BAB I1 Fartoks

15
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu (Anonim I., 2008). Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono, M.E., 1987). Pada percobaan ini kita menggunakan hewan coba yaitu mencit dan kelinci,dengan melakukan perlakuan pada mencit seperti cara memegang I.2 Tujuan

description

a

Transcript of BAB I1 Fartoks

Page 1: BAB I1 Fartoks

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem

tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Bentuk sediaan dan cara

pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat

oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat

seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang

dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action),

lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons

farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons

tertentu (Anonim I., 2008).

Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi

persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/ keturunan

dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor

ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi

biologis yang mirip kejadiannya pada manusia (Sulaksono, M.E., 1987).

Pada percobaan ini kita menggunakan hewan coba yaitu mencit dan

kelinci,dengan melakukan perlakuan pada mencit seperti cara memegang

I.2 Tujuan

Untuk mengetahui bagamaina cara perlakuan hewan coba seperti

mencit dan kelinci.

1.3 Manfaat

Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara perlkuan hewan coba

seperti mencit dan kelinci

Page 2: BAB I1 Fartoks

BAB II

DASAR TEORI

II.1 Hewan percobaan

Hewan percobaan atau hewan laboratorium memainkan peranan

penting dalam perkembangan dan kemajuan ilmu biomedis. Hewan

percobaan adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk

dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan

berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan

laboratorik. Penggunaan hewan percobaan untuk penelitian banyak

dilakukan di bidang fisiologi, farmakologi, biokimia, patologi, komperatif

zoologi, dan ekologi dalam arti luas. Di bidang ilmu kedokteran selain untuk

penelitian, hewan percobaan juga sering digunakan untuk keperluan

diagnostik (Malole danPramono 1989).

Jenis-jenis hewan percobaan meliputi hewan percobaan kecil,

misalnya: mencit, tikus, marmut, dan kelinci; serta hewan percobaan lain,

seperti: ayam, itik, babi, satwa primata, domba, dan kambing (Smith dan

Mangkoewidjojo 1988).

II.1.2Tikus dan mencit

Menurut Malole dan Promono (1989), mencit hidup di berbagai daerah

mulai dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup dalam

kandang atau hidup bebas sebagai hewan liar. Mencit liar lebih suka suhu

lingkungan yang tinggi namun dapat beradaptasi dengan baik pada suhu

yang rendah. Bulu mencit liar berwarna abu-abu dan warna perut sedikit

lebih pucat, mata berwarna hitam dan kulit berpigmen.

Page 3: BAB I1 Fartoks

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa setelah

dibudidayakan dan diseleksi selama puluhan tahun, sekarang mencit

memiliki warna bulu dan galur dengan bobot badan yang bervariasi. Tikus

putih (Rattus novergicus) sangat baik sebagai hewan percobaan, lebih cepat

menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya

lebih mudah berkembang biak. Menurut Arrington (1972) dan Priambodo

(1995), mencit dan tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke

dalam famili Muridae.

Berdasarkan sifat genetiknya terdapat tiga macam mencit (Malole dan

Promono, 1989):

1. Random Breed Mice yaitu mencit yang dikawinkan secara acak dengan

mencit yang tidak ada hubungan keturunan,

2. Inbreed mice yaitu mencit hasil perkawinan antar saudara sebanyak lebih

dari 20 turunan, dan

3. F1-Hybrid yaitu mencit hasil perkawinan antara dua galur yang

inbreed

Berdasarkan lingkungan hidupnya mencit dibagi dalam empat kategori:

1. Mencit bebas hama yaitu mencit yang bebas dari mikroorganisme yang

dapat dideteksi,

2. Mencit yang hanya mengandung mikroorganisme tertentu,

3. Mencit yang bebas mikroorganisme patogen tertentu, dan

4. Mencit biasa yaitu mencit yang dipelihara tanpa perlakuan khusus.

Page 4: BAB I1 Fartoks

Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai

hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%.

Menurut Moriwakiet al (1994), mencit banyak digunakan sebagai hewan

laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena

memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah

anak per kelahiran banyak, variasi sifat- sifatnya tinggi, mudah ditangani,

serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti

sapi, kambing, domba, dan babi. Menurut Malole dan Pramono (1989),

berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah

dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis

dan fisiologisnya terkarak terisasi dengan baik.

Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting

bagi manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus

yang banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dan peliharaan

adalah tikus putih (Rattus novergicus). Tikus putih memiliki beberapa

keunggulan antara lain penanganan dan pemeliharaan yang mudah karena

tubuhnya kecil, sehat dan bersih, kemampuan reproduksi tinggi dengan masa

kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik produksi dan reproduksi

yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono, 1989).

Mencit laboratorium merupakan hewan yang sejenis dengan mencit

liar atau mencit rumah yang tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan

di dalam rumah atau gedung-gedung yang tidak dihuni manusia sepanjang

ada makanan dan tempat untuk berlindung. Mencit liar makan segala

makanan (omnivora) dan mau mencoba makanan apapun yang tersedia

Page 5: BAB I1 Fartoks

termasuk makanan yang tidak biasa dimakan. Mencit liar dapat dengan

mudah memanjat dinding batu bata, masuk lubang yang kecil dan liang di

dinding maupun celah-celah atap (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).

Mencit dapat hidup mencapai umur 1-3 tahun tetapi terdapat

perbedaan usia dari berbagai galur terutama berdasarkan kepekaan terhadap

lingkungan dan penyakit. Selama hidupnya, hewan ini beranak selama 7-18

bulan dan menghasilkan anak rata-rata 6-10 anak/kelahiran dengan tingkat

kesuburan sangat tinggi yaitu dapat menghasilkan kurang lebih satu juta

keturunan dalam kurun waktu kurang lebih 425 hari dengan rataan jumlah

anak 8 ekor per kelahiran. Mencit bila diperlakukan dengan baik akan

memudahkan penanganan, sebaliknya perlakuan yang kasar akan

menimbulkan sifat agresif bahkan dapat menggigit pada kondisi tertentu.

Mencit betina yang sedang menyusui anak akan mempertahankan sarangnya

dan bila anaknya dipegang dengan tangan yang kotor,induknya akan

menggigit dan memakan anak tersebut (Malole dan Pramono, 1989).

Percobaan-percobaan tentang makanan, dan defisiensi zat makanan

pada semua jenis hewan termasuk manusia, kebanyakan menggunakan tikus

daripada hewan percobaan lain. Lama hidup tikus dapat mencapai umur 3,5

tahun, dengan kecepatan tumbuh 5 g per hari. Dibandingkan dengan tikus

lain, tikus laboratorium lebih cepatr dewasa, tidak memperlihatkan

perkawinan musiman dan lebih cepat berkembang biak, bobot badan dewasa

mencapai 450 g tergantung galur (Malole dan Pramono, 1989).

Page 6: BAB I1 Fartoks

II.2 Uraian hewan coba

II.2.1 Klasifikasi Ilmiah kelinci

Kerajaan : Animalia (kelompok binatang).

Superfilum :  Chordata (kelompok binatang dengan notokord, tali saraf tunggal, ekor dan celah faring).

Filum : Vertebrata (Memiliki tulang belakang).

Kelas : Mammalia (binatang yang menyusui).

Ordo : Lagomorpha (memiliki rahang atas, gigi acip, kelamin tidak bertulang dan terletak di depan zakar)

Famili : Leporidae.

Genera : Pentalagus, Bunolagus, Nesolagus, Romerolagus, Brachylagus, Sylvilagus, Oryctolagus, Poelagus.

Klasifikasi Ilmiah Kelinci ini pada tingkatan kerabat atau famili, kelinci dimasukkan ke dalam kategori Leporidae. Tingkatan kekerabatan mencakup di dalamnya kelinci dan terwelu. Nama latin kelinci sendiri cukup bervariasi tergantung pada generanya. Misalnya kelinci liar atau yang juga dikenal dengan nama European Rabbit, nama latinnya adalah Oryctolagus Cuniculus sedangkan terwelu nama latinnya adalah Lepus Curpaeums. Sementara itu Cottontail Rabbits yang terdiri dari 13 spesies ini dikenal dengan nama latin Sylvilagus. Lain lagi dengan Amami Rabbit, nama latinnya adalah Pentalagus Furnessi.

Page 7: BAB I1 Fartoks

BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Kandang mencit

Penutup kandang yang kasar (kawat)

Kotak atau kandang individu kelinci

III.1.2 Bahan

Berupa hewan percobaan seperti :

1. Kelinci (

2. Mencit (

III.2 Cara kerja

III.2.1 Kelinci

1. Kelinci dipegang kulit tengkuknya

2. Pantat diangkat dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan

3. Dapat digunakan kotak atau kandang individu kelinci agar tidakbanyak

bergerak

III.2.1 Mencit

1. Ujung ekor diangkat dengan tangan kanan

2. Mencit dibiarkan mencengkram alas penutup kandang yang kasar

(kawat) sehingga tertahan ditempat

3. Ibu jari dan jari telunjuk kiri menjepit kulit tenguk seerat mungkin

4. Ekor dipindahkan, dijepit di antara jadi manis dankelingking tangan kiri

Page 8: BAB I1 Fartoks

5. Mencit siap diberi perlakuan dengan tangan kanan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil pengamatan

IV.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengenal, mempraktikan

bagaimana cara memegang hewan uji. Hewan uji yang digunakan hanya

mencit dan kelinci. Masing-masing digunakan 1 ekor mencit dan 1 ekor

kelinci. Dilihat dari perbedaan karakteristik kedua hewan, terasa lebih

mudah dalam menangani kelinci meskipun ukuran badannya lebih besar

dibanding mencit.

Adapun untuk mencit cara memegang yang benar. Awalnya ujung

ekor mencit diangkat dengan tangan kanan ataupun kiri ( tergatung

nyamannya praktikan). Kemudian telunjuk dan ibu jari tangan kiri

menjepit kulit tengkuk, sedangkan ekornya tetap dipegang dengan tangan

kanan (ataupun sebaliknya). Selanjutnya, posisi tubuh mencit dibalikkan,

sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan diantara

jari manis dan kelingking tangan kiri.

Sedangkan penanganan untuk kelinci awalnya dipegang kulit

tengkuknya, kemudian pantat diangkat dengan tangan kanan dan

didekapkan ke badan. Setelah itu untuk kelinci dapat digunakan kotak atau

kandang individu kelinci agar tidak banyak bergerak

Hal yang perlu diperhatikan sebelumnya adalah kita harus

melakukan pendekatan terlebih dahulu terhadap hewan uji. Tujuannya agar

Page 9: BAB I1 Fartoks

nantinya mencit ataupun kelinci tersebut lebih mudah untuk dipegang.

Jangan justru membuat mencit ataupun kelinci stres, membuatnya

berontak yang bisa melukai diri kita sendiri. Berikut adalah faktor-faktor

yang mempengaruhi kondisi mencit diantaranya adalah kebisingan suara

di dalam laboratorium, frekuensi perlakuan terhadap mencit tersebut, dan

lain-lain. Dalam menangani mencit, semua kondisi yang menjadi faktor

internal dan eksternal dalam penanganan hewan percobaan harus optimal,

untuk menjaga kondisi mencit tersebut tetap dalam keadaan normal.

Apabila kondisinya terganggu, maka mencit tersebut akan mengalami

stress. Kondisi stress yang terjadi pada mencit akan mempengaruhi hasil

percobaan yang dilakukan.

Page 10: BAB I1 Fartoks

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Cara perlakuan hewan coba seperti mencit dan kelinci. Untuk

mencit awalnya ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan ataupun

kiri ( tergatung nyamannya praktikan). Kemudian telunjuk dan ibu jari

tangan kiri menjepit kulit tengkuk, sedangkan ekornya tetap dipegang

dengan tangan kanan (ataupun sebaliknya). Selanjutnya, posisi tubuh

mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor

dijepitkan diantara jari manis dan kelingking tangan kiri. Sedangkan untuk

kelinci awalnya dipegang kulit tengkuknya, kemudian pantat diangkat

dengan tangan kanan dan didekapkan ke badan.

V.2 Saran