KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA...
-
Upload
trinhquynh -
Category
Documents
-
view
224 -
download
0
Transcript of KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA...
KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS
GUNA MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBELAJARAN
DI MA DA’IL KHAIRAAT JAKARTA BARAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
MITSNY CHOIRY
NIM: 109018200045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H./2014 M.
iv
ABSTRAK
Mitsny Choiry (NIM 109018200045). Kemampuan Guru dalam
Mengelola Kelas guna Menunjang Keberhasilan Pembelajaran. Skripsi ini
ditulis di bawah bimbingan Drs. Mu’arif SAM, M.Pd dan Dra. Yefnelty Z, M.Pd.
Skripsi ini mendeskripsikan tentang kemampuan guru dalam mengelola kelas di
sekolah MA Da’il Khairaat.
Penelitian ini difokuskan untuk membahas tentang sejauh mana
kemampuan guru dalam mengelola kelas di MA Da’il Khairaat Jakarta Barat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sampai dengan Januari 2014.
Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, digunakan pendekatan
kualitatif dengan memakai metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan
melalui tes pengetahuan dan keterampilan guru, angket untuk siswa, dan
wawancara kepada kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan guru dalam mengelola kelas di
MA Da’il Khairaat ini berada pada kategori Cukup, sehingga perlu banyak
perbaikan dengan pelatihan bagi para guru, dan melakukan pengawasan bagi
kepala sekolah, dan menyediakan fasilitas-fasilitas guna menunjang peningkatan
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru untuk kepala sekolah dan yayasan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola kelas di MA Da’il Khairaat belum optimal.
Kata Kunci : Pengelolaan Kelas dan Pembelajaran.
v
ABSRACT
Mitsny Choiry (NIM 109018200045). Teachers in Classroom
Management Capabilities to Support the Learning Success. This thesis was
written under the guidance of Drs. Mu'arif SAM, M.Pd and Dra. Yefnelty Z,
M.Pd. This thesis describes the ability of teachers to manage classes at school MA
Da'il Khairaat.
This study is focused to discuss the extent to which the ability of the
teacher to manage the class in MA Da'il Khairaat West Jakarta. This study was
conducted in September 2013 to January 2014.
To answer this research problem, used a qualitative approach using
descriptive qualitative method. The data collected through testing of knowledge
and skills of teachers, questionnaires for students, and interviews with principals.
Based on this research, the ability of the teacher to manage the class in
MA Da’il Khairaat is in the category of self, so it needs a lot of improvement with
training for teachers, and conduct surveillance for principals, and provide facilities
to support the improvement of classroom management is done by teachers to
principals and foundations.
It can be concluded that the ability of the teacher to manage the class in
MA Da'il Khairaat not optimal.
Keywords: Classroom Management and Learning
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT Sang
Pemilik Kehidupan atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya, menciptakan manusia
dengan segala kesempurnaan akal fikiran sehat untuk selalu menjalankan perintah
dan menjauhi segala larangan sesuai dengan tuntutan ajaran agama yang benar,
dan dengan selalu mengucapkan syukur akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam tak lupa
penulis junjungkan kehadirat sang perubah peradaban dunia Nabi Muhammad
SAW yang selalu memberikan tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia
sehingga sampai saat ini kita masih dapat merasakan indahnya Islam dan
nikmatnya iman.
Penulis sadar bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
segala kekurangan karena keterbatasan kami sebagai mahkluk yang jauh dari
kesempurnaan, maka segala masukan, kritik, dan saran mengenai penulisan
maupun hasil penelitian skripsi ini sangat penulis harapkan demi mencapai
kesempurnaan yang lebih baik.
Terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kebaikan hati
berbagai pihak yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
penulis sehingga kami selalu beristiqamah menyelesaikan penulisan skripsi
sebagai tugas akhir di jenjang perguruan tinggi. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mempersembahkan doa dan ucapan terimasih
kepada :
1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mengizinkan
penulis untuk menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Universitas Islan Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan yang telah membantu kemudahan administrasi dan pembuatan
skripsi.
vii
3. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan
pengarahan kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.
4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd, Dosen Penasehat Akademik yang selalu
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan nasehat kepada
penulis selama menjalani kehidupan di kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Mudini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah MA Da’il Khairaat, pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik MA Da’il Khairaat yang telah banyak
memberikan informasi kepada penulis dalam penelitian skripsi.
6. Kepada Abi dan Umi tercinta H. Haerudin dan Hj. Titi Mulyati yang selalu
menjadi kebanggaan anak-anaknya, buat semua do’a, tenaga, biaya dan
kasih sayangnya yang sangat banyak, yang selalu bisa memotivasi hingga
skripsi ini dapat terselesaikan, terima kasih.
7. Teruntuk adik-adikku tercinta Qoyyima, Hifdzi, dan Muhammad Yusron.
Terima kasih selama ini telah memberikan doa dan semangatnya.
8. Kepada yang tersayang Rizam Nuruzzaman, sebagai teman, kaka, sahabat
dan suami terbaik. Terima kasih untuk waktu, tenaga, kesabaran, kasih
sayang dan ketulusan yang selalu bisa menjadi penyemangat dalam
pembuatan skripsi hingga selesai.
9. Buat Dekosan Brader : Ibnu Rijal Silmi dan Yusuf Sayyudi dari Fak.
Dakwah dan Komunikasi, Galih Ihsan dari Fak. Ekonomi, Muhammad
Reiza dan Aiz Nurfaizah dari Fak. Psikologi, dan Rifka Triarsari dari Fak.
Kedokteran, terima kasih telah bersama-sama mengukir cerita dan
membuat setiap moment tak terlupakan.
10. Teman seperjuangan skripsi, Devi Rusmaningtyas dan Meifrida Ayunani.
Terima kasih selalu memberikan semangat dalam setiap penulisan skripsi
ini.
11. Teman-teman terbaik di Program Studi Manajemen Pendidikan angkatan
2009, khususnya Eha, Mamih Bunga, Ketum Sulhan, Taufik, Ardi, Nida,
Nitta, Welvy, Uyuy, dan kawan-kawan MP lainnya yang tidak bisa
viii
disebutkan satu-persatu. Terima kasih telah menjadi teman terbaik selama
bersama-sama menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12. Kepada kakak sekaligus sahabat dan teman terbaik, Ka Wiwi dan Ka
Fahmi.
13. Serta kepada segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas motivasi dan bimbingan yang sangat bermanfaat
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga kemudahan, rezeki, dan
keberkahan hidup selalu dilimpahkan pada kita semua. Amin yarabbal alamien.....
Penulis berharap semoga skripsi ini menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
dan masukan yang positif dan bermanfaat bagi penulis sendiri, pelaku pendidikan,
serta bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 25 Juni 2014
Penulis
Mitsny Choiry
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................. 12
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................................. 12
D. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 13
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 13
BAB 2 KAJIAN TEORI
A. Keberhasilan Pembelajaran .................................................................................. 15
1. Pengertian Keberhasilan Pembelajaran ........................................................ 15
2. Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran ....................................................... 20
3. Ciri-ciri Pembelajaran yang Berhasil ............................................................ 22
B. Pengelolaan Kelas ................................................................................................ 25
1. Pengertian Pengelolaan Kelas ....................................................................... 25
2. Tujuan Pengelolaan Kelas ............................................................................ 26
3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ................................................................ 27
4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas ............................................................... 29
x
a. Penataan Ruang Kelas ...................................................................... 29
(1) Pengaturan Tempat Duduk ......................................................... 30
(2) Pengaturan Alat-alat Pengajaran ................................................. 35
(3) Penataan Keindahan dan Kebersihan Kelas ............................... 36
(4) Pengaturan Ventilasi dan Tata Cahaya kelas .............................. 37
b. Pengaturan Anak Didik ..................................................................... 37
(1) Pembentukkan Organisasi .......................................................... 39
(2) Pengelompokkan Anak Didik ..................................................... 39
c. Pengaturan Disiplin .......................................................................... 43
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 48
B. Metode Penelitian ................................................................................................ 48
C. Sumber Data ......................................................................................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 49
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................................. 51
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data .................................................................. 51
BAB 4 HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................................... 55
1. Sejarah Singkat MA Da’il Khairaat .............................................................. 55
2. Gambaran Umum Pengelolaan Kelas di MA Da’il Khairaat ....................... 56
B. Deskripsi Data ...................................................................................................... 59
1. Data Hasil Tes ............................................................................................... 59
2. Data Hasil Angket ......................................................................................... 59
3. Analisis dan Interpretasi Data ....................................................................... 70
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................................... 74
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran ........................................................................................... 50
Tabel 3.2 Klasifikasi Nilai ............................................................................................... 50
Tabel 3.3 Instrumen Tes Pengetahuan untuk Guru .......................................................... 51
Tabel 3.4 Kisi-kisi Intrumen Angket untuk Siswa ........................................................... 52
Tabel 4.1 Pengaturan Tempat Duduk .............................................................................. 60
Tabel 4.2 Penggunaan Media/Alat Bantu Pendidikan ..................................................... 60
Tabel 4.3 Pemeriksaan Ventilasi Udara ........................................................................... 61
Tabel 4.4 Pembentukkan Kelompok untuk Melakukan Diskusi ...................................... 61
Tabel 4.5 Pengawasan Ketika sedang Melakukan Diskusi .............................................. 62
Tabel 4.6 Pemberian Teguran atau Hukuman Bagi yang Tidak Mengerjakan Tugas .... 62
Tabel 4.7 Perhatian Posisi Tempat Duduk Bagi yang Mengalami Gangguan
Penglihatan, Pendengaran, dll ......................................................................... 63
Tabel 4.8 Perasaan Nyaman Karena Ventilasi Udara yang Cukup .................................. 63
Tabel 4.9 Perasaan Nyaman Karena Ventilasi Udara yang Cukup ................................. 64
Tabel 4.10 Pembentukkan Kelompok Sesuai Kemampuan dan Minat Siswa .................. 64
Tabel 4.11 Penataan Tempat Duduk yang Dilakukan Memberikan Kemudahan dalam
Belajar ............................................................................................................. 65
Tabel 4.12 Pengaturan Alat-alat Peraga atau Media Pengajaran ....................................... 65
Tabel 4.13 Perawatan Alat-alat Peraga atau Media Pengajaran ........................................ 66
Tabel 4.14 Pengaturan Posisi Duduk Sesuai Postur Tubuh .............................................. 66
Tabel 4.15 Pelibatan Siswa dalam Menata Keindahan Kelas ............................................ 67
xiii
Tabel 4.16 Pelibatan Siswa dalam Menata Kebersihan Kelas ........................ 67
Tabel 4.17 Perubahan Tempat Duduk Tiap Bulan .......................................... 68
Tabel 4.18 Pemberian Sanksi atau Hukuman Bagi yang Melanggar Tata
Tertib Kelas telah Disepakati Bersama ........................................ 68
Tabel 4.19 Penenangan Siswa saat Terjadi Keributan .................................... 69
Tabel 4.20 Penataan Tempat Duduk ............................................................... 69
Tabel 4.21 Pengaturan Siswa pada Setiap Pembelajaran ................................ 70
Tabel 4.22 Analisis Data ................................................................................. 70
Tabel 4.23 Nilai Rata-rata Skor Penelitian Angket Siswa .............................. 71
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran ......................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan hal yang penting
bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur, dan sejahtera.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan
masalah pendidikan bangsa. Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus
diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana
gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang
professional.1
Memahami uraian tersebut, dibutuhkan pendidikan yang dapat
menghasilkan SDM berkemauan dan berkemampuan untuk senantiasa
meningkatkan kualitasnya secara terus menerus dan berkesinambungan. Hal
ini penting, terutama ketika dikaitan dengan Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Pendidikan Nasional (Undang-undang
SISDIKNAS), yang mengemukakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
1 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), cet.
Kesebelas, hal. 3
2
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan bagi sebuah bangsa merupakan kebutuhan yang mutlak
diperlukan, karena hal ini menyangkut masa depan bangsa. Ini berarti bahwa
kemajuan bangsa terletak pada kualitas manusianya, dan peningkatan kualitas
manusianya hanya dapat dibina melalui pendidikan.
Namun pendidikan di Indonesia saat ini tidak lepas dari berbagai
permasalahan, diantaranya adalah masih minimnya sarana-prasarana sekolah,
rendahnya kualitas guru, kesempatan pemerataan pendidikan, relevansi
pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan hingga
menurunnya mutu pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan adanyapenurunan
angka kelulusan dari tingkat kelulusan 99,5% pada tahun 2012 turun 0,2%
menjadi 98,48% pada tahun 2013.2
Telah diketahui bersama bahwa pendidikan merupakan suatu sistem,
dalam arti bahwa pendidikan terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain
saling berkaitan. Pendidikan sebagai sebuah sistem dapat dimulai dari kajian
dan pembahasan tentang input, process (transformation), dan output dalam
pelaksanaan pendidikan.3Input merupakan sumber-sumber dari masyarakat
yang menjadi masukan dalam sistem pelaksanaan pendidikan. Jika diamati
dari aspek input, maka yang menjadi unsur masukan dalam konteks
pelaksanaan pendidikan adalah siswa (peserta didik), yakni subjek yang akan
melalui berbagai proses transformasi sampai kemudian mencapai hasil yang
telah direncanakan. Process atau transformation merupakan proses
pengubahan masukan menjadi produksi yang dilakukan oleh manusia yang
didukung oleh instrumental input dan environmental input. Instrumental
2 Laela Zahra, “Tingkat Kelulusan UN SMA 2013 Turun 0,02 Persen,” artikel online
pada tanggal 24 Oktober 2013 dari http://www.sindonews.com/ 3 Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), cet. Pertama, hal. 66
3
input merupakan dukungan masukan alat-alat yang membantu pelaksanaan
proses pengubahan masukan, yang antara lain terdiri dari; (1) Tenaga
Pendidik (guru), (2) Tenaga Kependidikan (staff), (3) Kurikulum, (4) Media
Pembelajaran, (5) Sumber Pembelajaran, (6) Tujuan Pendidikan, (7)
Organisasi Pendidikan, (8) Sarana dan Teknologi Pendidikan, (9) Biaya
Pendidikan, (10) Program dan Isi Pendidikan dan sebagainya. Sementara,
environmental input merupakan masukan lingkungan yang membantu
pencapaian dan kinerja proses pengubahan masukan, yang mencakup
lingkungan keluarga, lingkungan fisik sekolah, iklim sosial-budaya dan
agama serta lingkungan masyarakat. Sedangkan yang dimaksud dengan
output adalah barang atau produk yang dihasilkan dan dikeluarkan dari hasil
proses dan disampaikan dan difungsikan oleh lingkungan, yakni berupa
orang-orang yang terdidik dalam kemampuan-kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor.
Kegiatan pendidikan merupakan aktifitas yang menjembatani antara
kondisi-kondisi faktual dan kondisi-kondisi ideal. Kegiatan pendidikan
berlangsung dalam satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai
proses pendidikan, yang merupakan serangkaian kegiatan atau langkah-
langkah yang digunakan untuk mengubah kondisi awal peserta didik sebagai
input menjadi kondiis-kondisi ideal sebagai output. Sekolah dapat berfungsi
dengan baik jika komponen-komponen yang merupakan unsur-unsur sistem
saling menunjang. Bila salah satu dari unsur tersebut tidak mendukung
terhadap proses pendidikan maka kualitas dan tujuan pendidikan tidak akan
tercapai.
Pendidikan bermutu membutuhkan proses pembelajaran yang
terstandar dan diselenggarakan secara berkesinambungan dan sistematis.
Proses pembelajaran yang terstandar dengan baik akan membawa peserta
didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
4
dan kecakapan hidup untuk meningkatkan nilai tambah bagi diri dan
masyarakatnya.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara
guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada
baik potensi yang berumber dari dalam diri siswa itu sendiri. Sebagai suatu
proses kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan
guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-
sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan
demikian, kesadaran dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak
bisa ditawar, sehingga dalam prosesnya, guru dan siswa mengarah pada
tujuan yang sama.Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah,
seringkali guru terlalu aktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa
dibuat pasif, sehingga interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh
guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapat dicapai. Untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampu
mengelola proses pembelajaran yang memberikan ransangan kepada siswa
sehingga ia mau dan mampu belajar.
Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses
pengembangan moral, keagamaan, aktifitas dan kreatifitas peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun demikian, dalam
implementasinya masih banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan
aktifitas dan kreatifitas peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh
model dan sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan
kemampuan intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di
kelas, sehingga keberadaan peserta didik di kelas hanya menunggu uraian
guru, kemudian mencatat dan menghafalkannya. Proses pembelajaran yang
selama ini mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat
abstrak terbukti kurang menarik minat dan motivasi peserta didik untuk
5
belajar sehingga prestasi belajar siswa selalu rendah. Akibatnya, kegiatan
pembelajaran yang seharusnya berorientasi pada siwa terkalahkan oleh
kegiatan mengajar yang dominasi oleh guru yang cenderung kaku dan
membosakan.
Pembelajaran juga dikatakan sebagai suatu sistem. Dimana sistem
pembelajaran adalah suatu kombinasi terorganisasi yang meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan atau output.
Sebagai suatu sistem seluruh unsur yang membentuk sistem itu
memiliki ciri-ciri saling ketergantungan yang diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan. Keberhasilan sistem pembelajaran adalah keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran. Selanjutnya, siapa yang diharapkan dapat mencapai
tujuan tersebut ? Yang harus mencapai tujuan adalah siswa sebagai subjek
belajar. Maka dengan demikian, tujuan utama sistem pembelajaran adalah
keberhasilan siswa mencapai tujuan.4
Guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru
harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek
kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa.
Maka, guru haruslah individu yang kaya pengalaman dan mampu
mentransformasikan pengalamannya itu pada para siswa dengan cara-cara
yang variatif.5
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian
khusus. Pekerjaan ini tidak bisa sembarang orang tanpa memiliki keahlian
seorang guru. Tugas guru meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup.
Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
4 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:Kencana
Prenada Media Group, 2011), cet. Keempat, hal. 6 5 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar
Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), cet. Pertama, hal.32
6
teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-
keterampilan pada siswa.
Dari sekian banyak peran guru dalam proses pembelajaran terdapat
salah satunya adalah guru sebagai pengelola pembelajaran. Sebagai pengelola
pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim
belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif
untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.6
Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan bukan hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran akan tetapi juga dimaknai sebagai
proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang
demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran.Hal ini mengisyaratkan
bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat
dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan
meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu
memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang diharapkan.
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar
yang bukan saja terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik, namun
bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan
pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta
dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan mereka. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang
kretaif dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan, diantaranya
adalah keterampilan mengelola kelas.
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
6 Bahan Diklat Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah Tahun 2008, Proses
Pembelajaran di Kelas, Laboratorium, dan di Lapangan, (Direktorat Tendik, Dirjen PMPTK
Depdiknans: 2008, t.t), hal. 23
7
gangguan dalam proses belajar mengajar.7 Suatu kondisi yang optimal dapat
tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengedalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan persyaratan mutlak
bagi terjadinya proses belajar mengajar.
Pengelolaan kelas yang baik merupakan bagian terpenting dari
kegiatan pembelajaran seorang guru. Berdasar Permendiknas Nomor 16 tahun
2007 tentang kompetensi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru
untuk kompetensi penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, disebutkan
bahwa guru harus melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di
laboratorium, dan di lapangan. Pelaksanaan pembelajaran di kelas yang
dimaksudkan tersebut merupakan bagian dari pengelolaan kelas. Sejalan
dengan Permendiknas tersebut, maka bila seorang guru melaksanakan
pembelajaran diharapkan guru tersebut mempunyai aktifitas mengelola kelas
dengan sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga
siswa dapat belajardengan baik.
Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik
dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan
dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi
penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat
aturan kelompok yang produktif.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru
dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-
sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta
sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan
berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat
7 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), cet.
Keempat, hal.173
8
ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah
kelas dikelola dengan baik, professional, dan harus terus-menerus.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara
prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni
pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama yakni
pengajaran, yang dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan
dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian
rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.
Untuk menunjang pelaksanaan tugas utama itu, guru di tuntut
memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, karena guru memegang
peranan penting dalam pengelolaan kelas. Keberhasilan pengelolaan kelas di
sekolah sangat ditentukan oleh faktor guru, karena bagaimanapun baiknya
sarana pendidikan apabila guru tidak melaksanakan tugas dengan baik maka
hasil implementasi manajemen kelas tidak akan memuaskan. Di samping itu
keberhasilan pengelolaan kelas juga dapat berpengaruh atau membangkitkan
minat dan motivasi siswa untuk belajar. Dengan demikian siswa akan terlibat
aktif dalam proses belajar mengajar yang senantiasa dapat berpengaruh
terhadap proses pembelajaran.Namun dari sekian banyak fungsi yang harus
ditopang dengan berbagai jenis dan variasi kemampuan kadang membuat
guru menjadi terus dibebani oleh barmacam-macam tugas. Akibatnya tidak
semua tugas dan fungsi tersebut dijalankan dengan baik, bahkan tugas-tugas
yang menyangkut pengelolaan kelas sempat terabaikan.
Pada umumnya kelemahan itu terletak pada guru itu sendiri, yaitu
kurangnya usaha guru untuk memaksimalkan penataan kelas secara
sempurna. Meskipun diakui bahwa penataan kelas bukan tugas guru semata,
melainkan siswa juga turut terlibat di dalamnya. Akan tetapi kuncinya terletak
9
pada kemampuan guru dalam mengelola kelas secara keseluruhan. Guru
hanya terpaku pada kegiatan memberi materi saja, tanpa memperhatikan
kondisi lingkungan kelas baik fisik maupun psikis, sebab proses pengajaran
dan pembelajaran tanpa didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif sulit
untuk mencapai hasil yang optimal. Usaha-usaha untuk menciptakan kondisi
kelas yang sempurna adalah dengan pengelolaan kelas. Jika usaha
pembelajaran siswa tidak ditunjang oleh kondisi kelas yang baik, maka
pengajaran tidak akan berjalan efektif dan efisien.
Dengan demikian harus disadari bahwa dalam proses mengajar guru
harus mampu juga mengelola kelas dengan baik. Dalam mengelola kelas guru
memerlukan keahlian, keterampilan, strategi, dan kemampuan baik itu
kemampuan kognitif, psikomotorik maupun afektif agar pengelolaan kelas
menjadi terorganisir dan terarah jelas. Untuk memiliki kemampuan tersebut
guru perlu membina diri serta selalu mengembangkan kemampuannya secara
baik karena fungsi guru itu sendiri adalah membina dan mengembangkan
kemampuan para siswa secara profesional di dalam proses belajar-mengajar.
Dalam membina kemampuan para siswa sudah tentu guru harus
memiliki kemampuan tersendiri. Adapun kemampuan yang harus dimiliki
guru menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
pasal 10 ayat (1) “kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi”.
Menurut PP No.19 tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang Standar
Nasional Pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki
kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan diatas, salah satunya adalah
kompetensi pedagogik yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya memiliki: pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang
pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan
10
intelektual. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di kelas.
Dalam Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional pasal 39
dijelaskan bahwa guru sebagai tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
tugas administasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.8
Dilihat dari pihak guru, keberhasilan kegiatan belajar mengajar bukan
hanya ditentukan oleh kemampuannya dalam menguasai bahan pelajaran,
tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam mengelola kelas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat tujuh indikator yang menunjukkan
lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar,salah
satunya adalah lemahnya kemampuan guru dalam mengelola kelas disamping
rendahnya pemahaman tentang strategi pembelejaran, rendahnya kemampuan
melakukan dan memanfaatkan penelitia tindakan kelas, rendahnya motivasi
berprestasi, kurang disiplin, rendahnya komitmen profesi dan rendahnya
kemampuan manajemen waktu. Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya
prestasi siswa, tidak sesuai dengan strandar atau batas ukuran yang
ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang
sangat penting. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru
mampu mengatur murid dan sarana pembelajaran serta mengendalikannya
dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Disini jelas sekali betapa pengelolaan kelas yang efektif merupakan
prasyarat mutlak bagi terciptanya proses belajar-mengajar yang efektif pula.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas betapa pentingnya pengelolaan kelas guna
menciptakan suasana kelas yang kondusif demi meningkatkan kualitas
pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi tugas dan tanggung jawab guru
dengan memberdayakan segala potensi yang ada dalam kelas demi
8 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan Undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:Cemerlang
Publisher, 2007), cet. Pertama
11
kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti setiap guru dituntut secara
profesional mengelola kelas sehingga terciptanya suasana kelas yang
kondusif guna menunjang proses pembelajaran yang optimal menuntut
kemampuan guru untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan
pendekatan yang dinilai efektif menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Salah satu lembaga pendidikan yang menurut penulis belum mampu
memberdayakan guru dalam mengelola kelas adalah MA Da’il Khairaat
Jakarta Barat. MA Da’il Khairaat merupakan suatu lembaga pendidikan
formal Islami yang selalu berusaha memberikan yang terbaik agar dapat
melanjutkan pendidikan putera-puterinya ke sekolah lanjutan tingkat atas
yaitu perguruan tinggi, dan berusaha melahirkan generasi yang berkualitas,
berilmu, kreatif dan berakhlak mulia. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, MA Da’il Khairaat selalu berusaha meningkatkan kompetensi guru,
termasuk dalam hal pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas di sekolah ini secara menyeluruh sebenarnya sudah
berjalan baik bahkan kepala sekolah pun senantiasa memberikan pelatihan
serta terus-menerus memantau aktifitas guru di dalam kelas, namun masih
saja terdapat guru yang mengabaikan aktifitas pengelolaaan kelas tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bagian koordinator
guru, penulis mendapatkan fenomena-fenomena yang berkaitan erat dengan
kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan di dalam kelas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
mengelola kelas di M.A Da’il Khairaat masih rendah, maka dari itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk karya ilmiah dengan judul
“KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA KELAS GUNA
MENUNJANG KEBERHASILAN PEMBELAJARAN DI MA DA’IL
KHAIRAAT JAKARTA BARAT”
12
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktifitas dan
kreatifitas peserta didik.
2. Kegiatan pembelajaran yang seharusnya berorientasi pada siwa
terkalahkan oleh kegiatan mengajar yang dominasi oleh guru yang
cenderung kaku dan membosakan.
3. Masih terdapatnya para guru yang mengabaikan tugas-tugas yang
menyangkut pengelolaan kelas.
4. Kurangnya usaha guru untuk memaksimalkan penataan kelas
secara sempurna.
5. Lemahnya kemampuan guru dalam mengelola kelas.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah di paparkan di atas,
nampak bahwa masalah-masalah yang terkait dengan pengelolaa kelas sangat
banyak dan beragam. Namun mengingat keterbatasan peneliti dalam hal
akademik, biaya, waktu dan tenaga, maka penelitian ini dibatasi pada
Lemahnya Kemampuan Guru dalam Mengelola Kelas. Adapun pengelolaan
kelas dalam penelitian ini meliputi pengaturan ruang kelas, pengaturan anak
didik, dan pengaturan disiplin.
Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu:
1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur tempat duduk di
kelas ?
2. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur alat-alat pengajaran
di kelas ?
13
3. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur keindahan dan
kebersihan ruang kelas ?
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur ventilasi dan tata
cahaya kelas ?
5. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur siswa di kelas ?
6. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelompokkan siswa
belajar di dalam kelas ?
7. Bagaimana kemampuan guru dalam mengatur disiplin kelas atau
tata tertib kelas ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kemampuan guru dalam:
1. Mengatur tempat duduk di kelas
2. Mengatur alat-alat pengajaran di kelas
3. Mengatur keindahan dan kebersihan ruang kelas
4. Mengatur ventilasi dan tata cahaya kelas
5. Mengatur siswa di kelas
6. Mengelompokkan siswa belajar di dalam kelas, dan
7. Mengatur disiplin kelas atau tata tertib kelas.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun
praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbangan pemikiran bagi perkembangan lembaga pendidikan Islam, dan
menambah hazanah ilmu pengetahuan.
Adapun secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi
bahan masukan bagi praktisi pendidikan, kepala sekolah, wakil kepala
sekolah, dan pendidik khususnya agar mampu menjalankan proses
14
pembelajaran dengan baik mulai dari perencanaan, maupun penilaian hasil
belajar sesuai dengan ketentuan yang ada agar dapat memperbaikinya demi
pengelolaan kelas.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keberhasilan Pembelajaran
1. Pengertian Keberhasilan Pembelajaran
Pembelajaran atau pengajaran menurut Hamzah B. Uno adalah upaya
untuk membelajarkan siswa.1 Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa,
yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya dapat
berkembang dengan maksimal. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi
aspek-aspek kepribadian terumata aspek intelektual, sosial, emosional dan
keterampilan. Itu sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi
dengan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran, siswa adalah sebagai subjek dan
kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran.
Pembelajaran sangat tergantung kepada pemahaman guru tentang hakikat
1 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta:PT Bumi
Aksara, 2008), cet. Ketiga, hal. 134
16
anak sebagai peserta atau sasaran belajar. Oleh karena itu proses
pembelajaran tergantung pada bagaimana seorang guru memberikan
pengajaran dengan baik dan berpacu pada kemampuan anak didiknya. Proses
pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang membuahkan hasil
belajar yang diharapkan. Hasil belajar yang diharapkan ini berupa
pengetahuan yang otentik dan bersatu raga pada diri seseorang dan mudah
diaplikasikan dalam kehidupan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi pembelajaran dapat diartikan
sebagai proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah
perilaku siswa ke arah yang positif dan lebih baik sesuai dengan potensi dan
perbedaan yang dimiliki siswa.2
Dalam dokumen KBK, kegiatan yang berhubungan dengan Proses
Belajar Mengajar sering diistilahkan dengan istilah pembelajaran. Hal ini
mengisyaratkan bahwa dalam KBK siswa harus dijadikan sebagai pusat dari
kegiatan Proses Belajar Mengajar. Kegiatan Proses Belajar Mengajar dalam
KBK tidak hanya sekedar proses penyampaian materi saja, akan tetapi
diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan
mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan
perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang
hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.
Istilah pembelajaran secara tekstual tertuang dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pasal 1, yaitu bahwa pembelajaran
2 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. Ketiga, hal.77-78
17
merupakan suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.3
Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua
potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan
pembelajaran mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami,
melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan dan mengaktualisasikan diri.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu: 1) berpusat pada peserta
didik, 2) mengembangkan kreatifitas peserta didik, 3) menciptakan kondisi
yang menyenangkan dan menantang, 4) bermuatan, nilai, etika, estetika,
logika, dan kinestetika, dan 5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain intruksional, untuk membuat siswa belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.4 Sedangkan
menurut Sudjana seperti yang dikutip oleh Isjoni menyebutkan bahwa
pembelajaran adalah penyiapan suatu kondisi agar terjadinya belajar.
Pembelajaran sangat tergantung pada pemahaman guru tentang hakikat anak
sebagai peserta atau sasaran belajar.5
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses
yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu belajar tertuju kepada apa yang
harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat
pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada
3 Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan Undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional, (Yogyakarta:Cemerlang
Publisher, 2007), cet. Pertama, hal.68 4 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Rineke Cipta, 2006), cet.
Ketiga, hal. 297 5 Isjoni, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2007), cet.
Pertama, hal. 27
18
hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dengan
pendidik serta antar peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang
oleh guru untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan
atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahan
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar
mengajar. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga
penilai kemajuan belajar menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang
disebut juga tujuan instruksional, merupakan tujuan yang paling khusus.
Tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kulikuler, dapat
didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah
mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu
kali pertemuan.6
Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil
pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi
target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-
pengalaman belajar. Jadi tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran, dan guru itu sendiri.
Menurut Dewi Salma Prawiradilaga tujuan pembelajaran adalah
rumusan yang selalu dikembangkan berdasarkan kompetensi atau kinerja
yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai belajar. Seandainya
tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu yang rumit,
6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta:Kencana Prenada Media, 2011), cet. Kedelapan, hal. 68
19
maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi subkompetensi yang dapat
mudah dicapai.7
Dalam pembelajaran perlu kiranya diketahui bahwa yang sebenarnya
dilakukan oleh para guru adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dan peserta didik merasa nyaman
dan termotivasi dalam proses belajarnya. Karena sebelum dan selama
belajarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik fisik maupun mentak
seperti kelelahan secara fisik, bosan, atau jenuh yang dapat mempengaruhi
konsentrasi dalam belajarnya. Kelelahan mental karena terlalu banyak belajar
juga dapat mengurangi daya tangkap dia untuk memahami materi pelajaran
selanjutnya. Oleh karena itu sebelum melakukan proses pembelajaran ada
tujuan pembelajaran yang harus direncanakan dan dirumuskan agar dalam
pelaksanaan pembelajaran pun sesuai harapan.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Oemar Hamalik yang
menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah
kebutuhan siswa, mata pelajaran, dan guru itu sendiri.8 Berdasarkan
kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan
dikembangkan dan diapresiasi. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam
petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus
mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna, dan
dapat diukur.
Dalam hal ini penulis sependapat dengan pandangan di atas bahwa
proses pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari. Dan ini menunjukkan bahwa tujuan
pembelajaran merupakan mempersiapkan siswa untuk hidup dalam
masyarakatnya. Sekolah berkewajiban untuk menyiapkan siswa-siswa yang
7 Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta:Kencana Kerja
Sama dengan UNJ, 2007), cet. Pertama, hal.19 8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:Bumi Aksara, 1995), cet.
Pertama, hal. 76
20
siap untuk menghadapi masa depan yang lebih jauh dan dapat menyelesaikan
masalah-masalah dalam lingkungannya, di rumah dan di masyarakat.
2. Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran
Bagan 2.1 Faktor-faktor pendukung pembelajaran
Seperti yang tergambar di dalam bagan di atas tersebut, ada enam
faktor terpenting yang merupakan penentu keberhasilan faktor pembelajaran,
yaitu: (1) siswa, (2) guru, (3) kurikulum, (4) sarana dan prasarana, (5)
pengelolaan, (6) lingkungan dan situasi umum sekolah.9
Siswa. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai
dengan tahap perkembangannya. Perkembangan yang terjadi adalah
perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Perbedaan dalam
9 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2004), cet.
Pertama, hal. 32
Pembelajaran LULUSAN (1) Siswa
(2) Guru
(3) Kurikulum
(4) Sarana dan
Prasarana
(5)
Pengelolaan
Pribadi
Seutuhnya
(6) Lingkungan dan
Situasi Umum
21
proses perkembangan dan perbedaan karakteristik pada diri masing-masing
siswa ini turut mempengaruhi proses pembelajaran.
Guru. Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan
komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang
secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam sistem pembelajaran guru
bisa berperan sebagai perencana atau desainer pembelajaran, sebagai
implementator dan atau mungkin keduanya. Dalam melaksanakan perannya
sebagai desainer dan implementator pembelajaran guru bukanlah hanya
berperan sebagai model akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran.
Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran berada di pundak guru.
Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangan ditentukan
oleh kemampuan guru.
Kurikulum. Kurikulum adalah materi yang dipelajari oleh siswa.
Materi pembelajaran merupakan faktor penting karena materi yang disajikan
kepada siswa perlu diatur atau ditata sedemikian rupa sehingga mudah
dicerna dan dipelajari oleh siswa.
Sarana dan Prasarana.Faktor lain yang tak kalah penting adalah
sarana dan prasarana. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara
langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media
pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan sebagainya,
sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat
mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, penerangan sekolah,
kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
membatu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran.
Pengelolaan. Pengelolaan yang dimaksud disini adalah semua bentuk
upaya pengaturan, yang terkait dengan proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Yang termasuk dalam
pengelolaan pembelajaran antara lain pembagian tugas guru, penyusunan
jadwal pelajaran, serta pengaturan kelas dan siswa.
22
Lingkungan dan Situasi Umum. Lingkungan dalam arti luas
mencakup segala materiil dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik
yang bersifat psikologis, fisiologis, dan sosial-kultural. Contohnya adalah
lingkungan sosial yang mencakup keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lingkungan-lingkungan tersebut mempunyai peranan penting dalam
memotivasi anak didik untuk belajar.
Keenam faktor tersebut bersatu padu, berfungsi secara bersama-sama
mendukung dan menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif sehingga
menghasilkan lulusan berupa pribadi seutuhnya, bukan hanya memiliki
kemampuan kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik.
Pendapat lain datang dari Aminuddin Rasyad. Menurutnya, faktor-
faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar adalah: faktor
dari dalam diri dan faktor yang datang dari luar diri dan disebut juga faktor
endogen dan eksogen.10
Faktor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian,
keetnanga jiwa di waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita,
kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indra dalam belajar. Faktor eksogen
yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik antara lain seperti
keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca, letak sekolah (di tempat
ramai/tidak), faktor interaksi sosial dengan teman sebangku, interaksi peserta
didik dengan pendidikannya. Faktor eksogen lainnya dapat disebutkan adalah
alat-alat belajar yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar (seperti
media pendidikan, metodologi mengajar yang digunakan, buku-buku yang
dipakai).
3. Ciri-ciri Pembelajaran yang Berhasil
Pembelajaran merupakan aktivitas yang memiliki keterukuran yang
jelas. Keberhasilan pembelajaran adalah ketercapaian atau penguasaan
10
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:Uhamka Press, 2003),
cet. Keempat, hal. 103-104
23
bahan/materi pelajaran yang ditandai dengan penguasaan tujuan
pembelajaran. Ukuran keberhasilan pembelajaran dalam pengertian yang
operasional adalah penguasaan suatu bahan pelajaran yang dinyatakan tujuan
pembelajaran khusus dan memiliki kontribusi bagi tujuan di atasnya. Merujuk
pada rumusan operasional keberhasilan pembelajaran apabila diikuti ciri-ciri:
a. Daya serap terhadap bahan pembelajaran mencapai prestasi tinggi,
baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang di gariskan dalam tujuan pembelajaran khusus telah
dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.11
Kualitas pembelajaran atau pembentukan kompetensi dapat dilihat
dari segi proses dan dari segi hasil.12
Kriteria ditinjau dari sudut proses-nya menekankan kepada pengajaran
sebagai suatu proses yang merupakan interaksi dinamis sehingga siswa
sebagai subjek mampu mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri.
Dari segi proses, pembelajaran atau pembentukan kompetensi dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik,
mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan
kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya
pada diri sendiri.Kriteria ditinjau dari sudut hasil-nya menekankan kepada
apa yang diperoleh siswa dari pembelajaran nampak dalam bentuk perubahan
tingkah laku yang positif pada diri peserta didik. Selain itu, yang dicapai oleh
siswa dari proses pembelajaran dapat dipalikasikannya dalam kehidupannya
sehari-hari.Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan
bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat
dan pembangunan.
11
Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok:Holistica, 2013), hal. 161 12
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK,
(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Pertama, hal. 131
24
Untuk memenuhi tuntutan tersebut di atas perlu dikembangkan
pengalaman belajar yang kondusif untuk membentuk manusia yang
berkualitas tinggi, baik mental, moral maupun fisik. Hal ini berarti kalau
tujuannya bersifat afektif psikomotorik, tidak cukup hanya diajarkan dengan
modul, atau sumber yang mengandung nilai kognitif. Namun perlu
penghayatan yang disertai pengalaman nilai-nilai konatif, afektif, yang
dimanefestasikan dalam perilaku sehari-hari. Metode dan strategi belajar-
mengajar yang kondusif untuk hal tersebut perlu dikembangkan. Dengan
metode dan strategi tersebut diharapkan setiap peserta didik dapat
mengembangkan potensinya secara optimal, sehingga akan lebih cepat dapat
menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat apabila mereka telah
menyelesaikan suatu program pendidikan.
Jadi, keberhasilan pembelajaran adalah tercapainya keadaan proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan siswa. Keberhasilan belajar dapat diukur dengan
perubahan, karena keberhasilan suatu program pembelajaran dapat diukur
berdasarkan perbedaan cara berfikir, merasa, berbuat sebelum dan berbuat
sesudah memperoleh pengalaman belajar dalam menghadapi situasi yang
serupa. Sistem pendidikan yang ideal menggunakan paradigma pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu tugas guru adalah memfasilitasi
siswa belajar. Pendidik memberikan kemudahan kepada siswa agar aktif
mengembangkan potensi dirinya. Kegiatan pembelajaran berarti membuat
siswa belajar dan aktif mengembangkan potensi dan prestasi secara mandiri.
Belajar aktif memiliki konotasi bahwa siswa belajar tentang bagaimana
seharusnya belajar. Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara
nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar
tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.
25
B. Pengelolaan Kelas
1. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas.
Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awal “pe” dan
akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”.
Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu management,
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.13
Sedangkan
pengertian kelas menurut Suharsimi Arikuto yaitu sekelompok siswa, yang
pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama.14
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas
adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran. Kesimpulan yang sangat sederhana adalah bahwa pengelolaan
kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain mendefinisikan pengelolaan
kelas sebagai keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar.15
Dengan kata lain, pengelolaan kelas adalah
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang
optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Namun pada umumnya yang
dimaksud dengan pengelolaan kelas ialah serangkaian tindakan guru yang
dimaksudkan untuk membentuk dan mempertahankan kondisi kelas yang
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar sehingga efektif dan efisien.
Sedangkan pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar-mengajar
13
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), cet.
Ketiga, hal. 175 14
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
1996), cet. Keempat, hal. 17 15
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), cet.
Ketiga, hal. 173
26
atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga
dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan.16
Dari beberapa pendapat tentang pengelolaan kelas menurut beberapa
ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas
adalahupaya yang dilakukan guru dalam mengelola anak didiknya di kelas
dengan menciptakan atau mempertahankan suasana atau kondisi kelas yang
mendukung proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru
yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan
berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Hubungan
interpersonal yang baik antara guru dan anak didik dan anak didik dengan
anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan
kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas
Menurut Pupuh Fathurrohman tujuan pengelolaan kelas adalah untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran akan tercapai, jika
tercapainya tujuan pembelajaran.17
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam
tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan
fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan
sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
16
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
1996), cet. Keempat, hal. 67-68 17
Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:Refika Aditama, 2007),
cet. Pertama, hal. 104
27
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas itu dapat
bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara
efektif dan efisien.18
Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena
ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang
kelelahan fisikmaupun pikiran dirasakan. Guru sadar tanpa mengelola kelas
dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama
saja membiarkan jalannya pengajaran tanpa membawa hasil, yaitu
mengantarkan anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadimengerti, dan dari tidak berilmu menjadi berilmu.
3. Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
Masalah pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan.
Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-
faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas terbagi ke dalam intern yang
berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku, juga ekstern yang
berhubungan dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa,
pengelompokkan siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya.
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan
kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Prinsip-prinsip
itu adalah:
a. Hangat dan Antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar-mengajar. Guru
yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan
pengelolaan kelas.
18
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1996), cet. Keempat, hal. 68
28
b. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Selain
itu, akan menarik perhatian siswa dan dapat mengendalikan gairah belajar
anak didik.
c. Bervariasi
Penggunanan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila penggunaannya
bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian dalam penggunaan
apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan
kelas yang efektif.
d. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya
dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efetif. Keluwesan pengajaran dapat
mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada
perhatian, tidak mengejakan tugas, dan sebegainya.
e. Penekanan pada Hal-hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan
pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak didik
pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat menganggu jalannya proses belajar mengajar.
29
f. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru
sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab.19
4. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas mencakup kegiatan prosedural dan organisasional
yang mencakupi kegiatan Penataan Ruang Kelas yang meliputi penataan
tempat duduk, pengaturan tempat-tempat pemajangan, penataan keindahan
dan kebersihan kelas. Kegiatan pengaturan anak didik yang meliputi
pembentukan organisasi siswa, pengelompokkan anak didik. Kegiatan
pengaturan disiplin.
a. Penataan Ruang Kelas
Penataan lingkungan fisik kelas merupakan unsur penting dalam
pengelolaan kelas karena akan memberikan pengaruh kepada perilaku guru
dan siswa.
Kelas sebagai lingkungan pembelajaran seharusnya tidak terbatas
dalam ruangan. Peserta didik dapat belajar di dalam atau di luar ruangan.
Kelas seperti inilah yang merupakan tempat belajar yang menyenangkan,
yang aman dan nyaman serta merangsang peserta didik untuk belajar.
Walaupun media pembelajaran sulit ditemukan dan sarana belajarnya tidak
memadai, tetapi kelas dapat dirancang teratur, bersih dan menarik.
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua bergerak leluasa
tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu antara peserta didik yang satu
19
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), cet.
Keempat, hal. 184-186
30
dengan yang lainnya pada saat melakukan aktifitas belajar. Besarnya ruangan
kelas sangat tergantung pada berbagai hal antara lain:
- Jenis kegiatan, apakah kegiatan pertemuan tatap muka dalam kelas
ataukah kerja di ruang praktikum.
- Jumlah peserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan bersama
secara klasikal akan berbeda dengan kegiatan dalam kelompok kecil.
Kegiatan klasikal secara relatif membutuhkan ruangan rata-rata yang
lebih kecil per orang bila dibandingkan dengan kebutuhan ruangan
untuk kegiatan kelompok.20
Ukuran kelas yang kecil pada umumnya lebih mudah dikelola dan
memberikan beberapa keuntungan antara lain peserta didik lebih banyak
dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Kelas harus dirancang dan dikelola dengan seksama agar memberi
hasil yang maksimal. Pendekatan atas pengelolaan kelas sangat tergantung
pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru terhadap proses pembelajaran,
dan hubungan siswa yang mereka ciptakan.
Dalam masalah penataan ruang kelas ini uraian akan diarahkan pada
pembahasan masalah pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat
pengajaran, penataan keindahan dan keebrsihan kelas, dan ventilasi serta tata
cahaya.21
(1) Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh
siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam proses belajar di kelas di
sekolah formal. Tempat duduk dapat mempengaruhi proses pembelajaran
siswa. Bila tempat duduknya bagus, tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar,
20
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:Rineke Cipta, 2004), cet. Kedua,
hal. 128 21
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), cet.
Keempat, hal. 204
31
bundar, persegi empat panjang, sesuai dengan keadaan tubuh siswa, maka
siswa akan merasa nyaman dan dapat belajar dengan tenang.
Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan bermacam-macam, ada
yang satu tempat duduk dapat di duduki oleh seorang siswa, dan satu tempat
yang diduduki oleh beberapa orang siswa. Sebaiknya tempat duduk siswa itu
mudah di ubah-ubah formasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan
pembelajaran. Untuk ukuran tempat dudukpun sebaiknya tidak terlalu besar
ataupun terlalu kecil sehingga mudah untuk diubah-ubah dan juga harus
disesuaikan dengan ukuran bentuk kelas.
Peserta didik harus dapat bergerak bebas di antara meja dan kursi.
Tempat duduk disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta
didik dapat juga duduk di lantai tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran
atau kerja kelompok.
Pengaturan posisi tempat duduk siswa di kelas tidaklah netral.
Pengaturan sangat berpengaruh bagi para siswa, interaksi antarmereka, dan
interaksi dengan guru. Hal ini berarti bahwa pengaturan posisi tempat duduk
memberi dampak dalam proses pembelajaran. Agar pengaturan posisi tempat
duduk siswa menjadi efektif dan mendukung proses pembelajaran menuju
kompetensi perlulah dipahami syarat-syarat pengaturannya.
Pengaturan posisi tempat duduk siswa dari tingkat Taman Kanak-
Kanak (TK) hingga SLTA sering dipandang oleh beberapa guru sebagai hal
yang remeh, serta tidak berpengaruh terhadap kehidupan dan dinamika kelas.
Berdasarkan pengalaman maupun pengamatan dapat disimpulkan bahwa tata
letak tempat duduk siswa dalam kelas formal di sekolah pada umumnya
berbentuk format kolom dan baris (Format KB). Keadannya selalu sama
sepanjang tahun. Perubahan atas format tersebut bahkan dapat dianggap
sebagai hal yang menyalahi aturan atau kebiasaan. Hal tersebut semakin
bersifat formal apabila tempat duduk guru harus ditata di depan kelas dan
tepat berada di tengah. Posisi meja guru kelas sebaiknya ditata sedemikian
32
rupa sehingga tampak informal tetapi memberikan kesan akrab dengan
siswanya.
Berbagai ragam dan format tempat duduk siswa menurut Radno
Harsanto:22
a. Format Kolom Baris (KB)
MM M M M M MM M M M M MM M M M M MM M M M M MM M M M M Keterangan:
G = Guru
M = Murid
b. Format U Terbuka
G G
22
Radno Harsanto, Pengelolaan Kelas yang Dinamis, (Yogyakarta:Kanisius, 2007), cet.
Pertama, hal. 64-66
G
G
33
c. Format U Tertutup
G
G
d. Format Lingkaran Besar
e. Format Lingkaran Kecil
G
G
M
M M
M
G
M M
M
M
G G
34
f. Format Kotak Besar
g. Format Kotak Kecil
G G
G G G
G G
Menurut Sudirman N, sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah
mengemukakan beberapa contoh formasi tempat duduk seperti di bawah ini.23
a. Posisi Berhadapan
1) Meja anak didik
2) Lemari buku
3) Papan tulis
4) Meja guru
5) Tempat alat peraga
6) Tempat pemajangan
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2000), cet. Pertama, hal. 175
G
M
M M
M
M
M M
M
M
M M
M
M
M M
M
M
M M
M
M
M M
M
5
6
1
2
3
4
1
1 1
1 1
35
b. Posisi Setengah Lingkaran
1) Meja anak didik
2) Lemari buku
3) Papan tulis
4) Meja guru
5) Tempat alat peraga
6) Tempat pemajangan
c. Posisi Berbaris ke Belakang
1) Meja anak didik
2) Lemari buku
3) Papan tulis
4) Meja guru
5) Tempat alat peraga
6) Tempat pemajangan
(2) Pengaturan alat-alat pengajaran
Alat-alat pengajaran hendaknya disimpan pada tempat khusus yang
mudah dicapai kalau segera diperlukan dan akan dipergunakan bagi
kepentingan kegiatan belajar. Barang-barang yang karena nilai praktisnya
tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas, hendaknya ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu gerak kegiatan peserta didik. Cara
pengambilan barang dari tempat khusus, penyimpanan dan sebagainya
hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga alat-alat tersebut dapat
digunakan.
6
5 1 1 1
1 1 1
2
3
4
5
6
1
1
1 1
1 1
2
3
4
36
Di antara alat-alat pengajaran di kelas yang harus diatur adalah
sebagai berikut:
a. Perpustakaan Kelas
- Sekolah yang maju ada perpustakaan di setiap kelas.
- Pengaturannya bersama-sama siswa.
b. Alat-alat Peraga Media Pengajaran
- Alat peraga atau media pengajaran semestinya diletakkan di
kelas agar memudahkan dalam penggunaannya.
- Pengaturannya bersama-sama siswa.
c. Papan Tulis, Kapur Tulis, dan lain-lain
- Ukurannya disesuaikan.
- Warnanya harus kontras
- Penempatannya memperlihatkan estetika dan terjangkau oleh
semua siswa.
d. Papan Presensi Siswa
- Ditempatkan di bagian depan sehingga dapat dilihat oleh
semua siswa.
- Difungsikan sebagaimana mestinya.
(3) Penataan keindahan dan kebersihan kelas
a. Hiasan dinding (pajangan kelas) hendaknya dimanfaatkan untuk
kepentingan pengajaran, misalnya:
- Burung garuda.
- Teks proklamasi.
- Slogan pendidikan.
- Para pahlawan.
- Peta/globe.
37
b. Penempatan lemari
- Lemari buku di depan.
- Lemari alat-alat peraga di belakang.
c. Pemeliharaan kebersihan
- Siswa bergiliran untuk membersihkan kelas.
- Guru memeriksa kebersihan dan ketertiban kelas
(4) Ventilasi dan cahaya kelas
a. Ada ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas.
b. Sebaiknya tidak merokok.
c. Pengaturan cahaya perlu diperhatikan.
d. Cahaya yang masuk harus cukup.
e. Masuknya dari arah kiri, jangan berlawanan dengan bagian
depan.24
b. Pengaturan Anak Didik
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok
menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur
tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang. Anak didik
yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya
ditempatkan di depan kelas. Dengan begitu, maka anak didik yang minus
dapat melihat tulisan di papan tulis dengan cukup baik. Penempatan anak
didik yang mengalami gangguan pendengaran di depan akan mempermudah
si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru. Sisi lain yang juga perlu
diperhatikan oleh guru dalam pengelompokkan anak didik adalah jenis
kelamin. Anak didik yang cerdas sebaiknya digabung dengan anak didik yang
kurang cerdas. Anak didik yang pandai bicara sebaiknya dikelompokkan
dengan anak didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar
24
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2000), cet. Pertama, hal. 176-177
38
membuat keributan dan suka mengganggu temannya akan lebih baik bila
penempatan mereka dipisah-pisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru.
Pola pengelompokkan anak didik seperti itu bermaksud agar kelas tidak
didominasi oleh satu kelompok. Tetapi yang terjadi dalam belajar ialah
persaingan yang positif.
Masalah pengaturan tempat duduk itu sebenarnya akan berhubungan
dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek
biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi, di dalam perbedaan dari ketiga
aspek itu ada juga terselip persamaannya.
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono sebagaimana yang
dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah melihat siswa sebagai individu dengan
segala perbedaan dan persamaannya. Persamaan dan perbedaan dimaksud
adalah:
1) Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (intelegensi).
2) Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan.
3) Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar.
4) Persamaan dan perbedaan dalam bakat.
5) Persamaan dan perbedaan dalam sikap.
6) Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan.
7) Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan/pengalaman.
8) Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah.
9) Persamaan dan perbedaan dalam minat.
10) Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita.
11) Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan.
12) Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian.
13) Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo
perkembangan.
39
14) Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan.25
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa di atas berguna
dalam membantu usaha pengaturan siswa di kelas. Terutama berhubungan
dengan masalah bagaimana pola pengelompokkan siswa guna menciptakan
lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang
penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif
lama.
(1) Pembentukan Organisasi
Untuk melatih dan menciptakan ketertiban kelas, perlu dibentuk
organisasi anak didik di kelas. Pembentukan organisasi kelas merupakan
langkah awal melatih dan membina anak didik dalam hal berorganisasi.
Mereka dilatih untuk belajar bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan.
Organisasi anak didik dapat membantu guru dalam menyediakan sarana
pengajaran, seperti menyediakan kapur, alat peraga, buku paket, mengisi
presensi siswa atau guru, dan sebagainya.
Organisasi-organisasi kelas pada umumnya berbentuk sederhana yang
personelnya meliputi ketua kelas, wakil ketua kelas, bendahara, sekretaris,
dan beberapa buah seksi sesuai keperluan. Pemilihan para personel kelas
dilakukan oleh anggota kelas (para anak didik) secara demokratis dengan
dibimbing oleh guru kelas (wali kelas). Dengan kegiatan seperti itu berarti
guru sudah melakukan fungsi manajerial.
(2) Pengelompokkan Anak Didik
Dalam upaya melayani kegiatan belajar anak didik yang optimal,
pengelompokkan anak didik mempunyai arti penting. Pengelompokkan anak
didik bermacam-macam, dari yang sederhana sampai yang kompleks.
25
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineke Cipta, 2010), cet.
Keempat, hal. 207-208
40
Menurut Roestiyah N.K sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri
Djamarah membagi pengelompokkan siswa dengan melihatnya dari segi
waktu, kecepatan dan sifatnya. Penjelasannya adalah:
a. Waktu : 1) Kelompok jangka pendek.
2) Kelompok jangka panjang (3 bulan).
b. Kecepatan : 1) Kelompok anak cepat.
2) Kelompok anak lambat.
c. Sifat : 1) Kelompok untuk mengatasi alat pelajaran.
2) Kelompok atas dasar individual/intelegensi.
3) Kelompok atas dasar individual minat.
4) Kelompok untuk memperbesar partisipasi.
5) Kelompok untuk pembagian pekerjaan.
6) Kelompok untuk belajar secara efisien menuju
suatu tujuan.
Sedangkan pengelompokkan amak didik menurut Conny Semiawan
adalah sebagai berikut:
a. Pengelompokkan menurut Kesenangan Berkawan.
Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa
kelompok (jumlah kelompok bergantung pada besarnya kelas) atas
dasar perkawanan/kesenangan bergaul di antara mereka. Kelompok
terdiri dari 4-6 orang atau lebih yang menrut mereka merupakan
kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah
disusun dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokkan seperti
ini, setiap anak didik mempelajari atau berbuat hal yang sama
dengan sumber yang sama.
b. Pengelompokkan menurut Kemampuan.
Kenyataan menunjukkab bahwa dalam mempelajari sesuatu ada
anak didik yang pandai, sedang, dan lambat. Untuk memudahkan
pelayanan guru, anak didik dikelompokkan ke dalam kelompok
41
cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokkan seperti ini
diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari
mata pelajaran. Seorang anak didik mungkin cerdas dalam
matematika, tetapi lambat dalam ilmu-ilmu sosial, sedangkan anak
didik lain keadaannya tidak demikian. Pengelompokkan demikian
akan menuntut program-program khusus (bantuan remedial) untuk
membantu para anak didik tertentu yang mengalami kesulitan khusus
dalam mata pelajaran tertentu.
c. Pengelompokkan menurut Minat.
Ada anak didik yang senang menulis, sedang yang lainnya senang
pada matematika, ilmu-ilmu sosial, atau ilmu pengetahuan alam.
Anak didik yang berminat melakukan kegiatan belajar yang sama
dikelompokkan. Pada situasi seperti ini, guru perlu terus menerus
mengamati setiap anak didik. Di samping itu, guru perlu memberi
dorongan kepada anak didik untuk berpindah dari satu kegiatan ke
kegiatan yang lain,26
Selain dari pola pengelompokkan siswa sebagaimana disebutkan di
atas, pengelompokkan siswa dapat pula dilakukan dengan cara-cara berikut
ini:
a. Pembentukkan kelompok diserahkan kepada anak didik.
Pada umumnya bila pembentukan kelompok diserahkan kepada
siswa, mereka akan mendasarkan pemilihan anggota kelompoknya
atas dasar rasa simpati satu sama lain, minat yang sama atau
didorong oleh kemauan yang sama untuk memperoleh hasil yang
baik dengan bekerja sama. Dengan demikian, terbentuklah kelompok
teman dekat, kelompok minat atau kelompok prestasi.
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2000), cet. Pertama, hal. 180-181
42
b. Pembentukkan kelompok diatur oleh guru sendiri.
Bila guru sendiri yang mengaturnya, pada umumnya dasar
pembentukan yang dipakai antara lain tempat duduk yang
berdekatan, urutan huruf pertama nama siswa dalam abjad, taraf
prestasi siswa dalam bidang studi yang bersangkutan, jenis kelamin,
kecenderungan siswa untuk berperan sebagai dalam kelasnya atau
pengikut saja. Dengan demikian, akan terbentuk kelompok-
kelompok yang heterogen. Anggota kelompok yang heterogen
berbeda dalam banyak hal, sedangkan anggota kelompok yang
homogen mempunyai kesamaan dalam satu hal pokok, misalnya
taraf kemampuan belajar.
c. Pembentukkan kelompok diatur guru atas usul anak didik.
Walaupun diusulkan oleh siswa, apabila guru memandang perlu
berdasaekan pertimbangan-pertimbangan tertentu, ia dapat
melakukan perubahan. Siswa mengisi angket dengan membubuhkan
nama tiga atau empat teman yang dipilihnya secara rahasia. Hasilnya
berbentuk sosiogram yang memperlihatkan keadaan hubungan sosial
antarsiswa pada kelas yang bersangkutan. Sesuai dengan patokan
siswa dalam angket (sosiogram) guru menyusun kelompok-
kelompok belajar. Tanpa sepengetahuan siswa, guru dapat
melakukan perubahan dari pilihan siswa demi kepentingan terjadinya
kerja sama atau demi kepentingan siswa tertentu, atau demi
kepentingan lain sebagai dasar pertimbangan. Untuk melaksanakan
cara yang ketiga ini guru hendaknya telah menguasai masalah yang
berkenaan dengan pembuatan sosiometrik.27
Demikian beberapa hal mengenai masalah pengelompokkan siswa.
Apa yang dikemukakan ini boleh jadi dapat dijadikan sebagai perbandinan
sekiranya pembaca menemukan pendapat ahli-ahli lainnya yang
membicarakan masalah yang sama.
27
Syaiful Bahri Djamarah, Stretegi Belajar Mengajar, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), cet.
keempat, hal. 212
43
c. Pengaturan Disiplin
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin diartikan dengan tata
tertib atau ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib. Kata
disiplin sendiri sebenarnya berasal dari bahasa latin, yaitu disciplina atau
discipulus yang berarti perintah dan peserta didik.28
Jadi, disiplin dapat
dikatakan sebagai perintah seorang guru kepada peserta didik.
Dari pengertian di atas, maka dalam konteks manajemen kelas disiplin
dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh guru sebagai manajer
kelas untuk menjadikan peserta didiknya memiliki kemampuan guna
mengendalikan diri dan berperilaku sesuai dengan tata tertib di kelas.
Salah satu kegiatan yang tak kalah pentingnya dalam kegiatan
manajemen kelas adalah membina kedisiplinan peserta didik. Guru sebagai
seorang manajer kelas dituntut pula untuk memiliki keterampilan dalam
membina kediplinan peserta didik tersebut. Dapat dikatakan bahwa ketika
peserta didik di dalam kelas maka kelas akan menjadi kondusif sehingga pada
gilirannya keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat tercapai.
Itulah sebabnya kedisiplinan peserta didik di dalam kelas menjadi hal
yang penting dalam menciptakan perilaku peserta didik yang tidak
menyimpang dari ketertiban kelas. Sikap atau perilaku yang diharapkan dari
peserta didik yang disiplin adalah perilaku yang mencerminkan kepatuhan
terhadap berbagai nilai yang disepakati oleh semua, baik oleh peserta didik
sendiri maupun oleh guru yang tertuang dalam tata tertib atau aturan kelas.
Dalam konteks manajemen kelas, kedisiplinan peserta didik terlihat
dalam perilaku peserta didik yang mampu mengatur ataupun menempatkan
dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar di kelas pada khususnya serta
di sekolah pada umumnya. Dengan demikian, kedisiplinan dapat mengontrol
28
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2013), cet.
Pertama, hal. 159
44
perilaku peserta didik agar tercapai kelas yang kondusif, yaitu kelas yang
mendukung tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar.
Dengan disiplin para peserta didik bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan
semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar diterima guna
memelihara kepentingan bersama atau memelihara tugas-tugas belajar peserta
didik. Hanya dengan menghormati tata tertib kelas peserta didik dapat belajar
menghormati aturan-aturan umum lainnya, belajar mengembangkan
kebiasaan, dan mengendalikan diri.
Fungsi utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri
dengan mudah, menghormati, dan mamatuhi otoritas. Dalam mendidik
peserta didik perlu disiplin, tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan apa
yang dilarang serta tidak boleh dilakukan. Disiplin perlu dibina pada peserta
didik agar mereka dengan mudah dapat mengerti dan dapat membedakan
perilaku yang baik dan perilaku yang buruk.
Disiplin timbul dari kebutuhan untuk mengadakan keseimbangan
antara apa yang ingin dilakukan oleh individu dan apa yang diinginkan
individual dari orang lain sampai batas-batas tertentu dan memenuhi tuntutan
orang lain dari dirinya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya dan dari
perkembangan yang lebih lugas.
Pengelolaan kelas yang baik akan menciptakan disiplin kelas yang
baik. Kelas dinyatakan disiplin apabila setiap siswanya patuh pada aturan
main atau tata tertib yang bukanlah hanya sekedar pemberian hukuman bagi
pelanggaran atau menerima penghargaan bagi yang menaatinya.
Pembuatan tata tertib pun hendaknya dengan melibatkan siswa, maka
rasa tanggung jawab siswa terhadap pelajaran akan lebih besar jika mereka
terlibat dalam perbuatannya. Dengan mendengarkan saran, masukan dan
keinginan siswa akan membuatnya merasa dihargai dan diakui. Hal ini tentu
saja akan berpengaruh pada pelaksanaan peraturan tersebut pada nantinya.
45
Dan keuntungan lain dari adanya disiplin adalah peserta didik belajar hidup
dengan pembiasaan yang baik, positif, dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungan.
Ada beberapa pendekatan yang dapat ditempuh guru sebagai alternatif
pertimbangan dalan menanggulangi pelanggaran disiplin. Cara tersebut antara
lain:
(1) Pengenalan Peserta didik
Kemampuan guru dalam pencegahan emosional terhadap peserta didik
sangat berpengaruh pada tingkah laku peserta didik itu sendiri, makin baik
guru mnegenal peserta didik makin besar kemungkinan guru untuk mencegah
terjadinya pelanggaran disiplin. Sebaliknya yang frustasi karena merasa tidak
mendapat perhatian guru dengan semestinya, sangat mungkin terjadi peserta
didik yang tidak disiplin.
Pada dasarnya peserta didik mempunyai daya atau tenaga untuk
mengontrol dirinya, namun kurangnya perhatian dari guru dan orang tua juga
dapat membuat peserta didik kurang dapat mengontrol dirinya sendiri dan
kurangnya menghargai otoritas dan mereka tidak menyukainya dan
membencinya. Untuk itu pengenalan terhadap latar belakang mereka
merupakan usaha penanggulan dan pelanggaran disiplin.
(2) Melakukan Tindakan Korektif
Bila ada peserta didik melakukan tindakan yang dapat menganggu
suasana proses belajar mengajar maka guru segera melakukan tindakan yaitu
menghentikan gangguan tersebut, kemudia usahakan memberikan pengertian
mengapa peserta didik melakukan tindakan tersebut. Kemukakan kepadanya
harapan kita sebagai guru dan teman-teman lain yang akan terganggu
konsentrasinya dan nyatakan tingkah laku bagaimana yang diharapkan dari
peserta didik yang bersangkutan. Hendaknya guru melakukan hal tersebut
46
dilakukan secara tegas dan berwibawa, namun hindari juga hal-hal yang
menyebabkan peserta didik malu di depan teman-temannya.
Namun bila ada peserta didik melanggar peratura tata tertib sekolah,
komunikasikan kembali apa peraturan yang telah dibuat dan disepakati
bersama. Konsekuensi ini dilakukan secara bertahap dimulai dari peringatan,
teguran, disuruh menghadap kepala sekolah atau dilakukan kepada orang
tuanya tentang pelanggran yang dilakukannya.
(3) Melakukan Tindakan Penyembuhan
Pelanggaran yang sudah terlanjur dilakukan peserta didik atau
sejumlah peserta didik perlu ditanggulangi dengan tindakan penyembuhan.
Guru melakukan tindakan penyembuhan ini maka peserta didik melanggar
sejumlah besar peraturan sekolah yang telah disepakati bersama, kemudian
peserta didik tidak mau menerima atau menolak konsekuensi seperti yang
telah terlanjur dalam peraturan sekola sebagai akibat dari perbuatannya. Maka
langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam tindakan penyembuhan ini
adalah:
a. Mengidentifikasi peserta didik yang mendapat kesulitan untuk
menerima dan mengikuti tata tertib atau menerima konsekuensi dari
pelanggaran yang dibuatnya.
b. Membuat rencana yang diperkirakan paling tepat tentang langkah-
langkah yang akan ditempuh dalam mengadakan kontrak dendam
peserta didik.
c. Menetapkan waktu pertemuan dengan peserta didik tersebut yang
disetujui bersama oleh guru dan peserta didik yang bersangkutan.
d. Bila saatnya bertemu dengan peserta didik jelaskanlah maksud
pertemuan tersebut, dan jelaskan pula manfaat yang mungkin
diperoleh baik oleh peserta didik maupun oleh sekolah.
e. Pertemuan guru dan peserta didik harus sampai kepada pemecahan
masalah dalam rangka memperbaiki tingkah laku peserta didik.
47
f. Melakukan kegiatan tidak lanjut.29
Jadi, pengelolaan kelas adalah usaha guru dalam menciptakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa melaksanakan pembelajaran
optimal sehingga mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.Aspek-aspek
yang perlu dikelola dalam pembelajaran meliputi penataan ruang kelas yang
mencakup pengaturan tempat duduk dan pengaturan alat-alat pengajaran,
pengaturan anak didik yang mencakup pembentukan organisasi dan
pengelompokkan anak didik, dan pengaturan disiplin.
29
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta:Rineke Cipta, 2004), cet. Kedua,
hal. 141.
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MA Da’il Khairaat yang berlokasi di
Jakarta Barat. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan September
2013 sampai dengan April 2014.
B. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan
suatu kejadian atau keadaan tertentu yang terlebih dahulu menganalisis
kejadiannya, untuk kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.
49
C. Sumber Data
Sumber data antara lain:
Guru : Sebagai objek dari penilitian maka guru adalah sumber data
paling utama.
Siswa : Sebagai hasil dari pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru.
Kepala Sekolah : Sebagai pembuat kebijakan dan penilai pengelolan
kelas yang dilakukan guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam hal ini adalah usaha untuk mendapatkan
informasi mengenai pengelolaan kelas di MA Da’il Khairaat Jakarta Barat.
Dalam upaya pengumpulan data pada skripsi ini, penulis menggunakan
beberapa teknik yaitu:
1. Tes
Tes ialah seperangkat ransangan (stimuli) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat
dijadikan dasar bagi penetapan skor nilai.1Tes digunakan untuk mengukur
pengetahuan guru tentang pengelolaan kelas dan keterampilan guru dalam
mengelola kelas. Untuk mengukur pengetahuan guru digunakan tes tulis
pilihan ganda dengan 5 opsi jawaban dengan setiap jawaban yang benar
bernilai 1, sedangkan untuk keterampilan guru mengelola kelas digunakan
lembar observasi/pengamatan. Tes ini diberikan kepada masing-masing
perwakilan dari bidang studi.
1 Donal Ary, hasil terjemahan Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan,
dengan judul asli “Introduction to Research in Education”, (Surabaya:Usaha Nasional), hal. 256
50
2. Dokumentasi
Digunakan untuk memperoleh data yang didokumentasikan oleh
pihak sekolah, data yang akan dikumpulkan melalui teknik dokumentasi
meliputi: data keadaan guru, pegawai, latar belakang tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, dan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru yang
akan diteliti.
3. Angket
Diberikan kepada siswa sebagai bentuk penilaian tentang pengelolaan
kelas yang dilakukan guru. Data tersebut dibutuhkan untuk melengkapi data
yang diperoleh melalui intrumen lain supaya hasil penelitian lebih sempurna.
Tabel 3.1
Kriteria Penskoran2
No Alternatif Jawaban Skor
+ -
1 Selalu (SL) 4 1
2 Sering (SR) 3 2
3 Kadang-kadang (KD) 2 3
4 Tidak Pernah (TP) 1 4
Tabel 3.1
Klasifikasi Nilai
Klasifikasi Prosentase
Sangat Baik 80 – 100%
Baik 70 – 79%
Cukup Baik 50 – 69%
Kurang Baik 30 – 49%
Tidak Baik 0 – 29%
2 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta,
2012), cet. Keenam belas, hal.94
51
4. Wawancara
Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan kepala
sekolah untuk memperoleh data tentang kebijakan dan aturan-aturan dalam
pengelolaan kelas.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.3
Instrumen tes pengetahuan untuk guru
No. Indikator No Soal Kunci Jawaban
1. Menjelaskan pengertian pengelolaan
kelas 1 C
2. Menyebutkan tujuan pengelolaan
kelas 2 D
3. Menyebutkan fungsi pengelolaan
kelas dalam pembelajaran 3 E
4. Menyebutkan aspek-aspek yang
dikelola dalam pengelolaan kelas 4 B
5. Menyebutkan ruang lingkup penataan
ruang kelas 5 A
6.
Menentukan hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur tempat
duduk siswa
6 C
7. Mengidentifikasi ragam format
tempat duduk siswa 7 B
8. Menyebutkan alat-alat pengajaran
dalam pengelolaan kelas 8 D
9. Menentukan bentuk-bentuk hiasan
dinding (pajangan kelas) 9 C
10. Menyebutkan pengelompokkan anak
didik berdasarkan waktu 10 A
11.
Mengidentifikasi pengelompokkan
anak didik menurut kesenangan
berkawan
11 B
12. Menyebutkan pendekatan dalam
menanggulangi pelanggaran disiplin 12 E
13. Mengidentifikasi pendekatan dalam 13 B
52
pelanggaran disiplin melalui tindakan
korektif
14.
Mengidentifikasi pendekatan dalam
pelanggaran disiplin melalui tindakan
penyembuhan
14 C
Tabel 3.4
Kisi-kisi Angket Siswa
No. Dimensi Indikator No. Item Jumlah
1.
2.
3.
Penataan ruang
kelas
Pengaturan Siswa
Disiplin Kelas
a. Mengatur tempat
duduk
b. Mengatur alat-alat
pengajaran
c. Mengatur keindahan
dan kebersihan ruang
kelas
d. Mengatur ventilasi
dan tata cahaya
a. Mengatur siswa di
kelas
b. Mengelompokkan
siswa dalam belajar
a. Mengatur disiplin
atau tata tertib kelas
1, 7, 11, 14,
17, 20
2, 12, 13
9, 15, 16
3, 8
5, 19, 21
4, 10
6, 18
6
3
3
2
3
2
2
53
F. Teknik Analisis dan Interpretasi Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya
menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan
data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya oleh yang meneliti,
tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Untuk
menganalisis data dalam penelitian ini penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Data hasil tes guru
Dalam menganalisis data hasil tes guru, yang harus dilakukan pertama
kali adalah melakukan editing. Pada tahap ini dilakukan pengecekan terhadap
pengisian butir soal. Setiap butir soal yang benar bernilai 1, dan yang salah
bernilai 0. Dalam menentukan skoring untuk tes guru dengan menggunakan
rumus : P =
x 100%
2. Data hasil observasi
Dalam menganalisis data hasil observasi kelas, setiap indikator yang
dilakukan guru (ya) bernilai 1 dan yang (tidak) dilakukan guru bernilai 0.
Dalam menentukan skoring untuk observasi kelas ini menggunakan rumus :
P =
x 100%
3. Data hasil angket siswa
Dalam menganalisis data hasil angket siswa, skoring yang digunakan
adalah rumus : P =
x 100%
54
Keterangan:
F = Frekuensi
N = Jumlah Frekuensi
P = Angka Presentase
4. Melakukan pembahasan hasil penelitian dengan cara membandingkan
kemampuan guru dalam mengelola kelas melalui hasil tes dan
observasi dengan pendapat siswa yang dicari melalui angket.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran UmumObjek Penelitian
1. Sejarah Singkat MA Da’il Khairaat
Sekolah ini berlokasi di jalan Peta Barat Kampung Rawa Lele Rt
006/07, No : 110 B, Kelurahan Pegadungan, Kecamatan Kalideres, Jakarta
Barat. Secara geografis letak sekolah sangat strategis, yaitu di tepi jalan raya
yang mudah dijangkau, dengan demikian membuat masyarakat antusias untuk
menyekolahkan anaknya di yayasan pendidikan ini.
Sekolah ini berada dibawah naungan yayasan yang bernama Da’il
Khairaat. Sekolah ini berdiri berbarengan dengan berdirinya yayasan yaitu
sejak tahun 1972. Pendiri yayasan ini adalah para tokoh masyarakat yang
berada di wilayah kampung Rawa Lele kelurahan Pegadungan, antara lain :
K.H. Ahmad Ali (Alm), H. Maarif (Alm), H. Muhammad (Alm) , H. Adbul
Ghani (Alm), H. Muhyi (Alm), H. Naali (Alm), dan K.H. Ali Muhammad
(Alm). Berdirinya yayasan ini adalah antara lain untuk memberikan
pendidikan agama yang sebanyak-banyaknya, dan juga sebagai syiar Islam
yang nantinya diharapkan para lulusan dari madrasah ini dapat menjadi
kader-kader yang Islami, berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah.
56
Awal berdirinya sekolah ini disambut dengan antusias oleh warga
sekitar. Banyak warga yang menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, sekolah Islam ini tidak terlalu diminati
oleh warga karena warga lebih memilih untuk menyekolahkan anaknya di
lembaga pendidikan umum. Walau demikian, peminat sekolah Islam ini
masih cukup diminati warga yang memang ingin anak-anaknya tumbuh
dengan pengetahuan agamanya yang lebih jika dibandingkan dengan sekolah
umum.
2. Gambaran Umum Pengelolaan Kelas di MA Da’il Khairaat
Sebagaimana teori pengelolaan kelas yang telah dibahas pada bab II
mengenai aspek pengaturan tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran,
pengaturan keindahan dan kebersihan ruang kelas, pengaturan ventilasi dan
tata cahaya, pengaturan siswa di kelas, pengelompokkan siswa dalam
belajars, dan pengaturan disiplin atau tata tertib kelas, di bawah ini akan
menjelaskan pengaturan aspek-aspek tersebut yang dilaksanakan di sekolah
ini.
a. Pengaturan tempat duduk
Tempat duduk merupakan salah satu sarana penunjang proses belajar
di sekolah. Hampir semua kelas menggunakan format Kolom – Baris untuk
penataan tempat duduk siswa, kecuali untuk ruang multimedia dimana di
ruang itu menggunakan karpet sebagai alas duduk siswa. Hanya saja dalam
pengaturan tempat duduk siswa tidak ditentukan oleh guru, melainkan dipilih
sendiri oleh siswa menurut kesenangan berkawannya masing-masing. Tentu
saja ini tidak baik karena memungkinkan ada yang tidak ingin duduk dengan
salah satu siswa karena tidak senang berkawan dengannya.1
1 Hasil observasi kelas pada tanggal 10 Januari 2014
57
b. Pengaturan alat-alat pengajaran
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dalah sebuah lembaga
pendidikan memang sangat berpengaruh untuk berlangsungnya proses
pembelajaran. Di sekolah ini hanya tersedia white board sebagai alat
pengajaran, sehingga memungkinkan guru untuk tidak melakukan pengaturan
terhadap alat-alat pengajaran karena white board sudah terpasang tepat pada
tempatnya. Di tiap kelas tersedia satu lemari dengan dua pintu dimana salah
satu pintunya digunakan untuk menyimpan alat-alat pengajaran seperti spidol,
penghapus, dan lain sebagainya.2
c. Pengaturan keindahan dan kebersihan kelas
Dalam mengatur keindahan kelas selain dari pajangan-pajangan lazim
di pajang seperti foto presiden dan wakil presiden, burung garuda, foto
pahlawan, dan lain sebagainya, di kelas juga di pajang hasil karya siswa itu
sendiri. Sedangkan untuk kebersihan kelas, masing-masing kelas mempunyai
jadwal untuk membersihkan kelas. Kebersihan ruang kelas menjadi tanggung
jawab bersama antara guru dan murid. Salah satu contoh dalam pengaturan
kebersihan kelas adalah sepatu di letakkan di luar kelas dengan menata rapi
sepatu di rak sepatu yang telah di siapkan oleh sekolah. Dan contoh ini
diterapkan untuk semua kelas di sekolah ini.3
d. Pengaturan ventilasi udara dan tata cahaya
Demi memberikan kenyamanan dalam proses belajar, di tiap kelas di
sekolah ini telah di pasang 2 buah AC (Air Conditioner) yang digunakan bila
cuaca di luar sedang panas dan 2 buah kipas angin yang digunakan jika cuaca
di luar sedang dingin. Jika listriknya mati, sirkulasi udara yang ada hanya dari
pintu kelas saja. Karena jendela-jendela kelas telah tutup rapi dan tidak bisa
dibuka karena pemasangan AC. Jelas ini akan sangat mengganggu sekali
dalam proses pembelajaran jika listrik sedang mati. Sedangkan untuk
2 Hasil observasi kelas pada tanggal 10 Januari 2014
3 Hasil observasi kelas pada tanggal 11 Januari 2014
58
pengaturan tata cahaya, tiap cahaya yang masuk ke kelas berbeda-beda. Ada
cahaya yang masuk dari samping sebelah kanan kelas, ada cahaya yang
masuk dari sebelah kiri kelas, ada juga cahaya yang masuk dari belakang
kelas. Jika kurang memadai, telah terpasang 2 buah lampu untuk menambah
cahaya dalam kelas.
e. Pengaturan siswa di kelas
Pengaturan siswa di kelas dilakukan dengan baik. Dalam pengaturan
siswa, pembagian tempat duduk diperhatikan jenis kelamin. Karena sekolah
ini sangat bernuansa Islami, untuk laki-laki berada di sisi kanan kelas
sedangkan perempuan berada di sisi kiri kelas. Guru di sekolah ini juga selalu
melakukan pengawasan terhadap semua aktifitas siswa dalam kelas.
f. Pengelompokkan siswa dalam belajar
Pengelompokkan siswa di sekolah ini diserahkan kepada guru mata
pelajaran. Biasanya guru membagi kelompok menurut urutan dalam daftar
hadir siswa. Jelas ini kurang baik karena tidak disesuaikan dengan
kemampuan dan minat masing-masing siswa.4
g. Pengaturan disiplin atau tata tertib kelas
Hampir di setiap sekolah, disiplin digunakan untuk memantau tingkah
laku anak didik. Disiplin merupakan bagian dari pengelolaan kelas yang
paling banyak menjadi perhatian banyak guru karena disiplin yang baik akan
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Di sekolah ini, semua tata
tertib telah di tulis oleh sekolah. Sedangkan untuk tata tertib di kelas guru
bersama dengan siswa membuat kesepakatan tata tertib dan hukuman jika ada
yang melanggar.
4 Hasil observasi kelas pada tanggal 10 Januari 2014
59
B. Deskripsi Data
1. Data Hasil Tes
a. Tes Pengetahuan
Berdasarkan hasil tes pengetahuan untuk guru, dapat dijelaskan
bahwa kemampuan guru dari segi pengetahuan tentang pengelolaan kelas
berada pada kategori Cukup. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes untuk guru
yang memiliki nilai dengan rata-rata 67,5%.
b. Tes Keterampilan (Observasi)
Berdasarkan hasil tes keterampilan untuk guru, dapat dijelaskan
bahwa kemampuan guru dari segi keterampilan tentang pengelolaan kelas
berada pada kategori Cukup.Hal ini dibuktikan dengan hasil tes keterampilan
guru yang memiliki nilai dengan rata-rata 66,8%
c. Jumlah Keseluruhan
Berdasarkan data hasil tes pengetahuan dan kemampuan, maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas di sekolah
ini berada pada kategori Cukup dengan rata-rata nilai 67,1%.
2. Data Hasil Angket
Data diperoleh melalui penyebaran angket kepada siswa/i berisi 21
item pertanyaan dan dijawab oleh 30 responden. Setelah data terkumpul,
kemudian diolah dengan menggunakan rumus prosentase yang disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini :
60
Tabel 4.1
Pengaturantempat duduk
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
1
Selalu 4 13,3% 16
Sering 3 10% 9
Kadang-kadang 8 26,7% 16
Tidak Pernah 15 50% 15
Jumlah 30 100% 56
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar gurutidak
mengatur tempat duduk siswa, padahal dengan pengaturan tempat duduk
siswa ini akan memudahkan siswa dalam belajar.
Tabel 4.2
Penggunaan media/alat bantu pendidikan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
2
Selalu 4 13,3% 16
Sering 2 6,7% 6
Kadang-kadang 6 20% 12
Tidak Pernah 18 60% 18
Jumlah 30 100% 52
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru sebagian besar tidak
menggunakan media/alat bantu pendidikan, padahal dengan menggunakan
media/alat bantu tersebut dapat memudahkan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran.
61
Tabel 4.3
Pemeriksaan ventilasi udara di kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
3
Selalu 1 3,3% 4
Sering 2 6,7% 6
Kadang-kadang 10 33,3% 20
Tidak Pernah 17 56,7% 17
Jumlah 30 100% 47
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
memeriksa ventilasi udara di dalam kelas, padahal memeriksa ventilasi udara
dalam kelas sangat penting agar kegiatan pembelajaran tidak terganggu.
Tabel 4.4
Pembentukan kelompok untuk melakukan diskusi
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
4
Selalu 3 10% 12
Sering 4 13,3% 12
Kadang-kadang 10 33,3% 20
Tidak Pernah 13 43,4% 13
Jumlah 30 100% 57
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa guru jarang sekali
melakukan pembentukan kelompok untuk melakukan diskusi, padahal
kegiatan belajar kelompok tersebut dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar.
62
Tabel 4.5
Pengawasan ketika sedang belajar kelompok
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
5
Selalu 8 26,7% 32
Sering 4 13,3% 12
Kadang-kadang 7 23,3% 14
Tidak Pernah 11 36,7% 11
Jumlah 30 100% 69
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa ada sebagian besar guru
tidak pernah melakukan pengawasan ketika sedang belajar kelompok dan ada
sebagian kecilnya yang selalu melakukan penawasan ketika siswa sedang
belajar kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa guru sering melakukan
pengawasan ketika sedang belajar kelompok. Kegiatan pengawasan ini sangat
penting untuk memantau aktifitas siswa di dalam kelas.
Tabel 4.6
Pemberian teguran atau hukuman bagi yang tidak mengerjakan tugas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
6
Selalu 15 50% 60
Sering 5 16,7% 15
Kadang-kadang 7 23,3% 14
Tidak Pernah 3 10% 3
Jumlah 30 100% 92
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu memberikan
teguran atau hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas. Hal ini perlu
dilakukan agar siswa tidak mengulangi perbuatannya lagi.
63
Tabel 4.7
Perhatian posisi tempat duduk bagi yang mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran, dll
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
7
Selalu 7 23,4% 28
Sering 3 10% 9
Kadang-kadang 10 33,3% 20
Tidak Pernah 10 33,3% 10
Jumlah 30 100% 67
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru sering memperhatikan
posisi tempat duduk bagi yang mengalami gangguan penglihatan,
pendengaran. Kegiatan ini perlu dilakukan guru agar siswa yang mengalami
gangguan tersebut tidak tertinggal dalam pelajaran.
Tabel 4.8
Perasaan nyaman karena ventilasi udara yang cukup
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
8
Selalu 7 23,3% 28
Sering 6 20% 18
Kadang-kadang 15 50% 30
Tidak Pernah 2 6,7% 2
Jumlah 30 100% 78
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa ventilasi udara dalam kelas
kurang memberikan kenyamanan bagi siswa karena kurangnya pemeriksaan
yang dilakukan oleh guru.
64
Tabel 4.9
Kelas terlihat bersih dan rapi saat pelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
9
Selalu 11 36,7% 44
Sering 8 26,7% 24
Kadang-kadang 10 33,3% 20
Tidak Pernah 1 3,3% 1
Jumlah 30 100% 89
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru telah
melakukan pengaturan kebersihan kelas, sedangkan sebagian kecilnya masih
belum melakukan pengaturan kebersihan kelas.
Tabel 4.10
Pembentukkan kelompok sesuai dengan kemampuan dan minat siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
10
Selalu 2 6,7% 8
Sering 2 6,7% 6
Kadang-kadang 9 30% 18
Tidak Pernah 17 56,6% 17
Jumlah 30 100% 49
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
pernah membentuk kelompok sesuai dengan kemampuan dan minat siswa,
dan hanya sebagian kecil yang terkadang membentuk kelompok sesuai
kemampuan dan minat siswa.
65
Tabel 4.11
Penataan tempat duduk yang dilakukan memberi kemudahan dalam belajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
11
Selalu 5 16,7% 20
Sering 4 13,3% 12
Kadang-kadang 13 43,3% 26
Tidak Pernah 8 26,7% 8
Jumlah 30 100% 66
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa penataan tempat duduk
yang dilakukan guru kurang optimal sehingga sering sekali membuat siswa
tidak nyaman dalam belajar.
Tabel 4.12
Pengaturan alat-alat peraga atau media pengajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
12
Selalu 3 10% 12
Sering 2 6,7% 6
Kadang-kadang 9 30% 18
Tidak Pernah 16 53,3% 16
Jumlah 30 100% 52
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
pernah mengatur alat-alat peraga atau media pembelajaran, dan hanya
sebagian kecil saja yang mengatur alat-alat peraga atau media pembelajaran.
66
Tabel 4.13
Perawatan alat-alat peraga atau media pengajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
13
Selalu 4 13,3% 16
Sering 1 3,3% 3
Kadang-kadang 7 23,4% 14
Tidak Pernah 18 60% 18
Jumlah 30 100% 51
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
pernah mengatur alat-alat peraga atau media pembelajaran, dan sebagian kecil
guru yang terkadang melalukan perawatan alat-alat peraga atau media
pembelajaran.
Tabel 4.14
Pengaturan posisi duduk sesuai postur tubuh
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
14
Selalu 3 10% 12
Sering 2 6,7% 6
Kadang-kadang 5 16,7% 10
Tidak Pernah 20 66,6% 20
Jumlah 30 100% 48
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
pernah mengatur posisi tempat duduk siswa sesuai dengan postur tubuh
siswa, dan sebagian kecil lainnya terkadang melakukan pengaturan posisi
duduk siswa yang sesuai dengan postur tubuh siswa.
67
Tabel 4.15
Pelibatan siswa dalam menata keindahan kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
15
Selalu 8 26,7% 32
Sering 6 20% 18
Kadang-kadang 12 40% 24
Tidak Pernah 4 13,3% 4
Jumlah 30 100% 78
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru
kadang melibatkan siswa dalam menata keindahan kelas, dan sebagian
kecilnya selalu melibatkan siswa dalam menata keindahan kelas.
Tabel 4.16
Pelibatan siswa dalam menata kebersihan kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
16
Selalu 13 43,3% 52
Sering 7 23,3% 21
Kadang-kadang 8 26,7% 16
Tidak Pernah 2 6,7% 2
Jumlah 30 100% 91
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru selalu
melibatkan siswa dalam menata keindahan kelas, dan hanya sebagian kecil
saja yang belum optimal melibatkan siswa dalam menata keindahan kelas.
68
Tabel 4.17
Perubahan tempat duduk tiap bulan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
17
Selalu 3 10% 12
Sering 1 3,3% 3
Kadang-kadang 3 10% 6
Tidak Pernah 23 76,7% 23
Jumlah 30 100% 44
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru tidak
pernah melakukan perubahan tempat duduk tiap bulan, karena menurut siswa
perubahan tempat duduk dilakukan tiap masuk ajaran baru.
Tabel 4.18
Pemberian sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib kelas telah
disepakati bersama
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
18
Selalu 11 36,7% 44
Sering 4 13,3% 12
Kadang-kadang 9 30% 18
Tidak Pernah 6 20% 6
Jumlah 30 100% 80
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru selalu
memberikan sanksi atau hukuman bagi siswa yang melanggar tata tertib. Hal
ini perlu dilakukan untuk menanamkan kedisiplinan dalam diri siswa.
69
Tabel 4.19
Penenangan siswa saat terjadi keributan
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
19
Selalu 18 60% 72
Sering 6 20% 18
Kadang-kadang 5 16,7% 10
Tidak Pernah 1 3,3% 1
Jumlah 30 100% 101
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru selalu menenangkan
siswa dan meminta siswa untuk diam saat terjadi keributan, sehingga kelas
selalu dalam keadaan yang optimal untuk kegiatan pembelajaran.
Tabel 4.20
Penataantempat duduk
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
20
Selalu 6 20% 24
Sering 4 13,3% 12
Kadang-kadang 9 30% 18
Tidak Pernah 11 36,7% 11
Jumlah 30 100% 65
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa guru jarang menata dan
menyesuaikan tempat duduk saat kegiatan belajar mengajar, padahal kegiatan
ini sangat penting untuk memudahkan siswa dalam menerima pelajaran.
70
Tabel 4.21
Pengaturan siswa pada setiap pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase Skor
21
Selalu 15 50% 60
Sering 7 23,3% 21
Kadang-kadang 6 20% 12
Tidak Pernah 2 6,7% 2
Jumlah 30 100% 95
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru selalu
mengatur siswa pada setiap pembelajaran.
C. Analisis dan Interpretasi Data
Dari sebaran data yang merupakan hasil perhitungan statistik
deskriptif, yang perlu dibahas adalah nilai mean atau rata-ratanya. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing aspek
yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.
Tabel 4.22
Jumlah
Responden Aspek Penelitian
Jumlah
Item Skor
Pengaturan tempat duduk
Pengaturan alat-alat pengajaran
Pengaturan keindahan dan kebersihan
ruang kelas
Pengaturan ventilasi dan tata cahaya
Pengaturan siswa di kelas
Pengelompokkan siswa dalam belajar
Pengaturan disiplin atau tata tertib kelas
6
3
3
2
3
2
2
346
155
258
125
265
106
172
58 7 Aspek 21 1427
71
Berikut data hasil penyebaran angket terhadap 58 responden. Dari
hasil penyebaran angket tersebut diperoleh data tentang kemampuan guru
dalam mengelola kelas menurut siswa. Melalui aspek-aspek pengelolaan
kelas yang terdiri dari 7 aspek, yaitu: aspek pengaturan tempat duduk yang
terdiri dari 6 item dengan skor 346, aspek pengaturan alat-alat pengajaran
yang terdiri dari 3 item dengan skor 155, aspek pengaturan keindahan dan
kebersihan ruang kelas yang terdiri 3 item dengan skor 258, aspek pengaturan
ventilasi dan tata cahaya yang terdiri dari item dengan skor 125, aspek
pengaturan siswa di kelas yang terdiri dari 3 item dengan skor 265, aspek
pengelompokkan siswa dalam belajar yang terdiri dari 2 item dengan skor
106, dan aspek pengaturan disiplin atau tata tertib kelas yang terdiri dari 2
item dengan skor 172.
Selanjutnya untuk mengetahui keadaan atau kondisi atau gambaran
tiap-tiap aspek digunakan perhitungan sebagaimana di bawah ini:
Tabel 4.23
Nilai Rata-rata Skor Penelitian Angket Siswa
No Aspek Skor
Nilai
Harapan
(NH)
Nilai
Skor
(NS)
NS x 100%
NH
Kategori
Nilai
1 Mengatur tempat
duduk 346 6 x 4 = 24
346 : 30
= 11,5
11,5 x 100%
24
= 47,9% Kurang
2 Mengatur alat-
alat pengajaran 155 3 x 4 =12
155 : 30
= 5,2
5,2 x 100%
12
= 43,3%
Kurang
3
Mengatur
keindahan dan
kebersihan ruang
kelas
258 3 x 4 = 12 258 : 30
= 8,6
8,6 x 100%
12
= 71,7%
Baik
4
Mengatur
ventilasi dan tata
cahaya
125 2 x 4 = 8 125 : 30
= 4,2
4,2 x 100%
8
= 52,2%
Cukup
72
5 Mengatur siswa
di kelas 265 3 x 4 = 12
265 : 30
= 8,8
8,8 x 100%
12
= 73,3%
Baik
6
Mengelompokkan
siswa dalam
belajar
106 2 x 4 = 8 106 : 30
= 3,5
3,5 x 100%
8
= 43,7%
Kurang
7
Mengatur disiplin
atau tata tertib
kelas
172 2 x 4 = 8 175 : 30
= 5,7
5,7 x 100%
8
= 71,2%
Baik
Hasil 47,9 + 43,3 + 71,7 + 52,5 + 73,3 + 43,7 + 71,2
7
403 = 57,5%
7 Cukup
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
dalam mengelola kelas menurut pendapat siswa berada pada kategori Cukup.
Menurut data berdasarkan hasil tes pengetahuan dan keterampilan
guru dalam mengelola kelas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru
dalam mengelola kelas berada pada kategori Cukup. Hasil ini sebanding
dengan hasil pendapat siswa melalui angket maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru dalam mengelola kelas guna menunjang keberhasilan
pembelajaran di sekolah ini dapat dikategorikan Cukup.Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas di sekolah ini
berada pada kategori Cukup. Sekolah juga telah memberikan pelatihan
kepada guru-guru di sekolah guna meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola kelas. Salah satunya melalui pelatihan guru, workshop, dan tufoksi
wali kelas.5 Kepala sekolah juga senantiasa selalu memantau kegiatan guru-
guru di sekolah ini dalam hal kaitannya dengan pengelolaan kelas. Namun
ternyata upaya yang dilakukan oleh sekolah tersebut ternyata belum mampu
untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas di sekolah ini.
5 Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MA Da’il Khairaat Mudini, S.Pd Pada tanggal
10 Januari 2014
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian sebagaimana dibahas pada bab IV dapat
dikemukakan beberapa temuan sebagai berikut:
1. Pengelolaan pada aspek penataan tempat duduk belum baik,karena
dalam mengatur tempat duduk siswa tidak dilakukan oleh guru,
melainkan dipilih sendiri oleh siswa menurut kesenangan berkawan
siswa masing-masing.
2. Pengelolaan pada aspek pengaturan alat-alat pengajaran belum
baik, karena dalam pengaturan alat-alat pengajaran ini tidak
dilakukan oleh guru, tetapi dilakukan oleh siswa yang mendapat
jadwal tugas membersikan kelas.
3. Pengelolaan pada aspek pengaturan ventilasi udara dalam setiap
kelas sudah baik. Hanya saja yang menjadi kendala adalah jika
listrik di sekolah ini mati, maka tidak ada udara yang masuk selain
dari pintu karena jendela telah di kunci dengan rapat dan tidak bisa
di buka. Sedangkan untuk pengaturan tata cahaya juga sudah baik.
Kelemahannya adalah ada kelas yang mendapat cahaya dari
74
belakang dan itu sangat menganggu penglihatan siswa ke depan
kelas.
4. Pengelolaan pada aspek pengelompokkan siswa di sekolah ini
belum dilakukan dengan baik, karena kebanyakan guru
mengelompokkan siswa menurut nomer urut yang ada di buku
daftar hadir siswa.
5. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru dalam mengelola kelas baik berdasarkan hasil tes
pengetahuan dan keterampilan guru dikatakan belum optimal, hal
ini juga diperkuat dengan persepsi siswa yang didapat melalui
angket.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Kepada guru-guru diharapkan untuk meningkatkan terus
kemampuannya dalam mengelola kelas dengan mengikuti kegiatan-
kegiatan yang dapat melatih kemampuan guru dan menambah
pengetahuan tentang pengelolaan kelas.
2. Sebaiknya guru berpartisipasi dalam menentukan kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan kelas dan bekerja
sama dengan sesama guru juga kepala sekolah.
3. Untuk Kepala Sekolah, baiknya selalu melakukan pengawasan
terhadap pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru dengan cara
kunjungan kelas baik secara berkala maupun rutin.
4. Bagi kepala sekolah maupun yayasan, baiknya memberikan
fasilitas kepada guru-guru untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan yang terkait dengan pengelolaan kelas.
BIODATA PENULIS
Mitsny Choiry, lahir di Jakarta, 10 Mei 1991. Anak pertama dari empat
bersaudara dari pasangan H. Haerudin Ahmad dan Hj. Titi Mulyati. Mengawali
jenjang pendidikannya di TK Assaidiyyah dan menyelesaikan pendidikan tingkat
dasar di MI Dail Khairaat Jakarta Barat pada tahun 2003. Pada tahun itu juga
melanjutkan jejak pendidikannya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami
Jakarta dan tamat di tahun 2009. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) di
Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Kecintaannya pada pramuka, membuat sang penulis berhasil menjadi Pasukan Inti dalam satuan
pramuka di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta. Banyak sudah perlombaan pramuka yang
diikuti. Baginya, pramuka mengajarkannya mandiri dan berani melawan rintangan yang ada.
Selain pramuka, dunianya adalah tulisan-tulisan yang bisa dibaca, baik buku, komik, novel, puisi-
puisi maupun artikel-artikel dari internet. Selain dapat menambah wawasan dan pengetahuan, ternyata
dengan membaca dapat membuat pikiran lebih santai juga lho …
Kesuksesan adalah hasil dari kesempurnaan, kerja keras, belajar dari pengalaman, loyalitas, dan
kegigihan. Hal instan dalam kesuksesan tidaklah berlaku. Untuk mencapai apa yang diinginkan, perlu
mengerahkan daya dan upaya yang dimilki.
Wassalam ...