Bab I-Vi Final Derin

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika kita bicara tentang kesehatan lingkungan, yang kita maksud adalah bagaimana kesehatan kita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita, dan juga bagaimana kegiatan kita mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan, air dan udara kita tercemar, ini akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit. Dengan melindungi lingkungan sekitar, berarti kita melindungi kesehatan kita sendiri. (1) Memperbaiki kesehatan lingkungan seringkali bermula ketika warga menyadari bahwa masalah kesehatan tidak hanya mempengaruhi satu orang atau kelompok, melainkan merupakan masalah bagi seluruh masyarakat. Jika masalah ini dibagi, warga akan cenderung mau bekerja sama untuk membuat perubahan. (1) Usaha Kesehatan Masjid adalah satu komponen upaya masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945. Hal ini memerlukan perhatian khusus karena upaya kegiatan kemasyarakatan dibidang kesehatan ini mempunyai nilai dan fungsi yang cukup strategis. Oleh karenanya usaha kesehatan Masjid dan masyarakat sekitarnya perlu dibina dan dikembangkan mengingat keberadaan Masjid ditengah masyarakat sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan. (2) 1

description

derin

Transcript of Bab I-Vi Final Derin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ketika kita bicara tentang kesehatan lingkungan, yang kita maksud adalah bagaimana

kesehatan kita dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita, dan juga bagaimana kegiatan kita

mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Jika makanan, air dan udara kita tercemar, ini

akan membuat kita sendiri dan lingkungan sekitar jatuh sakit. Dengan melindungi lingkungan

sekitar, berarti kita melindungi kesehatan kita sendiri.(1)

Memperbaiki kesehatan lingkungan seringkali bermula ketika warga menyadari

bahwa masalah kesehatan tidak hanya mempengaruhi satu orang atau kelompok, melainkan

merupakan masalah bagi seluruh masyarakat. Jika masalah ini dibagi, warga akan cenderung

mau bekerja sama untuk membuat perubahan.(1)

Usaha Kesehatan Masjid adalah satu komponen upaya masyarakat untuk mencapai

derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum

seperti dimaksud dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945. Hal ini memerlukan

perhatian khusus karena upaya kegiatan kemasyarakatan dibidang kesehatan ini mempunyai

nilai dan fungsi yang cukup strategis. Oleh karenanya usaha kesehatan Masjid dan

masyarakat sekitarnya perlu dibina dan dikembangkan mengingat keberadaan Masjid

ditengah masyarakat sebagai pusat kegiatan peribadatan dan pusat kegiatan kemasyarakatan.(2)

Dengan demikian dikembangkanlah Usaha Kesehatan Masjid disamping meluaskan

pelayanan kesehatan dimasyarakat oleh masyarakat juga sekaligus memperoleh hasil ganda

dalam pembangunan manusia seutuhnya yaitu sehat jasmani dan rohani.(2)

a. Arti sehat:

Di dalam undang-undang No. 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan Bab 1

pasal 2 disebutkan: “Yang dimaksud dengan kesehatan dalam undang-undang ini

adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani dan sosial dan bukan hanya

bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan”.(1)

b. Pembangunan Kesehatan Nasional

Tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat 1

yang setingi-tingginya sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan

nasional. Pada kenyataannya derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai

factor; H.L Blum mengemukakan bahwa status atau derajat kesehatan dipengaruhi

oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.(1)

Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur sendiri telah melakukan

kegiatan pendataan dan pengawasan sanitasi pada tempat-tempat umum. Yang termasuk

sanitasi luar gedung yaitu

1. Tempat Tempat Umum dan Industri (TTU dan I):

a. Tempat-tempat Umum (TTU)

b. Lingkungan kerja industri dan lingkungan kerja perkantoran

c. Tempat Pengelolaan pestisida

2. Tempat Pengolahan Penjualan Makanan (TP2M)

3. Sarana Air Bersih dan penyehatan Lingkungan Pemukiman

a. Inspeksi sanitasi sarana air bersih/air minum

b. Inspeksi sanitasi jamban keluarga dan SPAL

c. Inspeksi sanitasi Rumah

d. Pemantauan jentik berkala

e. Inspeksi sanitasi tempat penampungan sampah (TPS/TPA)

Puskesmas Borobudur juga memiliki 20 orang bidan desa dan koordinator Kesehatan

Lingkungan. Untuk Tempat Tempat Umum yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas

Borobudur pada bulan Januari sampai Desember 2014 masih belum sesuai dengan target

yang ditetapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Jika dipersentasikan, cakupan

pelayanannya baru mencapai 78%, sedangkan menurut Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang yaitu 80%. Dari hasil wawancara dengan penanggung

jawab program Kesehatan Lingkungan, permasalahan terletak pada kurangnya sanitasi pada

tempat-tempat umum (masjid) pada desa Tuksongo.

Kondisi di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur sendiri menunjukkan masih

terdapat Tempat Tempat Umum (masjid) yang sanitasinya kurang, sehingga penulis

mengambil Desa Tuksongo untuk melakukan evaluasi sanitasi Tempat Tempat Umum

(Masjid) yang belum dilakukan pemeriksaan pada Bulan Desember 2014.

2

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara

lain: apa saja penyebab yang mempengaruhi rendahnya Cakupan Tempat-Tempat Umum

(Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo?; Apa saja alternatif pemecahan

masalah terkait sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo?

1.3. TUJUAN

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisa faktor penyebab masalah pada Tempat Tempat

Umum (Masjid) yang masih rendah dalam hal sanitasi di Desa Tuksongo Kecamatan

Borobudur Kabupaten Magelang pada Bulan Januari-Desember 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyebab masalah dan upaya pemecahan belum diperiksanya

serta kurangnya (apabila terdapat masjid yang sanitasinya kurang) sanitasi Tempat

Tempat umum (masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten

Magelang Bulan Januari-Desember 2014

2. Untuk mengetahui jumlah Tempat Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi dan

yang belum memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur

Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.

1.4. MANFAAT KEGIATAN

1. Memberikan tambahan informasi mengenai penyebab masih kurangnya sanitasi yang

baik pada Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.

2. Menambah pengetahuan kepada masyarakat mengenai bagaimana menjaga kebersihan

di Tempat Tempat Umum (Masjid) agar tercipta Tempat Tempat Umum (Masjid)

yang sehat sesuai dengan syarat kesehatan.

3. Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya puskesmas dan

memberikan alternatif pemecahan masalah terutama Program Kesehatan Lingkungan

yang belum memenuhi SPM terkait Tempat-Tempat Umum (Masjid) di Desa

Tuksongo periode Januari – Desember 2014.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan masyarakat

Definisi dari Prof. Winslow, “Adalah ilmu dan seni dalam mencegah penyakit,

memperpanjang hidup manusia dan mempertinggi derajat serta efisiensi melalui usaha-

usaha masyarakat yang terorganisir dengan menciptakan lingkungan hidup yang sehat,

memberantas penyakit menular, pendidikan dalam soal kebersihan perorangan,

pengorganisasian usaha-usaha kedokteran dan perawatan serta mengembangkan

organisasi-organisasi kesejahteraan masyarakat untuk memelihara kesehatan”.(3,4)

Kesehatan lingkungan adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan

dengan aspek dari alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Kesehatan lingkungan didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) sebagai :

aspek-aspek kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh fakto-faktor dalam

lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan

mengendalikan factor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi

kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakup efek patologis langsung bahan kimia,

radiasi, dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di bidanng

kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, social dan estetika lingkungan

termasuk perumahan, pembangunan lahan dan transportasi.(4)

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan yang

optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang

optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan antara lain mencakup: perumahan,

pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,

pembuangan air kotor(limbah) dan sebagainya. Adapaun yang dimaksud dengan usaha

kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atua mengoptimumkan

lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya

kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. (4)

Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/pengendalian semua

factor lingkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia terutama

yang sifatnya merugikan/berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan

kelangsungan hidup manusia. (4)

4

Definisi Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah suatu tempat dimana umum

(semua orang) dapat masuk ke tempat tersebut untuk berkumpul mengadakan kegiatan

baik secara insidentil maupu terus menerus. Suatu tempat dikatakan tempat umum bila

memenuhi kriteria seperti diperuntukan oleh masyarakat umum, mempunyai banginan

tetap atau permanen, memiliki aktivitas pengelola, pengunjung atau pengusaha, dan

tersedianya fasilitas seperti fasilitas kerja pengelola, dan fasilitas sanitasi seperti

penyediaan air bersih, nak sampah, WC/urinoir, Kamar mandi, dan pembuangan limbah.(4)

Jadi sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu usaha untuk mengawasi dan

mencegah kerugian akibat dari tempat-tempat umum terutama ynag erat hubungannya

dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit. Usaha-usaha yang dilakukan dalam

senitasi tempat-tempat umum dapat berupa pengawasan dan pemeriksaan terhadap factor

manusia yang melakukan kegiatan pada tempat-tempat umum. Dapat juga dilakukan

penyuluhan terhadap masyarakat terutama yang menyangkut pengertian dan kesadaran

masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang timbul di tempat-tempat umum. (3)

Polusi atau pencemaran lingkungan umumnya terjadi akibat pengembanngan

tehnologi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan hidup, misalnya pencemaran air,

udara dan tanah akan mengakibatkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah, akibatnya

akan terjadi hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian lingkungan.

Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya

perubahan yang tidak diharapkan baik bersifat fisik, kimiawi maupun biologis, sehingga

mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia serta organisme

lainnya.

Faktor lingkungan (fisik, biologi, dan sosiokultural) mempunyai kaitan yang erat

dengan factor perilaku misalnya kebiasaan atau perilaku dalam menggunakan air bersih,

membuang air besar serta membuang sampah di sembarang tempat termasuk

pembuangan limbah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pencemaran air tersebut dan

penduduk menjadi rawan terhadap penyakit menular bawaan air seperti penyakit kulit,

diare dan lain-lain. (5)

5

2.2. PHBS di tempat-tempat umum

PHBS di tempat-tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat

pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.(6)

Adapun yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah sarana yang

diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan

bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana

perdagangan dan olah raga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.(6)

Tujuan :

Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat masyarakat di tempat-tempat umum.

Meningkatnya tempat-tempat umum sehat, khususnya tempat perbelanjaan, rumah

makan, tempat ibadah dan angkatan-angkatan

Sasaran PHBS di Tempat-tempat Umum(6)

- Masyarakat pengunjung/pembeli

- Pedagang

- Petugas kebersihan, keamanan pasar

- Konsumen

- Pengelola (pramusaji)

- Jamaah

- Pemelihara/pengelola tempat ibadah

- Remaja tempat ibadah

- Penumpang

- Awak angkutan umum

- Pengelola angkutan umum

2.2.1 Manfaat PHBS di Tempat-tempat Umum(7)

Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit.

Masyarakat mampu mengupayakan lingungan sehat, serta mampu mencegah dan

mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.

Lingkungan di sekitar tempat-tempat umum menjadi lebih bersih, indah dan sehat,

sehingga meningkatkan citra tempat umum.

6

Meningkatkan pendapatkan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari

meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.

Peningkatan persentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra

pemerintah kabupaten/kota yang baik.

Kabupaten/Kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam

pembinaan PHBS di tempat-tempat umum.

2.2.2 Langkah-langkah pembinaan PHBS di tempat-tempat umum(7)

1. Analisis Sistem

Penentu kebijakan/pimpinan di tempat-tempat umum melakukan pengkajian

ulang tentang ada tidaknya kebijakan tentang PHBS di tempat-tempat umum serta

bagamana sikap dan perilaku khalayak sasaran (pengelola, karyawan dan

pengunjung) terhadap kebijakan PHBS di tempat-tempat umum. Kajian ini untuk

memperoleh data sebagai dasar membuat kebijakan.

2. Pembentukan Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat

Umum

Pihak pimpinan/penanggung jawab tempat-tempat umum mengajakn

bicara/berdialog pengelola dan karyawan di tempat-tempat umum tentang:

Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di tempat-tempat umum.

Membahas rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat

umum

Meminta masukan tentang penerapan PHBS di tempat-tempat umum,

antisipasi kendala dan sekaligus alternative solusi.

Menetapkan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum dan

mekanisme pengawasannya.

Membahas cara sosialisasi yang efektif bagi pengelola, karyawan dan

pengunjung

Kemudian pimpinan/penanggung jawab di tempat-tempat umum membentuk

Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan PHBS di tempat-tempat umum.

3. Pembuatan Kebijakan PHBS di Tempat-tempat Umum

Kelompok Kerja membuat kebijakan yang jelas, tujuan dan cara melaksanakanya.

4. Penyiapan Infrastruktur

7

membuat surat keputusan tentang penanggung jawab dan pengawas PHBS di

tempat-tempat umum.

Instrumen pengawasan

Materi sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum

Pembuatan dan penempatan pesan-pesan PHBS di tempat-tempat umum yang

strategis

Mekanisme dan saluran pesan PHBS di tempat-tempat umum.

Pelatihan bagi pengelola PHBS di tempat-tempat umum.

5. Sosialisasi Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum

Sosialisasi penerapan PHBS di tempat-tempat umum di lingkungan internal

Sosialisasi tugas dan penanggung jawab PHBS di tempat-tempat umum

6. Penerapan PHBS di Tempat-tempat Umum

Penyampaian pesan PHBS di tempat-tempat umum kepada pengunjung seperti

melalui penyuluhan, enyebarluasan informasi melalui media poster, striker,

papan pengumuman, billboard, spanduk, dsb.

Penyediaan saran dan prasarana PHBS di tempat-tempat umum seperti air

bersih, jamban sehat, tempat sampah, tempat cuci tangan, dsb.

Pelaksanaan pengawasan PHBS di tempat-tempat umum

7. Pengawasan dan Penerapan Sanksi

Pengawasan penerapan PHBS di tempat-tempat umum mencatat pelanggaran

dan menerapkan sanksi sesuai dengan Peraturan Daerah setempat seperti

merokok di tempat-tempat umum, membuang sampah sembarangan.

8. Pemantauan dan Evaluasi

Lakukan pemantauan dan evaluasi secara periodic tentang kebijakan yang

telah dilaksanakan.

Minta pendapat Pokja PHBS di tempat-tempat umum dan lakukan kajian

terhadap masalah yang ditemukan.

Putuskan apakah perlu penyesuaian terhadap kebijakan.

2.3. Sejarah masjid

Masjid atau mesjid adalah rumah tempat ibadah umat Muslim. Masjid artinya

tempat sujud, dan mesjid berukuran kecil juga disebut musholla, langgar atau surau.

Selain tempat ibadah masjid juga merupakan pusat kehidupan komunitas muslim.

8

Kegiatan - kegiatan perayaan hari besar, diskusi, kajian agama, ceramah dan belajar

Al Qur'an sering dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut

memegang peranan dalam aktivitas sosial kemasyarakatan hingga kemiliteran. (8)

2.3.1 Etimologi

Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana

sajada berarti sujud atau tunduk. Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Aram. Kata

masgid (m-s-g-d) ditemukan dalam sebuah inskripsi dari abad ke 5 Sebelum Masehi.

Kata masgid (m-s-g-d) ini berarti "tiang suci" atau "tempat sembahan".(8)

Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal

dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Sebelum itu, masjid juga disebut "Moseak",

"muskey" , "moscey" , dan "mos'key". Diduga kata-kata ini mengandung nada yang

melecehkan. Contohnya pada kata mezquita yang diduga berasal dari kata mosquito.

Tapi, kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara

luas. (8)

2.3.2 Sejarah

Masjid pertama

Ketika Nabi Muhammad saw tiba di Madinah, beliau memutuskan untuk

membangun sebuah masjid, yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Nabawi,

yang berarti Masjid Nabi. Masjid Nabawi terletak di pusat Madinah. Masjid Nabawi

dibangun di sebuah lapangan yang luas. Di Masjid Nabawi, juga terdapat mimbar

yang sering dipakai oleh Nabi Muhammad saw. Masjid Nabawi menjadi jantung kota

Madinah saat itu. Masjid ini digunakan untuk kegiatan politik, perencanaan kota,

menentukan strategi militer, dan untuk mengadakan perjanjian. Bahkan, di area

sekitar masjid digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh orang-orang fakir

miskin. (8)

Saat ini, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid al-Aqsa adalah tiga

masjid tersuci di dunia. (8)

Bentuk Arsitektur dan Penyebaran Masjid

Masjid kemudian dibangun di daerah luar Semenanjung Arab, seiring dengan

kaum Muslim yang bermukim di luar Jazirah Arab. Mesir menjadi daerah pertama

yang dikuasai oleh kaum Muslim Arab pada tahun 640. Sejak saat itu, Ibukota Mesir,

Kairo dipenuhi dengan masjid. Maka dari itu, Kairo dijuluki sebagai kota seribu

9

menara. Beberapa masjid di Kairo berfungsi sebagai sekolah Islam atau madrasah

bahkan sebagai rumah sakit. Masjid di Sisilia dan Spanyol tidak menirukan desain

arsitektur Visigoth, tetapi menirukan arsitektur bangsa Moor. Para ilmuwan kemudian

memperkirakan bahwa bentuk bangunan pra-Islam kemudian diubah menjadi bentuk

arsitektur Islam ala Andalus dan Magribi, seperti contoh lengkung tapal kuda di pintu-

pintu masjid. (8)

Masjid pertama di Cina berdiri pada abad ke 8 Masehi di Xi'an. Masjid Raya

Xi'an, yang terakhir kali di rekonstruksi pada abad ke 18 Masehi, mengikuti arsitektur

Cina. Masjid di bagian barat Cina seperti di daerah Xinjiang, mengikuti arsitektur

Arab, dimana di masjid terdapat kubah dan menara. Sedangkan, di timur Cina, seperti

di daerah Beijing, mengandung arsitektur Cina. (8)

Masjid mulai masuk di daerah India pada abad ke 16 semasa kerajaan Mugal

berkuasa. Masjid di India mempunyai karakteristik arsitektur masjid yang lain, seperti

kubah yang berbentuk seperti bawang. Kubah jenis ini dapat dilihat di Masjid Jama,

Delhi. (8)

Masjid pertama kali didirikan di Kesultanan Utsmaniyah pada abad ke 11

Masehi, dimana pada saat itu orang-orang Turki mulai masuk agama Islam. Beberapa

masjid awal di Turki adalah Aya Sofya, dimana pada zaman Bizantium, bangunan

Aya Sofya merupakan sebuah katedral. Kesultanan Utsmaniyah memiliki karakteristik

arsitektur masjid yang unik, terdiri dari kubah yang besar, menara dan bagian luar

gedung yang lapang. Masjid di Kesultanan Usmaniyah biasanya mengkolaborasikan

tiang-tiang yang tinggi, jalur-jalur kecil di antara shaf-shaf, dan langit-langit yang

tinggi, juga dengan menggabungkan mihrab dalam satu masjid. Sampai saat ini, Turki

merupakan rumah dari masjid yang berciri khas arsitektur Utsmaniyah. (8)

Secara bertahap, masjid masuk ke beberapa bagian di Eropa. Perkembangan

jumlah masjid secara pesat mulai terlihat seabad yang lalu, ketika banyak imigran

Muslim yang masuk ke Eropa. Kota-kota besar di Eropa, seperti Munich, London dan

Paris memilki masjid yang besar dengan kubah dan menara. Masjid ini biasanya

terletak di daerah urban sebagai pusat komunitas dan kegiatan sosial untuk para

muslim di daerah tersebut. Walaupun begitu, seseorang dapat menemukan sebuah

masjid di Eropa apabila di sekitar daerah tersebut ditinggali oleh kaum Muslim dalam

jumlah yang cukup banyak. Masjid pertama kali muncul di Amerika Serikat pada

awal abad ke 20. Masjid yang pertama didirikan di Amerika Serikat adalah di daerah

10

Cedar Rapids, Iowa yang dibangun pada kurun akhir 1920an. Bagaimanapun, semakin

banyak imigran Muslim yang datang ke Amerika Serikat, terutama dari Asia Selatan,

jumlah masjid di Amerika Serikat bertambah secara drastis. Dimana jumlah masjid

pada waktu 1950 sekitar 2% dari jumlah masjid di Amerika Serikat, pada tahun 1980,

50% jumlah masjid di Amerika Serikat didirikan. (8)

2.3.3 Fungsi keagamaan

Ibadah

Semua muslim yang telah baligh atau dewasa harus menunaikan shalat lima

kali sehari. Walaupun beberapa masjid hanya dibuka pada hari Jum'at, tapi masjid

yang lainnya menjadi tempat shalat sehari-hari. Pada hari Jum'at, semua muslim laki-

laki yang telah dewasa diharuskan pergi ke masjid untuk menunaikan shalat ke

masjid. (8)

2.3.4 Fungsi sosial

Pusat kegiatan masyarakat

Banyak pemimpin Muslim setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, berlomba-

lomba untuk membangun masjid. Seperti kota Mekkah dan Madinah yang berdiri di

sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, kota Karbala juga dibangun di dekat

makam Imam Husein. Kota Isfahan, Iran dikenal dengan Masjid Imam-nya yang

menjadi pusat kegiatan masyarakat. Pada akhir abad ke-17, Syah Abbas I dari dinasti

Safawi di Iran merubah kota Isfahan menjadi salah satu kota terbagus di dunia dengan

membangun Masjid Syah dan Masjid Syaikh Lutfallah di pusat kota. Ini menjadikan

kota Isfahan memiliki lapangan pusat kota yang terbesar di dunia. Lapangan ini

berfungsi sebagai pasar bahkan tempat olahraga. (8)

Masjid di daerah Amerika Serikat dibangun dengan sangat sering. Masjid

biasa digunakan sebagai tempat perkumpulan umat Islam. Biasanya perkembangan

jumlah masjid di daerah pinggiran kota, lebih besar dibanding di daerah kota. Masjid

dibangun agak jauh dari pusat kota. (8)

Pendidikan

Fungsi utama masjid yang lainnya adalah sebagai tempat pendidikan.

Beberapa masjid, terutama masjid yang didanai oleh pemerintah, biasanya

menyediakan tempat belajar baik ilmu keislaman maupun ilmu umum. Sekolah ini

11

memiliki tingkatan dari dasar sampai menengah, walaupun ada beberapa sekolah yang

menyediakan tingkat tinggi. Beberapa masjid biasanya menyediakan pendidikan

paruh waktu, biasanya setelah subuh, maupun pada sore hari. Pendidikan di masjid

ditujukan untuk segala usia, dan mencakup seluruh pelajaran, mulai dari keislaman

sampai sains. Selain itu, tujuan adanya pendidikan di masjid adalah untuk

mendekatkan generasi muda kepada masjid. Pelajaran membaca Qur'an dan bahasa

Arab sering sekali dijadikan pelajaran di beberapa negara berpenduduk Muslim di

daerah luar Arab, termasuk Indonesia. Kelas-kelas untuk mualaf, atau orang yang

baru masuk Islam juga disediakan di masjid-masjid di Eropa dan Amerika Serikat,

dimana perkembangan agama Islam melaju dengan sangat pesat. Beberapa masjid

juga menyediakan pengajaran tentang hukum Islam secara mendalam. Madrasah,

walaupun letaknya agak berpisah dari masjid, tapi tersedia bagi umat Islam untuk

mempelajari ilmu keislaman. (8)

Kegiatan dan pengumpulan dana

Masjid juga menjadi tempat kegiatan untuk mengumpulkan dana. Masjid juga

sering mengadakan bazar, dimana umat Islam dapat membeli alat-alat ibadah maupun

buku-buku Islam. Masjid juga menjadi tempat untuk akad nikah, seperti tempat

ibadah agama lainnya. (8)

Masjid tanah liat di Djenné, Mali, secara tahunan mengadakan festival untuk

merekonstruksi dan membenah ulang masjid. (8)

Bantuan

Negara yang dimana jumlah penduduk Muslimnya sangat sedikit, biasanya

turut membantu dalam hal-hal masyarakat, seperti misalnya memberikan fasilitas

pendaftaran pemilih untuk kepentingan pemilu. Pendaftaran pemilih ini melibatkan

masyarakat Islam yang tinggal di sekitar Masjid. Beberapa masjid juga sering

berpartisipasi dalam demonstrasi, penandatanganan petisi, dan kegiatan politik

lainnya. (8)

Selain itu, peran masjid dalam dunia politik terlihat di bagian lain di dunia.

Contohnya, pada kasus pemboman Masjid al-Askari di Irak. pada bulan Februari 2006

Imam-imam dan khatib di Masjid al-Askari menggunakan masjid sebagai tempat

untuk menyeru pada kedamaian ditengah kerusuhan di Irak. (8)

12

2.4. Usaha Kesehatan Lingkungan Masjid

2.4.1. Arti Kesehatan Masjid.

Usaha Kesehatan Masjid adalah usaha kesehatan masyarakat yang

dilaksanakan di Masjid dan lingkungannya dengan tujuan untuk meningkatkan

kesehatan lingkungan Masjid serta mencegah terjadinya penularan penyakit. Dengan

demikian yang menjadi sasaran adalah bangunan Masjid dan fasilitasnya, jamaa’ah

atau pengunjung Masjid dan pengurus Masjid. (2)

2.4.2. Dasar pemikiran Usaha Kesehatan Masjid

Masjid adalah suatu tempat dimana masyarakat pada waktu-waktu tertentu

melakukan ibadah keagamaan Islam. Dengan demikian Masjid merupakan tempat

berkumpul sejumlah orang untuk melakukan kegiatan peribadatan. (2) Usaha

Kesehatan Masjid dijalankan atas dasar pemikiran bahwa:

a. Usaha Kesehatan Masjid dapat merupakan upaya kesehatan yang mempunyai

kemungkinan lebih efektif dan efisien untuk mencapai kebiasaan hidup sehat

dari jama’ah atau pengunjung maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

Di Jawa Tengah tahun 1986 terdapat: 29.562 Masjid, 61.055 Langgar dan

3.294 Musholla. Jumlah petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan lingkungan Masjid relatif kecil, sehingga sangat diharapkan peran

serta masyarakat dalam pelaksanaannya. (2)

2.4.3. Trias Usaha Kesehatan Masjid

Secara garis besar Usaha Kesehatan Masjid mempunyai tiga program yaitu:

a. Kebersihan Lingkungan Masjid.

Didalam Al Qur’an maupun Al Hadist banyak dijumpai petunjuk tentang

kebersihan dan kesehatan sebagai bagian yang tidak lepas dari kegiatan

ibadah. (2) Salah satu Hadist Nabi Muhammad S.A.W memberikan lima prinsip

kebersihan yaitu:

1. Kebersihan rumah atau pekarangan.

2. Kebersihan badan.

3. Kebesihan pakaian.

4. Kebersihan makan atau minum.

5. Kebersihan rohani atau hati dan budi pekerti

b. Penyuluhan kesehatan masyarakat Masjid.

13

Secara fungsional Masjid selalu diramaikan oleh jama’ah untuk kegiatan

ibadah wajib maupun sunnah antara lain:

1. Shalat Fardhu 5 kali sehari dan Shalat Jumat.

Pengajian yang diberikan baik kepada umum, ibu-ibu, remaja dan sebagainya.

Dalam kegiatan tersebut maka pesan-pesan kesehatan dapat dengan mudah

diterima oleh para jama’ah apabila disampaikan dengan bahasa agama. (2)

c. Pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah pelayanan kesehatan primer atau

dasar dan pertolongan pertama. Sesuai dengan fungsi Masjid seyogyanya

dapat disediakan obat-obatan PPPK dan obat-obat ringan lainnya yang

sewaktu-waktu diperlukan dapat digunakan oleh jama’ah Masjid. Dapat

dipertimbangkan agar Masjid memiliki kader kesehatan yang diambil dari

pengurus Masjid untuk dapat menangani kasus-kasus sederhana. Untuk itu

perlu ada kerjasama dengan Puskesmas setempat. Untuk Masjid yang besar

dapat diusahakan adanya poliklinik sendiri. (2)

2.5 Indikator PHBS di Masjid

Perilaku hidup bersih dan sehat di masjid meliputi : menggunakan

jambansehat, memberantas jentik nyamuk, menggunakan air bersih, membuang

sampah pada tempatnya, memelihara kebersihan dan kerapihan sarana, tidak meludah

di sembarang tempat, dan tidak merokok di dalam masjid.(6)

Sedangkan untuk menilai kelayakan masjid disebut menjadi masjid yang sehat

meliputi terdapatnya sarana air bersih, peturasan, pembuangan air limbah,

pembuangan air hujan, pembuangan sampah, pencahayaan, penghawaan, kebersihan

lantai dan langit-langit, kebersihan alat sembahyang dan wudhu. (6)

1. Penggunaan air bersih yang menggunakan air bersih adalah

jamaah/pengunjung masjid menggunakan air bersih yang memenuhi syarat

fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau) untuk

kebutuhan melakukan ibadah yang berasal dari sumur galian, sumur pompa,

mata air, penampungan air hujan dan air ledeng yang terlindung dan berjarak

minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. (6)

14

2. Penggunaan jamban sehat yang menggunakan jamban sehat adalah

jama’ah/pengunjung masjid menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa

dengan septitank yang dipisah antara laki-laki dan perempuan. (6)

3. Terdapatnya peturasan

Peturasan merupakan tempat urinoir, tempat buang air kecil untuk pria,

sehingga dapat dihindarkan pembuangan air kecil di tempat wudhu, sehingga

dapat tercipta tempat wudhu yang bersih dan terhindar dari hadast. (6)

4. Pembuangan saluran air limbah, air hujan dan sampah

Pembuangan air limbah dan hujan ini penting untuk menciptakan lingkungan

masjid yang bersih dan menghindarkan terjadinya genangan air yang dapat

menyebabkan timbulnya termpat perkembangan penyakit, selain itu harus

digalakkan usaha membuang sampah pada tempatnya, dengan membuang

sampah pada tempatnya sehingga jamaah masjid membuang sampah pada

tempat yang telah tersedia dan bagian dalamnya dilapisi plastik serta tertutup. (6)

5. Tidak merokok di dalam masjid adalah jamaah masjid tidak merokok di dalam

masjid. (6)

6. Memberantas jentik nyamuk adalah pengurus masjid dan masyarakat sekitar

melaksanakan pemberatasan sarang nyamuk di masjid dan sekitarnya satu kali

dalam seminggu, juga memeriksa tambahan lainnya seperti penampungan air,

bak mandi, talang air, dan sebagainya. (6)

2.6 Analisa Masalah

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan sistem untuk

mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan-pendekatan masalah,

dari pendekatan sistem ini dapat ditelusuri hal-hal yang mungkin menyebabkan

munculnya permasalahan rendahnya cakupan Tempat-Tempat Umum yang

memenuhi syarat sanitasi Di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten

Magelang. Adapun sistem yang diutarakan disini adalah sistem terbuka pelayanan

kesehatan yang dijabarkan sebagai berikut: (9)

15

Gambar 1. Analisis Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem

Masalah yang timbul terdapat pada output dimana hasil kegiatan tidak

sesuai standar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah

kegiatan dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab

masalah tersebut, berdasarkan pendekatan sistern masalah dapat terjadi pada input,

lingkungan maupun proses. (9)

2.7 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah

a. Identifikasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indicator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian

mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil

pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi,

dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indicator tertentu yang sudah

ditetapkan. (9)

b. Penentuan penyebab masalah

16

INPUT

Man, Money, Method, Material, Machine

PROSES

P1,P2,P3

OUT PUT

Cakupan Program

OUT COME

LINGKUNGAN

Fisik, Kependudukan, Sosial Budaya, Sosial Ekonomi, Kebijakan

1.Identifikasi Masalah

2.Penentuan Penyebab Masalah

3.Menentukan alternative pemecahan

masalah4.Penetapan pemecahan

masalah terpilih

6.Monitoring dan evaluasi

5.Penyusunan rencana penerapan

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan

dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan

menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah

tersebut. (9)

c. Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang

didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.(9)

d. Menentukan alternatif pemecahan masalah

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab

yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung

pada alternatif pemecahan masalah. (9)

e. Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan

Hanlon Kualitatif untuk menentukan/memilih pemecahan terbaik. (9)

f. Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of

Action atau Rencana Kegiatan). (9)

g. Monitoring dan evaluasi.(9)

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang sedang

dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah

permasalahan sudah dapat dipecahkan. (9)

17

MASALAHMASALAH

PROSES

LINGKUNGAN

P1

P2P3

INPUT

MONEYMAN

MACHINE

METHODE

MATERIAL

Gambar 2. Siklus pemecahan masalah

2.8 Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil analisis masalah yang telah didata dapat ditemukan penyebab-

penyebab dari kurangnya sanitasi pada Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa

Tuksongo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Bulan Januari-Desember 2014.

Masalah tersebut dapat disebabkan oleh input, proses dan lingkungan. Input terdiri dari

lima komponen, yaitu Man, Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada

proses terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Pergerakan dan Pelaksanaan) dan P3

(Pengawasan, Pengendalian, Penilaian). Untuk lingkungan sendiri dapat dilihat dari

daftar tilik pada Masjid yang dikunjungi. Penentuan penyebab masalah digali

berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah pendapat. Untuk menentukan

kemungkinan penyebab masalah dapat digunakan diagram fishbone. (9) Metode ini

berdasarkan pada kerangka pendekatan sistem seperti yang tampak pada gambar

dibawah ini:

Gambar 3. Analisa penyebab masalah menggunakan diagram fishbone.

2.9 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah

Jika penyebab masalah sudah ditemukan maka dapat langsung ditentukan alternatif

pemecahan masalah.

18

2.10 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan

masalah dapat dilakukan dengan menggunakan Kriteria Matriks. (9) Berikut ini proses

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan Kriteria Matriks

menggunakan Rumus M x I x V / C :

a. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program : (9)

Magnitude (M) : Besarnya penyebab masalah yang dapat

diselesaikan. Makin besar (banyak) penyebab masalah yang dapat diselesaikan

dengan pemecahan masalah, maka semakin efektif.

Importancy (I) : Pentingnya cara penyelesaian masalah

Vulnerability (V) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah

Kriteria M, I, dan V masing-masing diberi nilai 1 – 5. Bila makin magnitude maka

nilainya makin besar, mendekati 5. Begitu juga dalam melakukan penilaian pada kriteria I

dan V.

Tabel 1. Skor Matriks

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = mahal

5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = sangat

mahal

b. Efisiensi program

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost

(c) diberi nilai 1 – 5. Bila costnya makin kecil, maka nilainya mendekati

2.11 Penentuan Plan of Action dan Gann Chart

19

Setelah melakukan penentuan pemecahan masalah maka selanjutnya dilakukan

pembuatan Plan of Action serta Gann Chart, hal ini bertujuan untuk menentukan perencanaan

kegiatan. (9)

BAB III

ANALISA MASALAH

3.1 DATA UMUM DESA TUKSONGO

A. Keadaan Geografis

1. Letak WilayahDesa Tuksongo secara administratif termasuk dalam wilayah kecamatan Borobudur,

Kabupaten Magelang, terletak di arah Selatan Kabupaten Magelang, terdiri dari 7

dusun dan terdiri dari 20 RT dan 6 RW, nama-nama dusun tersebut adalah Kesuman

I, Kesuman II, Puton, Tuksongo I, Tuksongo II, Ganjuran I, Ganjuran II.

2. Batas Wilayah

Wilayah Desa Tuksongo dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Desa Borobudur

Sebelah Selatan : Desa Majaksingi

Sebelah Barat : Desa Tanjungsari dan Desa GiriTengah

Sebelah Timur : Desa Ngargogondo

3. Luas Wilayah

Luas Wilayah Desa Tuksongo adalah 228,44 Ha.

B. Keadaan Demografi

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Desa Tuksongo tahun 2013 adalah 3.320 jiwa. Laki-laki

berjumlah 1.665 jiwa, sedangkan untuk Perempuan berjumlah 1.655. Jumlah KK

miskin 535 KK.

2. Data Penduduk

Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk Desa

Tuksongo menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian, dan pendidikan.

20

Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Tuksongo menurut jenis kelamin

Jumlah

Penduduk

L P Total Kepala

Keluarga

Kesuman I 191 184 375 124

Kesuman II 224 216 440 21

Puton 331 324 655 212

Tuksongo I 279 306 585 160

Tuksongo II 275 274 549 190

Ganjuran I 179 172 351 110

Ganjuran II 186 179 365 125

1665 1655 3320 1042

(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Tuksongo, tahun 2013)

Dengan data lebih rinci penduduk Desa Tuksongo dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo berdasarkan usia

No Nama dusun

0-4 5-9 10-14

15-19

20-24

25-29

30-39

40-49

50-59

>60 jumlah

1 Kesuman I

27 34 27 25 56 27 35 42 42 60 375

2 Kesuman II

32 54 28 32 36 47 55 61 56 39 440

3 Puton 40 30 43 70 93 115 80 80 50 27 6284 Tuksongo

I 33 66 82 42 60 57 88 71 44 42 585

5 Tuksongo II

30 20 54 46 76 120 79 82 43 29 379

6 Ganjuran I

21 31 23 32 25 23 49 64 33 17 248

7 Ganjuran II

32 34 39 23 43 44 37 35 30 48 365

Jumlah 215 269 296 270 389 433 423 435 298 292 3320

Tabel 4. Jumlah KK miskin

Nama dusun Jumlah KK Jumlah KK Miskin Kesuman I 124 99

21

Kesuman II 121 79Puton 212 150Tuksongo I 160 45Tuksongo II 190 83Ganjuran I 110 40Ganjuran II 125 39Jumlah 1042 535

(Sumber : Data Statistik Kantor Desa Tuksongo, tahun 2013)

3. Sarana Kesehatan

Puskesmas induk : 1 buah

PKD : 1 buah

Bidan desa : 20 orang di 7 dusun ( dusun Kesuman I, Kesuman II, Puton,

Tuksongo I, Tuksongo II, Ganjaran I, Ganjaran II)

Posyandu : 8 tempat

Jarak Puskesmas Borobudur ke Balai Desa Tuksongo adalah ± 2 km, sedangkan

jarak RSU Muntilan ± 10 km.

4. Fasilitas Umum

TPQ/ TPA : 21 buah

TK PAUD : 2 tempat

SD/ MI : 2 tempat

SLTP/MTs : - tempat

SLTA : - tempat

PETA DESA TUKSONGO

22

3.2 HASIL INSPEKSI SANITASI

Data Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa Tuksongo diperoleh yaitu terdiri dari

data primer yang didapatkan dengan wawancara langsung dari responden (pengurus masjid)

dan pengisian daftar tilik melalui inspeksi/pengamatan/kunjungan langsung di lokasi serta

data sekunder yaitu data yang didapatkan dari kantor Desa Tuksongo dan laporan Puskesmas

Borobudur. Pengambilan data primer dilaksanakan pada hari Kamis dan Jumat, tanggal 29

dan 30 Januari 2015 pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB.

Jumlah sasaran survei ini adalah Tempat-Tempat Umum (masjid) di Desa Tuksongo,

kecamatan Borobudur, kabupaten Magelang yang berjumlah 5 masjid, meliputi Masjid Al-

Huda yang di Dusun Ganjuran I, Masjid Mu’inul Mujahidin di Dusun Ganjuran II, Masjid

Baiturrokhman di Dusun Kesuman I, Masjid Jami Darussalam, Dusun Tuksongo II, Masjid

Darul Najah, Dusun Puton.

Pengambilan data dilakukan dengan mendatangi masjid dan seluruh isian daftar tilik

diisi langsung oleh penilik dengan melihat langsung kondisi lapangan serta menanyakan

beberapa pertanyaan melalui wawancara terpimpin kepada pengurus masjid dan masyarakat

yang tinggal disekitar masjid. Daftar tilik yang telah dibuat berisi gambaran sanitasi masjid

yang ada.

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi masjid di Desa Tuksongo

NO NAMA MASJID DUSUN NILAI KETERANGAN

1 Jami Darussalam Tuksongo II 815 MS

2 Darul Najah Puton 695 TMS

3 Al-Huda Ganjuran I 870 MS

4 Mu’inul Mujahidin Ganjuran II 635 TMS

5 Baiturrokhman Kesuman I 700 MS

TOTAL 5 MASJID MS = 3 MASJID, TMS = 2 MASJID

KETERANGAN :

Keterangan Nilai : Keterangan Predikat :

23

Baik : 700-1000 MS : Memenuhi Syarat (nilai 700-1000)

Cukup : 500-699 TMS: Tidak Memenuhi Syarat (nilai 0-699)

Kurang : 0-499

Dari tabel 2, diperoleh bahwa nilai pemeriksaan sanitasi tertinggi yaitu pada Masjid Al-

Huda di Dusun Ganjuran I yaitu 885 dan terdapat 3 masjid yang memenuhi syarat sanitasi

dan 2 yang tidak memenuhi syarat sanitasi.

Setelah dilakukan inspeksi sanitasi kepada 9 tempat-tempat umum (masjid) di Desa

Tuksongo, didapatkan ada 2 masjid yang tidak membuhi syarat sanitasi (TMS). 2 masjid

tersebut adalah

Tabel 6. Rekapitulasi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi

No. Nama Masjid Dusun Pengelola

1 Masjid Darul Najah Puton Tn. Ahmad Saifudin

2 Masjid Mu’inul

Mujahidin

Ganjuran II Tn. Muslih

Tabel 7. Rekapitulasi Penilaian Inspeksi Sanitasi Masjid

No Materi Masjid1 2 3 4 5

1 Penyediaan air bersiha. Kuantitas/jumlahb. Kualitas

100100

100100

100100

10025

100100

2 Jambana. Kuantitas/jumlahb. Kualitasc. Perawatan

303020

101510

303020

301510

101510

3 Peturasana. Kuantitas/jumlahb. Kualitas

1515

1515

3030

3015

1515

4 Sal pembuangan air limbaha. Kualitas 60 60 60 60 60

5 Pembuangan air hujana. Kualitas 20 20 30 20 20

6 Tempat pembuangan sampaha. Kualitas/jumlahb. Kualitas

2515

1010

1510

1010

1010

7 Pengawasan insek/vector 50 20 50 50 50

24

8 Pencahayaan a. Kualitas 20 20 20 20 20

9 Penghawaana. Kualitas 20 20 20 20 10

10 Kebersihan lantaia. Kualitasb. Penggunaan/perawatan

2020

2010

2020

1010

2020

11 Kebersihan. dinding/langita. Kualitasb. Penggunaan/perawatan

1010

1515

1515

1515

1010

12 Pengaturan baranga. Penempatan 30 30 30 30 20

13 Fasilitas PPPK 5 5 5 5 514 Kebersihan alat sembahyang

a. Kualitas 80 80 80 60 8015 Fasilitas wudhu

a. Kuantitas/jumlahb. Kualitasc. Penempatand. Perawatan

20202020

2010520

20202020

2010205

20101010

16 Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan peroranganb. Pemeriksaan kesehatan

2020

2010

4020

1010

2030

Total 815 695 870 635 700

Tabel 8. Rekapitulasi total jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo

Kriteria TTU (masjid) Jumlah Persentase

Memenuhi Syarat sanitasi 3 tempat 60 %

Tidak Memenuhi Syarat sanitasi 2 tempat 40 %

Total 5 tempat 100 %

Dari tabel 3, diperoleh bahwa 3 masjid yang memenuhi syarat sanitasi dan 2 yang

tidak memenuhi syarat sanitasi dengan persentase 60% : 40%.

3.3 Jumlah Cakupan TTU (Masjid) yang Memenuhi Syarat Sanitasi

Jumlah Cakupan Tempat-Tempat Umum (TTU berupa masjid) yang memenuhi

syarat sanitasi di Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang :

Besar cakupan = TTU (masjid) yang memenuhi syarat x 100 %

25

Jumlah TTU (masjid) yang diperiksa

= 3/5 x 100 %

= 60%

3.4 Analisa Masalah

Masalah didapatkan dari cakupan yang tidak memenuhi target. Hal itu dapat kita

lihat dengan menghitung pencapaian. Pencapaian dapat dihitung dengan rumus berikut:

Angka Pencapaian = Besar cakupan x 100 %

Target Dinkes 2011

= 6 0 % x 100 % 80 %

= 75 %

Dari hasil di atas didapatkan besar angka pencapaian TTU berupa masjid yang

memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo periode Januari-Desember 2014 sebesar

75% (kurang dari 100%) dan dapat diangkat menjadi masalah.

Tabel 9. Penjabaran Hasil Inspeksi Masjid Yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi

No Materi Nilai Kategori Masjid TMS

%

1 21 Penyediaan air bersih

a. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

10060251006025

BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

100

50

502 Jamban

a. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Perawatan

302010302015302010

BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

X

X

500500010000100

3 Peturasana. Kuantitas/jumlah 45

3015

BaikCukupKurang X

X05050

26

b. Kualitas 453015

BaikCukupKurang X X

00100

4 Sal pembuangan air limbaha. Kualitas 60

4020

BaikCukupKurang

X X 10000

5 Pembuangan air hujana. Kualitas 30

2010

BaikCukupKurang

X X01000

6 Tempat pembuangan sampaha. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

251510251510

BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

0010000100

7 Pengawasan insek/vector 805020

BaikCukupKurang X

X05050

8 Pencahayaan a. Kualitas 20

105

BaikCukupKurang

X X 10000

9 Penghawaana. Kualitas 20

105

BaikCukupKurang

X X 10000

10 Kebersihan lantaia. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

2010520105

BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

0100050500

11 Kebersihan. Dinding/langita. Kualitas

b. Penggunaan/perawatan

1510515105

BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

1000010000

12 Pengaturan baranga. Penempatan 30

2010

BaikCukupKurang

X X 10000

13 Fasilitas PPPK 2010

BaikCukup

00

27

5 Kurang X X 10014 Kebersihan alat sembahyang

a. Kualitas 806010

BaikCukupKurang

XX

50500

15 Fasilitas wudhua. Kuantitas/jumlah

b. Kualitas

c. Penempatan

d. Perawatan

20105201052010520105

BaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

XX

X

X

X

X

10000010005005050050

16 Karyawan/pengurus masjida. Kebersihan perorangan

b. Pemeriksaan kesehatan

402010402010

BaikCukupKurangBaikCukupKurang

X

X

X

X

505005050

Dari data inspeksi dilihat lagi pada masjid yang bermasalah secara lebih detail dan

dianalisa. Setelah dilakukan analisa didapatkan berberapa masalah yang menyebabkan nilai

pada masjid-masjid ini rendah, antara lain:

1. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan jamban

2. Pada kuantitas, kualitas dan perawatan peturasan

3. Pengawasan Insek/Vektor

4. Kualitas SPAL

5. Tempat pembuangan sampah

6. Perawatan lantai

7. Tidak adanya Fasilitas P3K

8. Perawatan tempat wudhu

9. Pemeriksaan kesehatan pengurus

Dari hasil kuesioner terhadap 5 responden didapatkan bahwa kelima responden

(100%) tidak mengetahui cara mewujudkan masjid sehat, walaupun semua responden

tahu masjid yang sehat itu penting. Dari 5 responden, seluruhnya mengaku belum pernah

28

mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi masjid sehat (100%). Tingkat kesadaran

pengguna masjid akan kebersihan setelah dilakukan survey masih 40% kurang begitu

memperhatikan, Hal ini memunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat

tentang sanitasi masjid.

BAB IV

KERANGKA PENELITIAN

4.1 Kerangka Teori

Gambar 4. Kerangka Teori

29

INPUT

MAN: Petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Salaman I

MONEY: Dana Operasional puskesmas Salaman I

METHOD: Inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dengan kunjungan langsung, Penyuluhan tentang masjid yang memenuhi syarat sanitasi

MATERIAL: Sarana Transportasi

MACHINE: Blanko inspeksi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi

PROCESS

P1: Jadwal Inspeksi sanitasi TTU(Masjid), jadwal penyuluhan

P2: Pelaksanaan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid), Pelaksanaan penyuluhan

P3: Pencatatan dan Pelaporan inspeksi sanitasi Tempat-Tempat Umum (Masjid) dan penyuluhan

LINGKUNGAN

Pengurus/Pengelola Tempat-tempat Umum (Masjid)

Masyarakat sekitar Tempat-tempat Umum (Masjid)

CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID)

YANG MEMENUHI SYARAT SANITASI

Gambar 5. Kerangka Konsep

30

SDM Petugas Kesehatan Lingkungan dalam menjalan peran dan fungsi berupa:

Pembuatan jadwal inspeksi dan penyuluhan kelompok

Pelaksanaan Inspeksi dan penyuluhan

Pengetahuan dan perilaku pengurus Masjid mengenai

sanitasi yang baik untuk Masjid

CAKUPAN TEMPAT-TEMPAT UMUM (MASJID) YANG

MEMENUHI SYARAT SANITASI 75% KURANG DARI

TARGET SPM YANG 80% DI DESA TUKSONGO

BAB V

METODE PENELITIAN

Dengan melakukan survei kunjungan langsung kepada pengelola Tempat Tempat

Umum (Masjid) dan masyarakat yang ada di Desa Tuksongo Kecamatan Borobudur

Kabupaten Magelang uuk mencari penyebab dari rendahnya cakupan pada TTU Masjid yang

memenuhi syarat di Desa Tuksongo pada periode Januari – Desember 2014. Survei dilakukan

dengan metode di bawah:

1. Data primer diperoleh melalui wawancara yang dilakukan dengan menggunakan

daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner yang ditujukan kepada para pengelola dari

masjid yang bermasalah.

2. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM) Puskesmas

Borobudur, diperoleh dari program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Borobudur

terkait Tempat-Tempat Umum (TTU) Periode Januari-Desember 2014, dan data dari

Balai desa Tuksongo.

3. Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan selanjutnya dilakukan analisis

penyebab masalah dalam bentuk diagram fish bone. Setelah itu ditentukan alternative

pemecahan masalah secara sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah

menggunakan kriteria matriks dengan rumus M.I.V/C. Setelah didapatkan

pemercahan masalah, dibuat rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah

terpilih sehingga selanjutnya dapat dilakukan monitoring dan evaluasi.

5.1. Batasan Judul

Pada Desa Karanganyar belum pernah dilakukan pendataan terhadap tempat-

tempat umum (masjid). Oleh karena itu, penulis memilih judul “ Rencana Peningkatan

Cakupan Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang Memenuhi Syarat Sanitasi di desa

Tuksongo”, dengan batasan pengertian judul sebagai berikut

1. Rencana adalah kegiatan usaha yang akan dilaksanakan dalam waktu tertentu

2. Peningkatan adalah usaha memajukan suatu rencana

3. Cakupan adalah merupakan suatu total hasil kegiatan yang dilakukan perbulan

yang kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan.

4. Tempat-tempat umum

31

Tempat-tempat umum adalah suatu tempat dimana orang banyak atau

masyarakat umum berkumpul untuk melakukan kegiatan baik secara

sementara (insidentil) maupun secara terus menerus (permanent), baik

membayar mapupun tidak membayar.

Predikat Tempat-Tempat Umum

Dalam penilaian TTU terdapat 3 kategori nilai dari seluruh daftar tilik

yang ada.

Yaitu:

Baik : 700-1000

Cukup : 500-699

Kurang : 0-499

Setelah TTU dinilai secara keseluruhan, terdapat 2 predikat TTU, ayitu

TTU yang memenuhi syarat Sanitasi (MS) dengan nilai “Baik” dan TTU

yang tidak memenuhi syarat sanitasi (TMS) dengan nilai “cukup” dan

“kurang”.

5. Desa Tuksongo

Desa Tuksongo merupakan salah satu desa dari 20 desa yang berada

dalam wilayah kerja Puskesmas Borobudur, Kecamatan Borobudur,

6. Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,

atribut, apresiasi, dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi

atau permasalahan yang ditemukan.

7. Manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai

sasaran.

8. Program Kesehatan Lingkungan adalah salah satu program di puskesmas

Borobudur yang menagani optimalisasi lingkungan hidup manusia untuk

terwujudnya kesehatan yang optimal bagi manusia yang hidup di dalamnya.

9. Puskesmas Borobudur adalah Unit pelayanan kesehatan tingkat kecamatan

yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah dalam menangani

masalah kesehatan di kecamatan Borobudur.

10. Januari - Desember 2014, merupakan periode yang sedang berlangsung dalam

kegiatan puskesmas yang terdapat pada Laporan Standar Pelayanan Minimal.

32

5.2. Batasan Operasional

Definisi operasional adalah definisi secara aplikatif/operasional dari variable

yang ada didalam kerangka konsep.

Sasaran adalah tempat-tempat umum (masjid) di desa Tuksongo, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang.

Cakupan adalah presentase hasil perbandingan antara jumlah tempat-tempat umum

(masjid) yang memenuhi syarat sanitasi dengan jumlah seluruh tempat-tempat

umum (masjid) yang diperiksa di wilayah kerja Puskesmas Borobudur.

Pencapaian adalah presentase hasil perbandingan antara cakupan tempat – tempat

umum yang memenuhi syarat dengan target dinas kesehatan Magelang tahun 2014.

Kriteria Inklusi :

Krteria inklusi adalah pengelola kesehatan lingkungan di Puskesmas Borobudur

dan pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar

Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak memenuhi

syarat sanitasi, desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, yang bersedia

diwawancara dan ada ditempat.

Kriteria Eksklusi :

Pengurus/pengelola (Takmir) Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat

sekitar Tempat-Tempat Umum (Masjid), di dusun yang terdapat Masjid

memenuhi syarat.

Pengurus/pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid), Masyarakat sekitar

Tempat-Tempat Umum (Masjid) di dusun yang terdapat masjid tidak

memenuhi syarat sanitasi, desa Tuksongo, Kecamatan Salaman, yang tidak

bersedia diwawancara dan tidak ada ditempat.

5.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang

b. Lingkup waktu : Januari sampai Desember 2014

c. Lingkup sasaran : cakupan tempat-tempat umum (masjid) yang memenuhi syarat

di Wilayah Desa Tuksongo

d. Lingkup metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan

33

BAB VI

HASIL PENELITIAN

6.4 Hasil Survey Sanitasi Masjid Desa Tuksongo(TMS)

Survei dilakukan pada hari sabtu, tanggal 30 Januari 20145 terhadap 5 responden yaitu

pengelola/pengurus masjid TMS. Setalah dilakukan survey tersebut didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 10. Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan dan Prilaku Pengurus Masjid TMS

No. Pertanyaan 2 4 %

1. Apakah anda mengetahui arti penting

terwujudnya masjid sehat?

Y Y 100

2. Menurut anda apakah masjid ini dapat

digolongkan sebagai masjid sehat?

T T 0

3. Apakah masjid ini pernah diadakan kegiatan

pemantauan kesehatan dan kebersihan masjid?

T T 0

4. Apakah anda pernah mendapat penyuluhan

tentang masjid sehat?

T T 0

5. Penyediaan air bersih

Darimana asal penyediaan air masjid ini?

a. PDAM

b. Sumur gali

c. Lain-lain

B C 50

6. Apakah memiliki jamban? T Y 50

Apakah tahu ciri-ciri jamban sehat? T Y 50

7. Apakah memiliki peturasan? T T 0

8. SPAL

1) Apakah mempunyai SPAL? Y Y 100

34

2) Syarat SPAL sehat? Y Y 100

9. Pembuangan air hujan

1) Apakah ada permbuangan air

hujan?

Y Y 100

2) Apakah pembuangan lancar? Y Y 100

10. Tempat pembuangan sampah

Apakah terdapat tempat pembuangan sampah? T T 0

11. Pengawasan insek/vector

1) Keberadaan tikus dalam rumah: Y Y 0

2) Keberadaan lalat dalam rumah : Y Y 0

3) Keberadaan kecoa dalam rumah : Y Y 0

4) Keberadaan nyamuk dalam

rumah:

Y Y 0

5) Apakah terdapat jentik nyamuk di

penampungan air (bak mandi,

gentong, dll) (pemeriksaan

dilakukan dengan menggunakan

senter) ?

T T 100

12. Pencahayaan dan Penghawaan

Apakah masjid mempunyai pencahayaan

(pencahayaan alamiah)?

a. Tidak terang, tidak dapat digunakan

untuk membaca

b. Kurang terang, bila untuk membaca mata

terasa sakit.

c. Terang, enak untuk membaca dan tidak

silau.

C C 100

35

Bagaimana penghawaan di masjid ini?

a. Jendela dibuka setiap hari

b. Jendela jarang dibuka, ventilasi hanya

melalui kusen

c. Jendela tidak pernah dibuka, kusen tidak

ada

A A 100

13. Bagaiman pemeliharaan kebersihan lantai

masjid?

a. Terdapat jadwal piket dan dibersihkan

setiap hari

b. Dibersihkan 2x/minggu

c. Dibersihkan 1x/minggu

d. Hanya bila terlihat sudah kotor

C D 50

14. Pengatursn barang

Apakah barang-barang di masjid tersusun rapi? T T 0

15 Fasilitas P3K

Apakah terdapat fasilitas P3K? T T 0

16 Kebersihan alat sembahyang

Siapakah yang membersihkan alat sembahyang?

a. Pengurus masjid

b. Jamaah

c. Tidak ada

A C 50

17 9. Fasilitas wudhu

Bagaimana pemeliharaan kebersihan fasilitas

wudhu?

a. Dibersihkan setiap hari

b. Dibersihkan 2x/seminggu

c. Dibersikan 11x/minggu

d. Hanya bila terlihat sudah kotor

B D 50

36

Keterangan :

Persentase didapat dari membandingkan hasil jawaban ya(baik) dengan tidak.

Y : jawaban “YA”, berarti tahu atau ada

T : jawaban “Tidak”, berarti tidak tahu atau tidak ada

A/B/C/D : jawaban sesuai pilihan pada pertanyaan yang di ajukan:

- Pada pertanyaan no.5 yang jika jawaban A/B (baik) dan C (tidak)

- Pada pertanyaan no.12. yang diharapkan jawaban C (baik) sedang A/B (tidak)

- Pada pertanyaan no.13 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak)

- Pada pertanyaan no.16 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C (tidak)

- Pada pertanyaan no.17 yang diharapkan jawaban A/B (baik) sedang C/D (tidak)

Dari hasil survei dapat disimpulkan bahwa meski sebagian besar pengetahuan

pengurus sudah baik namun masih ada yang kurang pengetahuannya tentang bagaimana

sanitasi yang baik. Pengetahuan yang masih kurang yaitu tentang:

1. Syarat air bersih

2. Syarat jamban, peturasan dan SPAL yang sehat

3. Belum adanya tempat pembuangan sampah di beberapa masjid

4. Belum adanya perlengkapan P3K

Dari perilaku dapat disimpulkan masih kurangnya kesadaran untuk memelihara

kebersihan dari tempat ibadah. Hal tersebut dilihat dari :

1. Jarangnya dibahas tentang kebersihan masjid setiap ada pertemuan pengurus masjid

2. Masih kurangnya kesadaran untuk membersihkan alat sembahyang.

3. Kurangnya pengawasan terhadap vektor/insek pembawa penyakit.

4. Kurangnya perawatan dan pembersihan fasilitas wudhu, alat sembahyang, juga

pengaturan barang.

Dari hasil survey ini juga didapatkan bahwa sampai saat dilakukan survey, belum

pernah dilakukan inspeksi terhadap sanitasi masjid dan penyuluhan tentang bagaimana

sanitasi yang baik. Selain itu juga meski ada dana khusus untuk pemeliharaan masjid namun

dikatakan belum mencukupi.

37

BAB VII

PEMBAHASAN

7.1 Analisis Hasil Survei TTU (Masjid) di Desa Tuksongo

Hasil survei pada Tempat Tempat Umum (Masjid) di Desa Tuksongo Kecamatan

Borobudur Kabupaten Magelang 29 dan 30 Januari 2015 ditemukan penyebab masalah

dengan metode pendekatan sistem.

Hasil survei memberikan gambaran hal yang kurang dari Tempat Tempat Umum

(masjid) yang ada di Desa Tuksongo yaitu :

1. Penyediaan air bersih

2. Jamban

3. Peturasan

4. Tempat pembuangan sampah

5. Pengawasan insek/vektor

6. Keberhasilan lantai

7. Pengaturan barang

8. Fasilitas PPPK

9. Kebersihan alat sembahyang

10. Fasilitas wudlu

11. Karyawan/pengurus masjid

Dari hasil survei kepada 5 TTU (masjid) yang berada di Desa Tuksongo,

Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang dapat disimpulkan bahwa terdapat 3

masjid yang telah memenuhi syarat sanitasi dan 2 masjid yang tidak memenuhi

syarat sanitasi.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa pengurus masjid di Desa

Tuksongo, didapatkan informasi bahwa kurang terjaganya sanitasi masjid terkait

ketidaktahuan dari pengurus dan masyarakat tentang sanitasi TTU (masjid) yang

memenuhi syarat. Selain itu, masyarakat cenderung kurang peduli untuk menjaga

sanitasi masjid, misalnya masih ada masyarakat yang meletakkan mukena, Al-

Qur’an di sembarang tempat.

38

Tabel 11. Analisis penyebab kurangnya sanitasi pada Masjid di Desa Tuksongo

Komponen

INPUT

Kelebihan Kemungkinan hambatan

Man Sudah ada Petugas

Kesehatan Lingkungan di

Puskemas Borobudur.

Kurangnya sumber daya

manusia ( tenaga

kesehatan) yang dapat

terjun langsung

membantu melakukan

kunjungan kesehatan

lingkungan.

Money Tersedianya dana

operasional dari

Puskesmas Borobudur

untuk kegiatan di luar

gedung.

Tersedianya Bantuan

Operasional Kesehatan

dari Puskesmas

Borobudur untuk kegiatan

di luar gedung (biaya

transportasi).

Belum ada biaya khusus

untuk pengadaan acara

penyuluhan yang menarik,

efektif dan efisien tentang

TTU yang memenuhi

syarat sanitasi.

Kurangnya dana untuk

perbaikan dan

perkembangan sanitasi

lingkungan di masjid.

Method Terdapatnya metode

inspeksi secara langsung

ke Tempat-Tempat

Umum (Masjid)

Sudah ada pendataan.

Sudah memiliki daftar

tilik masjid.

Kurang optimalnya

kunjungan dan

penyuluhan berkala dari

petugas kesehatan

lingkungan ke masjid-

masjid.

Tidak ada sertifikasi bagi

masjid yang sudah

memenuhi syarat sanitasi

Kurangnya penyuluhan

secara lokal atau langsung

39

kepada pengurus Masjid.

Material - Ketersediaan kendaraan

operasional untuk

membantu program

kesehatan lingkungan.

Machine Tersedia blanko daftar

tilik untuk pemeriksaan

sanitasi masjid

Kurangnya media promosi

mengenai sanitasi di

Masjid-masjid

Process P1 Sudah adanya program

kunjungan berkala oleh

petugas Kesling.

Kurangnya perencanaan

untuk sosialisasi tentang

TTU yang memenuhi

syarat sanitasi oleh

petugas Kesling.

P2 Sudah terlaksananya

inspeksi langsung ke

masjid untuk penilaian

sanitasi oleh petugas

kesehatan lingkungan

Pendataan yang dilakukan

masih dilakukan secara

acak yang menjadikan

tidak meratanya jumlah

kunjungan dari petugas

kesehatan.

Pelaksanaan kunjungan

dan penyuluhan kurang

optimal, berkelanjutan,

dan terpadu

P3 Sudah ada Pengawasan

dan penilaian masjid oleh

petugas Kesling.

Kurangnya evaluasi dari

kegiatan pendataan,

penilaian dan penyuluhan

tentang sanitasi masjid

Lingkungan Sudah adanya warga

yang berperan sebagai

pengurus masjid

Kurangnya kesadaran

berperilaku hidup sehat

dan kepedulian pengurus

masjid dan masyarakat

untuk memelihara fasilitas

40

masjid yang sudah ada

dan menciptakan sanitasi

masjid yang baik.

Kurangnya jadwal

pertemuan pengurus

masjid untuk

membicarakan masalah

kesehatan masjid

Kurangnya pengetahuan

akan pentingnya sanitasi

masjid sehat

Pembangunan masjid

yang berkesinambungan

(butuh waktu lama).

7.2. Daftar penyebab masalah

Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, didapatkan daftar penyebab

masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun langsung

membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.

2. Belum ada biaya khusus untuk pengadaan acara penyuluhan yang menarik, efektif

dan efisien tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi.

3. Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di masjid.

4. Kurang optimalnya kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan

lingkungan ke masjid-masjid.

5. Tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi.

6. Kurangnya media promosi mengenai sanitasi di Masjid-masjid.

7. Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat

sanitasi oleh petugas Kesling.

8. Pendataan yang dilakukan masih dilakukan secara acak yang menjadikan tidak

meratanya jumlah kunjungan dari petugas kesehatan.

9. Pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, berkelanjutan, dan terpadu

41

10. Kurangnya pengawasan dan penilaian sanitasi masjid yang memenuhi syarat sanitasi

yang baik oleh petugas Kesling.

11. Kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan tentang

sanitasi masjid.

12. Kurangnya kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk memelihara fasilitas

masjid yang sudah ada dan menciptakan sanitasi masjid yang baik.

13. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat

14. Pembangunan masjid yang berkesinambungan (butuh waktu lama).

7.3. Penyebab Masalah Paling Mungkin

Setelah dilakukan konfirmasi kepada petugas Kesehatan Lingkungan (Kesling)

di Puskesmas Borobudur, dari kemungkinan penyebab masalah di atas maka didapatkan

penyebab masalah yang paling mungkin, yaitu:

1. Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun

langsung membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.

2. Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di

masjid, serta pengadaan acara penyuluhan tentang TTU yang memenuhi syarat

sanitasi.

3. Kurangnya penyuluhan secara lokal atau langsung kepada pengurus Masjid.

4. Kurangnya kesadaran berperilaku hidup sehat dan kepedulian pengurus masjid

dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid yang baik.

5. Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat.

42

44

Cakupan TTU (masjid) di Desa

Tuksongo periode Januari-Desember 2014 sebesar 75%

dari 80% target DinKes Kab Magelang

Kurangnya kesadaran dan kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid yang baik.

Kurangnya pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat

Belum tersedianya sarana sanitasi yang baik.

Kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan masjid

Pembangunan masjid yang berkesinambungan (butuh waktu lama).

Kurangnya pengawasan dan penilaian sanitasi masjid yang memenuhi syarat sanitasi yang baik oleh petugas Kesling.

Kurangnya evaluasi dari kegiatan yang dilakukan (penyuluhan) tentang sanitasi TTU (masjid).

P3

P2

Pendataan yang dilakukan masih dilakukan

secara acak yang menjadikan tidak meratanya

jumlah kunjungan dari petugas kesehatan.

Pelaksanaan penyuluhan kurang berkelanjutan dan terpadu

PROSES

P1

Kurangnya perencanaan untuk sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh petugas Kesling.

Machine

Kurangnya media promosi mengenai sanitasi di Masjid-masjid.

Method

Kurangnya penyuluhan secara lokal

atau langsung kepada pengurus

Masjid

Money

Belum terdapat biaya khusus untuk pengadaan acara penyuluhan yang menarik, efektif dan efisien tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi.

Kurangnya dana untuk perbaikan dan perkembangan sanitasi lingkungan di masjid

Ketersediaan kendaraan operasional untuk membantu program kesehatan lingkungan

Kurangnya sumber daya manusia (tenaga kesehatan) yang dapat terjun langsung membantu melakukan kunjungan kesehatan lingkungan.

Man

Material

LINGKUNGAN

INPUT Gambar 5. Diagram tulang ikan (fish bone)

7.4. Alternatif Pemecahan Masalah

7.4.1 Analisis Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan

1. Kurangnya sumber daya manusia

(tenaga kesehatan) yang dapat terjun

langsung membantu melakukan

kunjungan kesehatan lingkungan

Bekerja sama dengan petugas lain

seperti petugas promosi kesehatan

dan para dokter muda dalam

melaksanakan program sosialisasi

sanitasi masjid.

2. Kurangnya dana untuk perbaikan dan

perkembangan sanitasi lingkungan di

masjid, serta pengadaan acara

penyuluhan tentang TTU yang

memenuhi syarat sanitasi.

Mengusulkan kepada kepala desa

untuk mengadakan iuran bulanan.

Menjalankan kotak amal.

3. Kurangnya penyuluhan secara lokal

atau langsung kepada pengurus

Masjid.

Pelaksanaan Program penyuluhan

yang diselenggarakan oleh petugas

kesehatan lingkungan mengenai

syarat-syarat sanitasi mesjid sehat.

4. Kurangnya kesadaran berperilaku

hidup sehat dan kepedulian pengurus

masjid dan masyarakat untuk

menciptakan sanitasi masjid yang

baik.

Memberikan informasi berupa

penyuluhan secara berkala kepada

para pengurus masjid serta para

masyarakat.

Mengadakan program kerja bakti

yang dilakukan secara rutin oleh

pengurus masjid dan masyarakat

tiap seminggu sekali.

Melakukan Program penyuluhan

oleh petugas Kesling mengenai

syarat-syarat sanitasi mesjid

sehat.

5. Kurangnya pengetahuan akan

pentingnya sanitasi masjid sehat

Pengadaan penyuluhan tentang

sanitasi masjid sehat.

45

7.4.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 13. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab masalah Alternatif penyebab masalah

1. Kurangnya sumber daya manusia

(tenaga kesehatan) yang dapat

terjun langsung membantu

melakukan kunjungan kesehatan

lingkungan,

2. Kurangnya dana untuk perbaikan

dan perkembangan sanitasi

lingkungan di masjid, serta

pengadaan acara penyuluhan

tentang TTU yang memenuhi

syarat sanita

3. Kurangnya penyuluhan secara

lokal atau langsung kepada

pengurus Masjid

4. Kurangnya kesadaran berperilaku

hidup sehat dan kepedulian

pengurus masjid dan masyarakat

untuk menciptakan sanitasi masjid

yang baik.

5. Kurangnya pengetahuan akan

pentingnya sanitasi masjid sehat

a. Bekerja sama dengan petugas lain

seperti petugas promosi kesehatan,

para dokter muda dalam

melaksanakan program sosiaalisasi

sanitasi masjid

b. Mengusulkan kepada kepala desa

untuk mengadakan iuran bulanan.

c. Pelaksanaaan Program penyuluhan

yang diselenggarakan oleh petugas

kesehatan lingkungan mengenai

syarat-syarat dan pentingnya

sanitasi mesjid sehat

d. Mengadakan program kerja bakti

yang dilakukan secara rutin oleh

pengurus masjid dan masyarakat

tiap seminggu sekali

7.4.3. Rekapitulasi Alternatif Pemecahan Masalah

a) Berkerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para dokter

muda dalam melaksanakan program sosiaalisasi sanitasi masjid

b) Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk

perbaikan sarana dan prasarana masjid.

c) Pelaksanakan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan

46

lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya sanitasi mesjid sehat.

d) Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus

masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.

Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Tabel 14. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah

Penyelesaian

Masalah

Nilai Kriteria Hasil akhir Urutan

M I V C (M x I x V) / C

A 1 2 2 2 2 IV

B 1 3 4 2 6 II

C 4 4 3 2 24 I

D 1 4 2 2 4 III

Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah

dengan menggunakan metode kriteria matriks rumus MIVC maka didapatkan urutan prioritas

alternatif pemecahan masalah tempat-tempat umum sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan

lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya sanitasi mesjid sehat,

2. Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk

perbaikan sarana dan prasarana masjid.

3. Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus

masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.

4. Bekerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para

dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid.

.

47

Tabel 15. Plan Of Action penyelesaian masalah tempat-tempat umum di Desa Tuksongo

No Kegiatan Tujuan Sasaran TempatPelaksana Kegiatan

Waktu Biaya

Metode Kriteria Keberhasilan

1. Pelaksanaan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat syarat dan pentingnya sanitasi masjid sehat.

Dapat meningkatkan pengetahuan akan pentingnya sanitasi masjid sehat dan meningkatkan perilaku hidup sehat dan kepedulian pengurus masjid dan masyarakat untuk menciptakan sanitasi masjid sehat

Pengurus dan pengelola masjid

Balai desa / di tiap-tiap Masjid

Kordinator program Kesling beserta para dokter muda yang sedang praktek lapangan.

6 bulan sekali

Bantuan Operasional Kesehatan

Pemberian materi, diskusi dan Tanya jawab tentang sanitasi masjid

Proses Di laksanakannya

penyuluhan sanitasi masjid sehat .

Hasil Meningkatnya

pengetahuan serta perilaku hidup bersih pengelola dan pengurus masjid

2. Pengajuan proposal perbaikan sarana dan prasarana masjid.

Untuk perbaikan dan pengembangan sarana sanitasi dilingkungan sekitar masjid, serta pengadaan acara penyuluhan

Kepala desa Balai desa Pengurus masjid

1x(Akhir tahun/awal tahun)

Swadaya masyarakat

Pembuatan proposal oleh pengurus masjid

Proses Diterimanya

permohonanHasil

Tersedianya dana

3. Mengadakan program kerja bakti rurin yang diselenggarakan oleh pengurus masjid dan

Untuk mewujudkan lingkungan masjid dan lingkungan di sekitar masjid yang bersih dan sehat

Pengurus masjid dan masyarakat

Di tiap-tiap masjid

Koordinator program Kesehatan Lingkungan

1 minggu sekali

Swadaya masyarakat

ProsesDiadakannya

program kerja bakti rutin 1 minggu sekaliHasil

Terwujudnya

48

masyarakat setempat

lingkungan masjid dan sekitar masjid yang sehat.

4. Kerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan, para dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid sehat

Meningkatkan optimalisasi kinerja petugas kesehatan lingkungan dengan kerjasama antar lintas program

Petugas promosi kesehatan dan para dokter muda

Puskesmas Kordinator program kesehatan Lingkungan

6 bulan sekali

Dana Operasional Kesehatan

Pertemuan dan diskusi pembuatan jadwal bersama

Proses : Terlaksananya

kerjasama antar lintas program denagn pembuatan program bersama

Hasil : Optimalnya kinerja

petugas kesehatan pada program kesehatan lingkungan

Tabel 29 Gann ChartNo Kegiatan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan

1. 1

2. 2

3. 3

4. 4

1. Dilaksanakan program penyuluhan yang diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat dan pentingnya sanitasi masjid sehat2. Mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan untuk perbaikan sarana dan prasarana masjid3. Mengadakan program kerja bakti yang dilakukan secara rutin oleh pengurus masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali.4. Kerja sama dengan petugas lain seperti petugas promosi kesehatan atau para dokter muda dalam melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid

sehat.

49

BAB VIII

PENUTUP

8.1. KESIMPULAN

Berdasarkan data analisis data, didapatkan presentase cakupan Tempat-Tempat

Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo 75%, lebih rendah dari

target dinkes 80%.

Setelah dilakukan survei kepada pengelola/pengurus Tempat-Tempat Umum (Masjid)

dan analisis dari hasil data didapatkan penyebab masalah rendahnya cakupan Tempat-Tempat

Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo Januari-Desember 2014

antara lain jumlah petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Borobudur hanya 1 orang

untuk luas wilayah puskesmas; belum ada biaya khusus untuk Program Kesehatan

Lingkungan Tempat-Tempat Umum terutama untuk penyuluhan; kurang optimalnya

kunjungan dan penyuluhan berkala dari petugas kesehatan lingkungan ke masjid-masjid;

tidak ada sertifikasi bagi masjid yang sudah memenuhi syarat sanitasi; kurangnya media

penyuluhan seperti pamflet, poster ataupun brosur mengenai masjid yang memenuhi syarat

sanitasi; kurangnya perencanaan sosialisasi tentang TTU yang memenuhi syarat sanitasi oleh

petugas kesehatan lingkungan; pelaksanaan kunjungan dan penyuluhan kurang optimal, dan

tidak berkelanjutan; kurangnya evaluasi dari kegiatan pendataan, penilaian dan penyuluhan

tentang sanitasi masjid; kurangnya kualitas dan pemeliharaan fasilitas masjid yang sudah

ada; kurangnya jadwal pertemuan pengurus masjid untuk membicarakan masalah kesehatan

masjid; dan kurangnya dana swadaya masyarakat dan alokasi dana pemeliharaan sarana

sanitasi masjid.

Sebagai penyelesaian masalah terhadap penyebab masalah yang disebutkan di atas,

dilaksanakan rencana kegiatan berupa pelaksanaan program penyuluhan yang

diselenggarakan oleh petugas kesehatan lingkungan mengenai syarat-syarat dan pentingnya

sanitasi mesjid sehat; mengusulkan kepada kepala desa untuk mengadakan iuran bulanan

untuk perbaikan sarana dan prasarana masjid; mengadakan program kerja bakti yang

dilakukan secara rutin oleh pengurus masjid dan masyarakat tiap seminggu sekali;

bekerjasama dengan petugas lain seperti promosi kesehatan dan para dokter muda dalam

melaksanakan program sosialisasi sanitasi masjid.

50

8.2. SARAN

Dari kesimpulan diatas, saran yang perlu diperhatikan antara lain :

Bagi Puskesmas Borobudur:

Perlu dilakukan peningkatan kinerja petugas Puskesmas, khususnya Program

Kesehatan Lingkungan agar lebih optimal dalam melakukan kunjungan, evaluasi dan

penyuluhan kelompok supaya dapat terjadi peningkatan cakupan Tempat-Tempat

Umum (Masjid) yang memenuhi syarat sanitasi di Desa Tuksongo, Kecamatan

Borobudur, Kabupaten Magelang.

Bagi dokter muda / peneliti periode selanjutnya

Perlunya penelitian lebih lanjut dan mendalam terutama dalam hubungan antar

penyebab yang dapat mempengaruhi Tempat-Tempat Umum (Masjid) yang

memenuhi syarat di Desa Tuksongo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.

Dokter muda selanjutnya diharapkan dapat membantu program kesehatan lingkungan

terutama Tempat Tempat Umum (Masjid) melalui pelaksanaan penyuluhan dan survei

sanitasi masjid yang baik.

Bagi masyarakat

Diharapkan kepada pengurus atau pengelola Tempat-Tempat Umum (Masjid) dan

masyarakat di sekitarnya untuk bekerjasama dalam menjaga sanitasi masjid agar

terciptanya masjid yang memenuhi syarat sanitasi. Pengelola atau pengurus masjid

diharapkan untuk dapat melanjutkan dan mengembangkan rencana kegiatan yang

telah dibuat. Mengadakan pertemuan bulanan untuk membahas kerja bakti, iuran, dan

musyawarah masyarakat desa untuk meningkatakan keadaan sanitasi pada masjid.

Pengelola atau pengurus masjid diharapkan dapat melakukan peran aktif untuk

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya sanitasi yang baik pada

Tempat-Tempat Umum (Masjid) kepada pengurus yang lain dan masyarakat sekitar

sehingga dapat tercipta kesadaran bersama dan terwujudnya masjid serta lingkungan

yang sehat.

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Hartoyo. Handout Pemberdayaan Masyarakat melalui SMD dan Intervensi

Masyarakat dalam Bentuk Pendekatan Kemasyarakatan. Magelang. 2014

2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Proyek Pendidikan Petugas Puskesmas.

Pedoman Usaha Kesehatan Masjid. 1987/1988. Dinkes Jateng.

3. Wime. TeorI H.L Bloem. Available at: http//wimee.wordpress.com/2011/06/20/teori-

h-l-blum/. Accessed on January 29 2015

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Kesehatan Lingkungan. Available

at: http//repository.usu.ac.id/bitstream/../5/Chapter%20I.pdf. Accessed on January 29

2015

5. Hartoyo. Handout Konsep Puskesmas: Magelang. 2014

6. Dinkes propinsi Jawa Barat. PHBS di tempat umum. Available at:

http://diskes.jabarprov.go.id/index.php?mod=&idMenuKiri=50&idMenuTab=53

Accessed in January 29 2015

7. DEPKES RI. Pengetahuan dan perilaku Pedoman Penetapan Indikator Provinsi

Sehat dan Kabupaten / Kota Sehat. Kepmenkes Nomor: 1202/Menkes/SK/VIII/2003.

Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikator.pdf.

Accessed on January 29 2015.

8. Masjid: Sejarah dan fungsinya, Available at: http://wikipedia.org/wki/masjid.

Accessed in January 29 2015.

9. Hartoyo. Handout Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah. Magelang; 2014

10. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Tingkat I jawa Tengah. Pedoman Usaha Kesehatan

Masjid. 1987. Bakti Husada.

52

Daftar Gambar

Gambar 1. Analisa Penyebab Masalah Menggunakan Pendekatan Sistem.............................16

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah....................................................................................17

Gambar 3. Analisa Penyebab Masalah Menggunakan Diagram Fishbone..............................18

Gambar 4. Kerangka Teori.......................................................................................................29

Gambar 5. Kerangka Konsep...................................................................................................30

Gambar 6. Fishbone.................................................................................................................44

Daftar Tabel

Tabel 1. Skor Matriks...............................................................................................................19

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo menurut Jenis Kelamin.......................................21

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Tuksongo berdasarkan Usia................................................21

Tabel 4. Jumlah KK Miskin.....................................................................................................21

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi di Desa Tukongo..........................................................................23

Tabel 6. Rekapitulasi Total Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo.........................................................................................................24

Tabel 7. Rekapitulasi Penilaian Inspeksi Sanitasi Masjid Tuksongo.......................................24

Tabel 8. Rekapitulasi Total Jumlah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat dan Tidak Memenuhi Syarat di Desa Tuksongo......................................................................25

Tabel 9. Penjabaran Hasil Inspeksi Masjid yang Tidak Memenuhi Syarat Sanitasi................26

Tabel 10. Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku Pengguna Masjid di Desa Tuksongo..................................................................................................................................32

Tabel 11. Analisis Penyebab Kurangnya Sanitasi pada Masjid di Desa Tuksongo.................35

Tabel 12. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................................44

Tabel 13. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah........................................................45

Tabel 14. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah.............................................46

Tabel 15. Plan of Action Penyelesaian Masalah Tempat-Tempat Umum di Desa Tuksongo.47

Tabel 16. Gann Chart...............................................................................................................4853

LAMPIRAN

54

Kebersihan Tempat Wudhu dan Jamban yang Baik dan sehat. (Masjid

Al-Huda, Ganjuran I)

Kebersihan Tempat Wudhu dan Jamban yang kurang sehat. (Masjid

Mu’inul Mujahidin, Ganjuran II)

55

Foto bersama Bpk. Hadi, Pengurus Masjid Al-Huda, Ganjuran I

Contoh Penempatan Barang yang tidak baik, (Masid Mu’inul Mujahidin)

Contoh Alas sembahyang yang kurang bersih. (Masjid Darul Najah)