BAB II

32
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Anatomi Telinga Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. Gambar 1. Anatomi Telinga.

Transcript of BAB II

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Telinga Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam.

Gambar 1. Anatomi Telinga.

4

II.1.1 Telinga Luar Telinga luar merupakan bagian yang terlihat secara langsung dari telingan. Terdiri dari daun telinga (aurikula atau pinna) yang mengelilingi meatus akustikus eksterna. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar dan tulang pada dua per tiga bagian dalam. Panjangnya kira-kira 2,5-3cm. Sepanjang liang telinga terdapat kelenjar serumen yang berfungsi menghasilkan serumen. Serumen tersebut berupa cairan seperti lilin yang berfungsi melindungi telinga dari benda asing dan dan menjaga pertumbuhan mikroorganisme dalam liang telinga. (Martini, 2006) II.1.2 Telinga Tengah Auris media terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis. Auris media terdiri dari cavitas tymphanica, yakni rongga yang terletak langsung di sebelah dalam membrana tymphanica, dan recessuss epitymphanicus. Kedepan auris media berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva. Kearah poterosuperior cavitas tympanica berhubungan dengan cellulae mastoidea melalui antrum mastoideum. Cavitas tympanica dilapisi membran mukosa yang bersinambungan dengan membran mukosa pelapis tuba auditiva, cellulae mastoidea, dan antrum mastoideum. Di dalam auris media terdapat : Ossicula auditoris (malleus, incus, stapes) Musculus stapedius dan musculus tensor tympani Chorda tympani, cabang nervus cranialis VII Plexus tympanicus pada promontorium a. Membrana timpani (eardrum)

5

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari cavum timpanica. Membrana ini panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1) Pars tensa, merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu

permukaan yang tegang dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal.2) Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan

lebih tipis dari pars tensa dan pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu : Plika maleolaris anterior ( lipatan muka).

Plika maleolaris posterior ( lipatan belakang). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh set kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dan umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran timpani kanan. Refleks cahaya (cone of light) ialah cahaya

6

dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan radier. Serabut initah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa kerucut itu. Secara ktinis refleks cahaya ini dinilai, misatnya bila letak refleks cahaya mendatar, berarti terdapat gangguan pada tuba eustachius. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-betakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Pada pars flaksida terdapat daerah yang di sebut atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

Gambar 2. Membran timpani. Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n. Aurikulo temporalis dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani cabang dari nervus glosofaringeal. Aliran darah membrana

7

timpani berasal dari permukaan luar dan dalam. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.B. Tuba Auditiva (tuba Eustachius)

Tuba auditiva menghubungkan cavitas tympanica dengan nasopharynx; muaranya disini terdapat di bagian belakang meatus nasalis inferior pada cavum nasi. Bagian sepertiga posterior tuba auditiva terdiri dari tulang dan sisanya berupa tulang rawan. Tuba auditiva dilapisi membran mukosa yang ke posterior sinambung dengan membran mukosa nasopharynx. Tuba auditiva berfungsi sebagai pemerata tekanan dalam auris media dan tekanan udara lingkungan, dan dengan demikian menjamin bahwa membran tympani dapat bergerak secara bebas. Dengan memungkinkan udara memasuki dan meninggalkan cavum tympani, tekanan di kedua sisi membran tympani disamakan. C. Ossicula Auditoria (tulang-tulang pendengaran) Ossicula auditoria (malleus, incus, dan stapes) membentuk sebuah rangkaian tulang yang teratur melintang di dalam cavitas tympanica, dari membranan tympanica ke fenestra vestibuli. Malleus melekat pada membran tympani, dan stapes menempati fenestra vestibuli. Incus terdapat di antara dua tulang tersebut dan bersendi dengan keduanya. Ossicula auditoria dilapisi membran mukosa yang juga melapisi cavum tympani. Bagian superior malleus yang agak membulat, yakni caput mallei, terletak di dalam recessus

8

epitympanicus. Collum mallei terdapat pada bagian membran tympani yang kendur, dan manubrium mallei tertanam di dalam membran tympani dan bergerak bersamanya. Caput mallei bersendi dengan incus, dan tendo

musculus tensor tympani berinsersi pada manubrium mallei. Chorda tympani menyilang permukaan medial collum mallei. Corpus incudis yang besar, terletak di dalam recessus epitympanicus dan disini bersendi dengan caput

mallei. Crus longum incudis bersendi dengan stapes, dan crus breve incudis berhubungan dengan dinding posterior cavum tympani melalui sebuah ligamentum. Basis stapedis, tulang pendengar terkecil, menempati fenestra

vestibuli pada dinding medial cavum tympani. Caput stapedis yang mengarah ke lateral, bersendi dengan incus. Malleus berfungsi sebagai pengungkit yang lengan panjangnya melekat pada membran tympani. Basis stapedis berukuran jauh lebih kecil daripada membran tympani. Akibatnya ialah bahwa gaya Makaossicula

getar stapes 10 kali gaya getar membran tympani.

auditoris meningkatkan gaya getaran, tetapi menurunkan amplitudi getaran yang disalurkan dari membran tympani. Terdapat dua otot menggerakkan mempengaruhi membran tympani, Musculus tensor oleh nervus

ossicula auditoris dan dengan demikian

yaitu : musculus tensor tympani dan musculus stapedius. tympani berinsersi di manubrium mallei

dipersarafi

mandibullaris, menarik manubrium mallei ke medial, menegangkan membran tympani, dan mempersempit amplitudo getarannya. Ini cenderung mencegah terjadinya kerusakan pada auris interna sewaktu harus menerima bunyi yang keras. Musculus stapedius berinsersi di collum stapedis dipersarafi oleh menjungkitkan basis

nervus cranialis VII, menarik stapes ke posterior dan

9

stapedis pada fenestra vestibuli, dan dengan demikian menarik ketat ligamentum annulare stapediale dan memperkecil amplitudo getaran. Otot ini juga mencegah terjadinya gerak stapes yang berlebih.

II.2

Fisiologi Telinga Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselangseling dengan daerah-daerah bertekanan rendah karena penjarangan

(rarefaction) molekul tersebut. Setiap alat yang mampu menghasilkan pola gangguan molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Gelombang suara juga dapat berjalan melalui medium selain udara, misalnya air. Namun, perjalanan gelombang suara dalam media tersebut kurang efisien; diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menimbulkan pergerakan cairan daripada pergerakan udara karena inersia (resistensi terhadap perubahan) cairan yang lebih besar. (Sherwood, 2001) Gelombang suara terdiri dari daerah-daerah pemampatan dan penjarangan molekul udara yang berlangsung secara bergantian. Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke

10

koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimf pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius ampai ke kortteks pendengaran (area 39-40) di lobus tempoalis. II.2.1Struktur Telinga luar Pinna

FUNGSI KOMPONEN UTAMA TELINGALetak Fungsi Mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke telinga tengah. Mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga;berperan dalam lokalisasi suara. Mengarahkan suara ke membran timpan; mengandung rambut-rambut penyaring dan mensekresikan kotoran telinga (ear wax) untuk menangkap partikel-partikel

Lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit dan terletak di kedua

Meatus auditorius

sisi kepala. Saluran dari eksterior

internus (saluran melalui tulang telinga) temporalis ke membrane timpani.

11

Telinga Tengah

asing. Memindahkan getaran membran timpani ke cairan di koklea, dalam

Membran timpani (gendang telinga)

Membrane tipis yang memisahkan telinga luar dan tengah

prosesnya memperkuat energi suara Bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga tengah bergetar. Berosilasi secara sinkron dengan getaran membran timpani serta menimbulkan gerakan seperti gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama.

Maleus, stapes

inkus,

Rangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalan melintasi rongga telinga tengah; maleus melekat ke membran timpani dan stapes melekat ke jendela oval

Telinga dalam: Koklea Jendela oval Membran tipis dipintu koklea; memisahkan telinga tengah dari skala vestibuli Skala vestibule Skala timpani Kompartemen atas koklea Kompartemen bawah Duktus koklearis (skala media) koklea Kompartemen tengah koklea

Tempat sistem sensorik untuk mendengar Bergetar bersama gerakan stapes yang melekat padanya; gerakan jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak

Mengandung perilimfe yang dibuat bergerak oleh gerakan jendela oval yang di dorong oleh getaran tulang-tulang telinga tengah Mengandung endolimfe; tempat membrane basilaris

12

Membran basilaris Organ Corti

Membentuk lantai duktus koklearis Terletak di bagian atas dan di sepanjang membrane basilaris

Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe; mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar. Mengandung sel rambut, reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat gerakan cairan di koklea Tempat rambut sel-sel reseptor yang terbenam di dalamnya menekuk dan membentuk potensial reseptor ketika membran basilaris yang bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner. Bergetar bersama dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredam tekanan di dalam koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara. Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan, dan memberikan masukan yang penting untuk mempertahankan postur dan

Membran tektorial

Membrane stasioner yang tergantung di atas organ Corti dan tempat sel-sel rambut reseptor permukaan terbenam di dalamnya.

Jendela bundar

Membrane tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga tengah

Telinga dalam: Aparatus vestibularis

Kanalis semisirkularis

Tiga saluran semisirkuler yang tersusun tiga dimensi dalam bidang-bidang yang tegak lurus satu

keseimbangan Mendeteksi akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) rotasional atau anguler

13

sama lain di dekat koklea jauh di dalam Utrikulus tulang temporalis Struktur seperti kantung di rongga bertulang antara koklea dan kanalis semisirkularis Sakulus Terletak di samping utrikulus Mendeteksi 1) perubahan posisi kepala menjauhi sumbu horizontal dan 2) mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara vertkal Mendeteksi 1) perubahan posisi kepala meenjauhi sumbu vertical dan 2) mengarahkan akselerasi dan deseleras linear secara horizontal

II.3 Otitis Media Otitis Media (OM) ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas : a. Otitis media supuratif, terdiri dari : Otitis Media Supuratif akut = otitis media akut (OMA) Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK/OMP) b. Otitis media non supuratif, terdiri dari : Otitis Media Serosa Akut (barotraumas) Otitis Media Serosa Kronis Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis mdia akut = OMA) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitupula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut

14

(barotrauma = aerotitis) dan otitis media serosa kronik. Selain itu redapat juga otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika dan adhesiva. (FKUI, 2007)

II.3.1 Otitis Media Akut A. Definisi Otitis media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.B.

Etiologi Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari

otitis media. Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti

Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae (27%), Staphylococcus aureus (2%), Streptococcus Pneumoniae (38%), Pneumococcus. (Boies, 1994) Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horisontal.(FKUI, 2007) C. Patogenesis

15

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya selsel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran

pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya. OMA dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan daya tahan tubuh yang kurang baik. (FKUI, 2007) OMA memiliki beberapa stadium klinis antara lain:

16

1) Stadium oklusi tuba eustachius Terdapat gambaran retraksi membran timpani. Membran timpani berwarna normal atau keruh pucat. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa virus.

Gambar 3. Retraksi membran timpani. 2) Stadium hiperemis Pembuluh darah tampak lebar dan edema pada membran timpani. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 3) Stadium supurasi Membran timpani menonjol ke arah luar. Sel epitel superfisila hancur. Terbentuk eksudat purulen di kavum timpani. Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di

telinga tambah hebat.

17

Gambar 4. Bulging dan hiperemis. 4) Stadium perforasi Membran timpani ruptur. Keluar nanah dari telinga tengah. Pasien lebih tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.

Gambar 5. Perforasi membran timpani.

5) Stadium resolusi Bila membran timpani tetap utuh, maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan mengering. Resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan bila virulensi rendah dan daya tahan tubuh baik. D. Diagnosis Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan suhu tubuh tinggi serta ada riwayat batuk pilek sebelumnya. Anak juga gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur

18

membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun, dan anak tertidur tenang. Pada anak yang lebih besar atau dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran dan rasa penuh dalam telinga. Diagnosis terhadap OMA tidak sulit, dengan melihat gejala klinis dan keadaan membran timpani biasanya diagnosis sudah dapat ditegakkan. Penilaian membran timpani dapat dilihat melalui pemeriksaan lampu kepala dan otoskopi. Perforasi yang terdapat pada membran timpani bermacammacam, antara lain perforasi sentral, marginal, atik, subtotal, dan total. E. Penatalaksanaan Terapi OMA tergantung pada stadiumnya. Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak 12 thn atau dewasa.. selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik. Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik. Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

19

Pengobatan stadium supurasi selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar nyeri dapat berkurang. Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Stadium resolusi biasanya akan tampak sekret mengalir keluar. Pada keadaan ini dapat dilanjutkan antibiotik sampai 3 minggu, namun bila masih keluar sekret diduga telah terjadi mastoiditis. F. Komplikasi Sebelum ada antibiotik, komplikasi paling sering pada OMA ialah abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat seperti meningitis dan abses otak. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

II.4 Miringotomi Miringotomi adalah tindakan insisi pars tensa membran timpani, agar terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan pembedahan kecil yang dilakukan dengan syarat tindakan ini harus dilakukan dengan cara dilihat langsung, pasien terutama anak harus tenang dan dapat dikuasai agar membran timpani dapat terlihat dengan baik. Lokasi miringotomi adalah di inferior. kuadran posterior-

20

Gambar 6. Miringotomi. Untuk tindakan ini harus memakai lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang, memakai corong telinga yang sesuai dengan besar liang telinga dan pisau khusus yang digunakan berukuran kecil dan steril. (FKUI, 2007) Komplikasi yang dapat terjadi pada miringotomi adaalh perdarahan akibat trauma pada liang telinga luar, dislokasi tulang pendengaran, trauma pada fenestra rotundum, trauma pada nervus fasialis, trauma pada bulbus jugularis. Untuk mencegah komplikasi, dianjurkan melakukan miringotomi dengan narkosis umum dan memakai mikroskop. Apabila terapi yang adekuat telah diberikan maka tidak perlu dilakukan miringotomi. (FKUI, 2007)

II.5 Otitis Media Supuratif Kronis Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah otitis media yang berlangsung lebih 2 bulan karena infeksi bakteri piogenik dan ditandai oleh perforasi membran timpani dan pengeluaran secret, sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Konsistensinya bisa encer atau kental. Warnanya bisa kuning atau berupa nanah.

21

Dulu kita kenal sebagai otitis media perforata (OMP). Orang awam biasa menyebutnya congek. Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu : 1. Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani. 2. Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. 3. Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida membran timpani, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma. Otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari otitis media supuratif sub akut dan otitis media supuratif akut (OMA). Hal ini disebabkan oleh : 1. Terapi Terapi lambat diberikan atau terapi tidak adekuat.2. Kuman Virulensi kuman tinggi.

3. Pertahanan Daya tahan tubuh rendah akibat gizi kurang.4. Higiene Higienitas yang buruk.

Jenis otitis media supuratif kronik (OMSK), yaitu :1.

Otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna /

22

mukosa aman. Otitis media supuratif kronik (OMSK) maligna / tulang / bahaya.2.

/

Otitis media supuratif kronik (OMSK) aktif. Sekret keluar kavum timpani. dari

Otitis media supuratif kronik (OMSK) tenang. Kavum timpani basah atau kering. Tabel Perbedaan Antara Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) Benigna & Maligna

A. Etiologi

23

Penyebab OMSK antara lain : 1. Lingkungan 2. Genetik 3. Otitis media sebelumnya. 4. Infeksi 5. Infeksi saluran nafas atas 6. Autoimun 7. Alergi 8. Gangguan fungsi tuba eustachius. B. Patogenesis Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronik. C. Gejala Klinis1. Telinga Berair (Otorrhoe) 2. Gangguan Pendengaran 3. Otalgia (Nyeri Telinga) 4. Vertigo

D. Pemeriksaan Klinik

24

1) Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas.2) Pemeriksaan Radiologi.

1. Proyeksi Schuller Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. 2. Proyeksi Mayer atau Owen, Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur. 3. Proyeksi Stenver Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran. 4. Proyeksi Chause III Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.

25

3) Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. E. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan OMSK adalah : 1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.

2. Pemberian antibiotika :

a. b.

topikal antibiotik ( antimikroba) sistemik.

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Terapi otitis media supuratif kronik (OMSK) memiliki beberapa kesulitan. Diantaranya membutuhkan waktu yang lama, gejala sering berulang, sekret yang keluar tidak cepat kering dan sekret yang selalu kambuh. Masalah ini dapat disebabkan :1. Perforasi membran timpani. Perforasi membran timpani yang

permanen menyebabkan telinga tengah terpapar langsung & terusmenerus oleh dunia luar.

26

2. Sumber infeksi. Sumber infeksi yang masih ada dapat terjadi pada

nasofaring, faring, hidung dan sinus paranasalis. 3. Jaringan patologik. Jaringan patologik yang ireversibel telah terbentuk dalam rongga mastoid. 4. Gizi & higiene. Status gizi dan higiene pasien yang kurang. Ada 3 cara terapi konservatif (medikamentosa) otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna, yaitu :1. Obat pencuci telinga. Bahannya H2O2 3%. Berikan selama 3-5 hari.

Pengobatan ini kita berikan bila sekret telinga keluar terus-menerus.2. Obat tetes telinga. Lanjutkan memberikan obat tetes telinga yang

mengandung antibiotik & kortikosteroid setelah sekret yang keluar telah berkurang. Jangan berikan selama lebih 1-2 minggu secara berturut-turut. Juga hindari pemberiannya pada otitis media supuratif kronik OMSK) tenang. Hal ini disebabkan semua antibiotik tetes telinga bersifat ototoksik.3. Obat antibiotik. Berikan antibiotik oral golongan ampisilin atau

eritromisin sebelum hasil tes resistensi obat kita terima. Berikan eritromisin jika pasien alergi terhadap golongan penisilin. Berikan ampisilin asam klavulanat bila terjadi resistensi ampisilin. Selain terapi konservatif (medikamentosa), tindakan pembedahan dapat pula kita lakukan pada otitis media supuratif kronik (OMSK) benigna. Pembedahan

27

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain: 1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy) 2. Mastoidektomi radikal 3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi 4. Miringoplasti 5. Timpanoplasti 6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach

tympanoplasty) Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran F. Penatalaksanaan a. Komplikasi ditelinga tengah : 1. Perforasi persisten 2. Erosi tulang pendengaran 3. Paralisis nervus fasial b. Komplikasi telinga dalam 1. Fistel labirin 2. Labirinitis supuratif 3. Tuli saraf ( sensorineural) c. Komplikasi ekstradural

28

1. Abses ekstradural 2. Trombosis sinus lateralis 3. Petrositis d. Komplikasi ke susunan saraf pusat 1. Meningitis 2. Abses otak 3. Hindrosefalus otitis Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam lintasan : 1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak 2. Menembus selaput otak. 3. Masuk kejaringan otak.

II. 6 Kolesteatoma Kolesteatoma merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin) yang terbentuk terus menerus hingga bertambah besar. Terdapat 2 jenis kolesteatoma, yaitu : 1. Kolesteatoma kongenital Terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga dengan membran timpani utuh tanpa adanya tanda-tanda infeksi.

2. Kolesteatoma akuisital

29

Terbentuk setelah anak lahir, ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Pada bentuk primer tanpa didahului oleh perforasi membran timpani dan bentuk sekunder terbentuk setelah adanya perforasi membran timpani.

Gambar 7. Kolesteatoma.

II.7 Mastoidektomi Mastoidektomi adalah prosedur pembedahan untuk menghilangkan proses infeksi pada tulang mastoid. Tujuan mastoidektomi adalah menghindari kerusakan lebih lanjut terhadap organ telinga dan sekitarnya. (Waseem, 2012) Indikasi mastoidektomi : Untuk mengobati mastoiditis yang sudah tidak respon terhadap antibiotika. Melakukan operasi pada keganasan disekitar telinga. Mencegah komplikasi lebih lanjut dari mastoiditis : meningitis, abses otak, trombosis pada vena otak. Kolesteatoma Dalam rangka memperbaiki trauma pada n. VII

30

Terdapat 3 macam mastoidektomi, yaitu : mastoidektomi sederhana, ,mastoidektomi radikal dan mastoidektomi dengan modifikasi (operasi Bondy). (FKUI, 2007) a. Mastoidektomi Sederhana Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pemgobatan konservatif tidak sembuh. Dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya adalah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. (FKUI, 2007) b. Mastoidektomi Radikal Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Setelah operasi ini, pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang kontrol supaya tidak terjadi infeksi kembali. Selain itu pendengaran akan berkurang sehingga akan menghambat pendidikan atau karier pasien. c. Mastoidektomi dengan modifikasi Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma didaerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi

31

ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

II.8 Otitis Media Non-Supuratif Nama lainnya adalah otitis media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria atau otitis media mucoid (glue ear). Otitis media serosa merupakan keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Otitis media dengan efusi adalah keadaan dimana terdapat sekret di liang telinga tengah dengan membran timpani utuh dan tanpa tanda-tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear). (FKUI, 2007) Otitis media serosa terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. (FKUI, 2007) Sedangkan pada otitis media mukoid, cairran yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid. Faktor utama yang berperan dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang berperan adalah hipertrofi adenoid, sumbing palatum, tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rinitis, defisiensi imunologik atau metabolik. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan di telinga tengah (efusi). (FKUI,2007) II.7.1 Otitis Media Serosa Akut

32

Otitis media serosa akuta adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini antara lain disebabkan oleh : 1) Sumbatan tuba : terbentuk cairan di telinga tengah di sebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma. 2) Virus : berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas.3) Alergi : berhubungan dengan alergi pada jalan napas atas.

4) Idiopatik. Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut : Pendengaran berkurang Rasa tersumbat pada telinga Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis) Kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah Nyeri dalam telinga pada saat awal tuba terganggu, menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada barotrauma), setelah sekret terbentuk tekanan negatif tersebut perlahan-lahan menghilang Tinitus, vertigo atau pusing ringan Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Terkadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam cavum timpani. Pada pemeriksaan garpulata terkadang ditemukan tuli konduktif. Pengobatan dapat secara medikamentosa dan pembedahan.

33

Pengobatan medikamentosa : obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung), antihistamin, perasat valsava. Apabila dalam 1-2 minggu gejala masih menetap maka dilakukan miringotomi. II.7.2 Otitis Media Serosa Kronik (glue ear) Pada keadaan kronik sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Glue ear ini lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media serosa akut lebih sering terjadi pada dewasa. Otitis media serosa unilateral pada dewasa tanpa penyebab yang jelas harus dipikirkan kemungkinan karsinoma nasofaring. Sekret pada otitis media serosa kronik kental seperti lem, maka disebut juga glue ear. Dapat terjadi akibat gejala sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh sempurna. Gejala klinik : Perasaan tuli lebih menonjol (40-50dB) akibat adanya sekret kental Pada anak-anak usia 5-8 tahun keadaan ini biasanya diketahui secara kebetulan sewaktu pemeriksaan THT Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau keabu-abuan Pengobatan : Mengeluarkan sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi (Grommet) Pada kasus masih baru dapat diberikan dekongestan tetes hidung serta kombinasi antihistamin-dekongestan oral

34

Pengobatan medikamentosa dilakukan selama 3 bulan, namun apabila tidak berhasil maka dilakukan pembedahan Obati faktor-faktor penyebab sperti alergi, hipertrofi adenoid atau tonsil serta infeksi hidung dan sinus. II.7.3 Otitis Media Adhesiva Otits media adhesiva merupakan keadaan terjadinya jaringan fibrosis di telinga tengah akibat proses peradangan yang berlangsung lama sebelumnya. Keadaan ini dapat terjadi akibat komplikasi otitis media supuratif maupun non-supuratif yang menyebabkna rusaknya mukosa telinga tengah. Waktu penyembuhan terbentuk jaringan fibrotik yang menimbulkan perlekatan. (FKUI, 2007) Gejala klinik berupa pendengaran berkurang dengan adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya, terutama sewaktu masih kecil. Pada otoskopi gambaran membran timpani berupa sikatriks minimal, suram sampai retraksi berat disertai bagian-bagian yang atrofi atau timpanosklerosis plaque.