BAB I,2,3
-
Upload
novi-andriani -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of BAB I,2,3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang
membentuk vitamin C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut
dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar
kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada
Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam
askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam
heksuronat oleh beberapa peneliti. (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002).
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal
dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. (Davies MB,
Austin J, Partridge DA. 1991).
Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan
sumber utama vitamin ini.
Efek farmakologi vitamin C meliputi indikasi dan efek samping.
Indikasinya untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Sedangkan efek
sampingnya jika vitamin C dengan dosis lebih besar dari 1 g/hari dapat
menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa
usus yang mengakibatkan peningkatan peristaltik. Efek iritasi juga dapat
menyebabkan uretritis honspesifik terutama pada uretra distal. Dosis besar
tersebut juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian
vitamin C dimetabolisme dan ekskresi oleh oksalat. Penggunaan kronik vitamin C
dosis sangat besar dapat menyebabkan ketergantungan, dimana penurunan
mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan rebound scurvy. Hal ini dapat
dihindari dengan mengurangi asupan vitamin C secara bertahap.
1
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan
pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini
vitamin C atau asam askorbat dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat
imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C
juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti
di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat
vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik
daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. (Gyorgi AS. 1931).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Asam Askorbat.
2. Bagaimanakah Efek Farmakologi dan efek samping dari Asam
Askorbat dalam tubuh pasien yang mengkonsumsi nya.
3. Bagaimanakah pra formulasi dalam pembuatan tablet Asam
Askorbat.
4. Apa sajakah bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet nya.
5. Metode apa dan bagaimana cara pembuatan tablet nya.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Asam Askorbat.
2. Mengetahui Efek Farmakologi dan efek samping Asam Askorbat
dalam tubuh.
3. Mengetahui Pra formulasi dalam pembuatan tablet Asam Askorbat.
4. Mengetahui bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan
tablet.
5. Mengetahui metode dan cara pembuatan tablet.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Vitamin C
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting
untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan
nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk
golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan
logam. Oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin
sering dijumpai. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan
asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin C yang
sangat tinggi. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih.
Peran askorbat juga adalah sebagai sumber elektron (seperti tembaga yang
mengandung mono-oksigenase), atau untuk mereduksi kofaktor besi pada bagian
aktif di-oksigenase yang mengalami oksidasi besi selama siklus katalitik.
Fungsi lain askorbat adalah dalam metabolisme besi dengan
mempertahankan besi pada tingkat reduksi askorbat sehingga memicu penyerapan
besi. Selain itu askorbat juga memobilisasi besi dari deposit feritin.
Sumber utama vitamin C dapat ditemukan pada sayuran dan buah-buahan
terutama buah segar dan buah yang mentah. Misalnya: Jeruk merupakan sumber
utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan
strawberi mengandung vitamin C bermutu tinggi dll.
Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan
pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat
mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini.
3
2.2 Peran Vitamin C dalam Tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan
jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan
patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk, salah satu
sumber vitamin C terbesar.
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan
radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini juga dapat
meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal
nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts
menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan
yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C
berkurang sampai 81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan atau
skorbut, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi
mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat
lelah, otot lemah dan depresi.
Namun, penyakit skorbut jarang pada bayi biasanya antara 6-12 bulan.
Gejala-gejalanya: terjadi pelunakan tenunan kolagen, infeksi dan demam. Juga
timbul sakit, pelunakan dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang
giginya telah tumbuh, gusi membengkak, lunak dan terjadi pendarahan. Pada
orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan
vitamin C dalam makanannya. Gejalanya: pembengkakan dan pendarahan pada
gusi, kaki menjadi lunak, anemia. Akibat yang parah adalah gigi menjadi goyah
dan dapat lepas. Penyakit sariawan yang akut disembuhkan dengan pemberian
100-200 mg vitamin C per hari dalam beberapa waktu.
Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan
lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
4
2.3 Tinjauan Bahan Aktif (Vitamin C)
A. Latar Belakang Bahan Obat
1. Nama bahan obat : Acidum Ascorbicum
2. Nama kimia : 3-okso-L-gulofuranolactone
(Martindale 36 Ed.4 Hal :1983)
3. Struktur kimia : C6H8O6
4. B.M : 176,13
5. Kemurnian : Mengandung tidak kurang dari 99,0%
C6H8O6
(FIII hal:47)
6. Efek terapeutik : Antiskorbut
7. Dosis pemakaian : Dewasa: 2-3 x 1-2 tab
Anak-anak: 2-3 x 1 ½ - 1 tab
(ISO Vol 47 Hal: 549)
B. Organoleptis
1. Warna : Putih atau agak kuning
2. Bau : Tidak berbau
3. Rasa : Asam
(FIII Hal: 47)
C. Mikroskopis
1. Bentuk kristal : serbuk atau hablur, lempeng, jarum,
monosiklik
D. Karakteristik Fisik/Fisikomekanik
5
1. Titik lebur : 190-192°C
(Merck Index Book I 30th ed Hal: 141)
2. Bobot jenis : 165 g/cm3
(Merck Index Book I 30th ed Hal: 141)
3. Sifat alir : Baik
4. Kompaktibilitas : Baik
5. Higroskopisitas : Tidak higroskopis (sangat mudah
teroksidasi bila terkena air)
6. Polimorfisme : Bentuk jarum
E. Karakteristik Fisikokimia
1. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam benzen P.
2. pKa : pKa 1: 4,17; pKa 2: 11,57
(Chemical Stability of Pharmaceutical a Handbook for Pharmacist Hal: 138)
3. Profil kelarutan terhadap PH: PH 3 (5 mg/ml); PH 2 (50 mg/ml)
(Merck Index Book I 30th ed p:141)
F. Stabilitas
1. Stabilitas bahan padat:
Terhadap suhu: stabil pada udara sejuk, namun kurang stabil
lebih mudah mengalami oksidasi.
(Remington’s 15th ed p:1024)
Terhadap cahaya: tidak stabil, lambat laun menjadi warna
gelap. (AHFS p: 3548)
Terhadap kelembaban: tidak stabil, mudah teroksidasi.
(Remington’s 19th ed p: 1024)
2. Stabilitas Larutan:
Terhadap pelarut: teroksidasi oleh alkali, enzim oksidasi,
besi, tembaga.
(AHFS p: 3548)
Terhadap PH: 2,1-2,6; lebih stabil pada PH 6-6,5; 5,4
Terhadap cahaya: tidak stabil.
6
(Merck Index Book I 30th ed p: 141)
Terhadap oksigen: tidak stabil, dengan cepat teroksidasi
(AHFS p: 3548)
2.4 Tinjauan Bahan Tambahan (Eksipien)
A. Starch
1. Sinonim : Amilum (C6H10O5)n, n = 300-1000
2. Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak
berasa
3. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan
etanol 95% dingin, larut dalam dimetilsalfoxida. Amilum
mengembang cepat dalam air pada suhu 37°C
4. Penggunaan : Pengisi tablet; penghancur tablet (3-15%
b/b); pengikat tablet (5-25% b/b); glidan
5. Bobot Jenis : 1,478 gr/cm3
6. pH : 4,0-7,0
7. Stabilitas : Dalam keadaan kering stabil terhadap
bahan kimia lain dan oleh mikroorganisme dalam bentuk
pasta/basah mudah rusak terhadap mikroba. Harus disimpan dalam
wadah kedap udara pada tempat kering dan sejuk.
8. Inkompatibilitas : Dengan pengoksida kuat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 685-690)
B. Avicel PH 102
1. Sinonim : Gel selulosa, kristalin selulosa
2. Pemerian : Serbuk putih halus, tidak berbau, tidak
berasa.
3. Kelarutan : Mudah larut dalam 5% b/v larutan
hidroksida ptaktis tidak larut dalam air, larutan asam dan beberapa
pelarut organik.
7
4. Partikel : Tidak lebih dari 8,0 ≥ 250 nm, digunakan
dalam ukuran partikel yang berbeda-beda, tingkat kelembaban
berbeda.
5. Bobot Jenis : 1,512 – 1,668 gram/cm3
6. Titik leleh : 260 – 270°C
7. pH : 5,0 – 7,5
8. Penggunaan : Adsorbent; suspending agent; tablet and
capsule diluent; tablet disintegrant. Biasanya digunakan dalam
proses cetak langsung dan granulasi kering tablet. Sebagai
disintegrant digunakan dalam konsentrasi 5-15 %, antiadherent 5-
20 % dan sebagai pengikat dengan konsentrasi 20-90 %.
9. Stabilitas : tetap stabil meskipun ada di lingkungan
yang higroskopis. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik
di tempat yang dingin dan kering.
10. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat
11. Stabilitas : Tidak bercampur dengan bahan oksidator
kuat
(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 129-132)
C. Magnesium Stearat
1. Sinonim : Magnesium octadecanoate; Synpro 90
2. Warna : Putih
3. Rasa : Rasa khas seperti asam stearat
4. Bau : Seperti asam stearat berbau atau berbau
lemah
5. Pemerian : Bentuk seperti granul atau bubuk, mudah
mengendap
6. Berat jenis : 1,092 gr/cm2
7. Titik lebur : 250°C
8. Deskripsi : Magnesium stearat merupakan senyawa
magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang
diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan
8
magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung
setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO. Berupa serbuk halus putih dan voluminous, bau lemah khas,
mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.
9. Kelarutan : Tidak dapat larut dalam etanol, etano
(95%)p, eter dalam air, mudah larut dalam benzen panas.
10. Penggunaan : lubrikan dalam kapsul dalam tablet
sejumlah ¼-2%
11. Stabilitas : Sangat stabil diudara dan sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan
dingin.
12. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam kuat alkali, basa
kuat dan garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan
pengoksidasi kuat. Mg-stearat tidak dapat digunakan dalam sediaan
yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian besar
garam alkaloid.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 404-406)
D. Talk
1. Warna : Putih
2. Rasa : Tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Pemerian : Bentuk serbuk
5. Deskripsi : Talk adalah magnesium silikat hidrat alam,
kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa
serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,
mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
6. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam/basa,
pelarut organik dan air.
7. Penggunaan : anticaking agent; tablet and capsule
diluents dengan konsentrasi 5-30 %; tablet and capsule lubricant;
glidant dengan konsentrasi 1-10%
9
8. Stabilitas : merupakan bahan yang stabil dan dapat
disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160° C selama tidak
kurang dari 1 jam. Dapat juga disterilkan dengan penyinaran
menggunakan ethylene oxide atau gamma irradiation. Disimpan
dalam wadah tertutup baik di tempat yang dingin dan kering.
9. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa ammonium
kuartener.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 641)
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pertimbangan Pemilihan Bahan
A. ACIDUM ASCORBICUM
Fungsi : Sebagai zat aktif
Alasan : Bersifat sebagai antioksidan yang mampu
melawan radikal bebas dan juga berperan sebagai meningkatkan
sistem kekebalan tubuh.
B. STARCH
Fungsi : Sebagai penghancur (Disintegran) dengan
konsentrasi (3-15) %.
Alasan : Karena memiliki daya pengembangan yang tinggi
dan memiliki sifat hidrofilisitas yang baik, sehingga proses
disintegrasi baik.
C. AVICEL PH 102
Fungsi : Sebagai bahan pengikat (binder) dengan
konsentrasi (20-90)%
Alasan : Karena avicel PH 102 berbentuk granul dengan
sifat alir yang baik sehingga menghasilkan tablet dengan kekerasan
yang memenuhi syarat. Selain itu avicel memiliki kadar lembab
tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat antara
molekul obat dan eksipien.
D. MAGNESIUM STEARAT
Fungsi : Sebagai pelincir atau lubrikan dengan konsentrasi
0,25-5%.
Alasan : Karena magnesium stearat dapat meminimalisir
gesekan antara dinding die dengan punch selama pengempaan dan
penarikan, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki permukaan
yang halus.
11
E. TALK
Fungsi : Sebagai bahan pelincir (antiadheran dan glidan)
dengan konsentrasi (1-5)%.
Alasan : Dapat memperbaiki aliran granul sehingga
memperbaiki sifat pelincir tablet.
PERTIMBANGAN LAIN:
Bobot tablet yang dipilih 300 mg karena bobot tersebut dirasa cukup untuk
ukuran tablet vitamin C.
Dosis asam askorbat yang dipilih 100 mg/ hari karena dosis tersebut dapat
digunakan untuk pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.
Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif
merupakan vitamin yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi
kering maka tidak diperlukan proses pengeringan yang memerlukan panas.
3.2 Penyusunan Formulasi dan Cara Pembuatan
A. Penyusunan Formula
B. Formula Yang Dibuat
12
Vitamin C 100 mg
Starch 10%
Avicel PH 102 qs.
Mg stearat 1%
Talk 2%
No Nama Bahan Fungsi
% rentang pemakaian
% yang dibuat Jumlah tiap tablet (mg)
Jumlah 200 Tablet (gr)
1. Asam askorbat Bahan aktif 100 x100%300= 33,3%
100mg 100mgx200=20000mg=20gr
2. Starch Desintegran 3-15% 10% 10 x300mg100= 30mg
30mgx200= 6000mg= 6gr
3. Mg stearat Lubrikan 0,25-5% 1% 1 x300mg100= 3mg
3mgx200= 600mg= 0,6gr
4. Avicel PH 102 Binder 20-90% 53,7% 53,7 x300mg100=161,1mg
161,1mgx200= 32220mg=32,22gr
5. Talk Glidan 1-5% 2% 2 x300mg100= 6mg
6mgx200=1200mg=1,2gr
Keterangan: Bobot 1 tablet 300mg
C. Metode Pembuatan Tablet Granulasi Kering
1. Pengertian Granulasi Kering
Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan
kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk
menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula
(granul).
2. Keuntungan Granulasi Kering:
Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan
pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang
memakan waktu.
Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.
Mempercepat waktu hancur atau desintegrasi tablet karena
tidak terikat oleh pengikat.
13
3. Kerugian Granulasi Kering:
Memerlukan mesin tablet khusus bertekanan tinggi (heavy
duty tablet press) untuk membuat slug.
Distribusi warna tidak homogen.
Proses banyak menghasilkan debu atau cross contamination,
sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang.
4. Prosedur Pembuatan Granulasi Kering
Menyiapkan alat dan menimbang bahan-bahan yang
dibutuhkan. Lalu zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan
dalam tempat yang terpisah. Dicampur menjadi satu kemudian
dicampur hingga homogen. Massa serbuk dislugging atau dikompresi,
kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan
serbuk berceceran. Kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan
tertentu. Setelah itu diayak dengan ayakan yang sesuai. Dilakukan uji
aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10
gr/detik. Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan
slugging kembali hingga diperoleh aliran yang dikehendaki. Setelah
granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan
serta desintegran. Dan granul siap dikempa menjadi tablet.
14
15
BAB IV
EVALUASI PEMBUATAN TABLET
Beberapa macam pengujian yang telah dikembangkan untuk mengevaluasi
mutu sediaan tercantum secara resmi pada farmakope, tetapi ada pula yang tidak
tercantum meskipun hal tersebut sangat penting dalam mengevaluasi sediaan jadi.
Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi III
adalah :
1. Uji keseragaman ukuran
2. Uji keseragaman bobot
3. Uji waktu hancur/disintegrasi
4. Uji kadar obat
Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia
edisi IV adalah :
1. Uji keseragamn sediaan
2. Uji waktu hancur/disintegrasi
3. Uji persentase terlarut/disolusi
4. Uji kadar obat
Sedangkan pengujian yang tidak tercantum dalam farmakope :
1. Uji kekerasan tablet (hardness)
2. Pemeriksaan porositas
3. Uji kerapuhan tablet (friability)
A. UJI KESERAGAMAN UKURAN
MENURUT FI III :
Alat : jangka sorong
Cara pembacaan jangka sorong :
Perhatikan skala cm dan skala mm.
Perhatikan posisi angka 0 (nol) skala mm pada skala cm.
16
Ketepatan ukuran dilihat pada skala mm yang berada tepat segaris dengan
skala cm.
Penulisan hasil tiga angka di belakang koma dengan satuan cm
(centimeter).
Syarat : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan
tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.
B. UJI KESERAGAMAN BOBOT
MENURUT FI III :
Alat : timbangan analitik
UNTUK TABLET TIDAK BERSALUT
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.
Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B.
Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu
tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.
BOBOT RATA-RATA
PENYIMPANGAN BOBOT RATA-RATA
DALAM %
A B
25 mg atau kurang
26 mg – 150 mg
151 mg – 300 mg
Lebih dari 300 mg
15 %
10 %
7,5 %
5 %
30 %
20 %
15 %
10 %
17
MENURUT FI III :
UNTUK KAPSUL YANG BERISI OBAT KERING
Timbang 20 kapsul.
Timbang lagi satu per satu.
Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.
Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.
BOBOT RATA-RATA
ISI KAPSUL
PERBEDAAN BOBOT ISI KAPSUL DALAM %
A B
120 mg atau kurang
Lebih dari 300 mg
+10 %
+7,5 %
+20 %
+15 %
UNTUK KAPSUL YANG BERISI BAHAN OBAT CAIR ATAU PASTA
Timbang 10 kapsul.
Timbang lagi satu per satu.
Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter P.
Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh
bagian cangkang kapsul.
Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap
isi kapsul tidak lebih dari 7,5 %.
18
MENURUT FI IV :
UJI KESERAGAMAN SEDIAAN
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu : keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keragaman
bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk
yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari
bobot satuan sediaan. Jika zat aktif dalam kandungan kecil ditetapkan dengan
persyaratan keseragaman kandungan.
KERAGAMAN BOBOT
TABLET TIDAK BERSALUT
Timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata.
Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10
tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
KAPSUL KERAS
Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu, beri identitas tiap kapsul.
Keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai.
Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto
dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari
masing-masing bobot kapsul.
Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi
hitung jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif
terdistribusi homogen.
KAPSUL LUNAK
Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu untuk memperoleh bobot
kapsul, beri identitas tiap kapsul.
Buka kapsul dengan alat pemotong bersih dan kering yang sesuai seperti
gunting atau pisau tajam.
19
Keluarkan isi dan cuci dengan pelarut yang sesuai.
Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada suhu kamar
dalam waktu kurang lebih 30 menit.
Timbang cangkang kapsul, dan hitung bobot netto isi kapsul.
Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi
hitung jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif
terdistribusi homogen.
KESERAGAMAN KANDUNGAN
TABLET TIDAK BERSALUT DAN BERSALUT
KAPSUL KERAS DAN LUNAK
Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperti tertera pada penetapan
kadar dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji
keseragaman kandungan.
C. UJI KEKERASAN TABLET
Kekerasan tablet adalah gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet,
diukur dalam satuan kg, kP ataupun Newton.
Alat : Hardness tester.
PROSEDUR UJI KEKERASAN TABLET
Ambil 20 tablet.
Letakkan tablet uji pada tempat diantara dua baja yang bergerak.
Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat.
Apabila tablet telah pecah, maka angka pada alat akan berhenti. Angka
yang tertera dalam satuan Newton.
Persyaratan kekerasan untuk tablet konvensional adalah 4 – 8 kg,
sedangkan untuk tablet hisap > 10 kg.
D. UJI KERAPUHAN
Kerapuhan tablet adalah ketahanan suatu tablet terhadap goncangan
selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Bila tablet mudah rapuh, maka
20
kualitas tablet berkurang, tablet tidak bisa mempertahankan bentuknya,
kehilangan berat, atau bahkan mudah pecah.
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratannya untuk tablet
konvensional adalah kurang dari 0,5-1%.
Alat : friabilator
PROSEDUR UJI KERAPUHAN TABLET
Ambil 20 tablet, bagi menjadi 2 kelompok tablet.
Masing-masing tablet dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan hati-hati
menggunakan kuas, kemudian ditimbang setiap kelompok.
Masukkan tablet kelompok A ke dalam satu sisi alat penguji kerapuhan,
dan kelompok B pada sisi yang lain.
Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran per menit selama 4 menit.
Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan menggunakan kuas dengan hati-
hati.
Timbang lagi tablet tersebut.
Hitung prosentase kehilangan bobotnya.
E. UJI WAKTU HANCUR
Waktu hancur merupakan indikator disintegrasi sediaan, yaitu pecahnya
sediaan padat menjadi granul-granul. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa
sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Alat : disintegrator
21
Sediaan bentuk padat granul/agregat partikel-partikel halus
Disolusi
Disolusi Disolusi
Obat dalam larutan
Absorbsi
Obat dalam darah, cairan lain, dan jaringan.
Gambar 1 : Skema mekanisme sediaan padat sampai terabsorbsi di dalam tubuh.
(diambil dari Remmington : The science and practice of pharmacy, 19th edition)
PROSEDUR UJI WAKTU HANCUR MENURUT FI IV
TABLET TIDAK BERSALUT
Masukkan tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang,
disusul satu cakram penuntun pada tiap tabung.
Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 (satu) liter yang
berisikan air suling dengan suhu 37 ºC + 2 ºC sebagai media kecuali
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Jalankan alat, pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam
monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus
hancur sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
TABLET BERSALUT BUKAN ENTERIK
Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang,
jika tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang
dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
22
Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung. Keranjang dimasukkan ke
dalam gelas beker berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan
LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC.
Jalankan alat selama 30 menit, kemudian angkat keranjang dan amati
semua tablet.
Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti media dengan cairan usus buatan
LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC dan teruskan pengujian hingga jangka waktu
keseluruhan.
Termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP adalah
sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi ditambah 30 menit.
Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur
sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
TABLET BERSALUT ENTERIK
Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung dari
keranjang, jika tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan
keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.
Tanpa menggunakan cakram. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker
berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan LP dengan suhu
37 ºC + 2 ºC.
Jalankan alat selama 1 jam, kemudian angkat keranjang dan amati semua
tablet : tablet tidak hancur , retak atau lunak.
Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung, jalankan alat, gunakan
media cairan usus buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC selama jangka
waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-
masing monografi, atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet
salut enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan dalam
monografi.
23
Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur
sempurna.
Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan
12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur
sempurna.
KAPSUL GELATIN KERAS
Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada tablet tidak
bersalut, tanpa menggunakan cakram.
Sebagai pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh
seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang. Kasa ini ditempatkan
pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang.
Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi : semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari cangkang
kapsul.
Bila 1 tablet atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian
dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus
hancur sempurna.
KAPSUL GELATIN LUNAK
Lakukan pengujian dengan prosedur sama dengan yang tertera pada kapsul gelatin
keras.
24
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting
untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.
Vitamin C menggunakan metode Granulasi Kering pada pembuatan
tablet Vitamin C.
Prosedur pembuatan tablet Vitamin C
25
Pemilihan Bahan:
A. ACIDUM ASCORBICUM
Fungsi : Sebagai zat aktif
B. STARCH
Fungsi : Sebagai penghancur (Disintegran) dengan
konsentrasi (3-15) %.
C. AVICEL PH 102
Fungsi : Sebagai bahan pengikat (binder) dengan
konsentrasi (20-90)%
D. MAGNESIUM STEARAT
Fungsi : Sebagai pelincir atau lubrikan dengan
konsentrasi 0,25-5%.
E. TALK
Fungsi : Sebagai bahan pelincir (antiadheran dan
glidan) dengan konsentrasi (1-5)%.
Penyusunan Formula
26
Vitamin C 100 mg
Starch 10%
Avicel PH 102 qs.
Mg stearat 1%
Talk 2%
DAFTAR PUSTAKA
1. Carstensen, J. T., 1977, Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms, John Wiley & Sons, New York, p. 230.
2. Carstensen, J.T., and Ping Ching Can, 1977, Flow Rate and Repose Angles of Wet Process Granulations, J. Pharm. Sci., 66 p. 1235-1328
3. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta, 19794. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 19955. Handbook of Pharmaceutical Excipients, p. 363.6. Ohaus, 2001, Instruction Manual MB45 Moisture Analyzer, Ohaus
Corporation 19A Chapin Road, Pine Brook, NJ 07058-9878, USA7. Remmington, The Science And Practice Of Pharmacy, 19th Ed.8. Sucker, H., 1982, Test Methods for Granulates, Pharm. Ind., 44, Nr. 3. p. 312
– 316.9. The United States Pharmacopoeia, 1990, 22nd Ed., United States
Pharmacopeial Convention Inc., p. 1602.10. Wells, J.I., 1988, Pharmaceutical Preformulation : The Physicochemical
Properties of Drug Substances, Ellis Horwood Ltd., England, p. 211-214.
27