. Gap antara Penyampaian Jasa dan Komunikasi Eksternal.Sering kali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi.
5. Gap antara Jasa yang dirasakan dan Jasa yang diharpakanGap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut.
16
Gambar 2.1Model Kualitas Jasa (Gap Model)
Sumber : Parasuraman, A, et al. (1985)
Dari gambar model kualitas jasa diatas dapat dijelaskan bahwa pelayanan
yang diharapkan konsumen berasal dari mulut ke mulut, kebutuhan personal,
pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal. Sedangkan pemasar selalu
berusaha agar dapat memberikan pelayanan dengan kulaitas yang tinggi. Oleh
karena itu, pihak mananjemn harus bisa mempersepsikan secara tepat apa yang
menjadi harapan konsumen, selanjutnya harus bisa dijabarkan secara spesifik dan
sekaligus dibutuhkan juga ketepatan dalam penyampaian pelayanan. Begitu juga
komunikasi eksternal yang disampaikan oleh perusahaan sesuai dengan yang
sebenarnya. Faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan itu adalah
Komunikasi dari mulut ke mulut
Kebutuhan Personal Pengalaman yang lalu
Jasa yang diharapkan
Jasa yang dirasakan
Penyampaian Jasa
Penjabaran Spesifikasi
Persepsi manajemen
Pemasar
Komunikasi Eksternal
17
layanan yang diharapkan dan layanan yang dirasakann. Pihak perusahaan
berharap agar pelayanan yang dirasakan oleh pelanggan lebih tinggi (atau
setidaknya sesuai) dari pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan, oleh sebab itu
kualitas pelayanan akan dipersepsikan sebagai kualitas pelayanan yang ideal.
2. 4. 4. Pengukuran Kualitas Jasa
Dalam bisnis jasa, sifat dan pelayanan contact personel merupakan aspek
yang sangat penting dan menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Bila aspek
tersebut diabaikan atau bahkan sengaja dilupakan, maka dalam waktu yang tidak
terlalu lama perusahaan yang bersangkutan bisa kehilangan banyak konsumen.
Sehubungan dengan peranan contact person yang sangat penting dalam
menentukan kualitas jasa, setiap perusahaan memerlukan service excellence.
Yang dimaksud dengan service excellence atau pelayanan unggul yaitu suatu cara
karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Elhaitammy dalam
Fandy Tjiptono(20002:58) menyebutkan beberapa kriteria untuk menyatakan
bahwa sebuah pelayanan yang diberikan oleh perusahaan adalah excellence, jika :
1. kualitas pelayanan yang diberikan lebih baik dari yang diperkirakan
2. kualitas pelayanan yang diberikan lebih baik dari yang diperkirakan
3. Kualitas pelayanan yang diberikan rata-rata lebioh baik dari kualitas pelayanan
yang diberikan pesaing.
Ada beberapa unsur pokok dalam service excellence, antara lain :
1. Kecepatan Pelayanan
Pelayanan yang benar, ramah, dan nyaman tidak ada artinya jika
pelayanan yang diberikan sangat lambat.
Pelayanan yanng lambat dapat mengecewakan pelanggan
18
Pelayanan dapat dikatakan lambat, jika lebih lambat dari dijanjikan dan
lebih lambat dari rata-rata pelayanan yang diberikan oleh pesaing
Pelayanan yang lambat terjadi karena tenaga kurang terampil, peralatan
kerja kurang mendukung, mekanisme kerja tidak jelas, dan kurang adanya
kerjasama yang baik antar sesama karyawan.
Pelayanan yang cepat adalah pelayanan yang diinginkan oleh setiap
konsumen atau pelanggan
Pelayanan yang cepat dapat tercipta jika dikerjakan oleh tenaga terampil,
dengan mekanisme kerja yang jelas dan didukung oleh sarana yang cukup
memadai.
2. Kenyamanan dalam Pelayanan
Kenyamanan dalam pelayanan bagi perusahaan jasa adalah merupakan bagian
dari produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, tingkat kenyamanan dalam
pelayanan akan menentukan tingkat kepuasan pelanggan.
Kenyamanan pelayanan dapat dirasakan pelanggan baik di dalam maupun di
luar gedung. Kenyamanan pelanggan dapat dirasakan mulai dari pelayanan di
lapangan parkir jika pada gedung sendiri, pelayanan pada pintu masuk jika ada
penjaga atau satpam, pelayanan dalam gedung(temperatur udara, pengaturan
ruang tunggu, kerapian, dan kebersihan ruangan, dan sebagainya)
3. Keramahan Pelayanan
Pelayanan yang benar, cepat, dan nyaman, tetapi sama sekali tidak diikuti
sikap ramah, akan terasa kurang baik, bahkan akan dirasakan sebagai sesuatu
yang mengecewakan bagi pelanggan. Keramahan kadang dapat mentralisir
19
kekurangan – kekurangan yang lain. Keramahan dalam pelayanan hendaklah
diberikan secara ikhlas dan efektif.
4. Kebenaran Pelayanan
Pelayanan yang benar adalah bentuk pelayanan yang didambakan oleh setiap
orang, apabila kebenaran itu menyangkut keuangan dan masalah – masalah
yang menyangkut kepentingan pelanggan. Kebenaran di dalam pelayanan
dipengaruhi oleh ketelitian petugas, tersdianmya sarana pendukung, ada
tidaknya kerja sama yang baik antar unit atau antar sesama karyawan.
Dengan demikian service excellence adalah suatu bentuk pelayanan dimana
kualitasnya lebih baik dari yang dijanjikan, lebih baik dari yang diperkirakan
pelanggan, dan rata-rata yang lebih baik daripada perusahaan pesaing.
2. 5. Perilaku Konsumen
Menurut Basu dan Hani (2000), definisi perilaku konsumen yaitu perilaku
konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
usaha mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada persipan dan penentuan kegiatan tersebut.
Menurut Engel, et all (1994:3), definisi perilaku konsumen adalah sebagai
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tidakan.
John C. Mowen dan Michael Minor (2002:6) perilaku konsumen adalah
sebagai suatu studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran
20
yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang, jasa, pengalaman,
serta ide-ide.
2. 6. Bank Syariah
2. 6. 1. Pengertian Bank Syariah
Secara sederhana pengertian bank menurut Kashmir(2003:11) lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
lainnya.
Kemudian pengertian Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998
tanggal 10 November 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Pengertian Bank Syariah secara umum sesuai dengan Undang-undang Nomor.
10 tahun 1998, adalah sebagai berikut bank yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
dalam lalu lintas pembayaran.
Sistem bank berdasarkan prinsip syariah sebelumnya di Indonesia hanya
dilakukan oleh bank syariah seperti Bank Muamalat Indonesia dan BPR syariah
lainnya. Dewasa ini sesuai dengan Undang-Undang Perbankan No.10 tahun
1998, Bank Umum pun dapat menjalankan kegiatn usahanya berdasarkan Prinsip
Syariah asal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
21
2. 6. 2. Prinsip – Prinsip Bank Syariah
Bank berdasarkan Prinsip Syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan
hukum Islam antara bank dengan pihak lain lain baik dalam hal untuk
menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.
Keuntungan Bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah dengan cara :
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharobah)
2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharokah)
3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan(murabahah)
4. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (Ijarah)
5. Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang
disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
Sedangkan penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang
berdasarkan Prinsip Syariah juga sesuai Syariah Islam. Kemudian sumber
penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank Prinsip Syariah dasar hukumnya
adalah Al- Qur’an dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah
mengharamkan penggunaan harga produknya dengan bunga tertentu.
2. 6. 3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional sebagai berikut :
Bank Syariah Bank Konvensional1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.2. Berdasarakan prinsip bagi hasil atau sewa.3.Profit dan falah oriented (mencari
kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di
1. Investasi yang halal dan haram2. Memakai perangkat bunga3. Profit oriented4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
22
akhirat.4.Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan.5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus
sesuai dengan Fatwa Dewan Pengawas Syariah.
hubungan debitur-debitur5. Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber : Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum (1999)
2. 7. Kepuasan Pelanggan
Secara umum Phillip Kotler (2000) kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan prestasi suatu produk yang
dirasakan (atau hasil) seseorang dalam hubungannya dengan harapan tersebut.
Wilkie dalam Tjiptono(1997:24) kepuasan pelangan adalah sebagai suatu
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk
atau jasa.
Engel, Blackwell dan Minard dalam Tjiptono (1997:24) kepuasan pelanggan
merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya
sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul
apabila hasil tidak memenuhi harapan.
Kepuasan Pelanggan menurut Kotler dalam Tjiptono (1997:24) kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang ia rasakan apabila dibandingkan dengan harapannya.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
pengertian kepuasan pelanggan mencakup perbedaan antara harapan dan kinerja
atau hasil yang dirasakan. Apabila pelayanan yang diterima nasabah sesuai
dengan harapan pelanggan maka pelanggan akan merasa puas, sebaliknya apabila
pelayanan yang diberikan kepada nasabah tidak sesuai dengan harapan pelanggan
23
maka pelanggan akan merasa tidak puas.
Gambar 2.2Konsep Kepuasan Pelanggan
Sumber : Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, 1997
Kepuasan pelanggan mengukur seberapa besar harapan pelanggan telah
terpenuhi. Adanya kepuasan diharapkan dapat menciptakan sebuah kesetiaan.
Kesetiaan pelanggan disini mengukur seberapa besar kemungkinan pelanggan
24
Tujuan Perusahaan
Kebutuhan dan Keinginan Pelanggan
Produk
Nilai Produk bagi Pelanggan
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Harapan pelanggan terhadap produk
kembali dan seberapa besar minat mereka untuk melakukan kemitraan bagi
organisasi.
Dalam prakteknya sangat sulit untuk mengukur kepuasan pelanggan, manakala
pelayanan meningkat kepuasan terhadap kinerja penyedia jasa seperti layanan.
Definisi mereka tentang layanan yang baik sangat bervariasi. Ada yang
memahami tentang kinerja sebagai pemberian layanan yang cepat dan tepat.
2. 7. 1 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Phillip Kotler (2002:38) mendeskripsikan beberapa metode yang dapat
digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kepuasan
pelanggan atau konsumen. Metode tersebut adalah sebagi berikut :
1. Complaint and Suggestion SystemPerusahaan yang berorientasikan pada konsumen selalu mempermudah konsumen untuk memberikan saran atau kritik. Sistem ini sangat mempermudah perusahaan dalam memecahkan masalah, juga memberikan ide kepada perusahaan untuk melakukan perbaikan.
2. Customer Satisfication SurveyApabila perusahaan hanya sekedar melaksanakan Complaint and Suggestion System saja belum dapat memberikan gambaran tentang kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Perusahaan yang tanggap akan hal itu akan melaksanakan pengukuran pada konsumen dengan melakukan survey biasa seperti mengirimkan kuisioner atau melakukan peneleponan sebagai sampel pada konsumen sekarang untuk mencari bagaimana perasaan mereka terhadap berbagai aspek penampilan yang ditawarkan perusahaan.
3. Ghost ShoppingCara lain untuk mengetahui kepuasan konsumen adalah mengupah orang untuk berperan sebagai pembeli dan melaporkan pengalaman mereka dan melakukan transaksi baik di perusahaan sendiri maupun di perusahaan lain . Ghost Shopping ini juga membantu menguji karyawan perusahaan dalam mengatasi situasi buruk dengan baik.
4. Lost Customer AnalysisPerusahaan seharusnya menghubungi konsumen yang telah berhenti berlangganan, atau mereka yang berpindah ke perusahaan lain, untuk mempelajari apa penyebab hal tersebut. Perusahaan tidak hanya perlu mencari tahu ketika pelanggan hilang. Jika tingkat ini meningkat berati perusahaan gagal memuaskan pelanggan.
5. Some Cautions in Measuring Customer Satisfaction
25
Pengukuran terhadap kepuasan konsumen kadang susah untuk diinterprestasikan, sebab penilaian konsumen kadang tidak tertumpu pada personil tetapi pada performa perusahaan.
2. 7. 2. Strategi Kepuasan Pelanggan
Pada dasarnya strategi kepuasan pelanggan menyebabkan pesaing harus
berusaha keras dan memerlukan biaya yang tinggi dalam usahanya merebut
pelanggan suatu perusahaan pesaing.
Menurut Schars dalam Fandy Tjiptono (2000:134) kepuasan pelanggan
merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik
menyangkut dana maupun sumber daya manusia.
Ada beberapa strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan meningkatkan
kepuasan pelanggan, antara lain :
1. Strategi Pemasaran berupa Relationship MarketingMerupakan strategi dimana suatu transaksi antara penjual dan pembeli berkelanjutan dan tidak berakhir setelah proses penjualan selesai. Dengan kata lain terjalin suatu kemitraan dengan pelanggan secara terus menerus. Strategi ini dapat diimplementasikan dengan membuat daftar nama pelanggan, mencakup catatan penting lainnya mengenai pelanggan yang dianggap perlu dibina hubungan jangka panjang. Dengan tersedianya informasi semacam itu, maka diharapakan perusahaan dapat memuaskan para pelanggan secara lebih baik, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan loyalitas pelanggan sehingga terjadi pembelian ulang.
2. Strategi Superior Customer ServiceMerupakan strategi dimana perusahaan berorientasi untuk menawarkan palayanan yang lebih baik dari para pesaing. Hal ini membutuhkan dana yang besar, kemampuan sumber daya manusia, dan usaha yang gigih agara dapat tercipta suatu pelayanan superior. Akan tetapi perusahaan akan memperoleh manfaat yang sangat besar dari pelaynaan yang lebih baik.
3. Strategi Unconditional service GuaranteeSretegi ini berintikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan mutu produk atau jasa dan kinerja perusahaan. Selain itu juga akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih baik.
4. Strategi Peningkatan Kinerja PerusahaanMeliputi berbagai upaya seperti, melakukan pemantauan dan pengukuran kepuasan pelanggan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan menyangkut komunikasi, salemaship, dan public relations kepada
26
pihak manajemen dan karyawan, memasukkan unsur kemampuan untuk memuaskan pelanggan ke dalam sistem penilaian prestasi karyawan, dan memberikan empowerment yang lebih besar kepada karyawan dalam melaksanakan tugasnya.
5. Menerapkan Quality Function DeploymentYaitu praktek untuk merancang proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan, QFD berusaha menerjemehkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Dengan demikian, QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menenmukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga mencapai efektivitas maksimum.
2. 8. Kerangka Pikir
Gambar 2.3Kerangka Pikir Penelitian
Landasan Teori Tujuan Perusahaan:Fokus kepada pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Umpan balik Perusahaan memberikan pelayanan yang optimal
Umpan balik
Alat analisaUji ValiditasUji ReliabilitasUji Regresi Linier BergandaUji Asumsi MultikolinieritasUji Asumsi HeterokskedastistasUji Asumsi Normalitas
Variabel yng diteliti :Bukti langsungKeandalanDaya tanggapJaminanEmpati
Penilaian pelanggan terhadap kualitas jasa pelayananPositif = jika apa yang diterima pelanggan sesuai atau melebihi harapanNegatif= jika apa yang diterima pelanggan tidak sesui dengan harapan
Pelanggan tidak puasPelanggan puas
27
Berdasarkan latar belakang perusahaan yang menerapkan pemasaran yang
berorientasi pada konsumen dengan ditunjang beberapa teori yang ada maka
pemasaran yang lebih mengedepankan pelayanan yang optimal kepada konsumen
dapat mewujudkan kepuasan pada diri konsumen.
Variabel yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kualitas jasa dan
kepuasan konsumen dilakukan dengan metode kualitatif yang menganalisis 5
dimensi kulaitas jasa yaitu variabel bukti langsung, keandalan, daya tanggap,
jaminan, dan empati sedangkan alat analisisnya (metode kuantitatif) menggunakan
uji validitas, uji regresi linier berganda, uji asumsi multikolinieritas, uji asumsi
heteroskedastisitas dan uji asumsi normalitas. Kemudian dari hasil yang
menunjukkan apakah konsumen sudah merasa puas atau belum, yaitu apakah
kinerja yangt diberikan perusahaan sudah melebihi atau kurang dari harapan
konsumen.
Sehingga hasil dari kualitas pelayanan tersebut menghasilkan kepuasan atau
ketidakpuasan konsumen yang akan secara langsung akan menjadi umpan
balik(Feed Back) bagi perusahaan sebagai bukti dari keberhasilan atau kegagalan
atas tujuan yang ditetapkan. Hasil tersebut juga dapat menjadi masukan bagi
konsumen yang sudah merasa puas untuk mengulangi pengalamannya.
2. 9. Kerangka Hipotesis
28
DIMENSI KUALITAS JASA
Bukti Fisik(X1)
Keandalan(X2)
Kepuasan Nasabah(Y)
Dari kerangka hipotesis di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Terdapat lima dimensi kualitas jasa, yaitu dimensi bukti fisik, dimensi
keandalan, dimensi daya tanggap, dimensi jaminan, dan dimensi empati.
2. Masing-masing dimensi kualitas jasa mempunyai pengaruh signifikan, baik
secara simultan dan parsial, terhadap kepuasan nasabah tabungan Bank
Muamalat Indonesia Kediri.
3. Diantara lima dimensi kualitas jasa, variabel bukti fisik merupakan variabel
yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan nasabah tabungan di Bank
Muamalat Indonesia Kediri.
2. 10. Hipotesis
Menurut Husein Umar (2001:37), pengertian hipotesis adalah suatu perumusan
sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan dapat
menuntun atau menggerakkan penelitian selanjutnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka dapat dibentuk
hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari variabel
dimensi kualitas pelayanan yang meliputi : bukti fisik, keandalan, daya
29
Daya Tanggap(X3)
Jaminan(X4)
Empati(X5)
tanggap, jaminan, dan empati terhadap kepuasan nasabah tabungan Bank
Muamalat Indonesia Kediri.
2. Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dan
simultan variabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati
berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan nasabah tabungan Bank
Muamalat Indonesia Kediri.
3. Diduga variabel bukti fisik berpengaruh dominan terhadap
kepuasan nasabah tabungan dibanding variabel yang lainnya yaitu variabel
keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati.
30