BAB I-V

120
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun tidak untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya. 1 Selain itu pendidikan merupakan salah satu dari aktivitas insani yang diarahkan untuk pembinaan generasi. Pendidikan dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: ِ دْ حَ َ ل ل اَ ى لِ اِ دْ هَ مْ ل اَ نِ مَ مْ لِ عْ ل وا اُ بُ لْ طُ ا) م سل م و! اري% ح ب لرواه ا( Tuntutlah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat. (HR. Bukhori Muslim) Bahwa pendidikan berawal sejak bayi hingga ajal menjelang. Dalam konteks tersebut peran orang tua dan 1 Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.69.

description

ERWTEWTEWTE

Transcript of BAB I-V

79

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPendidikan merupakan usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun tidak untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaannya.[footnoteRef:2] Selain itu pendidikan merupakan salah satu dari aktivitas insani yang diarahkan untuk pembinaan generasi. Pendidikan dapat dilakukan di manapun dan kapanpun. Rasulullah Muhammad SAW bersabda: [2: Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.69.]

( ) Tuntutlah ilmu sejak ayunan sampai ke liang lahat. (HR. Bukhori Muslim)Bahwa pendidikan berawal sejak bayi hingga ajal menjelang. Dalam konteks tersebut peran orang tua dan guru menjadi sangat penting sebagai pelaku pendidik. Peran ini tidak terhenti sampai anak memasuki usia sekolah, bahkan tanggung jawab pendidik ini menjadi lebih kompleks lagi, karena mencakup berbagai aspek perkembangan yang harus diperhatikan dalam proses pembentukan seorang anak menjadi manusia dewasa. Adapun motivasi dan sekaligus anjuran untuk memiliki ilmu pengetahuan adalah firman Allah pada surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:

1 .

"Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat" (Q.S Al-Mujadalah [58]: 11)[footnoteRef:3] [3: Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran, 2006), h. 910-911]

Pendidikan juga seringkali diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia bisa menjadi pribadi yang dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap.[footnoteRef:4] [4: HM. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 1996), h. 11.]

Peranan orang tua sangat berpengaruh sekali dalam mendidik anak-anaknya. Anak merupakan bagian dari masyarakat yang dipundaknya terpikul beban pembangunan di masa mendatang, dan juga sebagai generasi penerus dari yang tua-tua, maka dari itu orang tua harus lebih memperhatikan dan selalu membimbing dan mendidik dengan baik, sehingga tercapailah baginya kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Untuk mengantisipasi hal ini, maka Allah mengingatkan kepada orang tua agar mempertahankan keturunannya.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah. (Q.S. An-Nisa [4]: 9)[footnoteRef:5] [5: Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Al-Quran, 2006), h. 78]

Dengan demikian, pendidikan berarti suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, yang dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhan tersebut. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[footnoteRef:6] Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilannya saja, namun diperluas mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju tingkat kedewasaannya. [6: Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 35]

Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri di antaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa di antaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain.Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Salah satu yang dapat dilakukan guru adalah membuat situasi atau ruang belajar menjadi menyenangkan.Untuk meningkatkan kualitas siswa, dalam proses belajar mengajar diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu pendidikan siswa. Selama ini, pembelajaran cara lama di mana guru mengajar dengan berceramah, siswa sering diperlakukan sama oleh guru baik dalam pelaksanaan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) maupun evaluasi. Berbagai kemampuan siswa (belajar mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, mencari informasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan sebagainya) tidak dikembangkan untuk memberikan bekal bagi mereka untuk terjun ke dunia modern yang penuh tantangan dan persaingan antar bangsa. Philip Rekdale (2005) melakukan penelitian menyangkut sejauh mana PAKEM mendukung pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penelitian tersebut meliputi dua aspek yaitu mereka perlu mulai belajar mengenai cara mereka belajar (learning how to learn), cara belajar secara penemuan (discovery), secara kreatif, analisa, dan kritis, supaya mereka dapat menjadi pelajar selama hidup (life long learner) yang efektif. Melalui pendekatan Tematik, pembelajaran PAKEM dapat diimplementasikan sehingga memungkinkan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran.[footnoteRef:7] [7: Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Balitbang, Depdiknas, 2004), h.11]

Keberhasilan siswa selama ini hanya dilihat dengan menggunakan ukuran UN (Ujian Nasional) dan nilai UN yang mencapai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 6,52. Telah disadari bahwa UN hanya mengukur aspek kognitif saja (tingkat rendah dalam taksonomi Bloom). Di sisi lain, KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan berbagai kemampuan siswa. Pembelajaran di kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Tangerang telah menggunakan pendekatan tematik tetapi belum menerapkan model PAKEM. Siswa-siswi kelas II di SD Negeri Pakulonan Barat II Tangerang belajar IPA dengan mendengarkan ceramah dari guru, jika guru mengajar hanya dengan berceramah maka kemampuan yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan, mengingat, dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan ingatan. Semuanya dengan daya retensi yang sangat rendah. Akibatnya siswa tidak terlatih mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi, berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian, percobaan, membuat laporan dan sebagainya. Jika dilihat dari hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada masalah yang harus segera diselesaikan dalam pembelajaran di SD pada kelas rendah khususnya pengembangan kemampuan dasar kognitif, serta hasil belajar mengenal konsep IPA. Oleh karena itu penulis merasa penting untuk melakukan penelitian dalam sebuah skripsi dengan judul Penerapan Model Pembelajaran PAKEM dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA pada Siswa Kelas II SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang.

B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang dapat dikemukakan sebagai berikut:1. Selama ini, pembelajaran dilakukan dengan cara klasik di mana guru mengajar dengan berceramah saja.2. Pembelajaran di kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Tangerang telah menggunakan pendekatan tematik tetapi belum menerapkan model PAKEM3. Guru yang mengajar hanya dengan berceramah saja, maka kemampuan yang dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan mendengarkan, mengingat, dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan ingatan4. Siswa yang belajarnya hanya dengan ingatan saja tidak terlatih mencari informasi, menyaring informasi, menggunakan informasi, berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan pengamatan, penelitian, percobaan, membuat laporan dan sebagainya5. Melalui pendekatan Tematik, pembelajaran PAKEM dapat diimplementasikan sehingga memungkinkan keterlibatan siswa dalam belajar.

C. Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah di atas, maka agar penelitian ini tidak meluas, penulis hanya akan membatasinya pada:1. Penerapan pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran IPA2. Peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA

D. Rumusan MasalahBerdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1. Bagaimana penerapan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang?2. Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas II SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang?3. Seberapa besar peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan penerapan model PAKEM pada siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Tangerang?

E. Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk:1. Mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang2. Mengetahui Bagaimana prestasi belajar mata pelajaran IPA siswa kelas II SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang3. Mengetahui Seberapa besar peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA dengan penerapan model PAKEM pada siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Tangerang

F. Manfaat PenelitianSecara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan masukan terhadap upaya peningkatan mutu pembelajaran IPA SD. Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan dampak sebagai berikut:1. Manfaat TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan dalam metode pembelajaran model PAKEM untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran IPA.2. Manfaat Praktisa. Bagi siswaHasil penelitian ini dapat digunakan untuk memotivasi siswa meningkatkan kemampuannya di bidang IPA.b. Bagi guruSebagai masukan atau informasi dalam penerapan metode pembelajaran IPA.c. Bagi SekolahManfaat bagi sekolah yaitu meningkatkan mutu pendidikand. Bagi UniversitasManfaat bagi universitas yaitu untuk menambah referensi dalam perpustakaan kampus berkenaan dengan pembelajaran PAKEMBAB IIKAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori1. Pengertian Model PembelajaranModel pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs yang menjelaskan model adalah "seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses"[footnoteRef:8] dengan demikian model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran. [8: Lesslie Briggs, Instructional Design. (New Jersey: Ed. Techn. Publ. 1978), h. 23]

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.[footnoteRef:9] [9: Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2005), h. 5]

9Secara luas, Joyce dan Weil dalam Salamah mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursus-kursus, rancangan unit pembelajaran, perlengkapan belajar, buku-buku pelajaran, program multimedia, dan bantuan belajar melalui program komputer.[footnoteRef:10] Hakikat mengajar menurut Joyce dan Weil adalah membantu pebelajar (peserta didik) memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai-nilai, cara berpikir, dan belajar bagaimana cara belajar.[footnoteRef:11] [10: Salamah, Model-model Pembelajaran Alternatif, (FIKRAH, Vol. 5. No.1, Januari-Juni 2006), h. 13] [11: Ibid, h. 14]

Merujuk pada dua pendapat di atas, penulis memaknai model pembelajaran sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut dapat terlihat kegiatan guru, peserta didik dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya belajar pada peserta didik. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan perbuatan/kegiatan guru-peserta didik yang dikenal dengan istilah sintaks. Secara implisit di balik tahapan pembelajaran tersebut terdapat karakteristik lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang lainnya.Secara umum pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa menjadi berubah ke arah yang lebih baik[footnoteRef:12] [12: Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran. (Semarang : IKIP Semarang Press, 2002), hal. 24]

Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus adalah antara lain :a. Menurut teori behavioristik pembelajaran adalah suatu usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan dengan subjek belajar serta perlu diberikan reinforcement untuk meningkatkan motivasi kegiatan belajar.b. Menurut teori kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.c. Menurut teori Gestalt, pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengaturnya menjadi suatu Gestalt (pola bermakna). Bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi yang terdapat pada diri siswa.d. Menurut teori humanistik, pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu:a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran dalam suatu rencana khusus.b. Kesalingtergantungan (interdependence) antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Ciri ini menjadi dasar perbedaaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan sistem yang alami (natural). Tujuan utama sistem pembelajaran adalah agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara efisien dan efektif.[footnoteRef:13] [13: Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 66]

Dalam upaya mencapai tujuan kurikuler program pendidikan di suatu lembaga pendidikan, maka perlu dirumuskan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun tujuan pembelajaran khusus. Maka bila tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil belajar akan muncul aspek psikologis atau human ability. Dan fungsi pendidikan pada hakekatnya adalah mengembangkan potensi manusia atau human ability.[footnoteRef:14] [14: Achmad Sugandi, Teori Pembelajaran. (Semarang: UPT MKK Unnes Press, 2006), h. 23]

Klausmire menyatakan bahwa human ability dapat dibedakan atas potensi cognitive domain, affective domain, dan physchomotor domain.[footnoteRef:15] [15: ibid]

a. Tujuan pembelajaran ranah kognitifTaksonomi ini mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori. Keenam kategori itu mencakup keterampilan intelektual dari tingkat rendah sampai dengan tingkat tinggi. Keenam kategori itu tersusun secara hirarkis yang berarti tujuan pada tingkat di atasnya dapat dicapai apabila tujuan pada tingkat di bawahnya telah dikuasai. Adapun keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut:1) Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan (C1)Kemampuan kognitif tingkat pengetahuan adalah kemampuan untuk mengingat (recall) akan informasi yang telah diterima, misalnya informasi mengenai fakta, konsep, rumus, dan sebagainya.2) Kemampuan kognitif tingkat pemahaman (C2)Kemampuan kognitif tingkat pemahaman adalah kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah diketahui dengan bahasa atau ungkapannya sendiri.

3) Kemampuan kognitif tingkat penerapan (C3)Kemampuan kognitif tingkat penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah diketahui ke dalam situasi atau konteks baru. 4) Kemampuan kognitif tingkat analisis (C4)Kemampuan kognitif tingkat analisis adalah kemampuan menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi dan semacamnya atas elemen-elemennya, sehingga dapat menentukan hubungan masing-masing elemen.5) Kemampuan kognitif tingkat sintesis (C5)Kemampuan kognitif tingkat sintesis adalah kemampuan mengombinasikan elemen-elemen ke dalam kesatuan atau struktur.6) Kemampuan kognitif tingkat evaluasi (C6)Kemampuan kognitif tingkat evaluasi adalah kemampuan menilai suatu pendapat, gagasan, produk, metode, dan semacamnya dengan suatu kriteria tertentu.

b. Tujuan pembelajaran ranah AfektifTujuan pembelajaran ranah afektif berorientasi pada nilai dan sikap. Tujuan pembelajaran tersebut menggambarkan proses seseorang dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu menjadi pedoman dalam bertingkah laku. Krathwol membagi taksonomi tujuan pembelajaran ranah afektif ke dalam lima kategori yaitu:1) Pengenalan (Receiving)Pengenalan (ReceiIIing) adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukkan kesadaran, kemauan, perhatian individu untuk menerima dan memperhatikan berbagai stimulus dari lingkungannya2) Pemberian respons (Responding)Pemberian respon atau partisipasi adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan adanya rasa kepatuhan individu dalam hal mematuhi dan ikut serta terhadap sesuatu gagasan, benda, atau sistem nilai.3) Penghargaan terhadap nilai (Valuing)Penghargaan terhadap nilai adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukkan menyukai dan menghargai dari seseorang individu terhadap sesuatu gagasan, pendapat atau sistem nilai.4) Pengorganisasian (Organizing)Pengorganisasian adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan kemauan membentuk sistem nilai dari berbagai nilai yang dipilih.5) Pengamalan (Characterization)Pengamalan adalah kategori jenis perilaku ranah afektif yang menunjukan kepercayaan diri untuk mengintegrasikan nilai-nilai ke dalam suatu filsafat hidup yang lengkap dan meyakinkan.[footnoteRef:16] [16: Ibid hal. 26-27]

c. Tujuan pembelajaran ranah PsikomotorikTujuan pembelajaran ranah psikomotorik dikembangkan oleh Sympson dam Harrow (1969). Taksonomi Sympson juga menyusun tujuan psikomotorik secara hirarkis dalam lima kategori yaitu:1) Peniruan (Imitation)Kemampuan melakukan perilaku meniru apa yang dilihat atau didengar. Pada tingkat meniru, perilaku yang ditanamkan belum bersifat otomatis, bahkan mungkin masih salah atau tidak sesuai dengan yang ditiru.2) Manipulasi (Manipulation)Kemampuan melakukan perilaku tanpa contoh atau bantuan visual, tetapi dengan petunjuk tulisan secara verbal.3) Ketapatan gerakan (Precision)Kemampuan melakukan perilaku tertentu dengan lancar, tepat dan akurat tanpa contoh dan petunjuk tertulis.4) Artikulasi (Articulation)Keterampilan menunjukkan perilaku serangkaian gerakan dengan akurat, urutan benar, cepat dan tepat.5) Naturalisasi (Naturalization)Keterampilan menunjukkan perilaku gerakan tertentu secara automatically artinya cara melakukan gerakan dilakukan secara wajar dan efisien.[footnoteRef:17] [17: ibid]

1. Jenis-Jenis Model PembelajaranJoyce (2000) dalam Salamah mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran yakni[footnoteRef:18]: [18: Salamah, Model-model Pembelajaran Alternatif, (FIKRAH, Vol. 5. No.1, Januari-Juni 2006), h. 17]

a. Rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakat.b. Model pemorosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada pengusaan disiiplin ilmu.c. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian peserta belajar. d. Behaviorism Joyce, yakni model yang berorientasi pada perubahan prilaku.Berdasarkan kajian para ahli terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, diantaranya adalah: model classroom meeting. cooperative learning, integrated learning, constructive teaming, inquiry learning, dan quantum learning.1) Model Classroom MeetingAhli yang menyusun model ini adalah William Glasser. Menurut Glasser dalam Moejiono[footnoteRef:19] sekolah umumnya berhasil membina prilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi. Kehangatan hubungan pribadi bermanfaat bagi keberhasilan belajar, agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan; [19: Moedjiono. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, 1992), h. 155]

a) Guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalamb) Guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak prilaku yang tidak bertanggung jawabc) Siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik. Agar siswa dapat membina kehangatan hubungan antara pribadi, guru perlu menggunakan strategi mengajar yang khusus.Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan (1) pemahaman din sendiri, dan (2) rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok. Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif. Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses.2) Model Cooperative LearningEra global bukan hanya menuntut kualitas kemampuan memecahkan masalah, tetapi juga menuntut kemampuan untuk bekerja sama. Untuk mengem-bangkan kemapuan bekerja sama dan memecahkan masalah dapat menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangakan salah satunya oleh Robert E, Slavin (Johnson, 1990). Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di mana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih.Beberapa karakteristik pendekatan cooperative learning, antara lain:a) Individual Accountability, yaitu; bahwa setiap mdividu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.b) Social Skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghor-mati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.c) Positive Interdependence, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.d) Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

3) Model Integrated LearningHakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keiimuan secara holistik, bermakna dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas. Konsep tersebut sesuai dengan beberapa tokoh yang mengemukakan tentang model pembetajaran terpadu seperti berikut ini:Rancangan pembelajaran terpadu secara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut. Pada dampak penggiring umumnya, akan membuahkan perubahan dalam perkembangan sikap dan kemampuan berfikir logis, kreatif, prediktif, imajinatif.[footnoteRef:20] [20: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Tim Pengembang PGSD Pembelajaran Terpadu D. IIPGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (Jakarta: Dikti. 1997), h. 3]

Pembelajaran terpadu salah satu diantara maksudnya juga adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan antar bidang studi, atau yang disebut juga lintas kurikulum, atau lintas bidang studi atau interdtciplmerary programe.[footnoteRef:21] [21: Hadi, T. & Herawati, I., S, Modul Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1990), h. 3]

4) Model ConstructiIIist LearningModel Kontruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri (self-regulation). Dan akhimya proses belajar, pengetahuan akan dihangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.[footnoteRef:22] [22: Salamah, Model-model Pembelajaran Alternatif, (FIKRAH, Vol. 5. No.1, Januari-Juni 2006), h. 22]

Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mecapai kesimbangan. Peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.

5) Model Quantum LearningMenurut De Potter dalam Salamah, Model PAKEM merupakan pengubahan berbagai interaksi yang ada pada momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa.[footnoteRef:23] Dari kutipan tersebut diperoleh pengertian bahwa pembelajaran quantum merupakan upaya pengorganisasian bermacam-macam interaksi yang ada di sekitar momen belajar. [23: Ibid, h. 25]

Pembelajaran dikiaskan sebagai suatu simfoni yang terdiri dari berbagai alat musik sebagai unsurnya dan guru merupakan kunduktor sebuah simfoni. Guru berusaha mengubah semua unsur itu menjadi simfoni yang mudah bagi semua orang di kelasnya.Asas utama Pembelajaran Quantum adalah "Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka". Dari asas tersebut tersirat bahwa untuk melaksanakan suatu pembelajaran diperlukan pemahaman yang cukup tentang audience kita. Dengan begitu akan memudahkan semua proses pembelajaran itu sendiri. Pemahaman itu amat penting karena setiap manusia memiliki dinamikanya sendiri. Dan siswa scbagai manusia telah dibakali dengan berbagai potensi untuk berkembang.

3. Pembelajaran PAKEMPAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan. Dalam penggunaannya di lapangan, ada yang menambahkan dengan satu huruf I: inovatif, sehingga menjadi PAIKEM.[footnoteRef:24]. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam bentuk grup, individu dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru. [24: Indrawati, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan untuk Guru SD, (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2009), h. 9]

Philip Rekdale melakukan penelitian menyangkut sejauh mana PAKEM mendukung pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang menyangkut dua aspek tentang penelitian pelaksanaan PAKEM dalam mendukung KTSP, yaitu: a. Mereka perlu mulai belajar mengenai cara mereka belajar (learning how to learn), cara belajar secara penemuan (discovery), secara kreatif, analisa, dan kritis, supaya mereka dapat menjadi pelajar selama hidup (life long learner) yang efektif.b. Menyangkut cara siswa kita belajar yaitu A conception that helps teachers relate subject matter content to real world situations and motiIIates student to make connections between knowledge and its application to their lives as family members, citizens and workers. Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan memotivasikan siswa untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga, masyarakat dan karyawan-karyawan.[footnoteRef:25] [25: http ://schooldevelopment.net/indexi.html. diakses tanggal 20 April 2011]

Pada dasarnya, PAKEM didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :a. Tuntutan perundangan-undanganUndang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 40, di mana salah satu ayatnya berbunyi: Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, dan PP No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1). Dalam PP no 19, ayat (1) dinyatakan bahwa Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa[footnoteRef:26] [26: Indrawati, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan untuk Guru SD, (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2009), h. 9]

Dari tuntutan perundangan tersebut dengan jelas bahwa esensi pendidikan atau pembelajaran harus memperhatikan kebermaknaan bagi peserta didik yang dilakukan secara dialogis atau interaktif, yang pada intinya pembelajaran berpusat pada siswa sebagai pembelajar dan pendidik sebagai fasilitator yang memfasilitasi agar terjadi belajar pada peserta didik.b. Asumsi dasar belajar: siswa yang membangun konsep.Belajar dalam konteks PAKEM dimaknai sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun makna. Dalam prosesnya seorang siswa yang sedang belajar, akan terlibat dalam proses sosial. Proses membangun makna dilakukan secara terus menerus (sepanjang hayat). Makna belajar tersebut didasari oleh pandangan Kontruktivisme.[footnoteRef:27] [27: Ibid]

Kontruktivisme merupakan suatu pandangan mengenai bagaimana seseorang belajar, yaitu menjelaskan bagaimana manusia membangun pemahaman dan pengetahuannya mengenai dunia sekitarnya melalui pengenalan terhadap benda-benda di sekitarnya yang direfleksikannya melalui pengalamannya. Ketika kita menemukan sesuatu yang baru, kita dapat merekonstruksinya dengan ide-ide awal dan pengalaman kita, jadi kemungkinan pengetahuan itu mengubah keyakinan kita atau merupakan informasi baru yang diabaikan karena merupakan sesuatu yang tidak relevan dengan ide awal.[footnoteRef:28] [28: Ibid, h.10]

Untuk mengimplementasikan Kontruktivisme di kelas, seorang guru harus memiliki keyakinan bahwa ketika peserta didik datang ke kelas, otaknya tidak kosong dengan pengetahuan, mereka datang ke dalam situasi belajar dengan pengetahuan, gagasan, dan pemahaman yang sudah ada dalam pikiran mereka. Jika sesuai, pengetahuan awal ini merupakan materi dasar untuk pengetahuan baru yang akan mereka kembangkan.[footnoteRef:29] [29: Ibid]

Menurut Brook and Brook (2002) dalam Indrawati, Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, jika akan mengimplementasikan Kontruktivisme dalam pembelajaran, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:1) Mengajukan masalah yang relevan untuk siswa.Untuk memulai pembelajaran, ajukan permasalahan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga siswa dapat meresponnya, contoh di sekolah kita, sampah plastik bekas bungkus jajanan menumpuk, apa yang dapat kalian lakukan untuk itu?Strukturkan pembelajaran untuk mencapai konsep-konsep esensial.2) Sadarilah bahwa pendapat (perspektif) siswa merupakan jendela mereka untuk menalar (berpikir).3) Adaptasikan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan dan pengembangan siswa.4) Lakukan asesmen terhadap hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran[footnoteRef:30] [30: Ibid, h. 11]

Peserta didik dalam belajar tidak sekedar meniru dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau diajarkan guru, tetapi secara aktif ia menyeleksi, menyaring, memberi arti, dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya. Pengetahuan yang dikonstruksi peserta didik merupakan hasil interpretasi yang bersangkutan terhadap peristiwa atau informasi yang diterimanya. Menurut Paul Suparno (1997) dalam Indrawati, Proses belajar yang bercirikan Kontruktivisme menurut para konstruktiIIis adalah sebagai berikut:(a) Belajar berarti membentuk makna.(b) Konstruksi arti sesuatu hal yang sedang dipelajari terjadi dalam proses yang terus menerus.(c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih dari itu, yaitu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.(d) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.(e) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan lingkungannya.(f) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik (konsep, tujuan, motivasi) yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.[footnoteRef:31] [31: Ibid, h. 12]

Dengan adanya pandangan Kontruktivisme, maka karakteristik iklim pembelajaran yang sesuai dengan Kontruktivisme tersebut adalah sebagai berikut:1. Peserta didik tidak dipandang sebagai suatu yang pasif melainkan individu yang memiliki tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran berdasarkan konsepsi awal yang dimilikinya.2. Guru hendaknya melibatkan proses aktif dalam pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya.3. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang datang dari luar, melainkan melalui seleksi secara personal dan sosial.Iklim pembelajaran tersebut menuntut guru untuk:a. Mengetahui dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa,b. Melibatkan siswa dalam kegiatan aktif, danc. Memperhatikan interaksi sosial dengan melibatkan siswa dalam diskusi kelas atau kelompok.[footnoteRef:32] [32: Hendriani, Yeni, Model Pembelajaran PAKEM, SD, (Bandung: PPPPTK IPA, 2007), h. 12]

Di samping alasan-alasan mendasar sebagaimana yang dipaparkan di atas, perlunya PAKEM dilaksanakan dalam membelajarkan peserta didik dikarenakan berbagai tantangan yang akan dihadapi mereka saat ini. Tantangan kondisi saat ini di antaranya: 1. Perkembangan IPTEK, Politik, Sosial budaya yang semakin cepat dan banyak perubahan,2. Laju teknologi komunikasi informasi yang tinggi,3. Sumber belajar semakin beragam,4. Tuntutan kemandirian, kerja sama, kemampuan melakukan relasi sosial, kemampuan untuk berpikir kritis, memecahkan masalah. Semua itu harus dibekali kepada siswa agar mampu bersaing dalam era globalisasi, era otonomi, dan era pasar terbuka. Banyaknya perubahan yang terjadi di Iingkungan kita, menuntut perubahan-perubahan dalam pembelajaran.4. Pilar-pilar PAKEMDalam PAKEM terdapat empat pilar utama, yaitu: Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Sedangkan huruf P merupakan pembelajaran yang didefinisikan sebagai pengorganisasian atau penciptaan atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaik-baiknya yang memungkinkan terjadinya belajar pada peserta didik. Dengan demikian pada waktu peserta didik belajar, pilar-pilar PAKEM berikut harus dirancang :a. Pembelajaran aktif, yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik (student centered ) daripada berpusat pada guru (teacher centered). Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dapat dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berpikir (minds-on) dan berbuat (hands-on). Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.Perbedaan pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa adalah sebagai berikut:[footnoteRef:33] [33: Indrawati, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan untuk Guru SD, (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam, 2009), h. 13]

Tabel 1Perbedaan pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa

Pembelajaran yang berpusatpada GuruPembelajaran yang berpusatpada siswa

Guru sebagai pengajarPenyampaian materi pelajaranGuru sebagai fasilitator dan bukan penceramah

dominan melalui ceramahGuru menentukan apa yang mauFokus pembelajaran pada siswa

diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi yang mereka pelajari Siswa aktif belajarSiswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dan Guru

Pembelajaran bersifat interaktif

Perbedaan kegiatan siswa dan Guru pada strategi mengajar berpusat pada siswa:

Tabel 2Perbedaan kegiatan siswa dan Guru pada strategi mengajar

Kegiatan guru pada strategimengajar yang berpusat pada GuruKegiatan siswa pada strategimengajar yang berpusat pada siswa

MembacakanBermain peran

MenjelaskanMenulis dengan kata-kata sendiri

Memberikan instruksiBelajar kelompok

Memberikan informasiMemecahkan masalah

BerceramahDiskusi/berdebat

Pengarahan tugas-tugasMempraktikkan keterampilan

Membimbing dalam tanya jawabMelakukan kegiatan penyelidikan

Menurut Siskandar (2003) dalam Sukayati pendekatan pembelajaran yang ditekankan untuk kelas I dan II SD adalah Pendekatan Tematik. Bagi guru SD kelas rendah (kelas 1 dan 2) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir konkrit, pembelajaran hendaknya dirancang secara terpadu dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan cara ini pendekatan kelas I dan II menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan sangat kontekstual dengan dunia anak-anak.[footnoteRef:34] [34: Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD merupakan Terapan Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Balitbang, Depdiknas, 2004), h.10]

Pendekatan Tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa[footnoteRef:35] [35: Depdiknas, Pembelajaran Tematik Kelas awal SD, (Jakarta Pusat, 2006), h. 7]

Melalui Pendekatan Tematik, pembelajaran PAKEM dapat diimplementasikan sehingga memungkinkan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran.[footnoteRef:36] [36: Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD merupakan Terapan Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Balitbang, Depdiknas, 2004), h.12]

5. Prestasi Belajar Siswaa. Pengertian PrestasiPrestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Dalam kamus populer dinyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.[footnoteRef:37] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dan yang telah dilakukan atau dikerjakan).[footnoteRef:38] [37: S.F. Habeyb. Kamus Populer, (Jakarta: Nurani, 1983), cet., ke-20. h, 296] [38: Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h, 700 ]

Dari pengertian di atas dapat dicermati adanya makna yang sama, yang intinya adalah hasil yang telah dicapai dari suatu kegiatan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilakukan, diciptakan, dan menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan kerja secara individu maupun kelompok dalam suatu bidang tertentu.Sedangkan kata prestasi itu sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Dalam bahasa Indonesia prestasi diartikan menjadi hasil yang telah dicapai dari yang telah ditetapkan.[footnoteRef:39] Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti prestasi adalah apa yang telah dihasilkan dan diciptakan.[footnoteRef:40] Prestasi merupakan salah satu tujuan seseorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motiIIator terhadap aktivitas anak didik. Sedangkan kata belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan. [39: Sadirman M.A. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. ke-5, h. 38] [40: W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), cet. ke.5, h. 768]

b. Pengertian BelajarDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[footnoteRef:41] Belajar itu bukan hanya menghafal dan mengingat saja, melainkan berinteraksi dengan lingkungannya dan merupakan suatu proses yang ditandai dengan perubahan pada diri seseorang, dengan tujuan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, daya penerimaannya dan aspek-aspek lain yang ada pada individu. [41: Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet., ke-1. h. 12]

Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.[footnoteRef:42] Jadi, belajar adalah perubahan tingkah laku manusia akibat pengalaman yang diperoleh dengan cara mempergunakan pikiran dan berlatih. Keunikan pengalaman umumnya bersumber dari hal-hal berikut:[footnoteRef:43] [42: Ridwan. Ketercapaian Prestasi Belajar. Dikases dari Wordpress.com. 3 Mei 2011 http://ridwan.202.wordpress.com/2008/05/03/ketercapaian prestasi-belajar.] [43: Sutrisno Hadi, Metodologi Research. Jilid 1. (Yogyakarta : Andi Offset, 2004), h. 40]

1) Mengabaikan hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapatpribadi2) Kurang tepat atau kurang cermat di dalam mengamati hal-hal yang penting mengenai suatu persoalan.3) Menggunakan alat-alat ukur yang pemilihannya sangat subjektif.4) Walaupun masih kekurangan fakta tetapi sudah menarik kesimpulan.5) Membuat kesimpulan yang salah karena telah mempunyai prasangka.6) Peran faktor-faktor yang mungkin tidak disadari. Misalnya dalam apa yang disebut proyeksi, orang merasa mengenal orang lain, tetapi sebenarnya apa yang ia sangka menjadi sifat-sifat orang lain adalah sifatnya sendiri.

Pengalaman belajar didapat dari interaksi langsung terhadap sesuatu yang di teliti dan umumnya melalui proses melakukan kesalahan-kesalahan kemudian setelah mengerti baru memperbaiki kesalahan yang didasarkan pada pengalaman yang diperoleh.Tujuan belajar menurut pengertian Robert M. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah:[footnoteRef:44] [44: Hasibuan, dkk. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), h. 5]

1) Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik).2) Strategi koknitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.3) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta. Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.4) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya.5) Sikap dan nilai, hubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan tingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.Jadi, hasil yang ingin dicapai dalam belajar adalah kemampuan intelektual, kemampuan kognitif, kemampuan verbal, keterampilan motorik dan sikap atau hubungan sosial yang baik.

c. Pengertian Prestasi BelajarPrestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[footnoteRef:45] merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya.[footnoteRef:46] [45: Depdik bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 700] [46: Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), h. 20]

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang akan dicapai manusia dari pengalaman belajar. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan, manusia selalu berusaha untuk mencapai keberhasilan. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, seorang siswa melakukan kegiatan belajar selalu menginginkan keberhasilan di dalam belajarnya. Dalam dunia pendidikan keberhasilan belajar disebut prestasi belajar.Prestasi belajar memiliki fungsi utama yaitu:[footnoteRef:47] [47: Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. EdisiRevisi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 66]

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.

Prestasi belajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu:[footnoteRef:48] [48: Ibid]

1) Ranah Cipta (Kognitif)Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Kognitif merupakan wilayah/ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan.Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi, perseptual, dan proses internal.[footnoteRef:49] Dari kedua pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa belajar kognitif merupakan suatu sikap yang timbul dari aktifitas belajar yang diperoleh dari pemahaman, penataan informasi dan pemecahan masalah. Informasi adalah segala sesuatu yang dikenal oleh seseorang. Informasi dapat diperoleh secara langsung dengan jalan penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa.[footnoteRef:50] Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu yang bersifat mental. Misalnya, sesorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalaman mengenai suatu yang ditemuinya. [49: Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 48] [50: Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 138]

2) Ranah Rasa (Afektif)Afektif merupakan tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, was-was dan sebagainya. Tingkah laku ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Slameto memaparkan pengaruh karakteristik afektif siswa yaitu: motivasi, kebutuhan, minat, konsep diri, aspirasi, kecemasan, sikap.[footnoteRef:51] Motivasi menjadi pendorong siswa untuk belajar begitu pula dengan minat, tanpa adanya minat siswa tidak akan dapat memberikan perhatian besar terhadap apa yang di pelajarinya. Konsep diri dan aspirasi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan diri siswa tersebut dan harapan atau keinginan mencapai keberhasilan atau prestasi tertentu. Kecemasan yang dialami siswa akibat tekanan-tekanan seperti menghadapi ujian mempengaruhi kondisi siswa dan sikap siswa menghadapi tersebut mempengaruhi prestasi belajarnya. [51: Ibid, h. 139]

Keterangan diatas, dapat membentuk indikator prestasi belajar antara lain:(a) Dapat menghubungkan, membandingkan dan menunjukkan sesuatu berdasarkan pengalaman belajar.(b) Dapat mengingat dan memahami pelajaran.(c) Dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.(d) Menunjukkan sikap menerima, menghargai, menghayati apa yang diajarkan karena memiliki minat belajar.

Berdasarkan pengertian prestasi dan belajar di atas, yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.[footnoteRef:52] Bahkan prestasi belajar berarti penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tertentu yang diperoleh dari hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai setelah mengikuti kegiatan belajar.[footnoteRef:53] [52: Depdik bud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), h. 700] [53: Ahmadi Abu dan Supriarno Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta Rineka Cipta, 1991), cet. ke-1. h. 5]

Prestasi yang dicapai oleh seseorang individu merupakan hasil dari proses yang di dalamnya terdapat interaksi dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhinya, baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal). Dalam jangka waktu tertentu, tinggi rendahnya prestasi belajar berlangsung karena faktor-faktor tersebut.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah:1) Faktor Internal (dalam diri)a) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas:(1) Faktor intelektif yang meliputi faktor personal, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan,yaitu prestasi yang dimiliki.(2) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri.

2) Faktor Eksternal (luar diri)a) Faktor sosial terdiri atas:(1) Lingkungan keluarga.(2) Lingkungan sekolah.(3) Lingkungan masyarakat.(4) Lingkungan kelompok.b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.d) Faktor lingkungan spiritual keagamaan.

Demikianlah beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Adapun faktor-faktor tersebut saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.[footnoteRef:54] [54: Abu Ahmadi dan widodo Supriarno, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. ke-1, h. 30]

d. Pelajaran IPA1) Pengertian Mata Pelajaran IPAIlmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep-konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses kegiatan ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.Lebih lanjut pengertian IPA menurut Fisher (1975) yang dikutip oleh Sarjan mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang didalamnya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.[footnoteRef:55] [55: Sarjan, et all, Buku Paket Sains Sekolah dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. (Klaten: CV. Sahabat, 2003),h. 14]

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan.IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.[footnoteRef:56] [56: Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP), (Jakarta: 2004), h. 33]

IPA (sains) berupaya untuk membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya mengenai alam sekitarnya.[footnoteRef:57] Mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencipta.[footnoteRef:58] [57: Sumaji. et all. Pendidikan Sains yang Humanistik, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), h.31] [58: Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP), (Jakarta: 2004), h. 48]

2) Fungsi Mata Pelajaran IPAMenurut Kurikulum Pendidikan Dasar Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:[footnoteRef:59] [59: Ibid, h. 97-98]

a) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-harib) Mengembangkan keterampilan proses.c) Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.d) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.e) Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

3) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau SainsTujuan pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsepkonsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan Penciptanya.[footnoteRef:60] [60: Sumaji. et all. Pendidikan Sains yang Humanistik, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), h.35]

Pengajaran IPA menurut Depdikbud bertujuan agar siswa:[footnoteRef:61] [61: Depdikbud, Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP), (Jakarta: 2004), h. 98-99]

a) Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.b) Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya.c) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.d) Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.e) Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.f) Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.g) Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

4) Ruang Lingkup Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau SainsRuang lingkup mata pelajaran Sains meliputi dua aspek:a) Kerja Ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah.b) Pemahaman konsep dan penerapannya yang mencakup:(1) Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya.(2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, gas.(3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.(4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tatasurya dan benda-benda langit lainnya.(5) Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.

B. Kerangka BerpikirTugas dan tanggung jawab guru tidak hanya mengajarkan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum, melainkan juga memberikan pengalaman belajar yang bersifat mendidik. Harapan pemerintah dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Harapan tersebut terekplisitkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 19, ayat (1), selanjutnya di lapangan lebih dikenal dengan PAKEM atau PAIKEM. Karena PAKEM sudah menjadi kebijakan pemerintah, maka kewajiban bagi guru untuk melaksanakn amanat tersebut.Untuk dapat melaksanakan PAKEM, guru selain harus mengetahui hakikat PAKEM, prinsip-prinsip pembelajaran Kontruktivisme, juga harus menguasai berbagai model pembelajaran. PAKEM pada hakikatnya adalah proses pembelajaran dimana guru harus menciptakan suasana pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, kreatif, kritis serta mencurahkan perhatian /konsentrasinya secara penuh dalam belajar serta suasana pembelajaran yang menimbulkan kenyamanan bagi siswa untuk belajar untuk mencapai tjuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di dalam PAKEM, Guru memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk pencapaian hasil belajar yang telah ditentukan.PAKEM pada intinya melaksanakan faham Kontruktivisme, dan untuk melaksanakan PAKEM diperlukan pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai strategi atau model pembelajaran. Dalam kurikulum 2006, IPA berfungsi untuk memberitahu tentang alam secara sistematis, menguasai pengetahuan fakta, konsep, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat memperoleh pemahaman yang berlebih juga berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Untuk itulah model pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran IPA harus yang menarik dan menyenangkan, apalagi untuk siswa sekolah dasar yang berada dalam periode operasional kongkret yang didapat melalui pengalaman langsung. Untuk itulah model pembelajaran PAKEM menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar.

C. HipotesisBerdasarkan uraian landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan adalah: Dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang.BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian1. Tempat PenelitianPenelitian dilakukan di SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang yang beralamat di Jalan Kalipaten Desa Pakulonan Barat Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang

2. Waktu PenelitianWaktu yang diperlukan untuk mengadakan penelitian adalah 4 bulan, terhitung dari bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:a. Persiapan, pada tahap ini penelitian diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian.b. Pelaksanaan, tahap ini kegiatan di mulai dengan mengadakan pengamatan langsung (observasi) lalu dilanjutkan dengan pengumpulan data dan berbagai informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.c. Pelaporan, pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan mengedit (editing) dan memberikan kode pada data. Mengolah data, menganalisa data atau menginterpretasikan hasil yang diperoleh.

43Tabel 3Jadwal Kegiatan Penelitian NoKegiatan Bulan

MeiJuniJuliAgustus

1234123412341234

1Persiapan

a. Supervisi

b. Observasi

2Pelaksanaan

a. Pengumpulan Data

b. Wawancara

3Pelaporan

a. Pra Pelaporan

b. Laporan

4Evaluasi

B. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Penelitian eksperimen dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetes, mengecek atau membuktikan suatu hipotesis, ada tidaknya pengaruh model pembelajaran dari suatu treatment atau perlakuan.Dalam penelitian ini, manipulasi atau pelakuan yang diberikan adalah model pembelajaran PAKEM kepada kelompok eksperimen. Selain terdapat kelompok eksperimen, dalam penelitian ini juga terdapat kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan oleh peneliti. Jadi peneliti melakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan model PAKEM kepada kelompok eksperimen yang nantinya dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran PAKEM dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang.Desain yang digunakan dalam ekperimen ini adalah rancangan randomized control group pre tes post test design sebagi berikut:Tabel 4Randomized Control Group Pre Test Post Test Design

Pre TesTreatmentPost Test

T1 T1Xa XbT2 T2

Keterangan:T1: Pre Test untuk kedua kelompokT2: Post test untuk kedua kelompokXa: Perlakuan pemberian model PAKEM dalam pengajaran IPAXb: Perlakuan pemberian model bukan PAKEM dalam pengajaran IPAPenelitian ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut:1. Memilih sejumlah subyek (sampel) dari populasi2. Subyek (sampel) dibagi menjadi 2 kelompok

C. Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi adalah keseluruhan subjek peneitian.[footnoteRef:62] Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[footnoteRef:63] Mengingat sedikitnya populasi yang akan diteliti, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi. Jumlah populasi siswa kelas II di SDN Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang adalah 66 siswa yang terdiri dari 2 kelas yakni kelas II A dan kelas II B. [62: Suharsemi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 130] [63: Ibid.,h. 131]

Menurut Suharsimi Arikunto, dikatakan bahwa apabila subyek atau populasi kurang dari 100 maka untuk pengambilan sampel penelitian sebaiknya diambil seluruhnya, dan selanjutnya apabila subyek besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih.[footnoteRef:64] [64: Ibid.,h. 134]

Dengan berdasarkan pada pendapat di atas maka dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas II SDN Pakulonan Barat II Tangerang yang berjumlah 66 siswa. Selengkapnya sampel penelitian seperti terlihat dalam table di bawah ini: Tabel. 5Daftar Nama Siswa Kelas II SDN Pakulonan Barat II Tangerang

1. Kelas Eksperimen

NoNamaNoNama

1Abu Rijal Bakri14Irpan Munjaji

2Acep Muhamad Fahmi15Lailatul Muniroh

3Ahdiat Kahfi16Lita Selviani

4Aida Fauziah17Maulinah

5Aprizal18Maya Krismonika

6Aidul Fazri19Miftahul Husna

7Anita Susilawati20Mila Sari

8Asep Saipul21Muhammad Andri

9Avrillia Nur Rahayu22Muhammad Kausar

10Bangkit Putra W23Muhammad Zikri Faton

11Devia Rahmainisah24Mulia Handayani

12Diky Maulana25Nada Desela

13Dzulfikar26Neneng Hasana

NoNama

27Edho Zakaria

28Fadillah

29Faisal Akbar

30Faisal Alif Fadillah

31Hania

32Imas Haeriyana

33Indah Sari

2. Kelas Kontrol

NoNamaNoNama

1Ahmad Fauzi21Putri Ainun

2Ahmad Hivani22Rika Afriyati

3Ahmad Suhaimi23Rizka Khoironi

4Alisa Yuniar24Rizki Akbar

5Amelia Rosul25Sandi Pranata

6Avinhas26Setiawan Bayu Aji

7Bunga Noviyanti27Shopa Darojah

8Dafa Salsabila28Siska Fauziah

9Diah Setiawati29Stepanus Sanjaya

10Erika Fabriyani30Shavira Nadia

11Evan31Handi Prasetio

12Revina Susanti32Timothy Leonard

13Fath Firda33Zainudin

14Hadad Rizkiyanto

15Ilham Ramadhan

16Iqro Annur

17Isnaini Hasanah

18M. Agung

19M. Khawarizmi

20Novera Denti

D. Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian eksperimen ini berupa instrumen tes dan instrumen nontes.1. Instrumen tesInstrumen tes digunakan untuk mengetahui data tentang hasil belajar siswa dalam konsep IPA. Bentuk instrumen yang berupa tes ini berupa soal pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban (option) yang berjumlah sepuluh soal baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.2. Instrumen nontesInstrumen nontes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut:a. SilabusSilabus digunakan untuk memudahkan dalam pembuatan rencana pembelajaran. Silabus ini dibuat sesuai dengan Standar Kompetensi dimana penekanannya pada penerapan model PAKEM sebagai metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa.b. Rencana PembelajaranRencana pembelajaran digunakan sebagai acuan guru dalam kegiatan belajar mengajar pada setiap siklus. Rencana pembelajaran dibuat sesuai dengan silabus yang telah dibuat.c. Lembar ObservasiLembar observasi ini digunakan untuk mengamati kreativitas siswa dan aktivitas siswa maupun guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan model PAKEM sebagai metode pembelajaran.

d. Angket SiswaAngket siswa ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. 3. Kisi-kisi soal pretes dan postesNoIndikatorItem soal

1Kegunaan Matahari1,2

2Manfaat Cahaya Matahari3,4

3Dampak Negatif Cahaya Matahari5,6

4Melindungi diri dari bahaya sinar Matahari7,8,9,10

E. Teknik Pengumpulan DataData adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta ataupun angka.[footnoteRef:65] Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data. Dalam proses pengumpulan data tersebut akan menggunakan satu atau beberapa metode. Jenis metode yang dipilih dan digunakan dalam pengumpulan data, tentunya harus sesuai dengan sifat dan karakteristik penelitian yang dilakukan. Kualifikasi pengambilan data perlu dipertimbangkan. [65: Ibid., h.91]

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan cara:1. TesTes evaluasi hasil belajar dilakukan melalui pengerjaan soalsoal ulangan yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA, dari hasil ulangan tersebut kemudian dievaluasi untuk kemudian digunakan sebagai ukuran besarnya prestasi belajar peserta didik.2. Metode ObservasiMetode Observasi adalah pencarian data yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap obyek penelitian, cara ini biasanya dipakai untuk mengumpulkan data tentang berbagai hal yang berupa perilaku subyek. Observasi dalam penelitian ini adalah observasi langsung yang akan digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penggunaan model PAKEM dalam pembelajarani.3. Metode DokumentasiMetode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, leger dan lain-lain. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada, Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode pengumpulan data yang lain.Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data yang tidak dapat diperoleh melalui evaluasi dan observasi. Sumber data yang dimaksud antara lain : buku-buku kajian, hasil-hasil penelitian yang relevan serta arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian.

F. Teknik Analisis DataMasing-masing data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data yang diperoleh. Dari kedua kelas sampel, kelas pertama menggunakan model pembelajaran PAKEM dan kelas kedua menggunakan model konvensioanl, kemudian diadakan post test. Dalam hal ini test digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan mean. Rumus yang digunakan untuk analisis data adalah rumus t test, yaitu:

Keterangan: t=Angka atau koefisien derajat perbedaan Mean kedua kelompokMx= Mean Kelas EksperimenMy= Mean Kelas Kontrolx= Deviasi setiap x2 dari x1y= Deviasi setiap y2 dari mean y 1Nx= Jumlah siswa kelas eksperimenNy= Jumlah siswa kelas kontrol

G. Hipotesis StatistikSyarat-sayart hipotesis penelitian ini adalah:to ttabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolakto < ttabel, berarti Ha diterima dan Ho ditolakDengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikansi = 0,05 Secara statistik hipotesis dinyatakan sebagai berikut:Ho : E = KHa : E K

Keterangan:Ho= Hipotesis nihilHa= Hipotesis alternatifE= Prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaran PAKEMK= Prestasi belajar IPA siswa yang menggunakan pembelajaranTradisional

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data1. Gambaran Umum Lokasi Penelitiana. Sejarah Berdirinya SDN Pakulonan Barat II TangerangSDN Pakulonan Barat II Tangerang yang terletak di Sektor Perumahan SDN Pakulonan Barat II Tangerang berdiri sejak tahun 1977, tetapi mulai membuka penerimaan murid baru di pertengahan 1978, dengan jumlah 323 siswa, di bawah pimpinan Sujai.

b. Visi SDN Pakulonan Barat II TangerangTerciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, beriman dan berakhlak mulia.

b. Misi Sekolah1) Menanamkan Sikap Disiplin2) Menciptakan peserta didik yang kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.3) Menumbuhkan minat belajar siswa untuk meraih prestasi.4) Mewujudkan peserta didik yang berwawasan keimanan dan ketaqwaan.

53

2. Letak Geografis SDN Pakulonan Barat II TangerangSDN Pakulonan Barat II Tangerang berlokasi di Jl. Kalipaten Lokasi ini sangat strategis letaknya, karena berada di tengan-tengah perkampungan penduduk serta perumahan Gading Serpong secara geografis letak SDN Pakulonan Barat II Tangerang dibatasi oleh:Sebelah barat : Perumahan Vila IslamiSebelah selatan : Perumahan Gading SerpongSebelah timur : Rumah PendudukSebelah utara : Rumah Penduduk

3. Keadaan Sarana Prasarana SekolahSarana Pendidikan pada saat penelitian ini dilakukan terdiri dari:Tabel 6Keadaan Sarana/Prasarana Sekolah

NoSarana/PrasaranaJumlahKeadaan

1Ruang Belajar6Baik

2Ruang Kepala Sekolah1Baik

3Ruang Guru1Baik

4Ruang TU1Baik

5WC Guru1Baik

6WC Siswa1Baik

7Dapur1Baik

8Musholla1Baik

9Koperasi-

10Lapangan Bermain/Upacara1Baik

4. Keadaan Guru dan Siswa SDN Pakulonan Barat II Tangeranga. Keadaan GuruKeadaan guru di SDN Pakulonan Barat II Tangerang dapat dilihat dalam table berikut ini: Tabel. 7Keadaan Guru SDN Pakulonan Barat II Tangerang

NoNama Jabatan/Bid. StudiIjazahTugas Mengajar

1Kusnadi Jaya, BAKepala Sekolah-

2Dwi Kusmayanti, A.Ma.Pd.SDGuru KelasD2Kelas I

3Sari DesriyaniGuru KelasKelas II

4Miyarsih, S.PdGuru KelasS1Kelas III A

5Mariyam, S.PdGuru KelasS1Kelas III B

6Mustafiah, A.Ma.Pd.SDGuru KelasD2Kelas IV A

7Tatik Setianingsih, SEGuru KelasS1Kelas IV B

8Hendro, A.MaGuru KelasD2Kelas V A

9Tina Agustina, S.Pd.SDGuru KelasS1Kelas V B

10Supendi Alfien, A.MaGuru KelasD2Kelas VI

11M. Rachmat, A.MaPAID2Kelas I-VI

12Agrianto. DJPenjaskesS1Kelas I-VI

13Sri RejekiBahasa InggrisD2Kelas I-VI

14Melda FitrianiTUD2-

b. Keadaan SiswaKeadaan siswa-siswi SDN Pakulonan Barat II Tangerang sangat bervariatif. Dari kelas I s/d V terdapat dua kelas yakni kelas A dan kelas B, hanya kelas VI yang memiliki satu kelas saja. Adapun keadaan siswa-siswi SDN Pakulonan Barat II Tangerang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:Tabel. 8Tabel keadaan siswa SDN Pakulonan Barat II TangerangNoKelasJumlah SiswaJumlah Total

LP

1Kelas I 253661

2Kelas II303666

3Kelas III322759

4Kelas IV221840

5Kelas V332861

6Kelas VI202343

B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan pada dua kelas dengan menggunakan pendekatan PAKEM dan Tradisional. Siswa kelas II A (33 orang) belajar menggunakan pendekatan PAKEM dan siswa kelas II B (33 orang ) belajar menggunakan pendekatan tradisional. Penelitian ini melibatkan guru kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang berperan sebagai observer dan peneliti menerapkan model pembelajaran.Data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian yaitu berupa data hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar yang diberikan sebagai tes kemampuan awal (pretes) dan tes kemampuan akhir (postes). Penelitian ini juga didukung dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati dan menilai setiap siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung serta pemberian angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan teknik pembelajaran. Berikut data hasil penelitian yang diperoleh: a. Praktik PAKEM dengan Pendekatan Kooperatif (Teknik Jigsaw)Penerapan pembelajaran PAKEM pendekatan kooperatif teknik Jigsaw pada kelas II A, siswa terlibat langsung dalam mempelajari dan memahami materi, siswa secara aktif bersama-sama siswa yang lain membahas dan memahami materi dalam kelompok.

Pada pokok bahasan Energi yang sering digunakan siswa kelas II A dengan penerapan PAKEM pendekatan kooperatif Pembelajaran tahap pertama guru menyampaikan materi energi yang sering digunakan, tahap kedua siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing berjumlah 5-6 orang, dimana setiap kelompok membahas dan mempelajari serta memahami secara bersama-sama materi yang telah ditentukan. Pada penerapan pembelajaran kooperatif ini materi pokok energi yang sering digunakan dibagi menjadi dua kali pertemuan, materi diskusi pertemuan pertama penerapan Pembelajaran kooperatif yaitu membahas tentang sumber energi dan alat-alatnya yang sering digunakan di rumah. Sedangkan materi pada pertemuan kedua penerapan teknik ini yaitu membahas tentang alasan-alasan penggunaan sumber energi.Tahap ketiga penerapan Pembelajaran kooperatif, diskusi kelompok dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang kemudian berdiskusi dan saling membantu satu dengan yang lain dalam kelompoknya agar dapat memahami secara bersama-sama materi yang telah ditentukan, tahap keempat setelah diskusi kelompok dilakukan persentasi kelas dimana setiap kelompok mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya dalam kelas dan tahap kelima dilakukan tes kemampuan akhir pada pertemuan kedua untuk mengetahui hasil belajar siswa.Penerapan Pembelajaran PAKEM dilakukan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama penerapan Pembelajaran PAKEM, suasana kelas terlihat kurang kondusif, siswa masih tampak enggan dan malu untuk aktif dalam diskusi, kerjasama siswa kurang terbentuk baik dalam diskusi kelompok maupun dalam persentasi kelas, namun dari segi alokasi waktu penerapan teknik ini sudah cukup sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada pertemuan kedua penerapan PAKEM Pembelajaran kooperatif siswa sudah nampak terbiasa dengan penerapan teknik ini, dalam diskusi maupun persentasi kelas pada pertemuan ini siswa tampak sudah dapat bekerjasama dengan cukup baik dan bertanggung jawab, siswa sudah lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun memberikan gagasan dan menjawab pertanyaan, serta alokasi waktu yang telah sesuai dengan rencana pembelajaran. Pada pembelajaran PAKEM guru memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa dan kelompok yang berprestasi baik dalam hasil belajar, kerjasama, keaktifan maupun tanggung jawab dalam melakukan tugas dan menghargai pendapat orang lain.

b. Praktik Pembelajaran dengan Pendekatan Tradisional (Ceramah)Penerapan pembelajaran tradisional metode ceramah dan penugasan dengan LKS pada kelas II B, siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas, sesekali guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa yang merasa belum jelas. Pada pokok bahasan Energi yang sering digunakan siswa kelas II B dengan metode ceramah dan penugasan, dilakukan dalam dua pertemuan, pertemuan pertama guru menjelaskan materi dengan berceramah di depan kelas lalu berdiskusi kepada siswa, setelah memberikan tugas yang terdapat dalam lembar kerja siswa (LKS) materi energi yang sering digunakan. Pada pertemuan kedua guru mengadakan tes hasil pembelajaran dengan memberikan soal-soal berkenaan dengan materi pokok, yaitu energi yang sering digunakan.

2. Data Hasil Belajar IPA SiswaData-data hasil belajar IPA siswa yang dikumpulkan penulis dalam penelitian dengan pemberian soal tes kemampuan awal (pretes) dan tes kemampuan akhir (postes) siswa dari 2 kelompok yang berbeda, dapat dilihat pada tabel dan histogram dibawah ini:

Tabel 9Data Hasil Belajar Siswa Pretes dan PostesKelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen (II A) (Pendekatan PAKEM)Kelas Kontrol (II B)(Pendekatan Tradisional)

No. SiswaPretes (X1)Postes(X2)Gain (dx)No. SiswaPretes (Y1)Postes (Y2)Gain (dy)

1 2.0 6.0 4.0 1 1.5 5.5 4.0

2 2.0 5.0 3.0 2 1.5 4.5 3.0

3 2.5 7.0 4.5 3 2.0 6.5 4.5

4 2.5 5.5 3.0 4 2.5 5.5 3.0

5 2.5 7.0 4.5 5 2.5 5.0 2.5

6 3.0 4.5 1.5 6 2.5 6.0 3.5

7 3.0 8.0 5.0 7 3.0 7.5 4.5

8 3.0 6.5 3.5 8 3.0 6.0 3.0

9 3.0 7.0 4.0 9 3.5 6.0 2.5

10 3.0 5.5 2.5 10 3.5 7.0 3.5

11 3.0 7.5 4.5 11 3.5 6.5 3.0

12 3.0 6.5 3.5 12 3.5 6.5 3.0

13 3.5 7.5 4.0 13 4.0 5.0 1.0

14 3.5 7.5 4.0 14 4.0 7.0 3.0

15 3.5 7.5 4.0 15 4.0 6.0 2.0

16 3.5 7.5 4.0 16 4.0 7.0 3.0

No. SiswaPretes (X1)Postes(X2)Gain (dx)No. SiswaPretes (Y1)Postes (Y2)Gain (dy)

17 3.5 6.0 2.5 17 4.0 6.5 2.5

18 3.5 6.0 2.5 18 4.0 7.5 3.5

19 3.5 6.5 3.0 19 4.0 6.0 2.0

20 4.0 7.0 3.0 20 4.0 7.0 3.0

21 4.0 7.5 3.5 21 4.0 6.5 2.5

22 4.0 6.5 2.5 22 4.5 6.5 2.0

23 4.0 7.0 3.0 23 4.5 6.0 1.5

24 4.0 5.0 1.0 24 4.5 7.5 3.0

25 4.5 7.0 2.5 25 4.5 7.0 2.5

26 4.5 8.0 3.5 26 4.5 6.5 2.0

27 4.5 6.0 1.5 27 4.5 8.0 3.5

28 4.5 8.5 4.0 28 5.0 5.0 0.0

29 4.5 6.5 2.0 29 5.0 6.5 1.5

30 4.5 6.5 2.0 30 5.0 8.5 3.5

31 5.0 7.0 2.0 31 5.0 6.0 1.0

32 5.0 7.0 2.0 32 5.5 8.0 2.5

33 5.5 9.0 3.5 33 6.0 8.5 2.5

Jml120223104Jml12721588

Rata-Rata3.626.763.14Rata-Rata3.856.522.67

Gambar 1Data Hasil Belajar IPA Kelas IIdengan Pembelajaran PAKEM dan Tradisional

6,766,52

3,85

3,62

TradisionalPAKEM

3. Data Hasil PengamatanHasil belajar siswa melalui pengamatan (penilaian lembar observasi) yang dilakukan oleh dua orang observer dalam bentuk deskriptif untuk mengetahui sikap siswa selama pembelajaran, dapat disajikan dalam tabel berikut:Tabel 10 Data Hasil Pengamatan (Observasi)

NoAspekIndikatorKelas

EkspKontrol

1Rasa InginTahuMengajukan pertanyaan32

Mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah22

2KeberanianBerani mengemukakan pendapat22

Berani mempertahankan pendapat22

Berani Mengakui kasalahan dalam mengemukakan pendapat33

3SifatMenghargaiMenghargai pendapat orang lain33

Santun dalam mengemukakan pendapat33

Tidak menjatuhkan orang lain22

Jumlah2019

Rata-rata32

Dengan Kriteria penilaian :4= Sangat Baik3= Baik2= Cukup Baik1= Jelek

Hasil pengamatan observer terhadap kedua kelas tersebut, yaitu pada kelas Eksperimen menunjukkan bahwa sikap siswa selama proses belajar baik dan aktif sedangkan pada kelas tradisional sikap siswa cukup baik dalam mengikuti pembelajaran dan diskusi, hal ini terlihat dari nilai rata-rata data pengamatan dengan aspek yang dinilai yaitu: rasa ingin tahu siswa dengan indikator yaitu mengajukan pertanyaan dan mengajukan gagasan dalam memecahkan masalah, aspek keberanian siswa dengan indikator yaitu berani mengemukakan pendapat, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan dalam mengemukakan pendapat, aspek sifat menghargai siswa dengan indikator yaitu menghargai pendapat orang lain, santun dalam mengemukakan pendapat dan tidak menjatuhkan pendapat orang lain.

4. Data Hasil Angket Tanggapan SiswaPenelitian ini juga didukung oleh angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan kedua teknik pembelajaran tersebut yang diberikan kepada perwakilan siswa dari kelas masing-masing, data berdasarkan indikator angket dan alternatif jawaban maka disimpulkan sebagai berikut:a. Berdasarkan indikator untuk mengetahui minat siswa pada pelajaran IPA maka diperoleh keterangan bahwa umumnya kelas II A yang diajarkan dengan pendekatan PAKEM mengatakan bahwa mereka menyukai pelajaran IPA sedangkan pada kelas II B yang diajarkan dengan metode tradisional mereka umumnya menyatakan bahwa mereka kurang menyukai pelajaran IPA dan kesulitan untuk memahami materinya.

b. Dari indikator untuk mengetahui tanggapan siswa pada tahap-tahap dalam penerapan teknik pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa umumnya siswa menyukai semua tahap dalam kedua teknik pembelajaran tersebut yaitu pendekatan PAKEM dan Tradisional.

c. Indikator untuk mengetahui pengaruh penerapan teknik pembelajaran terhadap proses pembelajaran maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan pendekatan PAKEM membantu siswa dalam memahami materi pelajaran, sedangkan metode tradisional tidak memudahkan dalam memahami pelajaran.

d. Hasil indikator untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran PAKEM maka disimpulkan bahwa siswa mengatakan menyukai dan merasa cocok dan menyetujui jika pembelajaran tersebut PAKEM diterapkan pada mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lain, meskipun bagi mereka kedua teknik pembelajaran tersebut merupakan hal yang baru.

5. Pengaruh Pendekatan PAKEM Dan Pembelajaran Tradisional Terhadap Hasil BelajarDari gambaran data di atas yang diperoleh maka dilakukan perhitungan untuk pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. berikut data dan hasil perhitungan dengan uji t:

Tabel 11Analisis DataHasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji t penelitian.

KelasJumlahthitungttabelKeputusan

0,05EksperimenMx= 3,14X2= 32,1411,092,00Ha diterima

KontrolMy= 2,67Y2= 30,33

Keterangan : : Taraf signifikanMx: Mean Kelas EksperimenX2: Standar Deviasi Kelas EksperimenMy: Mean Kelas KontrolY2: Standar Deviasi Kelas KontrolDari data tabel di atas nilai-nilai yang diperoleh didistribusikan ke dalam rumus uji t dan diperoleh thitung 11,09 dan nilai ttabel 2,00 hal ini berarti thitung > ttabel, maka Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang antara yang diajar melalui pendekatan PAKEM dengan pembelajaran tradisional diterima dan Ho yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang antara yang diajar melalui pendekatan PAKEM dengan pembelajaran Tradisional ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar melalui pendekatan PAKEM dengan pembelajaran Tradisional, sedangkan hasil perhitungan rata-rata (mean) peningkatan hasil belajar siswa antara kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan Pendekatan PAKEM lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan Pembelajaran Tradisional yaitu mean peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen 3,14 dan mean peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol 2,67.C. Pembahasan Hasil PenelitianHasil analisis data menunjukkan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas II A yang diajarkan dengan menggunakan Pendekatan PAKEM yaitu 3,14 dan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas II B yang diajarkan dengan Pembelajaran Tradisional yaitu 2,68 dengan nilai thitung 11,09 dan nilai ttabel 2,00, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajarkan melalui Pendekatan PAKEM dengan Pembelajaran Tradisional, yaitu bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan melalui Pendekatan PAKEM lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan Pembelajaran Tradisional. Hal ini dimungkinkan karena pendekatan pembelajaran kooperatif Pendekatan PAKEM lebih banyak menekankan kepada tanggung jawab pribadi sebagai kelompok ahli yang harus menguasai dan mengajarkan serta memberikan pemahaman materi yang telah ia pelajari kepada teman kelompoknya yang lain sehingga setiap siswa mempunyai tanggung jawab agar setiap kelompoknya memahami materi secara keseluruhan. Sedangkan pada pembelajaran Tradisional tanggung jawab yang diberikan adalah memahami dan menyelesaikan suatu tugas secara mandiri saja.

BAB VPENUTUP

A. KesimpulanDari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan model PAKEM dengan pembelajaran kooperatif pada pelajaran IPA siswa kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang dilaksanakan dengan baik dan mendapatkan respon yang fositif dari siswa, ini dapat dilihat dari hasil observasi dimana siswa merasa senang dengan pembelajaran IPA dengan model PAKEM.2. Berdasarkan hasil pengamatan prestasi belajar siswa meningkat, baik secara kognitif maupun secara sikap. Ini bisa dilihat dari sikap siswa pada saat belajar yang sudah tidak pasif lagi, berani berdiskusi, mengemukakan pendapat dan lain-lain.3. 67Dari hasil perhitungan hasil pretest dan postes dan didistribusikan ke dalam rumus uji t dan diperoleh thitung 11,09 dan nilai ttabel 2,00 hal ini berarti thitung > ttabel, maka Ha yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA pada siswa kelas II SD Negeri Pakulonan Barat II Kelapa Dua Tangerang antara yang diajar melalui pendekatan PAKEM dengan pembelajaran tradisional. .sedangkan hasil perhitungan rata-rata (mean) peningkatan hasil belajar siswa antara kedua kelas tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan Pendekatan PAKEM lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang diajarkan dengan menggunakan Pembelajaran Tradisional yaitu mean peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen 3,14 dan mean peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol 2,67.

B. SaranBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diberikan yaitu:1. Pembelajaran PAKEM menjadikan suasana kelas lebih menyenangkan tetapi guru harus tetap mengendalikan suasana kelas agar siswa tetap fokus pada pelajaran, dan tidak bercanda sendiri. Karena suasana kelas yang menyenangkan memang lebih gaduh maka guru harus dapat mengendalikan situasi kelas agar tidak terlalu gaduh, dan mengganggu kelas yang lain.2. Guru harus terus memotivasi siswa dan memantau tingkat pemahaman siswa misalnya dengan memberikan pertanyaan kreatif kepada siswa, yang mendorong siswa berpikir kreatif untuk menjawabnya. Pertanyaan kreatif adalah pertanyaan yang tidak diambil dari buku paket atau LKS, sehingga siswa tidak dapat mencari jawaban pertanyaannya. Dengan memberikan pertanyaan yang kreatif maka siswa akan berusaha menjawab pertanyaan itu dengan pemikiran mereka sendiri.3. Penerapan pembelajaran PAKEM yang menggunakan perc