BAB II

28
BAB II KONSEP PENYAKIT 2.1 Definisi Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001). Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastrointestinal yang disebabkan oleh terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi pada esofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell, 1990). Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006). 2.2 Etiologi 8

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi

Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam

dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum

disebut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada

lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).

Ulkus peptikum adalah erosi mukosa gastrointestinal yang disebabkan oleh

terlalu banyaknya asam hidroklorida dan pepsin. Meskipun ulkus dapat terjadi

pada esofagus, lokasi paling umum adalah duodenum dan lambung (Wardell,

1990).

Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang

meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas sampai ke

bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap sebagai ”ulkus”

(misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus peptikum dapat terletak

pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu

esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejenum.

(Sylvia A. Price, 2006).

2.2 Etiologi

Salah satu penyebab utama sekitar 60% dari ulkus gaster dan 90% dari ulkus

duodenum ialah adanya reaksi inflamasi kronik akibat invasi dari Helicobacter

Pylori yang mana paling banyak membentuk koloni di sekitar antrum pylori.

Sistem imun tidak dapat mengatasi infeksi ini, meskipun telah terbentuk antibodi.

Keadaan inilah yang menyebabkan bakteri dapat menyebabkan gastritis kronik

yang aktif oleh karena teradinya gangguan regulasi gastrin dari bagian lambung

yang terinfeksi Sekresi gastrin dapat menurun yang menyebabkan keadaan hipo-

maupun achlorida, dapat juga menjadi meningkat. Gastrin dapat menstimulasi

produksi dari asam lambung oleh sel parietal. Helicobacter akan terancam dengan

peningkatan asam lambung ini. Peningkatan kadar asam lambung mempunyai

8

Page 2: BAB II

kontribusi besar terhadap erosi dari mukosa yang dapat berkembang menjadi

formasi ulkus.

Penyebab utama yang lain ialah obat antiinflamasi non steroid (NSAID).

Lambung melindungi diri dari asam lambung dengan adanya lapisan mukosa yang

tebal. Sekresi asam lambung dipengaruhi oleh prostaglandin. NSAID

memblokade fungsi dari cyclooxygenase 1 (cox-1), yang sangat penting dalam

produksi prostaglandin. Anti inflamasi selektif cox-2 seperti celecoxibe dan

rofecoxibe kurang mempunyai peranan penting terhadap keadaan ulkus pada

mukosa lambung. Meningkatnya angka kejadian helicobacter pylori penyebab

ulkus di dunia Barat seiring dengan bertambahnya terapi medis, terutama

meningkatnya penggunaan NSAID pada pasien Arthritis. Hal ini juga berkaitan

dengan meningkatnya angka harapan hidup warga di Barat.

Insidensi ulkus duodenum telah jauh berkurang sejak 30 tahun yang lalu,

meskipun angka kejadian ulkus gaster meningkat sedikit oleh karena penggunaan

secara luas dari NSAID. Turunnya angka kejadian ini disadari sebagai suatu

fenomena kohort independen terhadap kemajuan terapi penyakit. Fenomena

kohort mungkin dapat menjelaskan keadaan meningkatnya taraf hidup masyarakat

seiring dengan menurunnya angka kejadian infeksi dari Helicobacter Pylori.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara merokok

dan formasi ulkus, namun di penelitian lain mengatakan sebaliknya. Dari

beberapa hasil penelitian menyimpulkan makanan yang merangsang seperti

makanan pedas serta golongan darah tertentu bersifat ulserogenosa, hipotesis ini

bertahan hingga akhir abad ke-20 tapi telah terbantahkan terhadap proses

terjadinya ulkus peptic. Suatu hipotesa yang hampir mirip yaitu konsumsi dari

alcohol yang disertai dengan infeksi dari Helicobacter Pylori, keduanya harus

saling bersamaaan, tak bias berdiri sendiri.

Gastrinomas atau Zollinger Ellison Syndrome ialah suatu keadaan dimana

terjadi peningkatan produksi hormone gastrin. Gastrin bekerja di sel parietal

lambung untuk sekresi ion hydrogen di lumen lambung. Bila hormone gastrin

terus meningkat dapat menyebabkan hyperplasia sel parietal. Ion hydrogen akan

berikatan secara bebas dengan ion clorida membentuk asam klorida. Akumulasi

9

Page 3: BAB II

asam klorida yang terjadi secara terus-menerus memudahkan terjadinya ulkus di

mukosa lambung.

Para peneliti juga terus melihat stres sebagai penyebab yang mungkin, atau

setidaknya komplikasi, dalam perkembangan ulkus. Ada perdebatan mengenai

apakah stress psikologi dapat mempengaruhi perkembangan ulkus gaster. Luka

baker dan trauma kepala, dari beberapa penelitian mengatakan kedua hal ini dapat

menyebabkan ulkus stress fisiologis, yang dilaporkan pada banyak pasien yang

mengalami gangguan ventilasi.

Sebuah pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh Academy of Behavioral

Medicine Research menyimpulkan bahwa ulkus tidak murni sebuah penyakit

infeksi dan gangguan fisiologis dalam lambung, namun faktor-faktor psikologis

juga memainkan peran penting. Para peneliti kini sedang mempelajari bagaimana

stres dapat mempromosikan infeksi H. pylori. Mereka menyimpulkan,

Helicobacter pylori tumbuh subur dilingkungan asam, dan keadaan stress dapat

menyebabkan produksi asam lambung berlebih. Hasil penelitian ini didukung oleh

sebuah penelitian lain pada tikus yang menunjukkan bahwa stress yang timbul

akibat perendaman dalam jangka panjang dan infeksi Helicobacter pylori secara

independent terkait dengan pengembangan tukak lambung.

Sebuah studi pasien ulkus peptikum disebuah rumah sakit Thailand

menunjukkan bahwa stress kronis itu sangat terkait dengan peningkatan risiko

tukak lambung, dan kombinasi dari stress kronis dan waktu makan yang tidak

teratur adalah faktor risiko yang signifikan.

2.3 Epidemologi

Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling besar pada individu antara usia 40

dan 60 tahun. Tetapi, relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah

diobservasi pada anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering

daripada wanita, tapi terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir

sama dengan pria. Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita

hampir sama dengan pria. Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi

tanpa sekresi asam berlebihan.

10

Page 4: BAB II

2.4 Patogenesis/Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak

dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin).

Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam

peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.

Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai

barier terhadap asam klorida.

Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

1. Sefalik

Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau

rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya

merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu

makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang

menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien

dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui

bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau

penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari saat

lambung kosong adalah iritan yang signifikan.

2. Fase lambung

Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan

kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal

menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh

makanan.

3.Fase usus

Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon(dianggap

menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.

Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan

mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.

Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam

hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena

mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung

11

Page 5: BAB II

dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila

lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama

dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan

sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan

lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung.

Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang

dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi

pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa,

dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus

peptikum karena satu dari dua faktor ini :

1. hipersekresi asam pepsin

2. kelemahan barier mukosa lambung

Apapun yang menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak

mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid

lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam kategori ini.

Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan

ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar.

Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung,

ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor

ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus,

bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira ⅓

dari gastrinoma adalah ganas(maligna).

Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui.

Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan

karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling

utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada

ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah

kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok,

sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress.

Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal

pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi

12

Page 6: BAB II

stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas

pada ulserasi stress.

Gambar 2.1. Patofisiologi ulkus gaster akibat infeksi Helycobacter Pylori

13

Page 7: BAB II

Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa.

Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah

mukosa lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi

iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan

ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling,

yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien

dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau

duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress.

Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas.

2.5 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa

bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa

penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan

20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang

mendahului.

Nyeri: biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk

atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal ini diyakini

bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan duodenum meningkat

menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf yang terpajan. Teori lain

menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam merangsang mekanisme refleks

local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan

makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali,

namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali

timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan

tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah.

Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan lokal pada epigastrium.

Pirosis(nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada

esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi

asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.

14

Page 8: BAB II

Muntah: meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah

dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan

jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami

inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului

oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan

asam lambung.

Konstipasi dan perdarahan: konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,

kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang

dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat

ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan

gejala setelahnya.

Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi

Ulkus Duodenal Ulkus LambungInsiden

Usia 30 – 60 tahun

Pria : Wanita = 3 :1

Terjadi lebih sering daripada ulkus

lambung

Insiden

Biasanya 50 tahun lebih

Pria : Wanita = 2 : 1

Tanda dan gejala

Hipersekresi asam lambung

Dapat mengalami penambahan berat

badan

Nyeri terjadi 2 -3 jam setelah makan;

sering terbangun dari tidur antara jam

1 dan 2 pagi

Makan makanan menghilangkan nyeri

Muntah tidak umum

Hemoragi jarang terjadi dibandingkan

Tanda dan gejala

Normal sampai hiposekresi asam

lambung

Penurunan berat badan dapat terjadi

Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah

makan; jarang terbangun pada malam

hari dapat hilang dengan muntah

Makan makanan tidak membantu dan

kadang meningkatkan nyeri

Muntah umum terjadi

Hemoragi lebih umum terjadi daripada

15

Page 9: BAB II

ulkus lambung tetapi bila ada milena

lebih umum daripada hematemesis

Lebih mungkin terjadi perforasi

daripada ulkus lambung

ulkus duodenal hematemesis lebih

umum terjadi daripada melena

Kemungkinan Malignasi

Jarang

Kemungkinan Malignasi

Kadang-kadang

Faktor Risiko

Golongan darah O, PPOM, gagal

ginjal kronis, alkohol, merokok,

sirosis, stress

Faktor Risiko

Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,

stress

2.6 Komplikasi

Ulkus yang telah berlangsung lama akan menimbulkan komplikasi dan harus

segera dilakukan tindakan pembedahan. Komplikasi ulkus peptikum harus

ditanamkan dalam pikiran kita, beberapa di antaranya:

1. Intraktibilitas

Komplikasi ulkus peptikum yang paling sering adalah intraktibilitas, yang

berarti bahwa terapi medic telah gagal mengatasi gejala-gejala secar

adekuat. Penderita dapat terganggu tidurnya oleh nyeri, kehilangan waktu

untuk bekerja, sering memerlukan perawatan di rumah sakit, atau hanya

tidak mampu mengikuti cara pengobatan.

2. Perforasi

Kira-kira 5% dari semua ulkus akan mengalami perforasi, dan komplikasi

ini bertanggung jawab atas sekitar 65% kematian akibat ulkus peptikum.

Tukak biasanya pada dinding anterior duodenum atau lambung, karena

daerah ini hanya diliputi oleh peritoneum.

3. Obstruksi

Obstruksi pintu keluar lambung akibat peradangan dan edema,

pilorospasme, atau jaringan parut, terjadi pada sekitar 5% dari penderita

ulkus peptikum.Obstruksi lebih sering timbul pada penderita ulkus

duodenum, tetapi kadang-kadang terjadi bila tukak lambung terletak dekat

16

Page 10: BAB II

dengan sfingter pylorus.

4. Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi ulkus peptikum yang sangat sering

terjadi, setidaknya ditemukan pada 25% kasus selama perjalanan penyakit.

Tempat yang paling sering mengalami perdarahan adalah dinding posterior

bulbus duodenum, karena pada tempat ini dapat terjadi erosi arteria

pankreatikoduodenalis atau arteria gastroduodenalis.

5. Keganasan

Untuk menegakkan adanya suatu keganasan diperlukan pemeriksaan

biopsy sitologi jaringan.

2.7 Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier

Pencegahan primer

Pencegahan primer mencakup peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit. Makan dengan diet yang seimbang, menjalani program olahraga secara

teratur, mempertahankan berat badan yang normal dan tidak merokok serta

minum-minuman yang mengandung alkohol merupakan beberapa contoh dari

usaha pencegahan primer.

Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder mencakup deteksi dini terhadap penyakit dan

komplikasinya. Berbagai aktivitas pemeriksaan dini membantu mendeteksi

penyakit pada tahap awal awal dan mencegah atau meminimalkan komplikasinya

Pencegahan tersier

Pencegahan tersier mencakup usaha untuk mempertahankan kesehatan yang

optimal setelah mengalami suatu penyakit atau ketidakmampuan. Pencegahan

tersier juga mencakup usaha untuk mencegah terjadinya penurunan kesehatan.

Sebagai contoh, penyembuhan dari kecanduan alkohol yang dapat memperparah

penyakit ulkus peptikum maupun ulkus duodenal.

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan Pengobatan adalah:

1. Menyembuhkan ulkus

2. Menghilangkan rasa nyeri

17

Page 11: BAB II

3. Mencegah kekambuhan

Prinsip Pengobatan adalah:

1. Menghilangkan/Mengurangi factor agresif

2. Meningkatkan factor defensive

3. Kombinasi keduanya

Pengobatan non medika mentosa:

1. Mengatur frekuensi makan

2. Jumlah makanan

3. Jenis makanan

4. Mengendalikan stress

Pengobatan medika mentosa:

1. Penetralisir asam lambung: antasida

2. Penghambat sekresi asam lambung: antihistamin-2, antikolinergik, pengha

3. Proton Pump Inhibitor

4. Obat protektor mukosa: obat sitoprotektif, obat site-protective.

5. Antisecretory-cytoprotective agent: analog prostaglandin E, Ebrotidine.

6. Digestive enzyme

7. Obat prokinetik

8. Obat antiemetik

9. Antibiotik

10. Lain-lain: Antiansietas

a. Antasida

Antasida adalah obat yang bekerja lokal pada lambung untuk menetralkan asam

lambung. Karena antasida menetralkan asam lambung, maka pemberian antasida

akan eningkatkan pH lambung sehingga kemampuan proteolitik (penguraian

protein) enzim pesin (yang aktif pada pH 2) serta sifat korosf asam dapat

dimnimalkan. Peningkatan pH lebih dari 5 dapat menmbulkan efek acid rebound.

Acid rebound adalah hipersekresi dari asam lambung untuk mempertahankan pH

lambung yang normal (3 - 4). Dilihat dari sudut efek yang merusak dari asam dan

pepsin maka pencapaian pH yang ideal adalah pH 5 dimana kapasitas proteolitik

pepsin dapat dihilangkan dan efek korosif dari asam dapat diminimalkan.

18

Page 12: BAB II

Ada bermacam-macam antasida yang beredar di pasaran, baik jenis dan merk

dagang. Antasid merupakan senyawa basa yang dapat menetralkan asam secara

kimiawi misalnya kalsium karbonat, alumunium hidroksida, magnesium

hidroksida dalam kombinasi.

Indikasi Antasida adalah pengobatan simptomatik nyeri epigastrum, nyeri

lambung dan rasa kembung yang menyertai hipersiditas lambung, gastritis, ulkus

lambung dan ulkus duodenum.

Antasida diberikan bersama simetidin atau tetrasiklin oral dapat mempengaruhi

penyerapan obat-obat tersebut. Karena itu diberikan dengan interval 2 jam.

Antasida sampai sekarang masih tetap digunakan secara luas dalam kombinasi

dengan obat-obat antiulkus karena memberikan pengurangan rasa nyeri di ulu hati

dengan cepat dan efektif walaupun bersifat sementara. Nyeri dapat diatasi dengan

meningkatkan pH isi lambung diatas 2 dan keadaan ini mudah dapat dicapai

dengan pemberian antasida, tetapi untuk menyembuhkan ulkus diperlukan

pemberian antasida yang sering dengan dosis yang mencukupi.

Pemberian dosis tinggi yang menyebabkan peningkatan pH yang tinggi disertai

acid rebound yang akan menurunkan pH kembali, sehingga diperlukan pemberian

antasida dengan interval yang makin pendek (makin sering) agar pH tetap tinggi

secara kontinyu. Dikenal 2 regimen dosis yaitu:

a. Pengobatan antasida yang intensif

Pengobatan ini bertujuan menyembuhkan ulkus, antasida diberikan 1

dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur (dibagi dalam 7 kali

pemberian).

b. Pengobatan antasida yang tidak intensif

Termasuk disini pengobatan untuk menghilangkan ras nyeri. Untuk

keperluan ini antasida cukup diminum sesuai kebutuhan. Makanan dan

minuman juga mempunyai kemmpuan untuk menetralkan asam lambung,

sehingga dikenal istilah pain food reliefe, tetapi netralusasi ini hanya

bersifat sementara, oleh karena 1 jam kemudian sekresi asam mencapai

puncaknya. Karena itu rasa nyeri akan timbul kembali, biasanya mulai

kurang lebih 90 menit setelah makan. Adanya makanan akan

19

Page 13: BAB II

memperlambat pengosongan lambung sehing daya kerja antasida lebih

panjang, yaitu sekitar 2 jam.

Pada lambung yang kosong, daya kerja antasida hanya 20 - 40 menit,

karena antasida dengan cepat masuk ke duodenum. Satu jam sesudah

makan sekresi asam lambung mencapai maksimal, karena itu pemberian

antasida yang tepat adalah 1 jam sesudah makan dan daya kerja antasida

akan bertahan lebih lama karena makanan akan memperlambat

pengosongan lambung. Antasida diberikan lagi 3 jam sesudah makan

dengan maksud untuk memperpanjang daya kerja antasida kira-kira 1 jam

lagi.

Pada keadaan yang lebih parah misalnya pada ulkus berat atau

terjadi perdarahan, dianjurkan pemberian antasida tiap jam. Antsida

adakalanya diberikan sebelum tidur maksudnya untuk menetralkan asam

lambung yang disekresi pada malam hari. Tetapi daya kerja ini terbatas

karena lambung dalam keadaaan kosong sehingga untuk menghilangkan

nyeri pada malam hari sebaiknya digunakan obat antisekresi asam.

b. Penyekat Reseptor H-2

Sering disebut juga sebagai antagonis reseptor H-2. kerjanya sangat spesifik,

hanya menghambat reseptor H-2 saja yang terdapat dalam jumlah banyak di

mukosa lambung. Penyekat reseptor H-2 bekerja dengan menurunkan sekresi

asam lambu ng dalam waktu yang lebih lama daripada efek antasida, sehingga

lebih efektif. Contohnya simetidin, ranitidin, famotodin, dan nizatidin.

Penyekat reseptor H-2 bekerja dengan menghambat reseptor H-2 secara

bersaing dengan histamin. Penyekat reseptor H-2 akan berikatan dengan reseptor

tersebut karena mempunyai rumus bangun yang mirip dengan histamin. Histamin,

gastrin, dan asetilkolin terdapat di sel parietal lambung. Apabila histamin

berikatan dengan reseptornya, akan terbentuk siklik AMP (adenosin monofosfat)

dan akan menjadi aktif. Sedangkan jika gastrin dan asetilkolin yang berikatan

dengan reseptornya masing-masing akan menyebabkan peningkatan kadar

kalsium intrasel, yang selanjutnya diperantarakan histamin dan reseptor H-2.

Peningkatan siklik AMP maupun kadar kalsium akan mengaktifkan pompa proton

20

Page 14: BAB II

dari sel parietal. Pompa proton merupakan suatu enzim H-K-ATPase yang

memecahkan zat kimia pembawa energi yakni ATP sehingga memberikan energi

yang diperlukan untuk mengaktifkan pemompaan ion keluar masuk sel parietal.

Pompa proton akan secara aktif mengeluarkan ion H+ dari dalam sel ke kanalikuli

dan menukarnya dengan ion K+ dari kanalikuli. Ion K+ akan keluar lagi dari sel

parietal bersama-sama ion Cl-. Ion Cl- yang dikeluarkan ini kemudian akan

berikatan dengan ion H+ di kanlikuli membentuk asam lambung. Bila reseptor

histamin H-2 telah diikat oleh penyekat reseptor H-2, maka proses seperti diatas

tidak terjadi dan asam lambung tidak akan terbentuk.

c. Antikolinergik

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor kolinergik sel parietal sehingga

menghambat sekresi asam lambung. Contohnya pirenzepine. Pirenzepin pada

dosis yang cukup tinggi juga mempengaruhi reseptor asetilkolin tipe lain sehingga

dapat menyebabkan efek samping antikolinergik klasik seperti mulut kering,

penglihatan kabur, jantung berdebar-debar, konstipasi, dan kesulitan

miksi.Indikasi utama adalah untuk ulkus lambung dan ulkus duodenum. Juga

diindikasikan pada dispepsia karena efek antispasmodik pada motilitas lambung

(menurunkan motilitas lambung). Dosisi pirenzepin yang direkomendasikan

adalah 1 tablet 50mg, 2 kali sehari sebelum makan. Obat antikolinergik lain

misalnya atropin dan skopolamin butil bromida tidak efektif menekan sekresi

asam lambung.

d. Proton Pump Inhibitor

Proton Pump Inhibitor juga disebut H-K-ATPase Inhibitor, karena memang

menghambat kerja enzim H-K-ATPase. Obat ini baru ditemukan tahun 80-an dan

terbukti jauh lebih kuat hambatannya terhadap sekresi asam lambung dibanding

bloker H-2. waktu kerjanya juga lebih lam sehingga dapat diberikan 1 kali sehari.

Contohnya omeprazole, esomeprazole, dan lansoprazole.

Golongan obat ini yang pertama kali dipasarkan ialah omeprazole. Omeprazole

merupakan suatu pro-drug yang tidak aktif di tubuh sampai diaktifkan di sel

parietal. Omeprazole merupakan basa lemah sehingga akan terkonsemtrasi pada

bagian-bagian yang asam. Selain rongga lambung, pada tubuh satu-satunya

21

Page 15: BAB II

tempat dimana terdapat keasaman adalah kanalikuli sekretori sel parietal. PPI

menghambat sekresi asam pada tahap akhir yaitu di pompa proton.

Pada kanalikuli sekretori di sekitar pompa proton, omeprazole akan menarik

proton (ion H+) dan dengan cepat berubah menjadi sulfonamid tiofilik atau asam

sulfenat, yang merupakan penghambat pompa proton aktif. Sulfonamid akan

bereaksi cepat dengan pompa proton dan menghambatnya secara efektif yaitu

menghambat sekresi asam sebanyak 95 % selama 24 jam. Untuk menghindari

pemecahan omeprazole dalam rongga lambung yang asam, adalah formulasi

oralnya mengandung granul selaput enterik yang tahan asam. Jadi omeprazole

menghambat sekresi asam pada tahap akhir mekanisme sekresi asam yaitu di

pompa proton. Sifat omeprazole yang lipofilik sehingga mudah menembus

membran sel parietal tempat sel dihasilkan. Omeprazole hanya aktif dalam

lingkungan asam dan tidak aktif pada pH fisiologis, sehingga tidak menghambat

pompa proton di tempat lain. Hal ini membuat omeprazole aman karen hanya

menghambat pompa proton di sel parietal lambung. Dengan menghambat

produksi asam pada tahap ini, berarti omeprazole mengontrol sekresi asam tanpa

terpengaruh rangsangan lain (histamin, asetilkolin).

e. Mucosal protecting agent

Prinsip dari obat-obatan ini adalah melindungi mukosa lambung, baik secara

langsung maupun tidak. Obat yang melindungi secara langsung itu terjadi karena

obat tersebut membentuk suatu gel yang melekat erat pada mukosa lambung.

Berbeda dengan antasida, obat ini melindumgi mukosa dan dapat melekat erat di

mukosa lambung, maka obat ini harus diberikan dalam keadaan perut kosong.

Contohnya sukralfat dan bismuth. Sedangkan obat yang bekerja tidak langsung

melindungi mukosa adalah analog prostaglandin yaitu misoprostol.

f. Cytoprotective Agent (Setraksat)

Cytoprotective Agent merupakan golongan sitoprotektif karena meningkatkan

mekanisme pertahanan lambung dan duodenum. Peningkatan ketahanan mukosa

ini disebabkan oleh peningkatan mikrosirkulasi. Peningkatan aliran darah mukosa

lambung menyebabkan peningkatan produksi mukus, produksi PgE, dan

perbaikan sawar mukosa. Dengan meningkatnya mikrosirkulasi, berarti suplai

22

Page 16: BAB II

glukosa, oksigen dan zat-zat makanan semakin meningkat sehingga aktivitas dan

regenerasi sel-sel epitel mukosa semakin baik. Efek utamanya adalah

meningkatkan aliran darah mukosa lambung dan duodenum sehingga

meningkatkan regenerasi epitel mukosa dan produksi mukus dan menghambat

difusi balik ion hidrogen serta konversi pepsinogen menjadi pepsin di membran

mukosa. Jadi dengan meningkatkan resistensi mukosa, setraksat mempercepat

penyembuhan ulkus peptikum dan memperpendek lama pengobatan.

g. Site Protective Agent (Sukralfat)

Sukralfat adalah kompleks alumunium dan sukrosa. Sukralfat menjadi kental

dan lengket dalam lingkungan asam serta melekat erat ke protein di kawah ulkus.

Sukralfat melindungi ulkus dari erosi lebih lanjut dan menghambat kerja agresif

pepsin dan empedu di tempat ulkus.

h. Tripotasium Dicitrato Bimustat (Colloidal Bismuth Subcitrate)

Pada pH asam, CBS akan membentuk endapan bismut oksiklorida dan bismut

sitrat yang melekat terutama pada tempat ulkus. Obat ini mempunyai efek

membentuk barrier terhadap asam dan pepsin namun tidak mempunyai efek

menetralkan asam. In-vitro obat ini juga dilaporkan mempunyai efek

bakteriostatik terhadap kuman Helicobacter pylori. Biasanya dikombinasi dengan

metronidazol dan amoksisilin atau tetrasiklin (triple therapy).

i. Analog Prostaglandin E

Substansi ini terdapat secara alamiah dalam tubuh dan diketahui berperan di

lambung. Derivat pertama yang dipasarkan adalah Misoprostol. Misoprostol

pertama kali dipasarkan di meksiko tahun 1985. obat ini telah memsuki pasar

dunia tetapi gagal baik klinis maupun komersial, karena itu diposisikan kembali

untuk pengobatan ulkus yang disebabkan oleh penggunaan obat AINS (Anti

Inflamasi Non Steroid), kemudian untuk pencegahan ulkus pada penderita yang

menggunakan AINS. Obat ini dikembangkan untuk memperkuat pertahanan

mukosa.

j. Antibiotika

Penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa ada kaitan antara kuman

Helicobacter pylori dengan gastritis kronik, ulkus duodenum dan kanker lambung.

23

Page 17: BAB II

Ada banyak antibiotika yang secara in vitro sensitif terhadap kuman ini. Tapi

banyak yang kurang berhasil karena banyak antibiotika yang tidak aktif dalam

suasana asam. Sedangkan kuman Helicobacter pylori ini hidup dalam suasana

asam. Oleh karena itu, antibiotika seperti amoksisilin harus dikombinasikan

dengan obat penekan sekresi asam lambung yang kuat. Pengobatan ideal untuk

membasmi kuman ini belum ditetapkan.

Hasil konsensus asia pasifik tahun 1997 mengeluarkan pedoman eradikasi

Helicobacter pylori dengan triple therapy yang terdiri dari:

1. PPI dosis standar 2 kali sehari

Klaritromisin 500 mg 2 kali sehari

Amoksisilin 1000 mg 2 kali sehari

2. PPI dosis standar 2 kali sehari

Klaritromisin 500 mg 2 kali sehari

Metronidazol 400 mg 2 kali sehari

Semua obat diatas diberikan selama 7 hari. Regimen ini memberikan efektifitas

sekitar 90%. Namun lebih dari 30% penderita mengalami efek samping dengan

pengobatan ini, sebagian besar berupa efek samping ringan. Suatu alternatif lain

yan diberikan selama 2 minggu (efektifitas 80%) ialah:

Omeprazole 40 mg 2 kali sehari

Amoksisilin 500 mg 4 kali sehari

k. Obat-obat Lain

Ada beberapa obat yang juga bisa dipakai untuk ulkus peptikum seperti obat

antiansietas seperti Diazepam dan Cholordiazepoxide. Dasarnya adalah untuk

mengurangi stres, sehingga mengurangi juga pembentukan asam lambung.

l. Obat prokinetik (Metoklopropamid dan Domperidone)

a. Metoklopropamid

Metoklopropamid adalah obat yang bekerja melalui susunan saraf pusat

untuk merangsang motilitas lambung. Metoklopropamid mempercepat

pengosongan lambung dan meningkatkan tekanan sfingter esofagus bawah.

24

Page 18: BAB II

Kedua sifat ini membantu mengurangi refluks (pengaliran kembali) asam

lambung ke esofagus. Indikasi utama adalah heartburn (rasa panas menusuk

di ulu hati dan dada), dispepsia dan mual/muntah selama pengobatan dengan

kemoterapi. Efek samping dihubungkan dengan efeknya terhadap susunan

saraf pusat yaitu gelisah, kelelahan, pusing dan lesu. Diare juga merupakan

masalah pada beberapa penderita dan merupakan akibat dari peningkatan

motilitas lambung.

b. Domperidone

Digunakan untuk meningkatkan motilitas saluran cerna bagian atas.

Penggunaan utama adalah mengontrol rasa mual dan muntah tanpa melihat

penyebabnya. Domperidone meningkatkan motilitas lambung dengan

menghambat reseptor dopamin di dinding lambung.

2.9 Prognosis

- Dubia

- Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri atas nyeri

ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan

sendawa.

25