BAB I Stage Construction

6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya portal bertingkat dianalisa secara konvensional dengan metode linier, dimana beban diasumsikan bekerja setelah struktur berdiri secara keseluruhan. Setiap elemen struktur menerima beban pada saat yang bersamaan, sehingga struktur mengalami deformasi sebagai satu kesatuan. Ini berarti seluruh tingkat pada struktur portal memiliki kondisi awal yang sama dimana tegangan awal, gaya luar, dan deformasi struktur adalah nol. Dalam kenyataan di lapangan, pengerjaan suatu struktur adalah bertahap. Portal dikerjakan dalam beberapa tahapan mulai dari tingkat 1 dan seterusnya. Ketika suatu tingkat tertentu sudah selesai dikerjakan, maka tingkat tersebut sudah menerima beban akibat berat sendiri maupun beban pelaksanaan walaupun struktur belum selesai keseluruhan. Akibatnya setiap tingkat mengalami deformasi tidak secara beramaan. Ini berarti bahwa setiap tingkat dianalisis dengan kondisi awal yang berbeda. Tingkat pertama dianalisis dengan kondisi awal nol. Analisis tingkat selanjutnya dimulai dengan kondisi awal yang bukan nol, melainkan sudah terdapat tegangan dan deformasi struktur akibat analisa tingkat sebelumnya. Pada struktur portal yang tidak beraturan dengan kolom yang tidak menerus di salah satu tingkat (ada kolom 1

description

analisis prilaku gedung selama masa konstruksi

Transcript of BAB I Stage Construction

Page 1: BAB I Stage Construction

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya portal bertingkat dianalisa secara konvensional dengan metode

linier, dimana beban diasumsikan bekerja setelah struktur berdiri secara keseluruhan.

Setiap elemen struktur menerima beban pada saat yang bersamaan, sehingga struktur

mengalami deformasi sebagai satu kesatuan. Ini berarti seluruh tingkat pada struktur

portal memiliki kondisi awal yang sama dimana tegangan awal, gaya luar, dan

deformasi struktur adalah nol.

Dalam kenyataan di lapangan, pengerjaan suatu struktur adalah bertahap. Portal

dikerjakan dalam beberapa tahapan mulai dari tingkat 1 dan seterusnya. Ketika suatu

tingkat tertentu sudah selesai dikerjakan, maka tingkat tersebut sudah menerima beban

akibat berat sendiri maupun beban pelaksanaan walaupun struktur belum selesai

keseluruhan. Akibatnya setiap tingkat mengalami deformasi tidak secara beramaan. Ini

berarti bahwa setiap tingkat dianalisis dengan kondisi awal yang berbeda. Tingkat

pertama dianalisis dengan kondisi awal nol. Analisis tingkat selanjutnya dimulai

dengan kondisi awal yang bukan nol, melainkan sudah terdapat tegangan dan

deformasi struktur akibat analisa tingkat sebelumnya.

Pada struktur portal yang tidak beraturan dengan kolom yang tidak menerus di

salah satu tingkat (ada kolom yang dihilangkan), momen balok akibat pengaruh

pembangunan bertahap dapat mencapai dua kali lebih besar dari nilai dengan analisis

konvensional. Demikian juga gaya geser, aksial, serta lendutan yang terjadi akan

sangat berbeda saat tahap pembangunan dibandingkan dengan analisis konvensional.

Perbedaan tersebut akan berpengaruh pada rasio tulangan yang diperlukan oleh

masing-masing komponen struktur. Rasio tulangan yang didapat dari analisis

konvensional akan berbeda jika dibandingkan dengan analisis bertahap, karena

komponen untuk menghitung rasio tulangan yaitu gaya-gaya dalam dari komponen

struktur berbeda. Maka dari itu, struktur perlu dianalisis secara bertahap agar didapat

gaya-gaya dalam yang menjadi dasar perhitungan untuk mendapatkan rasio tulangan

yang benar. Analisis konstruksi bertahap dapat dilakukan dengan mengunakan

software SAP2000 dengan metode analisis bertahap non linier.

1

Page 2: BAB I Stage Construction

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perbandingan hasil gaya-gaya dalam dan deformasi antara metode

konsruksi konvensional dan metode konstruksi bertahap pada struktur rangka

bertingkat dengan kolom tidak beraturan.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Mengetahui perbandingan hasil gaya-gaya dalam dan deformasi antara metode

konsruksi konvensional dan metode konstruksi bertahap pada struktur rangka

bertingkat dengan kolom tidak beraturan.

1.4 Batasan dan Asumsi

Dalam tugas ini, diambil beberapa batasan dan asumsi untuk mempersempit

pembahasan serta untuk mempermuah perhitungan diantaranya sebagai berikut :

1. Struktur dianalisa dengan metode konvensional dan metode konstruksi bertahap.

2. Pada metode konvensional beban yang bekerja adalah beban mati, beban hidup

dan beban gempa (beban tidak terfaktor)

3. Pada metode konstruksi bertahap, selain beban yang bekerja pada konvensional,

juga bekerja beban bekisting, beban pelaksanaan, dan beban beton basah (beban

tidak terfaktor)

4. Tahapan konstruksi diasumsikan sampai 11 tahap yang dijabarkan sebagai

berikut:

Tahap 1, dimana struktur tingkat 1 telah selesai dikerjakan dan bekisting

penahan telah dilepas. Beban mati diasumsikan segera bekerja pada suatu

tingkat ketika beton tingkat tersebut telah kering. Jadi beban yang bekerja

pada tahap ini adalah beban mati akibat berat sendiri dari elemen-elemen

struktur tingkat 1, sedangkan pelat tingkat 1 menerima beban pelaksanaan.

Tahap 2, dimana struktur tingkat 2 dicor. Pelat tingkat 1 menerima tambahan

beban akibat berat konstruksi bekisting dan berat beton basah akibat

pengecoran struktur tingkat 2.

Tahap 3, konstruksi bekisting penahan tingkat 2 dilepas, sehingga beban

konstruksi bekisting dan beton basah pada tingkat 1 tidak bekerja lagi dan

digantikan oleh berat sendiri struktur tingkat 1 dan tingkat 2 serta pelat

tingkat 2 menerima beban pelaksanaan untuk pengerjaan tingkat 3.

2

Page 3: BAB I Stage Construction

Tahap 4, tahap dimana struktur tingkat 3 dicor, sehingga pelat lantai 2

menerima beban konstruksi bekisting dan beban beton basah akibat

pengecoran tingkat 3. Pada tahap ini juga dikerjakan beban tembok pada

struktur tingkat 1.

Tahap 5, konstruksi bekisting penahan tingkat 3 dilepas, sehingga beban

konstruksi bekisting dan beton basah tidak bekerja lagi pada tingkat 2. Pada

pelat lantai tingkat 1 dikerjakan beban finishing. Pada pelat tingkat 3

dikerjakan beban pelaksanaan. Beban mati akibat berat sndiri struktur tetap

bekerja dari tingkat 1 sampai tingkat 3.

Tahap 6, tahap pengecoran struktur tingkat 4, sehingga pelat lantai 3

menerima beban konstruksi bekisting dan beban beton basah akibat

pengecoran struktur tingkat 4. Pada tahap ini juga dikerjakan beban tembok

pada struktur tingkat 2.

Tahap 7, konstruksi bekisting penahan tingkat 4 dilepas, sehingga beban

konstruksi bekisting dan beton basah tidak bekerja lagi pada tingkat 3. Pada

pelat lantai tingkat 2 dikerjakan beban finishing. Pada pelat tingkat 4

dikerjakan beban pelaksanaan. Beban mati akibat berat sndiri struktur tetap

bekerja dari tingkat 1 sampai tingkat 4.

Tahap 8, tahap pengecoran struktur tingkat 5, sehingga pelat lantai 4

menerima beban konstruksi bekisting dan beban beton basah akibat

pengecoran struktur tingkat 5. Pada tahap ini juga dikerjakan beban tembok

pada struktur tingkat 3.

Tahap 9, konstruksi bekisting penahan tingkat 5 dilepas, sehingga beban

konstruksi bekisting dan beton basah tidak bekerja lagi pada tingkat 4. Pada

pelat lantai tingkat 3 dikerjakan beban finishing. Pada pelat tingkat 5

dikerjakan beban pelaksanaan. Beban mati akibat berat sndiri struktur tetap

bekerja dari tingkat 1 sampai tingkat 5.

Tahap 10, pada tahap ini seluruh tingkat struktur telah selesai dikerjakan tapi

finishing dan temboknya belum, maka dikerjana beban tembok pada struktur

tingkat 4 dan beban finishing pada struktur tingkat 4 dan 5.

Tahap 11, tahap terakhir dari analisis dimana sturktur telas selesai dibangun

dan siap ditempati. Maka dikerjakan beban hidup pada seluruh struktur dan

beban gempa dengan asumsi terjadi gempa saat kondisi gedung penuh.

3

Page 4: BAB I Stage Construction

5. Besaran beban-beban yang bekerja diambil dari PPIUG tahun 1987, perhitungan

manual untuk beban beton basah, serta SNI 1726 2012 untuk beban gempa.

6. Hasil analisa perbandingan yang ditinjau adalah gaya-gaya dalam serta deformasi

struktur

7. Serta perbandingan deformasi lateral pada tiap tingkat

4