Bab i Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat

24
SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 1 BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN Standar Kompetensi: Memahami sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan 1.1 Definisi Sosiologi a. Berdasarkan etimologi (kebahasaan/asal kata) Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya ”kawan” atau ”teman” dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”, dengan demikian Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Kawan dalam pengertian ini memiliki makna yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari- hari, yang mana kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih yang berusaha atau bekerja bersama atau saling membantu, di sini kawan meliputi seluruh macam hubungan antar-manusia secara individu maupun kelompok, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang berbentuk kerjasama maupun yang berupa permusuhan atau konflik. Berdasarkan uraian di atas, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar- manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial, sehingga sosiologi secara singkat dapat dirumuskan sebagai ilmu tentang masyarakat dan hubungan sosial. b. Definisi menurut para ahli sosiologi Secara umum sosiologi dapat diberi batasan sebagai studi tentang kehidupan sosial manusiad dan kelompok atau masyarakat. Berikut dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi. Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar-manusia. Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antar-manusia dalam kelompok. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari: (1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, (2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi, dan sebagainya, dan (3) ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat

Transcript of Bab i Sosiologi Sebagai Ilmu Tentang Masyarakat

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 1

    BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU YANG MEMPELAJARI MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN Standar Kompetensi: Memahami sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan 1.1 Definisi Sosiologi

    a. Berdasarkan etimologi (kebahasaan/asal kata) Secara kebahasaan nama sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya kawan atau teman dan logos, yang artinya kata, berbicara, atau ilmu, dengan demikian Sosiologi berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Kawan dalam pengertian ini memiliki makna yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari, yang mana kawan hanya digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih yang berusaha atau bekerja bersama atau saling membantu, di sini kawan meliputi seluruh macam hubungan antar-manusia secara individu maupun kelompok, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang berbentuk kerjasama maupun yang berupa permusuhan atau konflik. Berdasarkan uraian di atas, sosiologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial, sehingga sosiologi secara singkat dapat dirumuskan sebagai ilmu tentang masyarakat dan hubungan sosial. b. Definisi menurut para ahli sosiologi Secara umum sosiologi dapat diberi batasan sebagai studi tentang kehidupan sosial manusiad dan kelompok atau masyarakat. Berikut dikemukakan definisi sosiologi dari beberapa ahli sosiologi. Van der Zanden memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah

    tentang interaksi antar-manusia. Roucek dan Warren mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari

    hubungan antar-manusia dalam kelompok. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari:

    (1) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya, (2) hubungan dan pengaruh timbal-balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial, misalnya pengaruh iklim terhadap watak manusia, pengaruh kesuburan tanah terhadap pola migrasi, dan sebagainya, dan (3) ciri-ciri umum dari semua jenis gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 2

    Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam bukunya yang berjudul Setangkai Bunga Sosiologi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial merupakan jalinan atau konfigurasi unsur-unsur sosial yang pokok dalam masyarakat, seperti: kelompok-kelompok sosial, kelas-kelas sosial, kekuasaan dan wewenang, lembaga-lembaga sosial maupun nilai dan norma sosial. Proses sosial merupakan hubungan timbal-balik di antara unsur-unsur atau bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat melalui interaksi antar-warga masyarakat dan kelompok-kelompok. Sedangkan perubahan sosial meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada struktur sosial dan proses-proses sosial.

    1.2 Sejarah dan Perkembangan Sosiologi

    a. Sejarah kelahiran sosiologi Sebagai ilmu, sosiologi masih cukup muda, bahkan paling muda di antara ilmu-ilmu sosial yang lain. Walaupun sebenarnya pada akhir abad pertengahan adalah seorang tokoh bernama Ibnu Khaldun (1332-1406), yang mengemukakan tentang beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah. Menurut beberapa sosiolog, Ibnu Khaldun lah yang lebih tepat sebagai Bapak Sosiologi, karena jauh sebelum Comte ia telah mengemukakan tentang prinsip-prinsip sosiologi dalam bukunya yang berjudul Muqodimah. Namun, tokoh yang oleh banyak pihak dianggap sebagai Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis yang lahir pada tahun 1798 dan meninggal pada tahun 1853.

    Auguste Comte mencetuskan pertama kali nama sociology dalam bukunya yang berjudul Positive Philoshopy yang terbit pada tahun 1838 (Sebenarnya ada tokoh lain, yaitu John Stuart Mill yang mengusulkan nama ilmu baru itu adalah Ethologi, tetapi yang lebih banyak diterima adalah sosiologi). Pada waktu itu Comte menganggap bahwa semua penelitian tentang masyarakat telah mencapai tahap terakhir, yakni tahap ilmiah atau tahap positif, oleh karenanya ia menyarankan semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi ilmu yang berdiri sendiri, lepas dari filsafat yang merupakan induknya. Pandangan Comte yang dianggap baru pada waktu itu adalah bahwa sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis, dan bukan pada kekuasaan serta spekulasi. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya. Tahap pertama dinamakan tahap theologis, kedua adalah tahap metafisik, dan ketiga adalah tahap positif. Pada tahap pertama manusia menafsirkan gejala-gelajala di sekelilingnya secara teologis, yaitu

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 3

    dengan kekuatan adikodrati yang dikendalikan oleh roh, dewa, atau Tuhan yang Maha Kuasa. Pada tahap kedua manusia mengacu pada hal-hal metafisik atau abstrak, dan pada tahap ketiga manusia menjelaskan fenomena-fenomena ataupun gejala-gejala dengan menggunakan metode ilmiah, atau didasarkan pada hukum-hukum ilmiah. Di sinilah sosiologi sebagai penjelasan ilmiah (positif) mengenai masyarakat, dank arena pandangannya ini, maka Comte juga dikenal sebagai Bapak Positivisme. Dalam sistematika Comte, sosiologi terdiri atas dua bagian besar, yaitu: (1) sosiologi statik, dan (2) sosiologi dinamik. Sosiologi statik diibaratkan dengan anatomi sosial/masyarakat, sehingga yang dibicarakan adalah tentang unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuk masyarakat, seperti nilai dan norma sosial, kelompok dan kelas sosial, dan lembaga sosial, sedangkan sosiologi dinamik berbicara tentang proses-proses yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat, seperti interaksi, asosiasi, diferensiasi, sosialisasi, institusionalisasi, dan sebagainya, termasuk perubahan-perubahan sosial. b. Perkembangan Sosiologi setelah Comte Istilah sosiologi menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat jasa dari Herbert Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul Principles of Sociology (1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian masyarakat. Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang ilmuwan Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method. Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu. Dalam suatu jenis bunuh diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan oleh derajat integrasi sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer, dapat saja seorang anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan satuannya. Sebaliknya, dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah, akan mengakibatkan terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Derajat integrasi sosial yang rendah dapat disebabkan oleh lemahnya ikatan agama ataupun keluarga. Seseorang dapat saja melakukan bunuh diri karena tidak tahan menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, di lain sisi ia merasa tidak mempunyai ikatan apapun dengan anggota keluarga atau masyarakat yang lain. Pada masyarakat yang dilanda kekacauan, anggota-anggota masyarakat yang merasa bingung karena tidak adanya norma-norma yang dapat dijadikan pedoman untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 4

    hidupnya, dapat saja melakukan bunuh diri jenis anomie (anomic suicide). Berbagai macam jenis bunuh diri ini, oleh Durkheim dinyatakan sebagai peristiwa yang terjadi bukan karena faktor-faktor internal individu, melainkan dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu, yang disebut fakta sosial.. Banyak pihak kemudian mengakui bahwa Durkheim sebagai Bapak Metodologi Sosiologi. Durkheim bukan saja mampu melambungkan perkembangan sosiologi di Perancis, tetapi bahkan berhasil mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilimiah (sains) yang terukur, dapat diuji, dan objektif. Menurut Durkheim, tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut fakta sosial. Fakta sosial adalah cara-cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berasal dari luar individu, tetapi memiliki kekuatan memaksa dan mengendalikan individu. Fakta sosial dapat berupa kultur, agama, atau isntitusi sosial. Perintis sosiologi yang lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan Weber berbeda dari Durkheim yang lebih menekankan pada penggunaan metodologi dan teknik-teknik pengukuran kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu. Wever lebih menekankan pada pemahaman di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor internal individu. Misalnya tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan perilaku individu yang diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna subjektif bagi aktor atau pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya dimengerti oleh pelakukunya. Tugas sosiologi adalah mencari penjelasan tentang makna subjektif dari tindakan-tindakan sosial yang dilakukan oleh individu.

    1.3 Karakteristik Sosiologi

    Sebagai ilmu, sosiologi memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi: a. Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora. Ilmu sosial

    merupakan ilmu yang objeknya adalah masyarakat (contohnya sosiologi, ilmu politik, ekonomi, komunikasi, psikologi sosial, geografi sosial, hubungan internasional, dan sebagainya), ilmu kealaman objeknya adalah gejala-gejala alam baik yang bersifat fisik, khemis, maupun biologis (contohnya: fisika, kimia, biologi, geografi alam, geologi, astronomi, matematika, antropologi ragawi, dan sebagainya), sedangkan ilmu humaniora objeknya adalah manusia dan segenap aspeknya (contoh: sejarah, antropologi budaya, filsafat, seni, agama, sastra dan bahasa).

    b. Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya sosiologi berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan agama atau pendidikan moral.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 5

    c. Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur masyarakat.

    d. Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science), bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Ilmu murni merupakan ilmu yang kajian-kajiannya tidak dapat secara langsung digunakan/diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ilmu murni adalah sosiologi, sejarah, politik, astronomi, biologi, fisika, kimia, dan sebagainya; sedangkan ilmu terapan adalah ilmu yang kajian-kajiannya dapat secara langsung digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti akuntansi, kedokteran, farmasi, komunikasi, navigasi, dan sebagainya.

    e. Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bersifat teoritis. Dalam hal ini objek sosiologi bukanlah benda-benda fisik atau yang secara nyata tampak oleh mata kepala, melainkan bersifat imajiner, sehingga sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Misalnya tentang struktur sosial masyarakat yang terdiri atas lapisan atas, menengah, dan bawah; pengertian atas, menengah, dan bawah ini merupakan abstraksi dari kenyataan dalam masyarakat dan bersifat imaginer.

    1.4 Metode Sosiologi

    a. Sosiologi adalah ilmu, bukan akal sehat (common sense), tahayul (superstition), gagasan (idea), atau faham (ideology)

    Ilmu (science) berbeda dengan pengetahuan (knowledge). Ilmu merupakan pengetahuan yang tersusun sistematik dengan menggunakan kekuatan pemikiran dan selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Sedangkan pengetahuan merupakan kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan tidak sama dengan kepercayaan dan takhayul. Pengetahuan juga berbeda dengan gagasan (buah fikiran). Meskipun demikian, buah fikiran atau gagasan merupakan bahan yang berharga bagi seorang ilmuwan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Pengetahuan juga berbeda dengan akal sehat (common sense), yakni kumpulan dugaan, firasat ataupun gagasan yang didasarkan pada ketidaktahuan ataupun prasangka. Apabila kita menyebutnya sebagai akal sehat, maka kita merasa tidak perlu pembuktian, karena dianggap sudah dibuktikan oleh pengalaman.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 6

    Perhatikan perbandingan antara akal sehat dengan ilmu dalam menelaah persoalan berikut.

    Akal sehat mengatakan kepada kita, bahwa:

    Penelaahan ilmiah menemukan:

    Pria lebih tahan terhadap penderitaan dan tantangan dari pada wanita

    Ketahanan antara pria dan wanita terhadap tantangan dan penderitaan adalah sama

    Pilek disebabkan oleh hawa dingin dan kaki basah

    Pilek disebabkan oleh virus

    Karakter seseorang tampak dari raut mukanya

    Tidak ada hubungan antara raut muka dengan karakteristik kepribadian

    Seseorang yang menipu dalam permainan kartu akan menipu pula dalam pekerjaan

    Kejujuran seseorang dalam suatu situasi hanya sedikit mengungkapkan perilaku orang dalam situasi yang lain

    Singkirkan rotan maka manjalah anak Anak nakal lebih banyak punya pengalaman dihukum dengan keras dari pada anak yang tidak nakal

    Orang-orang jenius atau hampir jenius pada umumnya lembut, tidak praktis, tidak stabil dan tidak sukses

    Tingkat kesehatan, penyesuaian emosi dan pendapatan kelompok jenius atau hampir jenius di atas rata-rata

    Orang-orang kulit hitam terutama berbakat dalam musik, tetapi kurang dalam kecerdasan

    Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang perbedaan rasial dalam kecerdasan

    Sumber: Horton dan Hunt, 1999, hal. 5.

    b. Metode Sosiologi

    Sebagai ilmu, sosiologi memiliki cara kerja yang sistematik untuk memahami berbagai fenomena, permasalahan atau issue yang terjadi dalam hubungan antar-manusia dalam masyarakat. Dari sejarahnya, sosiologi memang berawal dari gejolak masyarakat yang terjadi setelah revolusi industri, di mana banyak orang kemudian meninggalkan desa menuju kota (urbanisasi), ikatan mereka terhadap lahan pertanian dan cara-cara baku memenuhi kebutuhan terputus, dan kota menyambut para urbanit dengan kondisi pekerjaan yang kadang mengerikan: upah rendah, jam kerja yang sangat panjang dan melelahkan, dan kadang cukup berbahaya, sistem kerja kontrak, out-sourching, dan sebagainya, yang menghilangkan sisi kehidupan sosial manusia. Masyarakat merasa perlu untuk merevisi cara hidup demikian, dan untuk keperluan itu memerlukan ilmu pengetahuan tentang masyarakat, maka dibutuhkanlah sosiologi.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 7

    Meskipun merupakan ilmu murni, bukan berarti sosiologi tidak dapat berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai ilmu pengetahuan yang objeknya masyarakat, sosiologi paling tidak mempunyai kegunaan dalam bidang perencanaan pembangunan masyarakat (social engineering) dan penelitian sosial yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam rangka hubungan antar-manusia dalam masyarakat, di samping memang pada akhir-akhir ini muncul sosiologi terapan. Dalam hubungan ini, C. Wright Mills memperkenalkan perspektif sosiologi dengan apa yang disebut sebagai the sociological imagination (khayalan sosiologis), yakni suatu khayalan yang memungkinkan kita untuk memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi dan hubungan antara keduanya. Misalnya tentang bagaimana pekerjaan, penghasilan, pendidikan, gender, usia, bahkan ras, etnis, atau kelompok di mana seseorang menjadi anggotanya, mempengaruhi cara hidup seseorang. Memang tidak selamanya kebenaran ataupun pemecahan masalah diperoleh melalui prosedur atau metode ilmiah. Ada proses-proses non-ilmiah, antara lain: (1) Penemuan kebenaran secara kebetulan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penemuan-penemuan besar yang banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia di dunia ini ditemukan secara kebetulan. Apakah benua Amerika merupakan penemuan sistematik dari seorang Columbus? Bahkan, enzim urease yang amat berguna bagi manusia ditemukan secara kebetulan oleh Dr. J.S. Summers ketika ia sedang bekerja dengan ekstrak aceton dan bergegas ke lapangan tenis ia menyimpannya ke dalam kulkas. Ketika ia ingin meneruskan pekerjaannya dengan ekstrak tersebut dan membuka kulkas, dilihatnya telah timbul kristal-kristal pada esktrak tersebut; (2) Common sense. Bahwa daging kambing dapat meningkatkan libido seksual, bahwa hukuman merupakan alat utama dalam pendidikan anak, maka menyingkirkan rotan berarti memajakan anak, bahwa pria lebih tahan terhadap tantangan dan penderitaan dari pada wanita, bahwa penyakit pilek disebabkan oleh hawa dingin dan kaki basah, bahwa orang yang menipu ketika bermain kartu akan menipu pula dalam pekerjaannya, bahwa industrialisasi mengancam religiusitas, bahwa orang berkacamata adalah orang yang cerdas, orang kulit hitam berbakat dalam musik tetapi kurang dalam kecerdasan, bahwa orang cerdas susah diatur untuk melangsungkan upacara bendera, dan seterusnya adalah common sense. Common sense adalah kumpulan gagasan atau dugaan, firasat dan hasil belajar coba-coba dari sekelompok masyarakat yang tidak diketahui asal-usulnya dan apa yang melandasi dugaan atau gagasan tersebut, namun diikuti begitu saja. Banyak juga common sense yang baik, masuk akal (sehingga sering disebut akal sehat), sederhana dan bermanfaat. Namun banyak juga yang tidak benar dan tidak bermanfaat, dan menghasilkan prasangka, misalnya tentang ras, bahwa ras kulit hitam tidak lebih cerdas dari ras kulit putih; (3) Menemukan kebenaran melalui intuisi. Intuisi merupakan manifestasi intelegensi yang metarasional (Hidayat Nata atmadja, 1982:

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 8

    22). Kebenaran melalui intuisi diperoleh secara cepat tanpa melalui langkah-langkah sistematik, penalaran, proses berfikir ataupun perenungan; (4) Kebenaran wahyu (revelasi). Menurut comte, sebelum orang berfikir positif, maka adalah tahapan theologis dan metafisika, bahwa segala sesuatu lebih banyak ditentukan oleh sesuatu yang bersifat ghaib dan berada di luar kemampuan manusia. Wahyu diturunkan oleh Allah melalui para nabi dan rasul, sehingga bukan merupakan usaha penalaran manusia, maka tidak dapat disebut kebenaran ilmiah. Meskipun demikian bagi orang-orang yang beragama, kebenaran wahyu merupakan kebenaran yang mutlak dan hakiki. Bahkan disebut sebagai tingkat kebenaran yang tertinggi (the ultimate truth); (5) Penemuan kebenaran melalui trial and error. Ketika ilmu pengetahuan dalam tahap embrional, orang menemukan kebenaran melalui upaya mencoba sesuatu, kemudian apabila ternyata keliru ia akan mencoba lagi, mencoba lagi dan mencoba lagi sampai didapat pemecahan yang dipandang memuaskan. Sutrisno hadi menyatakan bahwa trial and error merupakan perkembangan yang pertama kali dalam tahap-tahap metode ilmiah; (6) Penemuan kebenaran melalui spekulasi. Spekulasi merupakan upaya menemukan kebenaran yang lebih tinggi tingkatnya dari trial and error. Dalam berspekulasi orang sudah mendasarkan diri pada pertimbangan, biarpun pertimbangan tersebut kurang matang dan dikerjakan dalam suasana yang penuh resiko; (7) Kharisma. Pernyataan atau pendapat dari seorang ilmuwan, tokoh atau pemimpin politik yang berbobot tinggi ataupun yang memiliki otoritas dalam suatu bidang ilmu tertentu dan mempunyai banyak pengalaman sering diterima begitu saja tanpa perlu diuji kebenarannya. Bagaimana sosiologi menggambarkan berbagai fenomena ataupun permasalahan yang muncul dalam masyarakat? Tentu berbeda dari cara-cara nonilmiah tersebut. Sebagai ilmu, sosiologi mendasarkan pada bukti yang dapat diuji. Yang dimaksud bukti adalah pengamatan faktual yang dapat dilihat, ditimbang, dihitung dan diperiksa ketelitiannya oleh para pengamat lainnya. Dengan kata lain, sosiologi mendasarkan pada observasi ilmiah sebagai teknik dasar metode ilmiah. Metode atau observasi ilmiah tidaklah sama dengan sekedar melihat sesuatu, tetapi merupakan observasi yang dilakukan secara: (1) cermat, (2) tepat, (3) sistematik, (4) objektif, (5) dilakukan oleh orang-orang yang terlatih, dan (6) dilaksanakan dalam kondisi yang terkendali. John Dewey (1933) memberikan garis-garis besar dari apa yang disebut metode ilmiah yang meliputi lima taraf, yakni: (1) the felt need, (2) the problem, (3) the hypothesis, (4) collection of data as evidence, dan (5) concluding bilief. Kelleymelengkapinya dengan satu taraf lagi, yakni; (6) general value of conclusion. Berikut akan dijelaskan satu per satu. The felt need. Dalam taraf ini orang merasakan kesulitan untuk menyesuaikan dirinya terhadap kebutuhan atau tujuan-tujuan

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 9

    masyarakat, atau untuk menemukan ciri-ciri dari suatu objek, atau untuk menerangkan sesuatu kejadian yang terjadi tiba-tiba dan tidak terduga. The problem. Orang merumuskan kesulitan-kesulitan itu sebagai masalah atau problema, yakni sesuatu yang terjadi dalam kenyataan (das sein) namun tidak sesuai dengan harapan (das sollen), atau sebagai sesuatu yang tidak diketahui who, what, where, when, why dan how-nya. The hypothesis. Langkah yang ketiga adalah mengajukan kemungkinan pemecahannya atau mencoba menerangkannya, berupa terkaan-terkaan, kesimpulan sementara, teori-teori, kesan-kesan umum, atau apapun yang masih belum dapat dipandang sebagai sebuah konklusi yang final. Collection of data as evidence. Selanjutnya bahan-bahan, informasi-informasi, atau bukti-bukti dikumpulkan, dan melalui pengolahan-pengolahan yang logis dan sistematik dijadikan bukti atas hipotesis yang telah dirumuskan. Concluding bilief. Berdasarkan bukti-bukti yang sudah diolah maka akan terbukti hipotesis, teori atau kesan-kesan yang telah dirumuskan apakah benar atau salah, diterima atau ditolak. General value of the conclusion. Akhirnya, apabila suatu pemecahan masalah telah dipandang tepat, maka disimpulkan implikasi-implikasinya untuk masa depan. Metode kualitatif dan kuantitatif Seperti halnya ilmu sosial yang lain, sosiologi menawarkan dua macam metode, yakni: (1) kualitatif, dan (2) kuantitatif. Metode kualitatif berupaya menjelaskan makna dari fenomena-fenomena atau peristiswa-peristiwa yang nyata terjadi dalam masyarkat namun sukar diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak. Sedangkan metode kuantitatif berupaya menjelaskan fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat menggunakan data yang berupa angka-angka. Metode kuantitatif dalam sosiologi diperkenalkan olehEmmile Durkheim (1968) dalam penelitiannya tentang laju bunuh diri. Durkheim menggambarkan laju bunuh diri dengan angka bunuh diri dalam tiap masyarakat yang dari tahun ke tahun cenderung konstan. Laju bunuh diri dipengaruhi oleh derajat integrasi sosial, sehingga adalah: (1) bunuh diri altruistik, terjadi karena derajat integrasi sosial yang terlalu kuat, (2) bunuh diri egoistik, terjadi ketika derajat integrasi sosial terlalu lemah, dan (3) bunuh diri anomi, terjadi karena masyarakat tidak memberikan pegangan kepada seseseorang. Prosedur deduktif dan induktif

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 10

    Berbeda dengan antropologi yang cenderung meneliti pada masyarakat yang kecil-kecil kemudian hasilnya diterapkan untuk masyarakat yang lebih besar (induktif), sosiologi lebih cenderung untuk menggunakan main atau grand teori untuk diterapkan pada masyarakat-masyarakat yang lebih kecil (deduktif). Tapi pada dasarnya dua cara atau metode berfikir ini digunakan dalam sosiologi maupun antropologi. Bagaimana data sosiologi dikumpulkan, dianalisis, diinterpretasi, dan akhirnya diambil simpulan? Dalam usaha mengumpulkan data yang dapat menghasilkan temuan-temuan baru, para ahli sosiologi memperhatikan tahap-tahap penelitian, yang saling berkaitan secara erat. Sebelum melakukan suatu penelitian terlebih dahulu harus dilakukan peninjauan terhadap bahan-bahan pustaka untuk mengetahui penemuan-penemuan sebelumnya. Setelah merumuskan tujuan penelitian, peneliti harus menentukan metode pengumpulan data yang akan digunakannya. Dalam ilmu-ilmu sosial dikenal bebagai metode pengumpulan data, seperti metode survai serta beberapa metode nonsurvai seperti metode riwayat hidup, studi kasus, analisa isi, kajian data yang telah dilumpulkan oleh pihak lain, dan eksperimen. Dalam penelitian survai hal-hal yang diteliti dituangkan dalam suatu daftar pertanyaan. Teknik survai mengandung persamaan dengan sensus; namun pada sensus yang menjadi subyek wawancara adalah seluruh populasi sedangkan dalam teknik survai daftar pertanyaan diajukan pada sejumlah subyek penelitian yang dianggap mewakili populasi (sampel). Pengamatan (observasi) merupakan teknik pengumpulan data penelitian di mana peneliti mengamat secara lansung perilaku para subjek penelitiannya dan merekam perilaku yang wajar, asli, tidak dibuat-buat, spontan dalam kurun waktu relativf lama sehingga terkumpul data yang bersifat mendalam dan rinci. Dalam sosiologi dibedakan antara penelitian di mana pengamat (1) sepenuhnya terlibat dalam kehidupa sehari-hari masyarakat yang diteliti (observasi partisipatif), dan (2) hanya berperan sebagai pengamat yang sepenuhnya melakukan pengamatan tanpa keterlibatan apapun dengan subyek penelitian (observasi non-partisipatif). Salah satu kelebihan pengamatan terlibat (obervasi partisipatif) bila dibandingkan dengan survai ialah bahwa pengamatan terlibat lebih memungkinkan terjalinnya

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 11

    hubungan yang akrab antara peneliti dengan subjek penelitiannya, dan subjek penelitian tidak menyadari kalau sedang diteliti atau diamati. Di samping dengan cara pengamatan (observasi), data sosiologi dapat digali dengan menggunakan angket/daftar pertanyaan ataupun wawancara. Dalam pencarian maupun pengamatan ilmu seorang ilmuwan harus menghormati aturan etika, seperti keikutsertaan secara sukarela, tidak membawa cedera bagi subyek penelitian, asas anonimitas dan kerahasiaan, tidak memberikan keterangan yang keliru, dan menyajikan data penelitian secara jujur.

    1.5 Kegunaan Sosiologi dan Peran Sosiolog

    Sosiologi dipelajari untuk apa? Dengan pertanyaan lain mengapa kita belajar sosiologi? Sebenarnya di mana dan sebagai apa seorang sosiolog dapat berkiprah, tidak mungkin dapat dibatasi oleh sebutan-sebutan dalam administrasi okupasi (pekerjaan/mata pencaharian) resmi yang dileluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di beberapa negara telah muncul pengakuan terhadap sumbangan dan peran sosiolog di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Sebagian besar sosiolog mengajar di perguruan tinggi.

    Horton dan Hunt (1987) menyebutkan beberapa profesi yang pada umumnya diisi oleh para sosiolog: (1) ahli riset, baik itu riset ilmiah (dasar) untuk perkembangan ilmu pengetahuan ataupun riset yang diperlukan untuk kepentingan industri (praktis), (2) konsultan kebijakan, khususnya untuk membantu untuk memprediksi pengaruh sosial dari suatu kebijakan dan/atau pembangunan, (3) sebagai teknisi atau sosiologi klinis, yakni ikut terlibat di dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program kegiatan dalam masyarakat, (4) sebagai pengajar/pendidik, dan (5) Sebagai pekerja sosial (social worker).

    Di luar profesi yang disebutkan oleh Horton dan Hunt tersebut, tentu masih banyak profesi yang dapat digeluti oleh seorang sosiolog. Banyak bukti menunjukkan, bahwa dengan kepekaan dan semangat keilmuannya yang selalu berusaha membangkitkan sikap kritis, para sosiologi banyak yang berkarier cemerlang di berbagai bidang yang menuntut kreativitas, misalnya dunia jurnalistik. Di jajaran birokrasi, para sosiolog sering berpeluang menonjol dalam karier karena kelebihannya dalam dalam visinya atas nasib rakyat.

    Seiring dengan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, keterlibatan para sosiolog di berbagai bidang kehidupan akan semakin penting dan sangat diperlukan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan menuntut penyesuaian dari segenap komponen masyarakat yang menuntut kemampuan mengantisipasi keadaan baru. Para sosiolog pada umumnya unggul dalam hal penelitian sosial, sehingga perannya sangat diperlukan.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 12

    BAB II INTERAKSI SOSIAL Standard Kompetensi : Mendeskripsikan interaksi sosial sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat

    A. Pengertian

    Kata Interaksi berasal dari kata inter yang artinya antar dan aksi yang artinya tindakan. Interaksi berarti antar-tindakan. Kata sosial berasal dari socious yang artinya teman/kawan, yaitu hubungan antar-manusia. Interaksi sosial terjadi ketika ada seseorang atau kelompok orang melakukan suatu tindakan kemudian dibalas oleh pihak lain (individu atau kelompok) dengan perilaku/atau tindakan tertentu. Proses berlangsungnya interaksi dapat digambarkan sebagai berikut, 1. Ada dua orang atau lebih 2. Terjadi kontak sosial (hubungan sosial) 3. Terjadi komunikasi sosial (penyampaian pesan/informasi menggunakan simbol-

    simbol) 4. Terjadi reaksi atas komunikasi 5. Terjadi hubungan timbal-balik yang dinamik di antara individu dan/atau

    kelompok dalam masyarakat Berdasarkan proses tersebut, dapat diketahui bahwa ada dua syarat utama terjadinya interaksi sosial, yaitu kontak dan komunikasi sosial. Kontak adalah hubungan yang terjadi di antara dua individu/kelompok. Kontak dapat berupa kontak fisik, misalnya dua orang bersenggolan atau bersentuhan, dapat juga nonfisik, misalnya tatapan mata di antara dua orang yang saling bertemu. Sedangkan komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak (individu atau kelompok) kepada pihak lain (individu atau kelompok) menggunakan simbol-simbol. Simbol dalam komunikasi dapat berupa apa saja yang oleh penggunanya diberi makna tertentu, bisa berupa kata-kata, benda, suara, warna, gerakan anggota badan/isyarat. Sebagaimana pengertian simbol yang dikemukakan oleh Ahli Antropologi Amerika Serikat bernama Leslie White, dalam The Evolution of Culture (1959) , bahwa simbol adalah sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan oleh

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 13

    mereka yang mempergunakannya. Nilai dan makna tersebut tidak ditentukan oleh sifat-sifat yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk fisiknya. Proses komunikasi dinyatakan berhasil apabila simbol-simbol yang digunakan dipahami bersama oleh pihak-pihak yang terlibat, baik komunikator (pihak yang menyampaikan pesan) dan komunikan (pihak yang menerima pesan). Kontak dan komunikasi sebagai syarat utama terjadinya interaksi sosial dapat berlangsung secara primer maupun sekunder. Kontak atau komunikasi primer adalah yang berlangsung secara tatap muka (face to face), sedangkan kontak atau komunikasi sekunder dibedakan menjadi dua macam, yaitu langsung dan tidak langsung. Kontak/komunikasi sekunder langsung terjadi melalui media komunikasi, seperti surat, e-mail, pesan pendek, chat, blackberry mesengger, telepon, video call, dan semacamnya, sedangkan kontak/komunikasi sekunder tidak langsung terjadi melalui pihak/orang ketiga. B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan Mendorong Interaksi Sosial Interaksi sosial baik yang berlangsung antara individu dengan invidu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok, dipengaruhi atau didorong oleh faktor-faktor seperti imitasi, identifikasi, sugesti, dan simpati. Imitasi merupakan tindakan meniru pihak lain, dalam hal tindakan dan

    penampilan, seperti cara berbicara, cara berjalan, cara berpakaian, dan sebagainya. Seorang individu melakukan imitasi sejak di lingkungan keluarga, teman sepermainan, ataupun teman sesekolahan. Meskipun demikian imitasi juga dapat berlangsung melalui media massa, misalnya televisi, radio, maupun internet.

    Identifikasi juga merupakan proses meniru, tetapi berbeda dengan imitasi. Peniruan pada imitasi tidak diikuti dengan pemberian makna yang dalam terhadap hal-hal yang ditiru, tetapi pada identifikasi diikuti dengan pemberian makna. Apabila seseorang mengidentifikasikan dirinya terhadap seseorang, maka dapat diartikan individu tersebut sedang menjadikan dirinya seperti orang lain tersebut, baik dalam tindakan maupun nilai-nilai, ideologi atau pandangan hidup tokoh yang dijadikannya sebagai rujukan/acuan/reference atau panutan.

    Sugesti merupakan pengaruh yang diterima oleh seseorang secara emosional dari pihak lain, misalnya pengaruh dari tokoh yang kharismatik, orang pandai, seperti dukun, paranormal, dokter, guru, tokoh yang menjadi idola, dan lain-lain . Apabila pengaruh tersebut diterima oleh seseorang berdasarkan pertimbangan rasional, maka disebut motivasi.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 14

    Simpati merupakan kemampuan seseorang untuk merasakan diri dalam keadaan pihak lain. Misalnya seseorang merasa simpati kepada sahabatnya yang sedang mengalami musibah. Simpati juga dapat diartikan sebagai ketertarikan terhadap pihak lain karena telah menampilkan tindakan atau perilaku yang sungguh berkenan di hati. Apabila ketertarikan atau dalam merasakan keadaan orang lain tersebut diikuti dengan reaksi-reaksi fisiologis, misalnya meneteskan air mata, dapat disebut sebagai emphati.

    C. Nilai dan Norma Sebagai Dasar Interaksi Sosial Pengertian Nilai Apabila Anda dihadapkan pada dua pilihan, mana yang akan Anda pilih karena menurut Anda lebih baik: (1) menjadi kaya meskipun harus kehilangan nama baik, atau (2) mempertahankan nama baik meskipun harus hidup secara pas-pasan? Apabila pilihan Anda hadapkan kepada teman-teman Anda, barangkali akan mendapatkan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang menyatakan pilihan pertama lebih baik, tetapi ada juga yang menganggap pilihan yang kedua lebih baik. Apa yang mendorong kita memilih salah satu di antara dua pilihan tersebut? Itulah yang disebut dengan nilai. Apa yang dimaksud dengan nilai? Dalam Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto disebutkan bahwa nilai (value) adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Prof. Notonegoro membedakan nilai menjadi tiga macam, yaitu: (1) Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia, (2) Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas, dan (3) Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan, yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan. Nilai individual - nilai sosial Seorang individu mungkin memiliki nilai-nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota masyarakat disebut nilai sosial.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 15

    Beberapa definisi nilai sosial: Kimbbal Young memberikan definisi bahwa nilai sosial adalah asumsi abstrak

    dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang pentinga, Menurut A.W. Green nilai sosial adalah kesadaran yang secara relatif

    berlangsung disertai emosi terhadap objek, Woods memberikan definisi bahwa nilai sosial merupakan petunjuk-petunjuk

    umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari

    Ciri-ciri nilai sosial: Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran orang yang tercipta

    melalui interaksi sosial, Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari melalui proses sosialisasi,

    dijadikan milik diri melalui internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tanpa disadari lagi (enkulturasi),

    Nilai sosial memberikan kepuasan kepada penganutnya, Nilai sosial bersifat relative, Nilai sosial berkaitan satu dengan yang lain membentuk sistem nilai, Sistem nilai bervariasi antara satu kebudayaan dengan yang lain, Setiap nilai memiliki efek yang berbeda terhadap perorangan atau kelompok, Nilai sosial melibatkan unsur emosi dan kejiwaan, dan Nilai sosial mempengaruhi perkembangan pribadi. Fungsi nilai sosial. Nilai Sosial dapat berfungsi: Sebagai faktor pendorong, hal ini berkaitan dengan nilai-nilai yang

    berhubungan dengan cita-cita atau harapan, Sebagai petunjuk arah mengenai cara berfikir dan bertindak, panduan

    menentukan pilihan, sarana untuk menimbang penghargaan sosial, pengumpulan orang dalam suatu unit sosial,

    Sebagai benteng perlindungan atau menjaga stabilitas budaya. Kerangka Nilai Sosial Antara masyarakat yang satu dengan yang lain dimungkinkan memiliki nilai yang sama atau pun berbeda. Cobalah ingat pepatah lama dalam Bahasa Indonesia: Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, atau pepatah dalam bahasa Jawa: desa mawa cara, negara mawa tata. Pepatah-pepatah ini menunjukkan kepada kita tentang adanya perbedaan nilai di antara masyarakat atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui sistem nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau suatu masyarakat tidaklah mudah, karena nilai merupakan konsep asbtrak yang hidup di alam

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 16

    pikiran para warga masyarakat atau kelompok. Namun lima kerangka nilai dari Cluckhohn yang di Indonesia banyak dipublikasikan oleh antropolog Koentjaraningrat berikut ini dapat dijadikan acuan untuk mengenali nilai macam apa yang dianut oleh suatu kelompok atau masyarakat. Lima kerangka nilai yang dimaksud adalah: Tanggapan mengenai hakekat hidup (MH), variasinya: ada individu, kelompok

    atau masyarakat yang memiliki pandangan bahwa hidup itu baik atau hidup itu buruk,

    Tanggapan mengenai hakikat karya (MK), variasinya: ada orang yang menganggap karya itu sebagai status, tetapi ada juga yang menganggap karya itu sebagai fungsi,

    Tanggapan mengenai hakikat waktu(MW), variasinya: ada kelompok yang berorientasi ke masa lalu, sekarang atau masa depan,

    Tanggapan mengenai hakikat alam (MA), Variainya: masyarakat Industri memiliki pandangan bahwa manusia itu berada di atas alam, sedangkan masyarakat agraris memiliki pandangan bahwa manusia merupakan bagian dari alam. Dengan pandangannya terhadap alam tersebut, masyarakat industri memiliki pandangan bahwa manusia harus menguasai alam untuk kepentingan hidupnya, sedangkan masyarakat agraris berupaya untuk selalu menyerasikan kehidupannya dengan alam,

    Tanggapan mengenai hakikat manusia (MM), variasi: masyarakat tradisional atau feodal memandang orang lain secara vertikal, sehingga dalam masyarakat tradisional terdapat perbedaan harga diri (prestige) yang tajam antara para pemimpin (bangsawan) dengan rakyat jelata. Sedangkan masyarakat industrial memandang manusia yang satu dengan yang lain secara horizontal (sejajar).

    Pengertian Norma sosial Kalau nilai merupakan pandangan tentang baik-buruknya sesuatu, maka norma merupakan ukuran yang digunakan oleh masyarakat apakah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang merupakan tindakan yang wajar dan dapat diterima karena sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat ataukah merupakan tindakan yang menyimpang karena tidak sesuai dengan harapan sebagian besar warga masyarakat. Apa hubungannya antara nilai dengan norma? Norma dibangun di atas nilai sosial, dan norma sosial diciptakan untuk menjaga dan mempertahankan nilai sosial. Pelanggaran terhadap norma akan mendapatkan sanksi dari masyarakat. Berbagai macam norma dalam masyarakat Dilihat dari tingkat sanksi atau kekuatan mengikatnya terdapat:

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 17

    a. Tata cara atau usage. Tata cara (usage); merupakan norma dengan sanksi yang sangat ringat terhadap pelanggarnya, misalnya aturan memegang garpu atau sendok ketika makan, cara memegang gelas ketika minum. Pelanggaran atas norma ini hanya dinyatakan tidak sopan.

    b. Kebiasaan (folkways). Kebiasaan (folkways); merupakan cara-cara bertindak yang digemari oleh masyarakat sehingga dilakukan berulang-ulang oleh banyak orang. Misalnya mengucapkan salam ketika bertemu, membungkukkan badan sebagai tanda penghormatan kepada orang yang lebih tua, dst.

    c. Tata kelakuan (mores). Tata kelakuan merupakan norma yang bersumber kepada filsafat, ajaran agama atau ideology yang dianut oleh masyarakat. Pelanggarnya disebut jahat. Contoh: larangan berzina, berjudi, minum minuman keras, penggunaan napza, mencuri, dst.

    d. Adat (customs). Adat merupakan norma yang tidak tertulis namun sangat kuat mengikat, apabila adat menjadi tertulis ia menjadi hukum adat.

    e. Hukum (law). Hukum merupakan norma berupa aturan tertulis, ketentuan sanksi terhadap siapa saja yang melanggar dirumuskan secara tegas. Berbeda dengan norma-norma yang lain, pelaksanaan norma hukum didukung oleh adanya aparat, sehingga memungkinkan pelaksanaan yang tegas.

    Mode atau fashion. Di samping lima macam norma yang telah disebutkan itu, dalam masyarakat masih terdapat satu jenis lagi yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berkaitan dengan estetika atau keindahan, seperti pakaian, musik, arsitektur rumah, interior mobil, dan sebagainya. Norma jenis ini disebut mode atau fashion. Fashion dapat berada pada tingkat usage, folkways, mores, custom, bahkan law. D. Bentuk Interaksi Sosial Interaksi sosial sebagai proses sosial utama mempunyai dua bentuk pokok, yaitu (1) menjauhkan, dan (2) mendekatkan (Mark L. Knap). Ahli sosiologi lain, membedakan antara (1) interaksi asosiatif dan (2) disosiatif. Dua macam pembedaan ini sebenarnya tidaklah berbeda. Interaksi asosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menguatkan ikatan sosial, jadi bersifat mendekatkan atau positif. Interaksi disosiatif merupakan bentuk interaksi yang merusak ikatan sosial, bersifat menjauhkan atau negatif. Interaksi sosial asosiatif, meliputi berbagai bentuk kerjasama, akomodasi, dan asimilasi. Interaksi disosiatif meliputi bentuk-bentuk seperti persaingan/kompetisi, pertikaian/konflik, dan kontravensi. Proses-proses asosiatif Interaksi asosiatif bersifat menguatkan ikatan sosial, cenderung kontinyu atau berkelanjutan. Mengapa? Karena (1) didasarkan kepada kebutuhan yang nyata, (2)

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 18

    memperhitungkan efektivitas, (3) memperhatikan efisiensi, (4) mendasarkan pada kaidah-kaidah atau nilai dan norma sosial yang berlaku, dan (5) tidak memaksa secara fisik dan mental. 1. Kerjasama (koperasi) Yang dimaksud kerjasama adalah dua atau lebih orang/kelompok melakukan kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Kerja sama timbul ketika orang-orang menyadari adanya kepentingan yang sama pada saat bersamaan, dan mempunyai pengertian bahwa kepentingan yang sama tersebut dapat lebih mudah dicapai apabila dilakukan bersama-sama. Motivasi bekerjasama Kesadaran orang/kelompok untuk bekerjasama dapat berupa: menghadapi tantangan bersama, menghadapi pekerjaan yang memerlukan tenaga massal, melaksanakan upacara keagamaan, menghadapi musuh bersama, memperoleh keuntungan ekonomi, untuk menghindari persaingan bebas, menggalang terjadinya integrasi sosial

    (keutuhan masyarakat). Bentuk-bentuk kerjasama Kerjasama di antara individu atau kelompok dalammasyarakat dapat berupa: bargaining (pertukaran barang atau jasa di antara dua individu/kelompok), kooptasi (penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan dan pengambilan

    keputusan untuk menghindari kegoncangan stabilitas kelompok), dan koalisi (penggabungan dua kelompok atau lebih yang mempunyai tujuan sama).

    2. Akomodasi Akomodasi dapat berarti proses atau keadaan. Sebagai proses, akomodasi merupakan upaya-upaya menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik atau pertikaian, Sebagai keadaan, akomodasi merupakan keadaan di mana hubungan-hubungan di antara unsur-unsur sosial dalam keselarasan dan keseimbangan, sehingga warga masyarakat dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan harapan-harapan atau tujuan-tujuan masyarakat. Gillin dan Gillin menyatakan bahwa akomodasi merupakan istilah yang dipakai oleh para sosiolog untuk menggambarkan keadaan yang sama dengan pengertian adaptasi yang digunakan oleh para ahli biologi untuk menggambarkan proses penyesuaian mahluk hidup dengan lingkungan alam di mana ia hidup.

    Tujuan akomodasi:

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 19

    Untuk mengurangi pertentangan antara orang-orang atau kelompok-kelompok akibat perbedaan faham. Dalam hal ini akomodasi diarahkan untuk memperoleh sintesa baru dari faham-faham yang berbeda.

    Untuk mencegah meledaknya pertentangan untuk sementara waktu Untuk memungkinkan dilangsungkannya kerjasama di antara individu-individu

    atau kelompok-kelompok yang karena faktor psikologi atau kebudayaan menjadi terpisah satu dari lainnya

    Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok yang sebelumnya terpisah

    Bentuk-bentuk akomodasi sebagai proses menghindarkan, meredakan atau mengakhiri konflik: Kompromi (pihak yang bertikai saling mengurangi tuntutan) Toleransi (saling menghargai, menghormati, membiarkan di antara pihak-pihak

    yang sebenarnya saling berbeda) Konsiliasi (usaha yang bersifat kelembagaan untuk mempertemukan pihak-

    pihak yang bertikai sehingga dicapai kesepakatan bersama) Koersi (keadaan tanpa konflik karena terpaksa; akibat dari berbedanya secara

    tajam kedudukan atau kekuatan di antara fihak-fihak yang berbeda, misalnya antara buruhmajikan, orangtua-anak, pemimpin-pengikut, dan seterusnya)

    Mediasi (penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang netral sebagai penasehat)

    Arbitrasi (penyelesaian konflik melalui pihak ketiga yang berwenang untuk mengambil keputusan penyelesaian)

    Stalemate (perang dingin, yakni keadaan seimbang tanpa konflik karena yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang

    Displacement (menghindari konflik dengan mengalihkan perhatian) Ajudikasi (penyelesaian konflik melalui proses hukum/in court) Secara umum dapat dinyatakan bahwa akomodasi merupakan upaya menyelesaikan konflik atau pertikaian di luar hukum. 3. Asimilasi Asimilasi merupakan proses sosial tingkat lanjut yang ditandai oleh adanya upaya-upaya mengurangi perbedaan serta mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental di antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok dengan memperhatikan kepentingan atau tujuan bersama. Asimilasi akan terjadi apabila: dua kelompok yang berbeda kebudayaan individu/warga kelompok saling bertemu dan bergaul intensif dalam waktu

    yang lama, sehingga terjadi kontak kebudayaan (akulturasi) yang memungkinkan dua kelompok

    yang berbeda itu saling mengadopsi (meminjam) unsur-unsur kebudayaan

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 20

    cara hidup dan kebudayaan dua kelompok itu saling menyesuaikan diri sehingga masing-masing mengalami perubahan

    kelompok-kelompok tersebut melebur membentuk kelompok baru dengan cara hidup dan kebudayaan baru yang berbeda dari kelompok asal

    Interaksi sosial yang menghasilkan asimilasi: bersifat pendekatan tidak mengalami hambatan dan pembatasan interaksi berlangsung primer interaksi berlangsung dengan frekuensi yang tinggi dan dalam keseimbangan Hal-hal yang mempermudah asimilasi: toleransi kesempatan yang seimbang dalam proses ekonomi sikap menghargai orang asing dengan segenap kebudayaannya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa (elite/the rulling class) persamaan unsur-unsur kebudayaan perkawinan campuran (amalgamasi) Hal-hal yang menghambat asimilasi: terisolirnya suatu kelompok kurangnya pengetahuan terhadap kebudayaan lain adanya prasangka terhadap kebudayaan lain penilaian bahwa kebudayaan kelompoknya lebih tinggi derajatnya

    (ethnosentrisme) Loyalitas yang berlebihan kepada kelompok bawaan lahirnya (primordialisme) in group feeling yang kuat perbedaan warna kulit dan ciri-ciri badaniah (ras) Karena asimilasi berkaitan dengan proses yang mendahuluinya, yakni akulturasi, maka berikut dikemukakan beberapa hal yang berkait dengan proses akulturasi atau kontak kebudayaan itu. Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima: Unsur kebudayaan material dan teknologi Unsur kebudayaan yang mudah disesuaikan Unsur kebudayaan yang dampaknya tidak begitu mendalam, misalnya mode

    (fashion) atau unsur kesenian Unsur kebudayaan yang tidak mudah diterima: Unsur-unsur yang berkaitan dengan nilai yang mendasari pola berfikir dan cara

    hidup, misalnya: agama, ideologi atau falsafah hidup

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 21

    Unsur kebudayaan yang telah tersosialisasi dan terinternalisasikan secara luas dan mendalam: sistem kekerabatan (discent), makanan pokok, kebiasaan makan, dan sebagainya.

    Kelompok dalam masyarakat yang mudah menerima kebudayaan baru: golongan muda yang identitas diri dan kepribadiannya belum mantap kelompok masyarakat yang tidak mapan atau anti kemapanan kelompok masyarakat yang berada dalam tekanan, misalnya kaum minoritas golongan terdidik (kelas menengah/perkotaan) Proses-proses disosiatif, meliputi 1. Persaingan (Kompetisi) Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana orang-perorangan atau kelompok-kelompok saling memperebutkan sesuatu yang menjadi pusat perhatian dengan cara berusaha menarik perhatian atau mempertajam prasangka, tanpa disertai dengan tindakan kekerasan ataupun ancaman, melainkan dengan peningkatan mutu atau kualitas diri. Persaingan mempunyai dua tipe umum, yaitu: bersifat personal/pribadi atau perorangan (rivalry), bersifat korporasi atau kelompok Ruang lingkup persaingan dapat diberbagai bidang kehidupan: ekonomi (perdagangan), sosial (kesempatan pendidikan), budaya (kesenian, olahraga), politik (pemerintahan, partai politik) maupun keagamaan (antar kelompok agama, aliran, madzab, sekte, dst.)

    2. Konflik (Pertikaian) Pertikaian atau konflik merupakan proses sosial seperti halnya kompetisi atau persaingan, hanya bedanya pada pertikaian disertai dengan ancaman dan/atau tindak kekerasaan, baik fisik maupun nonfisik. Pertikaian dapat timbul karena: perbedaan individual, berupa pendirian atau perasaan perbedaan kebudayaan, berupa perbedaan sistem nilai atau norma perbedaan kepentingan, berupa kepentingan ekonomi atau politik perubahan sosial dan budaya yang berlangsung cepat sehingga para warga

    masyarakat kesulitan menyesuaikan diri dengan keadaan baru, misalnya antara kelompok yang mempertahankan status quo dengan kelompok reformis (pembaru).

    Seperti halnya persaingan, pertikaian pun dapat berlangsung antara perorangan ataupun kelompok.

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 22

    3. Kontrvensi Kontravensi merupakan proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Kontravensi merupakan sikap yang tersembunyi terhadap pihak-pihak lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menimbulkan pertikaian. Bentuk-bentuk kontravensi: proses umum: perbuatan menolak, keengganan, menganggu proses atau

    mengacaukan rencana sederhana: menyangkal pernyataan di depan umum, memaki, mencerca,

    memfitnah, menyebarakan selebaran atau melemparkan pembuktian kepada orang lain

    intensif: menghasut, menyebarkan desas-desus taktis: mengejutkan lawan dengan perang urat syaraf (psy war), unjuk kekuatan

    (show of force), dan sebagainya. E. Interaksi Sosial dan Pembentukan Keteraturan Sosial

    Keteraturan sosial terjadi apabila tindakan dan interaksi sosial di antara para warga masyarakat berlangsung sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Menurut para penganut teori fungsionalisme struktural, meskipun di dalam masyarakat terdapat unsur-unsur sosial yang saling berbeda, tetapi unsur-unsur tersebut cenderung saling menyesuaikan sehingga membentuk suatu keseimbangan (equilibrium) dalam kehidupan sosial. Sedangkan menurut para penganut teori konflik, keteraturan sosial akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat unsur sosial yang dominan (menguasai) atau adanya ketergantungan ekonomi satu terhadap lainnya. Wujud nyata dari keseimbangan ini adalah keteraturan sosial, yaitu kondisi di mana cara berfikir, berperasaan dan bertindak serta interaksi sosial di antara para warga masyarakat selaras (konformis) dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang belaku dalam masyarakat yang besangkutan. Keteraturan sosial akan tercipta dalam masyarakat apabila: terdapat sistem nilai dan norma sosial yang jelas. Jika nilai dan norma dalam

    masyarakat tidak jelas akan menimbulkan keadaan yang dinamakan anomie (kekacauan norma).

    individu atau kelompok dalam masyarakat mengetahui dan memahami nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku

    individu atau kelompok menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku

    berfungsinya sistem pengendalian sosial (social control)

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 23

    Berkembangnya keteraturan sosial dapat dicermati melalui bagan berikut!

    SOCIAL ORDER (TERTIB SOSIAL)

    Suatu sistem atau tatanan nilai dan norma yang diketahui, diakui dan dipatuhi

    KEAJEGAN (CONTINUITY)

    (Keteraturan yang tetap dan berlangsung terus menerus)

    POLA SOSIAL

    (Bentuk umum aktivitas atau interaksi sosial)

    Perilaku warga masyarakat dapat diramalkan oleh pihak lain, sehingga pihak lain tersebut

    menyesuakan perilakunya

    KETERATURAN SOSIAL (kondisi dinamis di mana tindakan dan interaksi sosial berlangsung tertib

    dan teratur sehingga mendukung tercapainya tujuan hidup bermasyarakat )

  • SOSIOLOGI KELAS X SEMESTER 1 2011 oleh Agus Santosa SMA Negeri 3 Yogyakarta 24

    Sumber Bahan:

    1. Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. 1999. Sosiologi; Edisi Keenam Jilid I. Jakarta: PT Erlangga.

    2. Henslin, James M. 2006. Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi (Judul Asli: Essentials of Sociology). Jakarta: PT Erlangga.

    3. J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (ed.). 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    4. Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. 5. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta 6. Masri Singarimbum dan Sofian Effendi.1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta:

    LP3ES. 7. Mohammad Nazir. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 8. Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pantantar; Edisi Baru Keempat,

    Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 9. Soerjono Soekanto. 1985. Kamus Sosiologi; Edisi Baru. Jakarta: Rajawali Pers. 10. Soerjono Soekanto. 2002. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: PT

    RajaGrafiondo Persada 11. Tim Sosiologi. 2004. Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat Kelas 1

    SMA. Jakarta: PT Yudhistiransert contents 12. Nasikun. 1996. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Rajawali Pers. 13. Dyole Paul Johnson. 1981. Teori-teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT

    Gramedia. 14. Margaret M. Poloma. 1998. Sosiologi Kontemporer. Terjemahan dari

    Contemporary Sociological Theory. Jakarta: PT Rajawali Pers. 15. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi. 1986. Setangkai Bunga Sosiologi.

    Jakarta: Yasbit FE UI.