BAB I(2)
-
Upload
cicilia-aiiu-permatasari -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
description
Transcript of BAB I(2)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1) Pneumonia lobaris
2) Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3) Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah
yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah
penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan
tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan
orang dewasa.
1.2. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir.
2. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.
3. Untuk mengetahui penyebab pneumonia.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada pneumonia.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pneumonia.
6. Untuk mengetahui sistem rujukan pada pneumonia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan
pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga
sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer
yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
2.2. Etiologi
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
Faktor Infeksi
Pada neonatus :
Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
Pada anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung
( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan
seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan .
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang
berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
2.3. Patogenesis
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di
dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga
mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,
antara lain :
Inhalasi langsung dari udara.
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah
infeksi yang terdiri dari :
Susunan anatomis rongga hidung
Jaringan limfoid di nasofaring
Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
Refleks batuk.
Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai
antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme
dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding
alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk
suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung
pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas
ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena
berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
2.4. Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Inspeksi :
pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga.
2. Palpasi :
Sistem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
3. Perkusi :
Sonor memendek sampai beda
4. Auskultasi :
Suara pernafasan mengeras ( vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus
sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah
yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi
mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi
terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras.
Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses
penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
2.5. Pemeriksaan Laboratorium
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi
virus atau mycoplasma.
2. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3. Peningkatan LED.
4. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium
lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang
sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang.
Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto
rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,
pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat
dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal.
Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab
tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata
laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia dibedakan
berdasarkan :
Bronkopneumonia sangat berat :
1. Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus dirawat di
rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat. Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika,
Bronkopneumonia.
2. Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
3. Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak
perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
kultur sputum atau bilasan cairan lambung
kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
deteksi antigen bakteri
2.7. Diagnosa Banding
1. Bronkiolitis
2. Aspirasi pneumonia
3. Tb paru primer
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan
hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:
1. Anak dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)
2. Cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi
3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini
tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek
diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau
diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.
2.10. Komflikasi
1. Otitis media
2. Bronkiektase
3. Abses paru
4. Empiema
2.11. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk
pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi
berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-
zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada
daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi
bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan
dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.
2.12. Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan
penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan
terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan
meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti, cara
hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang
cukup, rajin berolahraga, dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara
lain:
1. Vaksinasi Pneumokokus
2. Vaksinasi H. influenza
3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
2.13 Sistem Rujukan
1. Penemuan masalah pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Penemuan neonatus,bayi dan balita yang tidak dapat ditangani oleh kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Penentuan tingkat kegawatdaruratan pada tingkat bidan desa, puskesmas
Penentuan tingkat kegawatdaruratan kasus sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.
3. Pemberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Pemberian informasi mengenai kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk kepada orangtua atau kelurga bayi, sehingga orangtua atau keluarga memahami kondisi bayi
4. Pengiriman informasi pada tempat rujukan yang ditujua. Memberitahukan kepada petugas di tempat rujukan bahwa akan ada penderita
yang dirujukb. Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan
selama dalam perjalanan ke tempat rujukanc. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
B (Bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop
K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat rujukan.
S (Surat)
Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan
DA (Darah)
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan
6. Pengiriman Penderita (Ketersediaan sarana kendaraan)
Untuk mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
7. Tindak lanjut penderita Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi rujukan terkait jika
memerlukan tindak lanjut Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tidak
melapor
2.14 Contoh Soap Pneumonia
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas Balita
Nama : An. “L”
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 27 juni 2013 (umur) : 5 bulan
GolonganDarah : O
2. Identitas Orang tua/ penanggung jawab
Nama :Ny. “H”
Umur :27 tahun
Agama : islam
Suku/bangsa : jawa/indonesia
Alamat : Jl.swadiya no 55 pamulang
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Golongan darah : O
No. Telpon : 08977628746
3. Keluhan utama : Ibu anak A mengatakan anaknya batuk, sesak. Demam dialami
sejak 3 hari yang lalu dan terus menerus.
4. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : ibu mengatakan anaknya batuk dan dialami
sejak ± 2 bulan yang lalu, disertai sesak dan
demam dialami sejak 3 hari yang lalu secara
terus menerus, anak nampak lelah karena
sesak nafas yang dialaminya.
Riwayat kesehatan lalu : ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderit
penyakit yang berat seperti asma , TBC, dll
Riwayat kesehatan keluarga: Ibu mengatakan ibu mertuanya mempunyai
penyakit tekanan darah tinggi, begitupun ibu saat
ini mempunyai tekanan darah yang tinggi juga
menderita Bronkhitis.
5. Riwayat kehamilan anak yang bersangkutan :
Pemeriksaan kehamilan : 1 kali
Keluhan selama hamil : Ibu pernah menderita Bronchitis, tekanan darah
meningkat, oedem pada kaki.
Imunisasi TT : 1 kali selama hamil.
6. Riwayat persalinan anak yang bersangkutan :
Anak ke : kedua
UK : 8 bulan (32 minggu)
Jenis persalinan : spontan
Tempat Persalinan/penolong: Rumah Sakit/Dokter
Penyulit persalinan : tidak ada
BB/PB : 2100 gram / 43 cm
Keadaan anak saat lahir : anak agak berwarna kuning
7. Riwayat imunisasi :
No Jenis Imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah
pemberian
1 BCG Pada saat baru lahir -
2 DPT I,II,III DPT I: 2 bulan
DPT II: 3 bulan
Demam
-
3 Polio (I,II,III,IV) Polio I : Baru lahir
Polio II : 2 bulan
Polio III : 3 bulan
-
-
-
4 Campak Belum diberikan -
5 Hepatitis Belum diberikan -
8. Kebutuhan sehari-hari :
a. Pemberian ASI : Sejak lahir anak A tidak pernah di beri ASI
b. Pemberian susu formula :
1. Alasan pemberian : Sebab pada saat melahirkan ibu sesak berat, dan
ibu menderita bronchitis.
2. Frekuensi : ± 10 kali sehari dalam botol 200 cc.
3. Cara memberikan : Dengan dot.
c. Pemberian makanan tambahan :
1. Pertama kali diberikan usia : 3 bulan
2. Jenis : Bubur susu (SUN)
9. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : 4-5 kali sehari
Warna : kuning jernih
Keluhan : tidak ada
b. BAB
Frekuensi : 2 kali sehari
Konsistensi : encer
Keluhan : tidak ada
10. Istirahat dan Tidur
Tidur malam : tidak teratur
Tidur siang : tidak teratur
Keluhan : susah tidur, dan suka terbangun jika batuk pada malam
hari
11. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian dalam dan luar: 2x sehari atau setiap basah dan kotor
Penggunaan diaper : ya, Frekuensi ganti : 3 x ganti
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum klien : Lemah
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 38 º C
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 56 x/menit
Tekanan darah : 80/50 mmHg
3. Antropometri
Panjang Badan : 61 cm
Berat badan : 5100 gram
LILA : 11,5 cm
Lingkar kepala : 41,5 cm
Lingkar dada : 42 cm
4. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
a. Kebersihan : ya
b. Kelainan yang dijumpai : tidak ada
2. Mata
a. Kotoran : tidak ada
b. Sclera : putih
3. Mulut : Simetris, bibir lembab, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,
kemampuan menelan baik
4. Hidung : Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung
5. Telinga
a. Kebersihan : ya
b. Simetris : ya
c. Daun telinga : ada
d. Lubang telinga : ada
6. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.
7. Dada :
· Bentuk dada normal (Barel chest)
· Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi
· Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada
bunyi ronchi,
· Tidak ada clubbing finger.
8. Perut : tidak ada pembesaran hepar, bising usus normal
9. Kulit : Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,
turgor baik.
10. Kuku : Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan tidak
kotor.
11. Ekstremitas (atas) : simetris kanan kiri, tidak ada oedema, tidak ada
polidaktili dan sidaktili
Ekstremitas (bawah) : simetris kanan kiri, tidak ada oedema, tidak ada
polidaktili dan sidaktili, reflek patella kanan positif (+), reflek patella kiri
positif (+)
12. Genetalia : - Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.
- Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.
.
C. Assessment/Diagnosa
An. “L” usia 5 bulan dengan pneumonia
D. Planning
1. mempertahankan dan menjaga kebersihan jalan nafas.
Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status
pernafasan dan bunyi nafas abnormal.
Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage.
Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas (peninggian
kepala tempat tidur atau pasien dipangku oleh ibunya)
Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur dengan tenang.
Beri minum yang cukup.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat sesuai indikasi
- Bronkodilator
- Antimikrobial.
2. Mendeteksi dini adanya gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolus
Observasi tingkat kesadaran, selidiki adanya perubahan.
Kaji frekwensi, kedalaman pernafasan dan tanda-tanda sianosis setiap 2 jam.
Dorong pengeluaran sputum, pengisapan (suction) bila diindikasikan.
Lakukan palpasi fokal fremitus.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian O2 sesuai dengan indikasi
3. Mendeteksi dini adanya Gangguan rasa nyaman serta panas yang berhubungan
dengan proses infeksi seperti demam
Pantau suhu klien (derajat dan polanya) perhatikan menggigil atau diaforesis.
Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur, sesuai
indikasi .
Berikan kompres hangat, hindari, hindarkan penggunaan alkohol.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian antipiretik.
4. Menghindari resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral
yang tidak adekuat
Kaji perubahan tanda-tanda vital, contoh : peningkatan suhu/demam
memanjang, takikardia, hipotensi ortostatik.
Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa seperti bibir, lidah
Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung
keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur berat badan
setiap hari.
Anjurkan kepada orang tua agar anak diberi minum 2 liter perhari sesuai
kondisi individual.
Kolaborasi dengan tim medis pemberian anti piretik
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris, Pneumonia
interstisial (bronkiolitis) dan Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi
yang perlu dipertimbangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika
Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya