BAB I - harsumda79.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Matematika...
Transcript of BAB I - harsumda79.files.wordpress.com file · Web viewPENDAHULUAN. Latar Belakang. Matematika...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan pengetahuan dasar yang diperlukan oleh siswa untuk
menunjang keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Secara umum matematika diperlukan oleh semua orang dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu sangat diharapkan siswa sekolah menengah untuk menguasai
pelajaran matematika karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang
sangat diperlukan oleh siswa.
Dalam kurikulum matematika 2006 dikemukakan bahwa tujuan umum
pendidikan matematika ditekankan pada siswa untuk memiliki kemampuan
menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada
setiap keadaan seperti berpikir kritis, sistematis, objektif, jujur, disiplin dalam
memandang dan menyelesaikan masalah.
Mengingat pentingnya pelajaran matematika maka seharusnyalah siswa
menguasai pelajaran matematika. Namun dilapangan, selama penulis mengajar di
SMA N 1 Padang Sago, penulis menemukan kenyataan yang tidak diharapkan yaitu
kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika, siswa menganggap
matematika suatu pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dipelajari sehingga
siswa merasa takut terhadap pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru sesama pengajar matematika
dan beberapa siswa, penulis mandapat masukan bahwa permasalahan utama yang
1
1
dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya sarana penunjang
pembelajaran yaitu buku pegangan siswa dan lembar kerja siswa.
Buku pegangan siswa memiliki peran yang sangat sentral terhadap keberhasilan
siswa, buku pegangan siswa dapat memberikan kesempatan siswa membaca dan
mempelajari konsep-konsep matematika kapan dan dimana saja siswa tersebut
berada baik secara individu maupun berkelompok.
Dari temuan penulis, buku pegangan siswa yang ada diperpustakaan tidak
mencukupi untuk semua siswa. Buku yang ada juga berasal dari beberapa penerbit,
masing-masing penerbit memiliki karakteristik tersendiri. Ada buku yang memiliki
soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi yang tidak sesuai dengan kemampuan
siswa yang umumnya menengah kebawah dan ada juga buku yang belum
menggunakan suatu pendekatan sehingga buku yang ada tersebut kurang
dimanfaatkan oleh siswa.
Selain itu lembar kerja siswa dari sekolah belum ada, lembar kerja yang
digunakan siswa saat ini adalah lembar kerja siswa yang datang dari luar sekolah,
lembar kerja siswa ini juga belum menggunakan suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat membantu siswa dalam mengerjakannya.
Guru sebagai pendidik berperan sebagai fasilitator dalam membantu siswa untuk
meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Oleh karena itu,
sudah seharusnya guru mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi siswa.
Untuk mengatasi permasalahan diatas dibutuhkan buku pegangan siswa yang
berbasiskan suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran
2
matematika yang menyenangkan, bermakna, menarik sehingga meningkatkan minat,
motivasi, aktivitas, kreativitas dan pemahaman siswa. Selain itu buku tersebut harus
dapat di gunakan sebagai lembar kerja siswa.
Ada beberapa pendekatan yang saat ini mulai dikembangkan dan diterapkan
salah satunya adalah pendekatan konstruktivisme. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Sagala (2009;88), Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)
pendekatan konstektual yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata
Dalam pendekatan konstruktivisme siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah
ada. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengembangkan buku pegangan siswa
yang berbasis konstruktivisme, dimana buku ini juga dapat digunakan oleh siswa
sebagai lembar kerja sehingga siswa tidak perlu lagi membeli lembar kerja siswa
yang datang dari luar sekolah.
Buku siswa yang berbasis konstruktivisme ini yaitu buku siswa yang pada awal
materi ditampilkan suatu permasalahan berdasarkan pengalaman dalam kahidupan
sehari-hari, dari permasalahan tersebut siswa diharapkan dapat mengkonstruksi
pengetahuan yang dimilikinya sehingga siswa paham dengan tujuan yang hendak
dicapai.
3
Pada buku siswa berbasis konstruktivisme ini juga diberi tampilan berbentuk
kotak-kotak kecil yang mana dalam kotak-kotak tersebut berisikan rumus-rumus
penting yang dapat digunakan siswa sebagai panduan dalam mengkonstruksi
pengetahuannya.
Buku siswa ini juga dilengkapi dengan lembar kerja siswa yang berbasis
konstruktivisme dimana pada soal-soalnya diberikan kerangka-kerangka jawaban
untuk mempermudah langkah siswa mengerjakan soal-soal tersebut. Selain itu, buku
ini juga berisikan humor serta diberi tampilan-tampilan menarik untuk
menghilangkan kebosanan siswa selama pembelajaran matematika.
Sebagai langkah awal, penulis mencoba mengembangkan buku siswa berbasis
konstruktivisme pada materi matriks dikelas XII IA karena materi matriks juga
digunakan dalam materi selanjutnya yaitu vektor dan transformasi geometri.
Pengembangan ini dirangkum dalam sebuah penelitian dengan judul
“Pengembangan Buku Siswa Berbasis Konstruktivisme pada Materi Matriks
di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah
dalam pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Padang Sago sebagai berikut.
1. Kurangnya minat siswa terhadap pelajaran matematika, siswa menggangap
matematika adalah suatu pelajaran yang sulit dan tidak menarik untuk dipelajari.
2. Buku pegangan siswa yang ada mencukupi untuk semua siswa, hal ini penulis
temukan berdasarkan penelusuran penulis pada perpustakaan SMA Negeri 1
Padang Sago
4
3. Buku pegangan siswa yang ada berasal dari beberapa penerbit, buku tersebut
memiliki karakteristik masing-masing dan belum sesuai dengan kemampuan
siswa.
4. Buku pegangan siswa belum menggunakan suatu pendekatan sehingga siswa
kurang tertarik untuk memanfaatkan buku yang ada.
5. Lembar kerja siswa dari sekolah belum ada sehingga siswa memanfaatkan
lembar kerja siswa yang datang dari luar, lembar kerja siswa tersebut juga belum
menggunakan suatu pendekatan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dapat ditemukan permasalahan utama yang
dialami siswa dalam proses pembelajaran matematika yaitu kurangnya sarana
penunjang belajar matematika yaitu buku pegangan siswa. Oleh karena itu
penelitian ini terbatas pada pengembangan buku siswa berbasis konstruktivisme
pada materi matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“bagaimanakah proses pengembangan buku siswa berbasis konstruktivisme pada
materi matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago?”
Untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan di atas, secara khusus dapat dirinci
menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah validitas buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi
matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago?
5
2. Bagaimanakah praktikalitas buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi
matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago?
3. Bagaimanakah efektivitas buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi
matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago? Untuk memperoleh
jawaban bagaimanakah efektivitas buku siswa, penulis rinci menjadi pertanyaan
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah aktivitas siswa kelas XII IA SMA N 1 Padang Sago selama
mengikuti pembelajaran matematika pada materi matriks dengan
menggunakan buku siswa berbasis konstruktivisme?
b. Bagaimanakah motivasi siswa kelas XII IA SMA N 1 Padang Sago setelah
mengikuti pembelajaran matematika pada materi matriks dengan
menggunakan buku siswa berbasis konstruktivisme?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah menghasilkan buku siswa berbasis
konstruktivisme pada materi matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menentukan validitas buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi
matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago
2. Untuk mengetahui praktikalitas buku siswa berbasis konstruktivisme pada
materi matriks di kelas XII IA SMA Negeri 1 Padang Sago
3. Untuk mendeskripsikan efektivitas tentang motivasi siswa kelas XII IA SMA N
1 Padang Sago dalam mengikuti materi matriks dengan menggunakan buku
siswa berbasis konstruktivisme.
6
F. Manfaat penelitian
Hasil buku siswa berbasis konstruktivisme ini memiliki beberapa manfaat, yaitu
1. Buku siswa berbasis konstruktivisme yang dihasilkan dapat digunakan sebagai
contoh buku siswa berbasis konstruktivisme untuk mata pelajaran matematika
pada topik lainnya;
2. Buku siswa berbasis konstruktivisme ini dapat meningkatkan pemahaman siswa
dalam pembelajaran matematika pada materi matriks;
3. Buku siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi alternatif bagi guru
dalam mempersiapkan proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas
pembelajaran di SMA Negeri 1 Padang Sago;
4. Buku siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi sumbangan bagi
pendidikan dalam rangka inovasi pembelajaran matematika di Sekolah;
5. Buku siswa berbasis konstruktivisme ini dapat menjadi landasan berpijak bagi
peneliti lain untuk melanjutkan penelitian ini.
G. Spesifikasi produk
Produk yang diharapkan dari penelitian ini adalah buku siswa berbasis
konstruktivisme untuk materi matriks pada pembelajaran matematika. Karakteristik
dari buku siswa berbasis konstruktivisme ini adalah :
1. Buku yang berfungsi sebagai buku pegangan sesuai dengan kurikulum KTSP
yang dikembangkan oleh Dinas Pendidikan Nasional .
7
2. Buku yang memiliki materi pembuka tentang permasalahan sehari-hari yang
dapat digunakan sebagai pengetahuan awal bagi siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuannya pada materi selanjutnya
3. Buku sebagai lembar kerja siswa, dimana soal-soal latihan menggunakan
pendekatan konstruktivisme yaitu diberikan kerangka- kerangka jawaban
sehingga siswa bisa mengkonstruksi pengetahuan dalam menyelesaikan soal
tersebut
4. Buku yang memiliki catatan-catatan penting yang dibuat pada suatu kotak kecil
yang membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
5. Buku siswa yang valid, praktis, dan efektif
6. Buku siswa yang ditampilkan dengan lembaran-lembaran yang menarik dan
diberi sisipan humor
7. Buku siswa yang memiliki soal – soal latihan yang tersusun dari tingkat
kesukaran rendah, sedang sampai tinggi
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika di SMA
Matematika memiliki fungsi sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau
pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam
dunia kerja, atau dalam kehidupan sehari-hari. Belajar matematika bagi siswa
merupakan pembentukan pola pikir dalam memahami suatu pengertian maupun
dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian tersebut (Erman Suherman,
2003 ; 56)
9
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah mengacu pada fungsi
matematika serta pada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam
Garis-garis Besar Haluan Negara. Dalam GBPP matematika SMU diungkapkan
bahwa tujuan khusus pengajaran matematika di SMU ( Erman Suherman, 2003 ;
59) adalah sebagai berikut :
a. Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai
bekal untuk melanjutkan kependidikan tinggi
b. Siswa memiliki keterampilan matematika sebagai
peningkatan matematika pendidikan dasar untuk dapat digunakan dalam
kehidupan yang lebih luas (di dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-
hari.
c. Siswa memiliki pandangan yang lebih luas serta
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, logis,
objektif, terbuka, kreatif, serta inovatif.
d. Siswa memiliki kemampuan yang dapat
dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan matematika di SMU.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pembelajaran matematika di SMA
merupakan bekal dan keterampilan bagi siswa untuk menghadapi tantangan
hidup dimasa depan. Belajar matematika akan membentuk pola pikir, sikap
kritis, dan penalaran bagi siswa dalam memecahkan masalah.
2. Konstruktivisme
10
8
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Menurut sagala (2009:88), Konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Menurut konstruktivisme siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
memberi arti pada pengetahuan tersebut sesuai pengalamannya. siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu dan
mentransformasi suatu informasi kompleks ke situasi lain serta bergelut dengan
ide-ide.
a. Prinsip belajar menurut konstruktivisme
Para ahli konstruktivisme menyatakan bahwa belajar melibatkan
konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh
pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki siswa mempengaruhi
pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasikan pengalaman baru
dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan realitas yang telah terbentuk
di dalam pikiran siswa.
Prinsip-prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam
pendidikan sains dan matematika. Aunurrahman (2009:25) mengemukakan:
11
Beberapa prinsip dasar pembelajaran konstruktivisme yaitu: (1) pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) tekanan proses belajar terletak pada siswa; (3) mengajar adalah membantu siswa belajar; (4) penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses bukan hasil akhir; (5) kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) guru adalah fasilitator.
Prinsip di atas sering digunakan untuk merencanakan proses
pembelajaran, kurikulum dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah
berjalan. Pada proses pembelajaran, guru mengambil prinsip
konstruktivisme untuk menyusun metode mengajar yang lebih menekankan
keaktifan siswa. Sedangkan sebagai alat evaluasi, konstruktivisme dapat
digunakan untuk meneliti mengapa siswa tertentu dapat belajar lebih baik
dengan teman.
b. Ciri-ciri belajar menurut konstruktivisme
Ciri-ciri proses konstruktivisme (Pannen , 2001 : 9-10) adalah :
a) Belajar berarti membentuk makna yang diciptakan melalui apa yang dilihat, dirasakan dan dialami. b) Konstruksi makna merupakan proses yang terus menerus setiap kali berhadapan dengan fenomena atau hal yang baru, sehingga rekonstruksi, selalu terjadi. c) Belajar bukan proses mengumpulkan fakta, melainkan mengembangkan pemikiran dengan membuat pengertian baru. d) Proses belajar yang sebenarnya terjadi waktu skema seseorang dalam keadaan teransang mengalami perubahan pembentukan pemikiran baru. e) Hasil belajar dipengaruhi pengalaman tentang dunia fisik dan lingkungan. f) Hasil belajar ditentukan oleh pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
Belajar menurut konstruktivisme adalah ”Proses mengasimilasikan dan
menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang
12
sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan” (Paul,
1997:61). Jadi, belajar adalah kegiatan siswa mengkonstruksi pengetahuannya
berdasarkan pengalaman.
Menurut Cobb (dalam Erman 2004:76) ”Belajar matematika merupakan
proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.
Ketika siswa mencoba menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan
matematika dikonstruksikan secara aktif
Karena kegiatan pembelajaran menekankan kemampuan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka setiap siswa harus memiliki
kemampuan dasar untuk memperdayakan fungsi-fungsi psikis dan mental yang
dimilikinya. Kemampuan dasar tersebut menurut Aunurrahman (2009:17),
yaitu : (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman; (2)
kemampuan membandingkan, mengambil keputusan ( justifikasi ) mengenai
persamaan dan perbedaan; serta (3) kemampuan lebih menyukai pengalaman
yang satu dari pada pengalaman yang lain.
Pembelajaran harus memberikan pengalaman belajar yang baik kepada
siswa. Bagaimana semestinya mereka harus belajar, belajar berinteraksi dengan
orang lain, belajar mengemukakan ide atau pikiran serta pengalaman-
pengalamannya, semuanya akan menjadi pengalaman yang sangat penting bagi
siswa.
Menurut Pannen (2001:7-8), Gagasan konstruktivisme mengenai
pengetahuan adalah sebagai berikut :
13
a. Pengetahuan merupakan konstruksi kenyataan
melalui kegiatan seseorang.
b. Siswa mengkonstruksi skema kognitif, kategori,
konsep dan struktur dalam membangun pengetahuan, sehingga setiap
individu memiliki skema kognitif, kategori, konsep dan struktur yang
berbeda.
c. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep
masing-masing individu. Struktur konsep dapat membentuk pengetahuan
bila konsep baru yang diterima dapat dikaitkan dengan pengalaman yang
telah dimiliki seseorang.
d. Dalam proses pembentukan pengetahuan,
kebermaknaan merupakan interpretasi individu terhadap pengalaman yang
dialaminya.
Konstruktivisme tidak bertujuan untuk mengerti kenyataan, melainkan
menggambarkan proses menjadi tahu akan sesuatu. Menurut konstruktivisme,
belajar merupakan proses aktif siswa dalam mengkonstruksikan arti, wacana,
dialog, dan pengalaman fisik. Belajar juga merupakan proses mengasimilasi dan
menghubungkan pengalaman atau informasi yang dipelajari dengan pengertian
yang sudah dimiliki sehingga pengetahuan siswa berkembang.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
14
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
3. Keuntungan Pendekatan Konstruktivisme
Pembelajaran dengan pendekatan konsruktivisme direkomendasikan agar
digunakan guru dalam pembelajaran. Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dinyatakan agar pendekatan ini digunakan. Pembelajaran
matematika menuntut pemahaman yang mendalam terhadap konsep. Untuk itu,
pendekatan konstruktivisme sangat cocok digunakan agar siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuan dalam memahami konsep-konsep yang bersifat
abstrak.
Kebaikan dari konstruktivisme menurut Ellizar (2008) antara lain:
a. Siswa belajar lebih banyak dan menikmati pembelajaran pada saat mereka
aktif terlibat dalam proses pembelajaran bila dibandingkan dengan siswa
yang pasif dalam belajar.
b. Pembelajaran menjadi lebih baik pada saat siswa konsentrasi berfikir dan
memahami konsep yang dipelajari bila dibandingkan dengan siswa yang
belajar dengan menghafal. Konstruktivisme terfokus untuk mempelajari cara
berfikir dan memahami sesuatu.
c. Hasil belajar konstruktivisme dapat ditransfer. Dalam menggunakan
konstruktivisme, siswa menyusun prinsip-prinsip yang akan dipelajarinya
untuk pembelajaran berikutnya.
15
d. Konstruktivisme memungkinkan siswa memperoleh apa yang telah
dipelajarinya, karena belajar didasarkan pada pertanyaan dan pencarian yang
dilakukan oleh siswa.
e. Dengan belajar melalui aktivitas penelusuran yang tepat, konteks yang nyata,
konstruktivisme menstimulasi dan mengikat siswa. Siswa belajar untuk
menyusun pertanyaan dan menggunakan pengetahuan yang telah mereka
miliki.
f. Konstruktivisme dan pertukaran ide mengembangkan keterampilan
komunikasi dan ketrampilan sosial dengan cara menciptakan lingkungan
yang memungkinkan terjadinya kolaborasi ide. Siswa harus belajar
bagaimana cara mengemukakan idenya dengan jelas agar dapat terciptanya
tanya jawab dalam kelompok dikelas sehingga tugas dapat diselesaikan
dengan hasil yang baik serta konteks yang dipelajari semakin jelas.
g. Bila seseorang siswa yang belajar dengan pendekatan konstruktivisme
berhasil dalam pembelajarannya, maka ada kepuasan yang terpenuhi
sehingga bagi siswa tersebut pembelajaran menjadi menyenangkan.
4. Buku Siswa
Menurut Abdul Majid (2005:175) , buku sebagai bahan ajar merupakan buku
yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam
bentuk tertulis.
16
Beberapa hal yang menjadi acuan dalam pengorganisasian buku siswa dan
menjadikan buku tersebut berbeda dengan karakteristik buku lainnya menurut
Hamzah ( 2009 : 147 ) yaitu :1) Judul pendek dan jelas; (2) Rangkuman
diberikan diawal yang menunjukan apa isi buku tersebut; (3) memperhatikan
penataan isi; (4) memilah materi ajar kedalam sub topik; (5) uraian materi; (6)
Penyajian catatan penting; (7) penyajian contoh soal dan (8) penyajian soal
latihan.
Buku siswa yang akan penulis kembangkan adalah buku siswa yang
dirancang untuk membimbing siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan sendiri.
Isi buku siswa berbasis konstruktivisme adalah:
1. Gambar Pembuka materi matriks
Gambar pembuka materi matriks ditampilkan untuk memberikan
gambaran materi pembelajaran yang akan dibahas
2. Judul Materi
Judul materi untuk menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan
dibahas dalam pembelajaran.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
17
Standar kompetensi dan kompetensi dasar dicantumkan agar siswa
mengetahui kompetensi yang harus dicapai setelah mempelajari materi
matriks.
4. Materi dan contoh soal pembelajaran
Materi dan contoh soal pembelajaran disajikan secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami siswa.
5. Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa terdiri dari latihan terbimbing, latihan, dan tugas
yang berbasis konstruktivisme dimana siswa membangun suatu konsep
matematika dengan aktif.
6. Catatan , berisi hal-hal penting yang harus diperhatikan
siswa
7. Solusi, merupakan pembahasan soal UN, SNMPTN
8. Sisipan humor
9. Uji Ketuntasan Belajar
Uji ketuntasan belajar disediakan sebagai sarana untuk mengukur sejauh
mana siswa mampu menguasai materi yang dipelajari
5. Aktivitas Belajar
18
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran, diharapkan
siswa selalu aktif. Keaktifan siswa dapat berupa aktivitas fisik dan aktivitas
psikis. Guru sangat berperan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Menurut Paul B. Diedrich (dalam Sardiman 2009: 101) indikator yang
menyatakan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Visual activities, seperti membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, dan mengamati percobaan. 2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, berdiskusi, dan interupsi. 3) Listening activities, seperti mendengarkan uraian, mendengarkan percakapan, mendengarkan diskusi, dan mendengarkan radio. 4) Writing activities, seperti menulis, membuat laporan, mengisi angket, dan menyalin. 5) Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, membuat peta, dan diagram. 6) Motor activities, seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model, dan melakukan demonstrasi. 7) Mental activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bergairah, berani, tegang, dan gugup.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar siswa dituntut
untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung termasuk dalam
belajar matematika. Selama pembelajaran matematika banyak aktivitas yang
dapat dilakukan siswa. Jika siswa dapat terlibat aktif, maka proses belajar dapat
berjalan secara optimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam
proses pembelajaran, aktivitas tersebut saling mendukung dan melengkapi
sehingga dapat membantu siswa dalam memahami konsep secara menyeluruh.
19
6. Motivasi Belajar
Woodwort (dalam Wina 2008:250) mengatakan : ” A motive is a set
predisposes the individual of certain activities and for seeking certain goals ”.
Suatu motivasi adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:80), motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia,
termasuk perilaku pelajar.
Erman (2004:236) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan guru
dalam memotivasi siswa untuk belajar matematika sebagai berikut:
a) Memperlihatkan betapa bermanfaatnya matematika bagi kehidupan melalui contoh-contoh penerapan matematika yang relevan dengan dunia keseharian siswa. b) Menggunakan teknik, metode dan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat dan sesuai dengan karakteristik topik yang disajikan. c) Memanfaatkan teknik, metode dan pendekatan yang bervariasi dalam pembelajaran matematika agar tidak monoton.
Penulis lebih cenderung mengacu pada pendapat Keller (1983:395) untuk
memilih indikator dari motivasi belajar. Keller mengemukakan empat kategori
kondisi motivasional yang harus diperhatikan guru dalam usaha menghasilkan
pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberikan tantangan bagi siswa
yaitu: (1) minat (interest), (2) relevansi (relevance), (3) harapan (expectancy),
dan (4) kepuasan (satisfaction).
20
Minat siswa dalam belajar muncul jika didorong oleh rasa ingin tahu yang
tinggi. Guru harus mampu merangsang dan memberikan perhatian untuk dapat
meningkatkan keingintahuan siswa terhadap materi pembelajaran yang
diberikan.
Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi pembelajaran dengan
kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka
menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat
dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
Harapan seringkali dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa lampau.
Dengan demikian, ada hubungan antara pengalaman sukses dan motivasi.
Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan dan
selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk
mengerjakan tugas berikutnya.
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan
dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa.
Kepuasan karena tercapainya tujuan dipengaruhi oleh konsekwensi yang
diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa tersebut.
Dengan adanya pemberian buku siswa, diharapkan siswa lebih termotivasi
dalam pembelajaran matematika. Apabila siswa sudah termotivasi dalam belajar,
maka mereka akan mudah memahami materi pembelajaran.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
21
1) Yasmin (2007) melaksanakan penelitian yang berjudul Pengembangan
perangkat pembelajaran matematika berbasis pendekatan RME Dilaksanakan
Secara Terbatas di SD Negeri 24 Padang. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa perangkat pembelajaran matematika berbasis RME mudah digunakan,
bermanfaat, dan menarik. Pada umumnya, siswa menyenangi proses
pembelajaran berbasis RME ini. Tingkat aktivitas siswa selama pembelajaran
matematika berbasis RME adalah tinggi dan motivasi belajar siswa sangat
tinggi.
2) Isra Nurmai Yenti (2008) melaksanakan penelitian yang berjudul
Pengembangan Buku Kerja Berbasis Konstruktivisme pada Perkuliahan
Kalkulus I di STAIN Batusangkar. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa buku
kerja berbasis konstruktivisme dapat mengaktifkan mahasiswa dan motivasi
belajar mahasiswa sangat tinggi.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas penulis tertarik untuk meneliti
mengenai pengembangan buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi matriks
di SMA Negeri 1 Padang Sago
C. Kerangka Pemikiran
Matriks adalah salah satu bagian dari materi matematika. Dalam pembelajaran
matematika pada materi matriks, siswa akan cepat melupakan materi dan
konsepnya apabila mereka hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Akan tetapi,
apabila siswa mendengar, melihat, mendiskusikan, dan melakukannya, siswa akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dengan kata lain, materi matriks akan
22
lebih mudah dipahami apabila siswa terlibat secara aktif baik fisik mental, dan
emosional selama proses pembelajaran. Dengan demikian guru perlu merancang
pembelajaran yang bermakna yang dapat menghadirkan suasana yang
menyenangkan serta melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu
pendekatan yang dapat membantu siswa belajar aktif yaitu konstruktivisme.
Pada pembelajaran konstruktivisme, siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Siswa juga dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi,
dan saling mengkoreksi. Pembelajaran berbasis konstruktivisme dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan. Disamping itu, keterampilan
siswa dikembangkan atas dasar pemahaman siswa dan siswa mendapatkan
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Penerapannya akan terlihat
pada buku siswa yang berbasis konstruktivisme.
Buku siswa yang berbasis pendekatan konstruktivisme bertujuan membantu
guru dan siswa selama proses pembelajaran agar kontinu dan terarah dengan
memanfaatkan waktu yang tersedia. Buku siswa yang dirancang ini perlu di validasi
oleh pakar dan dipraktikalisasi serta dilihat keefektifannya selama proses
pembelajaran. Buku siswa divalidasi berdasarkan validasi isi dan konstruk, serta
kepraktisan diamati pada saat uji coba dikelas dan keefektifannya hanya diamati
pada aktivitas dan motivasi siswa .
Buku siswa perlu divalidasi dan dipraktikalisasi untuk mengetahui apakah buku
siswa yang dirancang sudah valid dan praktis serta mudah digunakan oleh guru dan
23
siswa. Kefektifan dilakukan dengan mengamati aktivitas dan motivasi siswa selama
proses pembelajaran.
Secara ringkas kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan
melalui diagram 1 berikut ini:
Diagram 1. Kerangka Pemikiran
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Matriks
Buku Siswa berbasis
konstruktivisme
Validitas oleh Pakar
Praktikalitas Diujicoba
Efektifitas Pengamatan
Validitas isi
Validitas konstruk
Aktivitas siswa
Motivasi siswa
Di kelas
24
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab I, penelitian
ini digolongkan pada penelitian pengembangan ( development research ). Penelitian
ini mengembangkan suatu buku siswa yang bermanfaat bagi proses pembelajaran
disekolah. Buku siswa yang digunakan ialah buku siswa berbasis konstruktivisme.
Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai
berikut:
Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.
Menurut Van Den Aker dan Plom ( 1994 : 462 ) Tujuan penelitian pengembangan adalah :
1. Better understanding of the implementation problem of teachers.
2. Development of prototypical project intervention ( training, materials, support),
including empirical evidence of their quality.
3. generating methodological directions for the design and evaluation of such
products or intervention.
4. increased ( both individual and collective ) epertise of the various participant.
Berdasarkan tujuan penelitian itu, buku siswa berbasis konstruktivisme ini
termasuk dalam tujuan kedua, yaitu development of prototypical project
intervention. Dalam hal ini penelitian pengembangan digunakan untuk
25
23
mengembangkan buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi matriks yang
valid, praktis dan efektif untuk guru dan siswa.
Untuk mengetahui keefektifan buku siswa berbasis konstruktivisme, digunakan
penelitian pra eksperimental dengan model rancangan penelitiannya adalah “ The
One – Shot case Study” ( Sumadi, 2003 :100). Pada penelitian ini diamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan buku siswa berbasis
konstruktivisme.
B. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini terdiri atas tiga tahap berikut ini.
1. Analisis muka- belakang ( front – end analysis )
2. Tahap prototipe ( prototype )
3. Tahap penilaian ( assessment )
Secara umum, rancangan penelitian dapat dilihat pada Diagram 2 berikut :
Diagram 2. Rancangan penelitian
Diagram rancangan diatas terdapat pada diagram rancangan penelitian
Ahmad ( 2002 : 63 ). Gambar loop yang digunakan menunjukan proses siklis.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis muka – belakang meliputi analisis
buku teks matematika, analisis silabus materi matriks, menelusuri karakteristik
26
siswa, wawancara dengan teman sejawat, , dan mereviu literatur tentang
pembelajaran berbasis konstruktivisme. Berdasarkan tahap analisis muka –
belakang, dirancang prototipe buku siswa berbasis konstruktivisme pada materi
matriks. Pada tahap penilaian, kegiatan dipusatkan untuk mengetahui apakah
prototipe dapat digunakan sesuai dengan harapan dan efektif untuk meningkatkan
aktivitas positif siswa.
C. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMA N 1 PADANG SAGO
D. Prosedur penelitian
1. Tahap analisis Muka-Belakang (front – end analysis)
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi dilapangan. Pada
tahap ini, dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Analisis Buku teks Matematika
Sebelum merancang buku siswa terlebih dahulu peneliti menelaah buku
teks matematika kelas XII khusus materi matriks. Hal ini bertujuan untuk
melihat isi buku, cara penyajian, soal – soal latihan dan tugas-tugas, apakah
sudah sesuai dengan silabus yang berlaku.
b. Analisis silabus materi matriks
27
Hal ini bertujuan untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi
dasar pada materi matriks kemudian silabus yang ada dikembangkan
berbasis konstruktivisme.
c. Menelusuri Karakteristik Siswa
Ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik siswa, tingkat kemampuan
siswa dan pengetahuan awal siswa.
d. Wawancara dengan teman sejawat
Wawancara dengan teman sejawat bertujuan untuk mengetahui masalah,
hambatan, atau fenomena apa saja yang dihadapi dilapangan sehubungan
dengan materi matriks. Masalah ini dapat berasal dari siswa maupun guru.
e. Mereviu literatur pembelajaran berbasis konstruktivisme
Hal ini bertujuan untuk merancang dan mengetahui proses pembelajaran
yang berbasis konstruktivisme. Disamping itu, untuk merancang metode
pembelajaran apa yang akan digunakan pada setiap pertemuan.
2. Tahap prototipe( Prototype )
Hasil analisis muka belakang digunakan untuk merancang prototipe buku
siswa berbasis konstruktivisme pada materi matriks. Kemudian untuk melihat
kevalidan dan kepraktisan hasil rancangan prototipe ini maka dilakukan tahap
validasi dan tahap kepraktisan. Berikut ini uraian masing-masing tahap :
a. Tahap validasi
28
Prototipe yang telah dirancang selanjutnya divalidasi kepada 2 orang ahli
konstruktivisme. Validator merupakan staf pengajar jurusan matematika FMIPA
UNP. Ada dua macam validasi yang digunakan pada buku siswa yaitu:
1. Validitas isi, yaitu apakah buku siswa berbasis konstruktivisme yang
telah dirancang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Validasi konstruk, yaitu kesesuaian komponen – komponen buku siswa
dengan indikator yang telah ditetapkan.
Kegiatan validasi dilakukan dalam bentuk mengisi lembar validasi buku
siswa berbasis konstruktivisme dan diskusi sampai diperoleh suatu buku siswa
yang valid dan layak untuk digunakan.
b. Tahap Praktikalitas
Pada tahap ini dilakukan uji coba untuk melihat kepraktisan atau
keterpakaian buku siswa yang telah dirancang berdasarkan penilaian validator.
3. Tahap penilaian (assessment)
Pada tahap penilaian, kegiatan dipusatkan untuk mengevaluasi apakah
prototipe (ujicoba) dapat digunakan sesuai dengan harapan dan efektif untuk
meningkatkan kualitas dan prestasi belajar siswa. Aspek efektifitas yang diamati
dalam proses pembelajaran yang menggunakan buku siswa berbasis
konstruktivisme di kelas ujicoba adalah aktivitas siswa dan motivasi belajar
siswa.
Prosedur penelitian di atas dapat disajikan dalam diagram 3 berikut ini:
29
Diagram 3. Prosedur Penelitian
E. Instrumen pengumpulan data
Analisis muka-belakang
Analisis Buku Teks Matematika
Analisis Silabus Materi Matriks
Menelusuri Karakteristik Siswa
Wawancara dengan Teman Sejawat
Mereviuw literatur pembelajaran berbasis konstruktivisme
Merancang prototipe
Validasi oleh Pakar
Valid ?Tidak
Revisi
Uji coba di kelas
RevisiPraktis dan efektif
Tidak
Ya
Ya
Buku siswa berbasis konstruktivisme
Yang Valid, praktis, dan efektif
30
Teknik pengumpulan data untuk menentukan kevalidan buku siswa berbasis
konstruktivisme melalui proses validasi dan diskusi dengan validator. Teknik
pengumpulan data untuk mengetahui kepraktisan buku siswa berbasis
konstruktivisme digunakan lembar observasi dan pedoman wawancara. Sementara
pengumpulan data untuk melihat keefektifan buku siswa berbasis konstruktivisme
digunakan lembar observasi . Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Lembar Validasi
Lembar validasi digunakan untuk mengetahui buku siswa dan instrumen
yang telah dirancang valid atau tidak. Lembar validasi pada penelitian ini terdiri
atas 5 macam yaitu:
a. Lembar validasi buku siswa.
b. Lembar validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c. Lembar validasi aktivitas siswa.
d. Lembar validasi wawancara dengan siswa.
e. Lembar validasi angket motivasi belajar siswa.
Skala penilaian untuk lembar validasi menggunakan skala Likert.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang dipakai adalah lembar observasi untuk
mengetahui aktivitas siswa selama proses pembelajaran untuk melihat
keefektifan dari lembar observasi, untuk melihat kepraktisan atau keterpakaian
31
buku siswa yang telah dirancang . Aktivitas siswa yang akan diamati dalam
penelitian ini adalah:
a. Mengajukan pertanyaan
b. Mengemukakan pendapat
c. Membandingkan jawaban teman dengan jawaban sendiri
d. Menjawab pertanyaan teman
e. Mengisi lembar kerja siswa dengan lengkap
f. Siswa berdiskusi dengan pasangannya
g. Siswa bermenung
h. Siswa mengobrol
3. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa setelah
pembelajaran matematika materi matriks. Pengisian angket ini menggunakan
skala Likert dengan range 1 sampai 4. Jika pernyataan bernilai positif maka
kriteria nilai 1 untuk kategori jarang sekali (JS), 2 untuk kategori jarang (JR), 3
untuk kategori kadang-kadang (KK), dan 4 untuk kategori selalu (SL). Jika
pernyataan bernilai negatif maka kriteria nilai 1 untuk kategori selalu (SL), 2
untuk kategori kadang-kadang (KK), 3 untuk kategori jarang (JR) dan 4 untuk
kategori jarang sekali (JS). Apabila pernyataan tidak diisi oleh siswa maka
pernyataan diberi nilai 0. Indikator dari motivasi belajar yang digunakan
mengacu kepada pendapat Keller dalam Reigeluth yaitu (1) minat (interest), (2)
relevansi (relevance), (3) harapan (expectancy), dan (4) kepuasan (satisfaction).
32
4. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui kepraktisan penggunaan
buku siswa dikelas. Pedoman wawancara berisi pertanyaan tentang keterbacaan,
penyajian, dan kemudahan memahami materi matriks dengan buku siswa
berbasis konstruktivisme
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
”Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Riduwan,
2005:76). Dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk mengetahui
praktikalitas pelaksanaan buku siswa berbasis konstruktivisme dan melihat
aktivitas siswa selama pembelajaran. Alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengobservasi adalah lembar observasi.
2. Angket
”Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna” (Riduwan,
2005:71). Pada penelitian ini angket bertujuan untuk mengungkapkan motivasi
belajar siswa pada pembelajaran matematika materi matriks.
3. Wawancara
”Wawancara sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetahui
pendapat, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan lain-lain sebagai
33
hasil belajar siswa ” (Nana, 2005:67). Pada penelitian ini, wawancara yang
digunakan adalah wawancara bebas (tak berstruktur) yaitu wawancara yang
jawabannya tidak dipersiapkan sehingga orang yang diwawancarai bebas
mengemukakan pendapat. Wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan praktikalitas penggunaan buku siswa berbasis konstruktivisme
di pembelajaran matematika materi matriks oleh siswa.
G. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari berbagai instrumen kemudian dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang diperoleh dari instrumen adalah sebagai
berikut:
1. Lembar Validasi
a. Buku Siswa
Hasil Validasi dari validator terhadap seluruh aspek yang dinilai
disajikan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dicari rerata skor dengan
menggunakan rumus:
( Muliyardi , 2006:82)
Dengan R = Rerata hasil penilaian dari validator
= Skor hasil penilaian validator ke – i
n = Banyak validator
34
Selanjutnya rerata yang didapatkan dikonfirmasikan dengan kriteria yang
ditetapkan. Cara mendapatkan kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1) Rentangan skor mulai dari 0 sampai 4
2) Kriteria dibagi atas lima tingkatan. Istilah yang digunakan disesuaikan
dengan aspek-aspek yang bersangkutan.
3) Rentangan rerata dibagi menjadi lima kelas interval.
Misalnya, untuk aspek rumusan indikator kompetensi digunakan kriteria
dengan istilah sebagai berikut:
1) Bila rerata > 3,20 maka aspek yang dinilai dikategorikan jelas sekali.
2) Bila 2,40 < rerata ≤ 3,20 maka dikategorikan jelas.
3) Bila 1,60 < rerata ≤ 2,40 maka dikategorikan cukup jelas.
4) Bila 0,80 < rerata ≤ 1,60 maka dikategorikan kurang jelas.
5) Bila rerata ≤ 0,80 maka dikategorikan tidak jelas.
Kemudian dihitung rerata semua aspek untuk validasi buku siswa
berbasis konstruktivisme. Untuk menentukan tingkat kevalidan buku siswa
digunakan kriteria berikut:
1) Bila rerata > 3,20 maka buku siswa dikategorikan sangat valid.
2) Bila 2,40 < rerata ≤ 3,20 maka dikategorikan valid.
3) Bila 1,60 < rerata ≤ 2,40 maka dikategorikan cukup valid.
4) Bila 0,80 < rerata ≤ 1,60 maka dikategorikan kurang valid.
5) Bila rerata ≤ 0,80 maka dikategorikan tidak valid.
35
Kriteria Validitas buku tercapai apabila lebih dari 65 % validator
mengatakan cukup valid
b. Instrumen
Data hasil lembar validasi instrumen yang terkumpul kemudian
ditabulasi. Hasil tabulasi tiap instrumen dicari persentasenya, dengan rumus
(Riduwan, 2005:89):
Persentase =
Berdasarkan hasil persentase, setiap instrumen dikategorikan pada:
Tabel 1. Kategori Validitas Instrumen
(%) Kategori
0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
41-60 Cukup valid
61-80 Valid
81-100 Sangat valid
Sumber: Riduwan (2005:89)
2. Lembar Observasi
a. Observasi Praktikalitas
Observasi praktikalitas pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
buku siswa berbasis konstruktivisme. Hasil observasi dipisahkan menurut
kelompok data. Untuk menggambarkan data hasil observasi digunakan
teknik deskriptif.
36
b. Observasi aktivitas siswa
Data observasi diperoleh dengan cara menghitung jumlah siswa yang
melakukan aktivitas sebagai mana yang terdapat pada lembar observasi. Data
tersebut dianalisis dengan teknik persentase sebagai berikut :
( Anas , 2005:43)
Dengan P = Persentase aktivitas
f = Frekuensi aktivitas
N = Jumlah siswa.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan aktivitas belajar siswa, Dimyati
(1999:125) memberikan kriteria sebagai berikut:
Tabel 2. Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa
Kriteria Tingkat keberhasilan Range persentase
Sedikit sekali
Sedikit
Banyak
Banyak sekali
Tidak berhasil
Kurang berhasil
Berhasil
Sangat berhasil
1 – 25
26 – 50
51 – 75
76 – 100
Sumber: Dimyati dan Mudjiono (1999:125)
Berdasarkan tabel dapat diketahui jika persentase siswa yang aktif adalah
antara 1% - 25% maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang beraktivitas
sedikit sekali dan proses pembelajaran tidak berhasil mengaktifkan siswa.
37
Aktivitas siswa diamati setiap pertemuan, sehingga dapat diketahui
perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran yang menggunakan buku
siswa berbasis konstruktivisme.
3. Angket
Data angket motivasi diperoleh dengan cara menghitung skor siswa yang
menjawab masing-masing item sebagaimana terdapat pada angket. Data tersebut
dianalisis dengan teknik persentase yang dinyatakan oleh Riduwan (2005:89)
sebagai berikut:
Persentase =
Tabel 3. Kriteria Interpretasi Skor Motivasi Belajar siswa
Kriteria Range persentase
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
0 – 20
21 – 40
41 – 60
61 – 80
81 – 100
Sumber: Riduwan (2005:89)
4. Wawancara
Data yang diperoleh dari wawancara dianalisis secara deskriptif. Analisis
data dilakukan untuk menggambarkan data hasil wawancara dengan siswa
mengenai kepraktisan buku siswa berbasis konstruktivisme.
38