BAB I1
-
Upload
rendi-ahmadhusein-pohan -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
Transcript of BAB I1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aliran fluida yang melingkupi sebuah benda secara penuh akan menimbulkan
tegangan pada benda tersebut, baik tegangan normal maupun tegangan geser.
Tegangan normal disebabkan karena adanya tekanan dari fluida, sedangkan tegangan
geser timbul akibat adanya viskositas fluida. Jika kita tinjau pada aliran dua dimensi,
aliran yang mengalir secara horizontal akan menimbulkan gaya drag atau gaya hambat
karena arah dari gaya ini berlawanan dengan arah aliran, sedangkan aliran yang
mengalir secara vertikal menimbulkan gaya lift atau gaya angkat. Gaya drag sering
dianggap mengganggu, tetapi dalam situasi tertentu gaya drag justru diharapkan.
Aplikasi gaya lift dapat dilihat pada penggunaan pesawat terbang dan mobil balap.
Pada pesawat terbang gaya lift yang diharapkan adalah gaya lift positif, artinya gaya
angkat positif. Sedangkan pada aplikasi mobil balap, gaya lift yang diharapkan adalah
gaya lift negatif agar mobil tetap melaju di atas tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI FLUIDA
Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang mudah
mengalir misalnya zat cair dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk
menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida
dengan zat benda tegar. Meskipun demikian hukum-hukum yang berlaku pada dua
sistem ini tidak berbeda. Pada bagian ini kita akan meninjau fluida dalam keadaan
tidak mengalir, contohnya air di dalam suatu wadah atau air di danau/waduk. Aspek
pertama yang kita dapati ketika kita berada dalam suatu fluida (zat cair) yaitu tekanan.
Kita merasakan ada tekanan pada tubuh kita yang berada di dalam zat cair.
B. TEKANAN
Pengertian tekanan akan mudah kita pahami setelah kita menjawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini. Mengapa pisau yang tajam lebih mudah memotong dari pada
pisau yang tumpul? Mengapa paku yang runcing lebih mudah menancap kedalam
benda dibandingkan paku yang kurang runcing? Pertanyaan diatas sangat
berhubungan dengan konsep tekanan. Konsep tekanan identik dengan gaya, gaya
selalu menyertai pengertian tekanan. Tekanan yang besar dihasilkan dari gaya yang
besar pula, sebaliknya tekanan yang kecil dihasilkan dari gaya yang kecil. Dari
pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa tekanan sebanding dengan gaya. Mari kita
lihat orang memukul paku sebagai contoh. Orang menancapkan paku dengan gaya
yang besar menghasilkan paku yang menancap lebih dalam dibandingkan dengan
gaya yang kecil.
Pengertian tekanan tidak cukup sampai disini. Terdapat perbedaan hasil tancapan
paku bila paku runcing dan paku tumpul. Paku runcing menancap lebih dalam dari
pada paku yang tumpul walaupun dipukul dengan gaya yang sama besar. Dari sini
terlihat bahwa luas permukaan yang terkena gaya berpengaruh terhadap tekanan. Luas
permukaan yang sempit/kecil menghasilkan tekanan yang lebih besar daripada luas
permukaan yang lebar. Artinya tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan.
Penjelasan di atas memberikan bukti yang sangat nyata pada pengertian tekanan. Jadi,
tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Pengertian tekanan ini digunakan
secara luas dan lebih khusus lagi untuk Fluida. Satuan untuk tekanan dapat diperoleh
dari rumus di atas yaitu 1 Newton/m2 atau disebut dengan pascal. Jadi 1 N/m2=1 Pa
(pascal). Bila suatu cairan diberi tekanan dari luar, tekanan ini akan menekan ke
seluruh bagian cairan dengan sama prinsip ini dikenal sebagai hukum Pascal.
C. FLUIDA STATIS
Suatu zat yang mempunyai kemampuan mengalir dinamakan fluida. Cairan adalah
salah satu jenis fluida yang mempunyai kerapatan mendekati zat padat. Letak
partikelnya lebih merenggang karena gaya interaksi antar partikelnya lemah. Gas juga
merupakan fluida yang interaksi antar partikelnya sangat lemah sehingga diabaikan.
Dengan demikian kerapatannya akan lebih kecil.
Karena itu, fluida dapat ditinjau sebagai sistem partikel dan kita dapat menelaah
sifatnya dengan menggunakan konsep mekanika partikel. Apabila fluida mengalami
gaya geser maka akan siap untuk mengalir. Jika kita mengamati fluida statik, misalnya
air di tempayan. Sistem ini tidak mengalami gaya geser tetapi mempunyai tekanan
pada dinding tempayan.
• Berdasarkan uraian di atas, maka pada materi ini akan dibahas dulu mengenai fluida
statik. Pada kegiatan berikutnya akan dibahas secara khusus fluida dinamik.
Pembahasan sering menggunakan konsep umum maupun prinsip mekanika partikel.
Dengan mempelajari materi ini berarti Anda akan dapat mengkaji sifat fluida statik
dan fluida dinamik dengan menggunakan mekanika partikel. Setelah Anda
mempelajari materi ini, Anda dapat: Menjelaskan makna hukum utama hidrostatik.
Menggunakan hukum utama hidrostatik untuk menjelaskan sifat-sifat khusus fluida
statik. Membedakan macam-macam aliran fluida.
Menghitung debit aliran fluida. Menjelaskan makna hukum Bernoulli.
Menggunakan hukum Bernoulli untuk menjelaskan sifat-sifat aliran fluida.
Menjelaskan masalah fluida pada kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep
fisika.
D. MEKANIKA FLUIDA
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang mempelajari fluida
(yang dapat berupa cairan dan gas). Mekanika fluida dapat dibagi menjadi fluida
statik dan fluida dinamik. Fluida statis mempelajari fluida pada keadaan diam
sementara fluida dinamis mempelajari fluida yang bergerak.
Fluida Newtonian vs. non-NewtonianSebuah Fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai fluida
yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada
arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida
newtonian akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida.
Sebagai contoh, air adalah fluida Newtonian karena air memiliki properti fluida
sekalipun pada keadaan diaduk. Sebaliknya, bila fluida non-Newtonian diaduk, akan
tersisa suatu "lubang". Lubang ini akan terisi seiring dengan berjalannya waktu. Sifat
seperti ini dapat teramati pada material-material seperti puding. Peristiwa lain yang
terjadi saat fluida non-Newtonian diaduk adalah penurunan viskositas yang
menyebabkan fluida tampak "lebih tipis" (dapat dilihat pada cat). Ada banyak tipe
fluida non-Newtonian yang kesemuanya memiliki properti tertentu yang berubah pada
keadaan tertentu.
Persamaan pada fluida NewtonianKonstanta yang menghubungkan tegangan geser dan gradien kecepatan secara linier
dikenal dengan istilah viskositas. Persamaan yang menggambarkan perlakuan fluida
Newtonian adalah:
di mana
τ adalah tegangan geser yang dihasilkan oleh fluida
μ adalah viskositas fluida-sebuah konstanta proporsionalitas
adalah gradien kecepatan yang tegak lurus dengan arah geseran
Viskositas pada fluida Newtonian secara definisi hanya bergantung pada temperatur
dan tekanan dan tidak bergantung pada gaya-gaya yang bekerja pada fluida. Jika
fluida bersifat inkompresibel dan viskositas bernilai tetap di seluruh bagian fluida,
persamaan yang menggambarkan tegangan geser (dalam koordinat kartesian) adalah
di mana
τij adalah tegangan geser pada bidang ith dengan arah jth
vi adalah kecepatan pada arah ith
xj adalah koordinat berarah jth
Jika suatu fluida tidak memenuhi hubungan ini, fluida ini disebut fluida non-
Newtonian.
E. ALIRAN FLUIDA
Aliran fluida dapat diaktegorikan:
1. Aliran laminar
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan – lapisan, atau lamina –
lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Dalam aliran laminar ini
viskositas berfungsi untuk meredam kecendrungan terjadinya gerakan relative
antara lapisan. Sehi ngga aliran laminar memenuhi hukum viskositas Newton
2. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat tidak menentu
karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan, yang
mengakibatkan saling tukar momentum dari satu bagian fluida kebagian fluida
yang lain dalam skala yang besar. Dalam keadaan aliran turbulen maka
turbulensi yang terjadi membangkitkan tegangan geser yang merata diseluruh
fluida sehingga menghasilkan kerugian – kerugian aliran.
3. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminar ke aliran
turbulen.
F. KONSEP DASAR
Bilangan Reynolds
Bilangan Reynolds merupakan bilangan tak berdimensi yang dapat membedakan
suatu Dilihat dari kecepatan aliran, menurut (Mr. Reynolds)
diasumsikan/dikategorikanlaminar bila aliran tersebut mempunyai bilangan Re kurang
dari 2300, Untuk aliran transisi berada pada pada bilangan Re 2300 dan 4000 biasa
juga disebut sebagai bilangan
Viskositas
Viskositas fluida merupakan ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas zat cair cenderung menurun
dengan seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya – gaya
kohesi pada zat cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin
bertambahnya temperatur pada zat cair yang menyebabkan berturunya viskositas dari
zat cair tersebut.
Rapat jenis (density )
Density atau rapat jenis (ρ) suatu zat adalah ukuran untuk konsentrasi zat tersebut dan
dinyatakan dalam massa persatuan volume; sifat ini ditentukan dengan cara
menghitung nilai density dapat dipengaruhi oleh temperatur semakin tinggi
temperatur maka kerapatan suatu fluida semakin berkurang karena disebabkan gaya
kohesi dari molekul – molekul fluida semakin berkurang.
Koefisien Gesek
Koefisien gesek dipengaruhi oleh kecepatan, karena distribusi kecepatan pada aliran
laminar dan aliran turbulen berbeda, maka koefisien gesek erbeda pula untuk masing
– masing jenis aliran. Reynolds kritis, sedangkan aliran turbulen mempunyai bilangan
Re lebih dari 4000.
G. TEKANAN DALAM FLUIDA
Misalkan kita sedang berendam di dalam air, apa yang kita rasakan? Seolah-olah air
menekan seluruh tubuh kita yang bersentuhan dengan air. Tekanan ini semakin besar
apabila kita masuk lebih dalam ke dalam air. Fenomena apa yang ada dibalik
peristiwa ini. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa fluida memberikan
tekanan terhadap benda yang berada di dalamnya. Pengertian ini diperluas menjadi
tekanan pada fluida tergantung pada ketebalannya atau lebih tepatnya kedalamannya.
Udara/atmosfer terdiri dari gas-gas yang juga merupakan bentuk dari fluida. Maka
udara juga akan memiliki tekanan seperti definisi di atas. Tekanan udara kita anggap
sama untuk ketinggian tertentu di atas bumi namun untuk ketinggian yang sangat
tinggi di atas permukaan bumi besarnya menjadi berbeda.
H. FLUIDA ELEKTRO-REOLOGI
Mungkin, yang pertama kali melakukan percobaan pembuatan dan penerapan cairan
fluida yang merespon kondisi luarnya adalah Pak Winslow pada tahun 1940. Kenapa
saya awali dengan “mungkin”? Sebab ide atau niatan membuat fluida pintar ini sudah
ada sejak 150 tahun yang lalu. Lalu Pak Winslow lah yang berhasil melakukan
percobaan pembuatannya. Kebanyakan fluida elektro-reologi merupakan dispersi dari
partikel dielectric yang tersuspensi pada non-conducting liquid (cairan yang bersifat
bukan konduksi, alias tidak mampu hantar listrik). Mudahnya, anda punya partikel
(bulet kecil-kecil) dari bahan dielectrik kemudian dicampur dengan cairan tak mampu
hantar listrik, misal silicone-oils, hingga sifat campuran seperti suspensi. Itulah fluida
elektro-reologi.
Yield stress, tegangan geser, yaitu gaya luar yang diperlukan untuk menggeser fluida
tersebut, dari keadaan diam kemudian mengalir. Fluida elektro-reologi mula-mula
mempunyai nilai yield stress relatif kecil, ya iyalah…cairan gitu loh… Namun ketika
medan listrik dari luar diaplikasikan, nilai yield stress-nya menjadi meningkat dengan
drastis, alias susah untuk mengalir. Mekanisme yang sering digunakan untuk
menjelaskan fenomena ini adalah ketika medan listrik luar (ordenya sekitar kV/mm)
diaplikasikan kepada fluida elektro-reologi, menimbulkan efek dipole (pe-dua-kutub-
an) dari dielektrik partikel yang tersuspensi dalam cairan tsb. Berubahnya sifat
dialektrik partikel hingga mempunyai kutub ini menyebabkan partikel kecil-kecil
saling mendekat satu sama lainnya, sesusai sifat kutub masing-masing.
Sehingga terciptalah rantai/susunan partikel searah dengan medan listrik. Lihat
animasi diawal artikel. Bentuk daripada susunan rapi jajaran partikel yang berbentuk
seperti rantai inilah yang menyebabkan nilai yield stress menjadi naik secara dramatis.
Definisi pendahuluan tentang fluida pintar jenis ini dicukupkan sampai disini, ntar
disambung lagi yang lebih dalam jika memungkinkan.
Kini, aplikasi dari fluida elektro-reologi telah mempunyai pangsa pasar tersendiri,
diantaranya:
- controllable valve and shakers
- controllable machinery and engine mount
- controllable clutch and brakes
- controllable dampers
Mungkin ada sebagian peralatan ini pernah anda lihat, sekilas lihat, bahkan anda pakai
dan operasikan terutama di perusahaan-perusahaan besar. Namun yang tampak nyata
di depan anda hanyalah kemudah-aturan dan kecanggihan peralatan tersebut. Siapa
sangka dibalik produk-produk tersebut tersimpan keruwetan dan keunikan aspek
science dan teknologi yang membikin dahi berkerut, kening melebar, dan otak
berputar sekian banyak peneliti dan sekian lama waktu yang diperlukan.
I. FLUIDA BERMAGNET
Pada tahun 1960-an, Pak Rosensweig menjadi pelopor penelitian pembuatan dan
aplikasi dari fluida bermagnet. Kemudian setelah beberapa saat setelah penelitiannya
berkembang, beliau mendirikan perusahaan yang dikenal dengan Perusahaan
Ferrofluidics. Fluida bermagnet terdiri atas partikel bermagnet (superparamagnetic
particle) berukuran sangan kecil (skala nano, < 10 nm) yang terdispersi dalam cairan
pembawa. Tahukan seberapa kecil ukuran nano-meter itu? Iya benar, sepersejuta
meter. Suangaat kecil bukan. Campuran dispersi antara partikel magnet dan cairan
pembawa cenderung bersifat stabil (tidak terjadi sedimentasi/pengendapan),
disebabkan pergerakan Brownian (Brownian motion) yang terjadi ketika kita
mencampur partikel sangat kecil kedalam suatu cairan. Mudahnya, ketika anda
mengaduk gula dalam segelas air, gulanya tidak akan mengendap dibawah jika
adukannya merata. Artinya gula berubah jadi partikel sangat kecil sekali lalu
tersuspensi kedalam air, dan cenderung stabil. Para peneliti juga berhasil menaikkan
performa stabilitas fluida bermagnet dengan menambahkan surfactant, suatu zat yang
mencegah menempelnya partikel magnet satu sama lainnya, sehingga penggumpalan
bisa dihindari. Sehingga stabilitas fluida bermagnet dapat dipertahankan lebih lama
lagi.
Fluida bermagnet akan berubah sifat dan karakternya ketika dikenakan medan
magnet. Viskositas adalah salah satu parameter yang bisa diatur pada fluida
bermagnet. Karena waktu respon yang diperlukan sangat pendek (dalam orde mili-
second), maka kemampuan mudah-aturnya cepat mendapat perhatian pangsa pasar.
High-pressure seal dan media pendingin loudspeaker adalah salah dua produk yang
digemari pasar saat ini.
J. FLUIDA MAGNET-REOLOGI
Tibalah saatnya kita mengenal fluida pintar jenis ketiga yaitu fluida magnet-reologi.
Secara umum komposisinya sama dengan fluida bermagnet, yaitu: partikel magnet +
cairan pembawa + surfactant. Cuma bedanya adalah ukuran partikel magnet dalam
orde mikro-meter (seperseribu meter) dan peran surfactant yang sangat besar untuk
mencegah proses pengendapan. Pergerakan Brownian tidak terjadi pada fluida jenis
ini, karena ukuran partikel relatif besar. Hal yang menakjubkan dari sifat fluida
magnet-reologi ini adalah kemampuannya berubah fase menjadi semi-padat bahkan
cukup padat hingga dapat dikategorikan fase padat (solid phase).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Yang kita maksud dengan fluida disini adalah suatu bentuk materi yang mudah
mengalir misalnya zat cair dan gas. Sifat kemudahan mengalir dan kemampuan untuk
menyesuaikan dengan tempatnya berada merupakan aspek yang membedakan fluida
dengan zat benda tegar. Meskipun demikian hukum-hukum yang berlaku pada dua
sistem ini tidak berbeda. Pada bagian ini kita akan meninjau fluida dalam keadaan
tidak mengalir, contohnya air di dalam suatu wadah atau air di danau/waduk. Aspek
pertama yang kita dapati ketika kita berada dalam suatu fluida (zat cair) yaitu tekanan.
Kita merasakan ada tekanan pada tubuh kita yang berada di dalam zat cair.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Fluida
Gibbs, K, 1990. Advanced Physics. New York: Cambridge University Press.
Martin Kanginan, 2000. Fisika SMU. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tim Dosen Fisika ITS, 2002. Fisika I. Surabaya: Penerbit ITS.