BAB I,2,3

37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang membentuk vitamin C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti. (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002). Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. (Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991). Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini. 1

Transcript of BAB I,2,3

Page 1: BAB I,2,3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ascorbic acid (asam askorbat) adalah salah satu senyawa kimia yang

membentuk vitamin C. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut

dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar

kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi

vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada

Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam

askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam

heksuronat oleh beberapa peneliti. (Kim DO, Lee KW, Lee HJ, Lee CY. 2002).

Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki

peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal

dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. (Davies MB,

Austin J, Partridge DA. 1991).

Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal

berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah

teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan

sumber utama vitamin ini.

Efek farmakologi vitamin C meliputi indikasi dan efek samping.

Indikasinya untuk pencegahan dan pengobatan skorbut. Sedangkan efek

sampingnya jika vitamin C dengan dosis lebih besar dari 1 g/hari dapat

menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa

usus yang mengakibatkan peningkatan peristaltik. Efek iritasi juga dapat

menyebabkan uretritis honspesifik terutama pada uretra distal. Dosis besar

tersebut juga meningkatkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian

vitamin C dimetabolisme dan ekskresi oleh oksalat. Penggunaan kronik vitamin C

dosis sangat besar dapat menyebabkan ketergantungan, dimana penurunan

mendadak kadar vitamin C dapat menimbulkan rebound scurvy. Hal ini dapat

dihindari dengan mengurangi asupan vitamin C secara bertahap.

1

Page 2: BAB I,2,3

Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan

pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat

mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam

Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini

vitamin C atau asam askorbat dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat

imunitas terhadap infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C

juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti

di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat

vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik

daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. (Gyorgi AS. 1931).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Asam Askorbat.

2. Bagaimanakah Efek Farmakologi dan efek samping dari Asam

Askorbat dalam tubuh pasien yang mengkonsumsi nya.

3. Bagaimanakah pra formulasi dalam pembuatan tablet Asam

Askorbat.

4. Apa sajakah bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan

tablet nya.

5. Metode apa dan bagaimana cara pembuatan tablet nya.

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Asam Askorbat.

2. Mengetahui Efek Farmakologi dan efek samping Asam Askorbat

dalam tubuh.

3. Mengetahui Pra formulasi dalam pembuatan tablet Asam Askorbat.

4. Mengetahui bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan

tablet.

5. Mengetahui metode dan cara pembuatan tablet.

2

Page 3: BAB I,2,3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Vitamin C

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting

untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga dikenal dengan

nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk

golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan

logam. Oleh karena itu penggunaaan vitamin C sebagai antioksidan semakin

sering dijumpai. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan

asam atau pada suhu rendah. Kelenjar adrenalin mengandung vitamin C yang

sangat tinggi. Kelebihan vitamin C dibuang melalui air kemih.

Peran askorbat juga adalah sebagai sumber elektron (seperti tembaga yang

mengandung mono-oksigenase), atau untuk mereduksi kofaktor besi pada bagian

aktif di-oksigenase yang mengalami oksidasi besi selama siklus katalitik.

Fungsi lain askorbat adalah dalam metabolisme besi dengan

mempertahankan besi pada tingkat reduksi askorbat sehingga memicu penyerapan

besi. Selain itu askorbat juga memobilisasi besi dari deposit feritin.

Sumber utama vitamin C dapat ditemukan pada sayuran dan buah-buahan

terutama buah segar dan buah yang mentah. Misalnya: Jeruk merupakan sumber

utama vitamin C. Brokoli, sayuran berwarna hijau, kol (kobis), melon dan

strawberi mengandung vitamin C bermutu tinggi dll.

Vitamin C berhasil di isolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan

pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat

mencegah sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam

Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini.

3

Page 4: BAB I,2,3

2.2 Peran Vitamin C dalam Tubuh

Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein

yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan

jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan

patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Buah jeruk, salah satu

sumber vitamin C terbesar.

Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan

mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan

radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamin ini juga dapat

meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal

nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts

menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan

yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C

berkurang sampai 81%.

Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan atau

skorbut, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi

mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat

lelah, otot lemah dan depresi.

Namun, penyakit skorbut jarang pada bayi biasanya antara 6-12 bulan.

Gejala-gejalanya: terjadi pelunakan tenunan kolagen, infeksi dan demam. Juga

timbul sakit, pelunakan dan pembengkakan kaki bagian paha. Pada anak yang

giginya telah tumbuh, gusi membengkak, lunak dan terjadi pendarahan. Pada

orang dewasa skorbut terjadi setelah beberapa bulan menderita kekurangan

vitamin C dalam makanannya. Gejalanya: pembengkakan dan pendarahan pada

gusi, kaki menjadi lunak, anemia. Akibat yang parah adalah gigi menjadi goyah

dan dapat lepas. Penyakit sariawan yang akut disembuhkan dengan pemberian

100-200 mg vitamin C per hari dalam beberapa waktu.

Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan

lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.

4

Page 5: BAB I,2,3

2.3 Tinjauan Bahan Aktif (Vitamin C)

A. Latar Belakang Bahan Obat

1. Nama bahan obat : Acidum Ascorbicum

2. Nama kimia : 3-okso-L-gulofuranolactone

(Martindale 36 Ed.4 Hal :1983)

3. Struktur kimia : C6H8O6

4. B.M : 176,13

5. Kemurnian : Mengandung tidak kurang dari 99,0%

C6H8O6

(FIII hal:47)

6. Efek terapeutik : Antiskorbut

7. Dosis pemakaian : Dewasa: 2-3 x 1-2 tab

Anak-anak: 2-3 x 1 ½ - 1 tab

(ISO Vol 47 Hal: 549)

B. Organoleptis

1. Warna : Putih atau agak kuning

2. Bau : Tidak berbau

3. Rasa : Asam

(FIII Hal: 47)

C. Mikroskopis

1. Bentuk kristal : serbuk atau hablur, lempeng, jarum,

monosiklik

D. Karakteristik Fisik/Fisikomekanik

5

Page 6: BAB I,2,3

1. Titik lebur : 190-192°C

(Merck Index Book I 30th ed Hal: 141)

2. Bobot jenis : 165 g/cm3

(Merck Index Book I 30th ed Hal: 141)

3. Sifat alir : Baik

4. Kompaktibilitas : Baik

5. Higroskopisitas : Tidak higroskopis (sangat mudah

teroksidasi bila terkena air)

6. Polimorfisme : Bentuk jarum

E. Karakteristik Fisikokimia

1. Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut

dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam

eter P dan dalam benzen P.

2. pKa : pKa 1: 4,17; pKa 2: 11,57

(Chemical Stability of Pharmaceutical a Handbook for Pharmacist Hal: 138)

3. Profil kelarutan terhadap PH: PH 3 (5 mg/ml); PH 2 (50 mg/ml)

(Merck Index Book I 30th ed p:141)

F. Stabilitas

1. Stabilitas bahan padat:

Terhadap suhu: stabil pada udara sejuk, namun kurang stabil

lebih mudah mengalami oksidasi.

(Remington’s 15th ed p:1024)

Terhadap cahaya: tidak stabil, lambat laun menjadi warna

gelap. (AHFS p: 3548)

Terhadap kelembaban: tidak stabil, mudah teroksidasi.

(Remington’s 19th ed p: 1024)

2. Stabilitas Larutan:

Terhadap pelarut: teroksidasi oleh alkali, enzim oksidasi,

besi, tembaga.

(AHFS p: 3548)

Terhadap PH: 2,1-2,6; lebih stabil pada PH 6-6,5; 5,4

Terhadap cahaya: tidak stabil.

6

Page 7: BAB I,2,3

(Merck Index Book I 30th ed p: 141)

Terhadap oksigen: tidak stabil, dengan cepat teroksidasi

(AHFS p: 3548)

2.4 Tinjauan Bahan Tambahan (Eksipien)

A. Starch

1. Sinonim : Amilum (C6H10O5)n, n = 300-1000

2. Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau dan tidak

berasa

3. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan

etanol 95% dingin, larut dalam dimetilsalfoxida. Amilum

mengembang cepat dalam air pada suhu 37°C

4. Penggunaan : Pengisi tablet; penghancur tablet (3-15%

b/b); pengikat tablet (5-25% b/b); glidan

5. Bobot Jenis : 1,478 gr/cm3

6. pH : 4,0-7,0

7. Stabilitas : Dalam keadaan kering stabil terhadap

bahan kimia lain dan oleh mikroorganisme dalam bentuk

pasta/basah mudah rusak terhadap mikroba. Harus disimpan dalam

wadah kedap udara pada tempat kering dan sejuk.

8. Inkompatibilitas : Dengan pengoksida kuat

(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 685-690)

B. Avicel PH 102

1. Sinonim : Gel selulosa, kristalin selulosa

2. Pemerian : Serbuk putih halus, tidak berbau, tidak

berasa.

3. Kelarutan : Mudah larut dalam 5% b/v  larutan

hidroksida ptaktis tidak larut dalam air, larutan asam dan beberapa

pelarut organik.

7

Page 8: BAB I,2,3

4. Partikel      : Tidak lebih dari 8,0 ≥ 250 nm, digunakan

dalam ukuran partikel yang berbeda-beda, tingkat kelembaban

berbeda.

5. Bobot Jenis              : 1,512 – 1,668 gram/cm3

6. Titik leleh : 260 – 270°C

7. pH             : 5,0 – 7,5

8. Penggunaan : Adsorbent; suspending agent; tablet and

capsule diluent; tablet disintegrant. Biasanya digunakan dalam

proses cetak langsung dan granulasi kering tablet. Sebagai

disintegrant digunakan dalam konsentrasi 5-15 %, antiadherent 5-

20 % dan sebagai pengikat dengan konsentrasi 20-90 %.

9. Stabilitas : tetap stabil meskipun ada di lingkungan

yang higroskopis. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik

di tempat yang dingin dan kering.

10. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat

11. Stabilitas : Tidak bercampur dengan bahan oksidator

kuat

(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 129-132)

C. Magnesium Stearat

1. Sinonim : Magnesium octadecanoate; Synpro 90

2. Warna        : Putih

3. Rasa          : Rasa khas seperti asam stearat

4. Bau            : Seperti asam stearat berbau atau berbau

lemah

5. Pemerian   : Bentuk seperti granul atau bubuk, mudah

mengendap

6. Berat jenis : 1,092 gr/cm2

7. Titik lebur : 250°C

8. Deskripsi : Magnesium stearat merupakan senyawa

magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang

diperoleh  dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan

8

Page 9: BAB I,2,3

magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung

setara dengan tidak kurang  dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%

MgO. Berupa serbuk halus putih dan  voluminous, bau lemah khas,

mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.

9. Kelarutan : Tidak dapat larut dalam etanol, etano

(95%)p, eter dalam air, mudah larut dalam benzen panas.

10. Penggunaan : lubrikan dalam kapsul dalam tablet

sejumlah ¼-2%

11. Stabilitas : Sangat stabil diudara dan sebaiknya

disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan

dingin.

12. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan asam kuat alkali, basa

kuat dan garam besi. Hindari pencampuran dengan bahan

pengoksidasi kuat. Mg-stearat tidak dapat digunakan dalam sediaan

yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian besar

garam alkaloid.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 404-406)

D. Talk

1. Warna : Putih

2. Rasa : Tidak berasa

3. Bau : Tidak berbau

4. Pemerian : Bentuk serbuk

5. Deskripsi : Talk adalah magnesium silikat hidrat alam,

kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa

serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat,

mudah melekat pada  kulit dan bebas dari butiran.

6. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam/basa,

pelarut organik dan air.

7. Penggunaan : anticaking agent; tablet and capsule

diluents dengan konsentrasi 5-30 %; tablet and capsule lubricant;

glidant dengan konsentrasi 1-10%

9

Page 10: BAB I,2,3

8. Stabilitas : merupakan bahan yang stabil dan dapat

disterilkan dengan pemanasan pada suhu 160° C selama tidak

kurang dari 1 jam. Dapat juga disterilkan dengan penyinaran

menggunakan ethylene oxide atau gamma irradiation. Disimpan

dalam wadah tertutup baik di tempat yang dingin dan kering.

9. Inkompatibilitas : inkompatibel dengan senyawa ammonium

kuartener.

(Handbook of Pharmaceutical Excipients edisi VI. 2009. Hal : 641)

10

Page 11: BAB I,2,3

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pertimbangan Pemilihan Bahan

A. ACIDUM ASCORBICUM

Fungsi : Sebagai zat aktif

Alasan : Bersifat sebagai antioksidan yang mampu

melawan radikal bebas dan juga berperan sebagai meningkatkan

sistem kekebalan tubuh.

B. STARCH

Fungsi : Sebagai penghancur (Disintegran) dengan

konsentrasi (3-15) %.

Alasan : Karena memiliki daya pengembangan yang tinggi

dan memiliki sifat hidrofilisitas yang baik, sehingga proses

disintegrasi baik.

C. AVICEL PH 102

Fungsi : Sebagai bahan pengikat (binder) dengan

konsentrasi (20-90)%

Alasan : Karena avicel PH 102 berbentuk granul dengan

sifat alir yang baik sehingga menghasilkan tablet dengan kekerasan

yang memenuhi syarat. Selain itu avicel memiliki kadar lembab

tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat antara

molekul obat dan eksipien.

D. MAGNESIUM STEARAT

Fungsi : Sebagai pelincir atau lubrikan dengan konsentrasi

0,25-5%.

Alasan : Karena magnesium stearat dapat meminimalisir

gesekan antara dinding die dengan punch selama pengempaan dan

penarikan, sehingga tablet yang dihasilkan memiliki permukaan

yang halus.

11

Page 12: BAB I,2,3

E. TALK

Fungsi : Sebagai bahan pelincir (antiadheran dan glidan)

dengan konsentrasi (1-5)%.

Alasan : Dapat memperbaiki aliran granul sehingga

memperbaiki sifat pelincir tablet.

PERTIMBANGAN LAIN:

Bobot tablet yang dipilih 300 mg karena bobot tersebut dirasa cukup untuk

ukuran tablet vitamin C.

Dosis asam askorbat yang dipilih 100 mg/ hari karena dosis tersebut dapat

digunakan untuk pengobatan sariawan akibat defisiensi vitamin C.

Metode pembuatan yang dipilih adalah granulasi kering karena zat aktif

merupakan vitamin yang tidak tahan panas sehingga dengan granulasi

kering maka tidak diperlukan proses pengeringan yang memerlukan panas.

3.2 Penyusunan Formulasi dan Cara Pembuatan

A. Penyusunan Formula

B. Formula Yang Dibuat

12

Vitamin C 100 mg

Starch 10%

Avicel PH 102 qs.

Mg stearat 1%

Talk 2%

Page 13: BAB I,2,3

No Nama Bahan Fungsi

% rentang pemakaian

% yang dibuat Jumlah tiap tablet (mg)

Jumlah 200 Tablet (gr)

1. Asam askorbat Bahan aktif 100 x100%300= 33,3%

100mg 100mgx200=20000mg=20gr

2. Starch Desintegran 3-15% 10% 10 x300mg100= 30mg

30mgx200= 6000mg= 6gr

3. Mg stearat Lubrikan 0,25-5% 1% 1 x300mg100= 3mg

3mgx200= 600mg= 0,6gr

4. Avicel PH 102 Binder 20-90% 53,7% 53,7 x300mg100=161,1mg

161,1mgx200= 32220mg=32,22gr

5. Talk Glidan 1-5% 2% 2 x300mg100= 6mg

6mgx200=1200mg=1,2gr

Keterangan: Bobot 1 tablet 300mg

C. Metode Pembuatan Tablet Granulasi Kering

1. Pengertian Granulasi Kering

Granulasi kering disebut juga slugging, yaitu memproses

partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan

kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk

menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula

(granul).

2. Keuntungan Granulasi Kering:

Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan

pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang

memakan waktu.

Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab.

Mempercepat waktu hancur atau desintegrasi tablet karena

tidak terikat oleh pengikat.

13

Page 14: BAB I,2,3

3. Kerugian Granulasi Kering:

Memerlukan mesin tablet khusus bertekanan tinggi (heavy

duty tablet press) untuk membuat slug.

Distribusi warna tidak homogen.

Proses banyak menghasilkan debu atau cross contamination,

sehingga memungkinkan terjadi kontaminasi silang.

4. Prosedur Pembuatan Granulasi Kering

Menyiapkan alat dan menimbang bahan-bahan yang

dibutuhkan. Lalu zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan

dalam tempat yang terpisah. Dicampur menjadi satu kemudian

dicampur hingga homogen. Massa serbuk dislugging atau dikompresi,

kempaan harus cukup keras agar ketika dipecahkan tidak menimbulkan

serbuk berceceran. Kemudian dihancurkan hingga derajat kehalusan

tertentu. Setelah itu diayak dengan ayakan yang sesuai. Dilakukan uji

aliran granul yang diperoleh. Aliran yag diperoleh harus sebesar 10

gr/detik. Jika tidak diperoleh aliran sebesar itu, harus dilakukan

slugging kembali hingga diperoleh aliran yang dikehendaki. Setelah

granul memiliki aliran 10 gr/detik, pada granul ditambahkan lubrikan

serta desintegran. Dan granul siap dikempa menjadi tablet.

14

Page 15: BAB I,2,3

15

Page 16: BAB I,2,3

BAB IV

EVALUASI PEMBUATAN TABLET

Beberapa macam pengujian yang telah dikembangkan untuk mengevaluasi

mutu sediaan tercantum secara resmi pada farmakope, tetapi ada pula yang tidak

tercantum meskipun hal tersebut sangat penting dalam mengevaluasi sediaan jadi.

Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi III

adalah :

1. Uji keseragaman ukuran

2. Uji keseragaman bobot

3. Uji waktu hancur/disintegrasi

4. Uji kadar obat

Macam-macam pengujian yang tercantum dalam Farmakope Indonesia

edisi IV adalah :

1. Uji keseragamn sediaan

2. Uji waktu hancur/disintegrasi

3. Uji persentase terlarut/disolusi

4. Uji kadar obat

Sedangkan pengujian yang tidak tercantum dalam farmakope :

1. Uji kekerasan tablet (hardness)

2. Pemeriksaan porositas

3. Uji kerapuhan tablet (friability)

A. UJI KESERAGAMAN UKURAN

MENURUT FI III :

Alat : jangka sorong

Cara pembacaan jangka sorong :

Perhatikan skala cm dan skala mm.

Perhatikan posisi angka 0 (nol) skala mm pada skala cm.

16

Page 17: BAB I,2,3

Ketepatan ukuran dilihat pada skala mm yang berada tepat segaris dengan

skala cm.

Penulisan hasil tiga angka di belakang koma dengan satuan cm

(centimeter).

Syarat : kecuali dinyatakan lain, garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan

tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet.

B. UJI KESERAGAMAN BOBOT

MENURUT FI III :

Alat : timbangan analitik

UNTUK TABLET TIDAK BERSALUT

Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet.

Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-

masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari

harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan

kolom B.

Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet, tidak satu

tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata

yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya

menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B.

BOBOT RATA-RATA

PENYIMPANGAN BOBOT RATA-RATA

DALAM %

A B

25 mg atau kurang

26 mg – 150 mg

151 mg – 300 mg

Lebih dari 300 mg

15 %

10 %

7,5 %

5 %

30 %

20 %

15 %

10 %

17

Page 18: BAB I,2,3

MENURUT FI III :

UNTUK KAPSUL YANG BERISI OBAT KERING

Timbang 20 kapsul.

Timbang lagi satu per satu.

Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul.

Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.

Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap

isi kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

BOBOT RATA-RATA

ISI KAPSUL

PERBEDAAN BOBOT ISI KAPSUL DALAM %

A B

120 mg atau kurang

Lebih dari 300 mg

+10 %

+7,5 %

+20 %

+15 %

UNTUK KAPSUL YANG BERISI BAHAN OBAT CAIR ATAU PASTA

Timbang 10 kapsul.

Timbang lagi satu per satu.

Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul dengan eter P.

Buang cairan cucian, biarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh

bagian cangkang kapsul.

Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.

Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap

isi kapsul tidak lebih dari 7,5 %.

18

Page 19: BAB I,2,3

MENURUT FI IV :

UJI KESERAGAMAN SEDIAAN

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,

yaitu : keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keragaman

bobot dapat diterapkan pada produk kapsul lunak berisi cairan, atau pada produk

yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50 % atau lebih dari

bobot satuan sediaan. Jika zat aktif dalam kandungan kecil ditetapkan dengan

persyaratan keseragaman kandungan.

KERAGAMAN BOBOT

TABLET TIDAK BERSALUT

Timbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata.

Dari hasil penetapan kadar yang diperoleh seperti yang tertera dalam

masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10

tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen.

KAPSUL KERAS

Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu, beri identitas tiap kapsul.

Keluarkan isi tiap kapsul dengan cara yang sesuai.

Timbang seksama tiap cangkang kapsul kosong dan hitung bobot netto

dari isi tiap kapsul dengan cara mengurangkan bobot cangkang kapsul dari

masing-masing bobot kapsul.

Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi

hitung jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif

terdistribusi homogen.

KAPSUL LUNAK

Timbang seksama 10 kapsul, satu per satu untuk memperoleh bobot

kapsul, beri identitas tiap kapsul.

Buka kapsul dengan alat pemotong bersih dan kering yang sesuai seperti

gunting atau pisau tajam.

19

Page 20: BAB I,2,3

Keluarkan isi dan cuci dengan pelarut yang sesuai.

Biarkan sisa pelarut menguap dari cangkang kapsul pada suhu kamar

dalam waktu kurang lebih 30 menit.

Timbang cangkang kapsul, dan hitung bobot netto isi kapsul.

Dari hasil penetapan kadar, seperti tertera pada masing-masing monografi

hitung jumlah zat aktif dari tiap kapsul dengan anggapan zat aktif

terdistribusi homogen.

KESERAGAMAN KANDUNGAN

TABLET TIDAK BERSALUT DAN BERSALUT

KAPSUL KERAS DAN LUNAK

Tetapkan kadar 10 satuan satu per satu seperti tertera pada penetapan

kadar dalam masing-masing monografi, kecuali dinyatakan lain dalam uji

keseragaman kandungan.

C. UJI KEKERASAN TABLET

Kekerasan tablet adalah gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet,

diukur dalam satuan kg, kP ataupun Newton.

Alat : Hardness tester.

PROSEDUR UJI KEKERASAN TABLET

Ambil 20 tablet.

Letakkan tablet uji pada tempat diantara dua baja yang bergerak.

Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat.

Apabila tablet telah pecah, maka angka pada alat akan berhenti. Angka

yang tertera dalam satuan Newton.

Persyaratan kekerasan untuk tablet konvensional adalah 4 – 8 kg,

sedangkan untuk tablet hisap > 10 kg.

D. UJI KERAPUHAN

Kerapuhan tablet adalah ketahanan suatu tablet terhadap goncangan

selama proses pengangkutan dan penyimpanan. Bila tablet mudah rapuh, maka

20

Page 21: BAB I,2,3

kualitas tablet berkurang, tablet tidak bisa mempertahankan bentuknya,

kehilangan berat, atau bahkan mudah pecah.

Kerapuhan tablet dinyatakan dalam persen, dan persyaratannya untuk tablet

konvensional adalah kurang dari 0,5-1%.

Alat : friabilator

PROSEDUR UJI KERAPUHAN TABLET

Ambil 20 tablet, bagi menjadi 2 kelompok tablet.

Masing-masing tablet dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan hati-hati

menggunakan kuas, kemudian ditimbang setiap kelompok.

Masukkan tablet kelompok A ke dalam satu sisi alat penguji kerapuhan,

dan kelompok B pada sisi yang lain.

Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran per menit selama 4 menit.

Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan menggunakan kuas dengan hati-

hati.

Timbang lagi tablet tersebut.

Hitung prosentase kehilangan bobotnya.

E. UJI WAKTU HANCUR

Waktu hancur merupakan indikator disintegrasi sediaan, yaitu pecahnya

sediaan padat menjadi granul-granul. Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa

sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.

Alat : disintegrator

21

Page 22: BAB I,2,3

Sediaan bentuk padat granul/agregat partikel-partikel halus

Disolusi

Disolusi Disolusi

Obat dalam larutan

Absorbsi

Obat dalam darah, cairan lain, dan jaringan.

Gambar 1 : Skema mekanisme sediaan padat sampai terabsorbsi di dalam tubuh.

(diambil dari Remmington : The science and practice of pharmacy, 19th edition)

PROSEDUR UJI WAKTU HANCUR MENURUT FI IV

TABLET TIDAK BERSALUT

Masukkan tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang,

disusul satu cakram penuntun pada tiap tabung.

Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker berukuran 1 (satu) liter yang

berisikan air suling dengan suhu 37 ºC + 2 ºC sebagai media kecuali

dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.

Jalankan alat, pada akhir batas waktu seperti yang tertera dalam

monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus

hancur sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan

12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna.

TABLET BERSALUT BUKAN ENTERIK

Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung keranjang,

jika tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan keranjang

dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.

22

Page 23: BAB I,2,3

Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung. Keranjang dimasukkan ke

dalam gelas beker berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan

LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC.

Jalankan alat selama 30 menit, kemudian angkat keranjang dan amati

semua tablet.

Bila tablet tidak hancur sempurna, ganti media dengan cairan usus buatan

LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC dan teruskan pengujian hingga jangka waktu

keseluruhan.

Termasuk pencelupan dalam air dan cairan lambung buatan LP adalah

sama dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing

monografi ditambah 30 menit.

Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur

sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan

12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna.

TABLET BERSALUT ENTERIK

Masukkan 1 tablet yang akan diuji pada masing-masing tabung dari

keranjang, jika tablet mempunyai penyalut luar yang dapat larut, celupkan

keranjang dalam air pada suhu kamar selama 5 menit.

Tanpa menggunakan cakram. Keranjang dimasukkan ke dalam gelas beker

berukuran 1 liter yang berisikan cairan lambung buatan LP dengan suhu

37 ºC + 2 ºC.

Jalankan alat selama 1 jam, kemudian angkat keranjang dan amati semua

tablet : tablet tidak hancur , retak atau lunak.

Masukkan cakram penuntun pada tiap tabung, jalankan alat, gunakan

media cairan usus buatan LP dengan suhu 37 ºC + 2 ºC selama jangka

waktu 2 jam ditambah dengan batas waktu yang dinyatakan dalam masing-

masing monografi, atau bila dalam monografi dinyatakan hanya tablet

salut enterik, maka hanya selama batas waktu yang dinyatakan dalam

monografi.

23

Page 24: BAB I,2,3

Angkat keranjang dan amati semua tablet : semua tablet harus hancur

sempurna.

Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan

12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji harus hancur

sempurna.

KAPSUL GELATIN KERAS

Lakukan pengujian dengan prosedur seperti yang tertera pada tablet tidak

bersalut, tanpa menggunakan cakram.

Sebagai pengganti cakram digunakan suatu kasa berukuran 10 mesh

seperti yang diuraikan pada rangkaian keranjang. Kasa ini ditempatkan

pada permukaan lempengan atas dari rangkaian keranjang.

Amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing

monografi : semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari cangkang

kapsul.

Bila 1 tablet atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian

dengan 12 kapsul lainnya, tidak kurang 16 dari 18 kapsul yang diuji harus

hancur sempurna.

KAPSUL GELATIN LUNAK

Lakukan pengujian dengan prosedur sama dengan yang tertera pada kapsul gelatin

keras.

24

Page 25: BAB I,2,3

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting

untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga

dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.

Vitamin C termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah

teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam.

Vitamin C menggunakan metode Granulasi Kering pada pembuatan

tablet Vitamin C.

Prosedur pembuatan tablet Vitamin C

25

Page 26: BAB I,2,3

Pemilihan Bahan:

A. ACIDUM ASCORBICUM

Fungsi : Sebagai zat aktif

B. STARCH

Fungsi : Sebagai penghancur (Disintegran) dengan

konsentrasi (3-15) %.

C. AVICEL PH 102

Fungsi : Sebagai bahan pengikat (binder) dengan

konsentrasi (20-90)%

D. MAGNESIUM STEARAT

Fungsi : Sebagai pelincir atau lubrikan dengan

konsentrasi 0,25-5%.

E. TALK

Fungsi : Sebagai bahan pelincir (antiadheran dan

glidan) dengan konsentrasi (1-5)%.

Penyusunan Formula

26

Vitamin C 100 mg

Starch 10%

Avicel PH 102 qs.

Mg stearat 1%

Talk 2%

Page 27: BAB I,2,3

DAFTAR PUSTAKA

1. Carstensen, J. T., 1977, Pharmaceutics of Solids and Solid Dosage Forms, John Wiley & Sons, New York, p. 230.

2. Carstensen, J.T., and Ping Ching Can, 1977, Flow Rate and Repose Angles of Wet Process Granulations, J. Pharm. Sci., 66 p. 1235-1328

3. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta, 19794. Dep. Kes. RI, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta, 19955. Handbook of Pharmaceutical Excipients, p. 363.6. Ohaus, 2001, Instruction Manual MB45 Moisture Analyzer, Ohaus

Corporation 19A Chapin Road, Pine Brook, NJ 07058-9878, USA7. Remmington, The Science And Practice Of Pharmacy, 19th Ed.8. Sucker, H., 1982, Test Methods for Granulates, Pharm. Ind., 44, Nr. 3. p. 312

– 316.9. The United States Pharmacopoeia, 1990, 22nd Ed., United States

Pharmacopeial Convention Inc., p. 1602.10. Wells, J.I., 1988, Pharmaceutical Preformulation : The Physicochemical

Properties of Drug Substances, Ellis Horwood Ltd., England, p. 211-214.

27