BAB I(2)

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: 1) Pneumonia lobaris 2) Pneumonia interstisial (bronkiolitis) 3) Bronkopneumonia. Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan angka kematian anak. Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

description

pnemonia

Transcript of BAB I(2)

Page 1: BAB I(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

1)      Pneumonia lobaris

2)      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3)      Bronkopneumonia.

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah

yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering

menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-

anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi

kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan

angka kematian anak.

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah

penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering

merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan

tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan

orang dewasa.

1.2. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir.

2. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.

3. Untuk mengetahui penyebab pneumonia.

Page 2: BAB I(2)

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pneumonia.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pneumonia.

6. Untuk mengetahui sistem rujukan pada pneumonia.

Page 3: BAB I(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:

1.      Pneumonia lobaris

2.      Pneumonia interstisial (bronkiolitis)

3.      Bronkopneumonia.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy

distribution).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan

pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga

mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga

sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.

Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai

keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer

yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.

Page 4: BAB I(2)

2.2. Etiologi

Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :

Faktor Infeksi

         Pada neonatus :

Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).

         Pada bayi :

  Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus,

RSV, Cytomegalovirus.

  Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.

  Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,

Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.

         Pada anak-anak :

  Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP

  Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia

  Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.

         Pada anak besar – dewasa muda :

  Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis

  Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.

Faktor Non Infeksi.

Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :

a.    Bronkopneumonia hidrokarbon :

Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung

( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).

b.    Bronkopneumonia lipoid :

Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,

termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan

seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan

pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.

Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak

Page 5: BAB I(2)

binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya

seperti susu dan minyak ikan .

Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya

Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang

berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak

merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.

2.3. Patogenesis

Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,

keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di

dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,

antara lain :

Inhalasi langsung dari udara.

Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

Perluasan langsung dari tempat-tempat lain

Penyebaran secara hematogen

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah

infeksi yang terdiri dari :

Susunan anatomis rongga hidung

Jaringan limfoid di nasofaring

Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain

yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.

Refleks batuk.

Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.

Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai

antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme

Page 6: BAB I(2)

dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding

alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk

suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :

1.      Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)

Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung

pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah

dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan

mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan

cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama

dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan

peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat

plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar

kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan

jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas

ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi

oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)

Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,

eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi

peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan

leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga

anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48

jam.

3.     Stadium III (3 – 8 hari)

Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi

daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh

daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.

Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena

Page 7: BAB I(2)

berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak

lagi mengalami kongesti.

4.     Stadium IV (7 – 11 hari)

Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan

mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga

jaringan kembali ke strukturnya semula.

2.4. Gambaran Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai

kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan

dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.

Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah

beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi

produktif.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

1.  Inspeksi :

pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.

2.  Palpasi :

Sistem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

3.  Perkusi :

Sonor memendek sampai beda

4.  Auskultasi :

Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus

sampai sedang.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah

yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi

mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.

Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi

terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras.

Page 8: BAB I(2)

Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses

penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

2.5. Pemeriksaan Laboratorium

1.     Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan

pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi

virus atau mycoplasma.

2.     Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.

3.     Peningkatan LED.

4.     Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur

dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).

5.     Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium

lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.

2.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang

sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang.

Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto

rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,

pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat

dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal.

Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).

Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena

pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab

tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata

laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan

berdasarkan :

Bronkopneumonia sangat berat :

Page 9: BAB I(2)

1.      Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di

rumah sakit dan diberi antibiotika.

Bronkopneumonia berat. Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih

sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika,

Bronkopneumonia.

2.      Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :

60 x/menit pada anak usia < 2 bulan

50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun

40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.

3.      Bukan bronkopenumonia :

Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak

perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:

kultur sputum atau bilasan cairan lambung

kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus

deteksi antigen bakteri

2.7. Diagnosa Banding

1.      Bronkiolitis

2.      Aspirasi pneumonia

3.      Tb paru primer

2.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan

hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:

1.   Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)

2.   Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi

3.     Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini

tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek

diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau

diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.

Page 10: BAB I(2)

2.10. Komflikasi

1.      Otitis media

2.      Bronkiektase

3.      Abses paru

4.      Empiema

2.11. Prognosis

Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan

pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk

pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi

berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-

zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada

daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi

bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan

dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.

2.12. Pencegahan

Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan

penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan

terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan

meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti, cara

hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang

cukup, rajin berolahraga, dll.

Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara

lain:

1.      Vaksinasi Pneumokokus

2.      Vaksinasi H. influenza

3.      Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah

4.      Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.

Page 11: BAB I(2)

2.13 Sistem Rujukan

1. Penemuan masalah pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih

Penemuan neonatus,bayi dan balita yang tidak dapat ditangani oleh kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

2.  Penentuan tingkat kegawatdaruratan pada tingkat bidan desa, puskesmas

Penentuan tingkat kegawatdaruratan kasus sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.

3.  Pemberikan informasi kepada penderita dan keluarga

Pemberian informasi mengenai kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk kepada orangtua atau kelurga bayi, sehingga orangtua atau keluarga memahami kondisi bayi

4. Pengiriman informasi pada tempat rujukan yang ditujua. Memberitahukan kepada petugas di tempat rujukan bahwa akan ada penderita

yang dirujukb. Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan

selama dalam perjalanan ke tempat rujukanc. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita

tidak mungkin dikirim5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

B (Bidan)

Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

A (Alat)

Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop

K (keluarga)

Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.

S (Surat)

Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu

Page 12: BAB I(2)

O (Obat)

Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

U (Uang)Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan

DA (Darah)

Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan

6.  Pengiriman Penderita (Ketersediaan sarana kendaraan)

Untuk mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita

7. Tindak lanjut penderita Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi rujukan terkait jika

memerlukan tindak lanjut Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tidak

melapor

2.14 Contoh Soap Pneumonia

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Identitas Balita

Nama : An. “L”

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir : 27 juni 2013 (umur) : 5 bulan

GolonganDarah : O

Page 13: BAB I(2)

2. Identitas Orang tua/ penanggung jawab

Nama :Ny. “H”

Umur :27 tahun

Agama : islam

Suku/bangsa : jawa/indonesia

Alamat : Jl.swadiya no 55 pamulang

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Golongan darah : O

No. Telpon : 08977628746

3. Keluhan utama : Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami

sejak 3 hari yang lalu dan terus menerus.

4. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anaknya batuk dan dialami

sejak ± 2 bulan yang lalu, disertai sesak dan

demam dialami sejak 3 hari yang lalu secara

terus menerus, anak nampak lelah karena

sesak nafas yang dialaminya.

Riwayat kesehatan lalu : ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderit

penyakit yang berat seperti asma , TBC, dll

Riwayat kesehatan keluarga: Ibu mengatakan ibu mertuanya mempunyai

penyakit tekanan darah tinggi, begitupun ibu saat

ini mempunyai tekanan darah yang tinggi juga

menderita Bronkhitis.

5. Riwayat kehamilan anak yang bersangkutan :

Pemeriksaan kehamilan : 1 kali

Keluhan selama hamil : Ibu pernah menderita Bronchitis, tekanan darah

meningkat, oedem pada kaki.

Imunisasi TT : 1 kali selama hamil.

Page 14: BAB I(2)

6. Riwayat persalinan anak yang bersangkutan :

Anak ke : kedua

UK : 8 bulan (32 minggu)

Jenis persalinan : spontan

Tempat Persalinan/penolong: Rumah Sakit/Dokter

Penyulit persalinan : tidak ada

BB/PB : 2100 gram / 43 cm

Keadaan anak saat lahir : anak agak berwarna kuning

7. Riwayat imunisasi :

No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah

pemberian

1 BCG Pada saat baru lahir -

2 DPT I,II,III DPT I: 2 bulan

DPT II: 3 bulan

Demam

-

3 Polio (I,II,III,IV) Polio I : Baru lahir

Polio II : 2 bulan

Polio III : 3 bulan

-

-

-

4 Campak Belum diberikan -

5 Hepatitis Belum diberikan -

8. Kebutuhan sehari-hari :

a. Pemberian ASI : Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI

b. Pemberian susu formula :

1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan

ibu menderita bronchitis.

2. Frekuensi : ± 10 kali sehari dalam botol 200 cc.

Page 15: BAB I(2)

3. Cara memberikan : Dengan dot.

c. Pemberian makanan tambahan :

1. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan

2. Jenis : Bubur susu (SUN)

9. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi : 4-5 kali sehari

Warna : kuning jernih

Keluhan : tidak ada

b. BAB

Frekuensi : 2 kali sehari

Konsistensi : encer

Keluhan : tidak ada

10. Istirahat dan Tidur

Tidur malam : tidak teratur

Tidur siang : tidak teratur

Keluhan : susah tidur, dan suka terbangun jika batuk pada malam

hari

11. Personal Hygiene

Mandi : 2 kali sehari

Ganti pakaian dalam dan luar: 2x sehari atau setiap basah dan kotor

Penggunaan diaper : ya, Frekuensi ganti : 3 x ganti

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum klien : Lemah

Page 16: BAB I(2)

2. Tanda-tanda vital

Suhu : 38 º C

Nadi : 100 x/menit

Respirasi : 56 x/menit

Tekanan darah : 80/50 mmHg

3. Antropometri

Panjang Badan : 61 cm

Berat badan : 5100 gram

LILA : 11,5 cm

Lingkar kepala : 41,5 cm

Lingkar dada : 42 cm

4. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

a. Kebersihan : ya

b. Kelainan yang dijumpai : tidak ada

2. Mata

a. Kotoran : tidak ada

b. Sclera : putih

3. Mulut : Simetris, bibir lembab, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,

kemampuan menelan baik

4. Hidung : Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung

5. Telinga

a. Kebersihan : ya

b. Simetris : ya

c. Daun telinga : ada

d. Lubang telinga : ada

6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.

Page 17: BAB I(2)

7. Dada :

· Bentuk dada normal (Barel chest)

· Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi

· Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada

bunyi ronchi,

· Tidak ada clubbing finger.

8. Perut : tidak ada pembesaran hepar, bising usus normal

9. Kulit : Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,

turgor baik.

10. Kuku : Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan tidak

kotor.

11. Ekstremitas (atas) : simetris kanan kiri, tidak ada oedema, tidak ada

polidaktili dan sidaktili

Ekstremitas (bawah) : simetris kanan kiri, tidak ada oedema, tidak ada

polidaktili dan sidaktili, reflek patella kanan positif (+), reflek patella kiri

positif (+)

12. Genetalia : - Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.

- Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.

.

C. Assessment/Diagnosa

An. “L” usia 5 bulan dengan pneumonia

D. Planning

1. mempertahankan dan menjaga kebersihan jalan nafas.

Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status

pernafasan dan bunyi nafas abnormal.

Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage.

Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas (peninggian

kepala tempat tidur atau pasien dipangku oleh ibunya)

Page 18: BAB I(2)

Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang.

Beri minum yang cukup.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat sesuai indikasi

- Bronkodilator

- Antimikrobial.

2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan

perubahan membran kapiler alveolus

Observasi tingkat kesadaran, selidiki adanya perubahan.

Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.

Dorong pengeluaran sputum, pengisapan (suction) bila diindikasikan.

Lakukan palpasi fokal fremitus.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian O2 sesuai dengan indikasi

3. Mendeteksi dini adanya Gangguan rasa nyaman serta panas yang berhubungan

dengan proses infeksi seperti demam

Pantau suhu klien (derajat dan polanya) perhatikan menggigil atau diaforesis.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai

indikasi .

Berikan kompres hangat, hindari, hindarkan penggunaan alkohol.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian antipiretik.

4. Menghindari resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral

yang tidak adekuat

Kaji perubahan tanda-tanda vital, contoh : peningkatan suhu/demam

memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.

Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa seperti bibir, lidah

Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung

keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur berat badan

setiap hari.

Anjurkan kepada orang tua agar anak diberi minum 2 liter perhari sesuai

kondisi individual.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian anti piretik

BAB III

Page 19: BAB I(2)

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris, Pneumonia

interstisial (bronkiolitis) dan Bronkopneumonia.

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan

bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).

Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada

parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai

alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus

pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi

yang perlu dipertimbangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: BAB I(2)

Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika

Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya