BAB I Skripsi Cadas Pangeran

download BAB I Skripsi Cadas Pangeran

If you can't read please download the document

description

peristiwa cadas pangeran Sumedang

Transcript of BAB I Skripsi Cadas Pangeran

19

dilakukan sering menimbulkan perlawanan dari rakyat terjajah untuk berusaha bangkit keluar dari kesengsaraan dan penderitaan itu, dan berusaha untuk bangkit menuju kebahagiaan yang dicita-citakan Djojomardowo Muljono, Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialism di pulau Jawa. Sumedang: Galuh, 2003, hlm. 25.

. Kebahagiaan mutlak terbebas dari semua penderitaan, dan penindasan yang dilakukan oleh penjajah. Maka negara yang terjajah memiliki keinginan yang sangat kuat mewujudkannnya agar semua hal yang dicita-citakan oleh bangsanya dapat terpenuhi.

Demikian juga dalam sejarah kolonialisme di Indonesia dimana diisi oleh pemerintahan dan kekuasaan bangsa dalam rangka mengeruk harta kekayaan alam tanah air Indonesia. Pemerintahan Belanda yang silih berganti di tanah air terus menerus mengeruk kekayaan yang dimiliki oleh tanah tercinta ini Ibid, hlm.5.

. Pada tahun 1814 Herman Willem Daendels yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Timur menyerahkan buku laporan pertanggung jawaban yang terdiri atas tiga buku Djoko Marihandono, Titik balik Historiografi Indonesia. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2008, hlm. 89.. Buku pertama berupa pertanggung jawaban Daendels selama menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Hindia Timur dari tanggal 14 Januari 1808 hingga tanggal 16 Mei 1811. Sementara, buku kedua dan ketiga merupakan lampiran yang berisi semua dokumen yang digunakan untuk mendukung kebijakannya semasa menjabat sebagai Gubernur Jenderal. Lampiran semua kebijakannya disusun secara tematis, dalam rentang waktu saat pengangkatannya (14 Januari 1808) hingga tanggal penyerahan kekuasaan kepada Gubernur Jenderal penggantinya (16 Mei 1811) Ibid.

. Laporan pertanggung jawaban ini ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Staat der Nederlandsche Ostindische Bezittingen Onder het bestuur Van den Generaal Herman Willem Daendels in de Jaaren 1808-1811 yang diterbitkan di s Gravenhage tahun 1814 Daendels diangkat sebagai Gunernur Jenderal di Hindia Timur oleh Louis Napoleon, adik kandung Napoleon Bonaparte, sementara pada tahun 1814 yang menjadi Raja Belanda adalah Raja Willem I.

.

Laporan ini disusun sebagai reaksi atas kondisi politik yang terjadi di negeri Belanda pasca kemerdekaan Belanda yang diperoleh dari Prancis yang semakin menyudutkannya. Dimana Daendels dianggap sebagai pengkhianat Negara karena menjadi kaki tangan Napoleon Bonaparte yang dimana pada waktu itu berkuasa di Belanda dan Daendels tidak menuruti Raja Willem I. Dan menurut lawan-lawan politiknya ia bertindak dengan cara tangan besi ketika menjalankan tugasnya, sehingga menyebabkan penduduk di Hindia Timur menderita, dan bahkan menimbulkan banyaknya pemberontakan yang dilakukan kaum pribumi Selama masa pemerintahannya yang brlangsung selama tiga tahun empat bulan, terjadi beberapa pemberontakan di jawa, antara lain di Cirebon, Banten dan pemberontakan di Madiun..

Salah satu dari sekian banyaknya berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Daendels dijadikan sasaran tembak oleh lawan politiknya adalah tentang pembangunan jalan trasregional yang dikenal dengan nama De Groote Postweg yang membentang dari anyer di ujung barat hingga Panarukan di ujung timur pulau Jawa Pramoedya Ananta Toer, Jalan Raya pos. Jalan Daendels. Jakarta: Lentera Dipantara, 2005, hlm. 20.

. Dimana pembangunan jalan ini dilakukan dengan sistem kerja paksa yang tidak dibayar, yang menelan ribuan korban jiwa orang Jawa. Dan kasus ini dijadikan tuduhan kesalahan yang paling besar yang dilakukan oleh Daendels selama masa pemerintahannya. Opini ini menyebar tidak hanya di Belanda, tetapi juga beredar di pulau jawa. Khususnya bagi mereka yang terkena dampak langsung dari kebijakan yang ditanamkan oleh Daendels seperti F Waterloo mantan residen Yogyakarta dan Cirebon yang secara diam-diam menolak kebijakan Daendels. Dan para pejabat lain juga yang terkena dampak kebijakan itu menuangkan opininya lewat surat yang dikirimkan ke Belanda Djoko Marihandono, op.cit., hlm. 92.

.

Selain pembangunan jalan dari anyer-panarukan, isu penting yang dijadikan simbol negatif yang telah dilakukan oleh Daendels adalah pembangunan jalur Buitenzorg-Cirebon yang secara geografis medannya sangat berat. Dimana adanya perampasan tanah, jatuhnya banyak korban manusia meninggal akibat kekejaman yang dilakukan, dan minimnya bahan makanan, serta munculnya banyak penyakit sebagai akibat dari beratnya medan yang dilalui, khususnya jalur Bandung-Cirebon yang dimana harus menembus lereng gunung dan batu cadas yang harus selesai dalam waktu satu tahun Ibid, hlm. 93..

Pembangunan jalan-jalan ini dibangun karena sebagai sarana penunjang bagi pemerintahannya di Hindia Timur. Selain menerima banyak perintah yang harus dilakukannya, Daendels juga melihat kondisi jalan yang sangat kurang layak di jawa. Dimana ia melihat jalan dari Anyer menuju Batavia kurang mendukung, maka setelah melakukan perjalanan keliling pulau Jawa Daendels melakukan instruksi untuk memperbaiki dan menghubungkan jalan-jalan yang telah ada Ibid, hlm. 95.

. Karena pada saat itu kekurangan biaya maka pembangunan jalan Batavia ke Buitenzorg dan Priangan didanai senilai 30 ribu ringgit, sedang jalur Cirebon ke Semarang hingga Surabaya di biayai oleh pejabat setempat dengan diterapkannya kerja wajib Ibid.

.

Pembangunan jalan ini dirasakan sangat penting dan diperlukan dengan mempertimbangkan dua alasan utama. Pertama, yakni alasan ekonomi. Guna meningkatkan pendapatan penduduk, Daendels telah meminta kepada para pejabat eropa dan penduduk pribumi untuk memulai meningkatkan tanaman komoditi ekspor seperti kopi dan padi. Tujuannya diharapkan dapat mensejahterakan penduduk. Dan agar suplai komoditi lebih murah biayanya maka harus didukung dengan jalan yang layak. Kedua, untuk kepentingan militer khususnya menjaga mobilitas milliter apabila Inggris menyerang pulau Jawa Ibid, hlm. 96..

Terkait dengan alasan yang pertama mengenai guna mensejahterakan penduduk pribumi atau ekonomi. Dengan dibangunnya jalan yang menghubungkan Buitenzog-Cirebon, yang melewati jalur Parakanmuncang-Sumedang diharapkan suplai ekonomi dan komoditi ekspor dari daerah Sumedang, Cirebon dapat sampai dengan cepat ke Bandung. Namun sulitnya jalur yang harus ditembus di daerah Parakanmuncang-Sumedang menjadi kendala tersendiri dimana jalan harus melalui bukit dan cadas batu yang sangat besar R. Moch Ahmad Wiriaatmaja. Cadas Pangeran. Sumedang: Galuh, 2003, hlm. 25..

Pembangunan jalan Parakanmuncang-Sumedang atau lebih dikenal dengan jalan Cadas pangeran ini pada waktu pembuatannya telah banyak memakan korban jiwa yang tak sedikit, dimana diperkirakan ribuan nyawa melayang guna membuka jalur ini. Karena sulitnya jalur yang harus ditembus, dimana bergunung-gunung dan batu cadas yang sangat keras. Pembangunannya sendiri yang awalnya hanya dilakukan kerja wajib berubah menjadi kerja paksa yang sangat menyiksa karena jalan yang awalnya dijadwalkan selesai dalam waktu satu tahun mengalami keterlambatan dalam pembuatannya. Sulitnya medan menjadi faktor yang utama yang menjadi lambatnya pembuatan jalur ini Ibid..

Pembangunan jalan ini sendiri terutama jalur Parakanmuncang-Sumedang awalnya dikerjakan oleh 150 orang dengan upah 5 ringgit per orang Djoko Marihandono, op.cit., hlm. 97.

. Namun setelah melihat apa yang terjadi karena sulitnya medan yang harus ditembus maka para pekerja yang mengerjakan jalan ini ditambah dengan mendatangkan pemuda dari Jawa dan sebagian masyarakat Sumedang sendiri. Dan guna kelancaran pembangunan proyek ini setiap minggunya Komisaris Negara harus melapor kepada Gubernur jenderal sejak awal dan salama proses pembangunan jalan tersebut.

Dalam pembangunan jalur ini pula muncullah tokoh Pangeran Koesoemadinata, yang lahir tahun 1791. Bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya Sumedang lebih mengenal dengan sebutan Pangeran Kornel Ibid, hlm. 100.. Pada waktu pembangunan jalan Cadas Pangeran, Pangeran Koesoemahdinata menjabat sebagai Bupati Sumedang. Sebagai seorang Bupati yang sangat mencintai rakyatnya ia tidak tega melihat rakyatnya begitu menderita ketika melakukan pembangunan jalan Cadas Pangeran. Pangeran Koesoemahdinata yang pada awalnya sangat setuju dan mendukung pembangunan jalan ini guna menyejahterakan penduduk sekitar berubah menjadi menolak dan menentangnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai pergolakan dan pemberontakan yang dipimpin oleh beliau dalam pembangunan jalan ini, hal ini juga menjadikan pembuatan jalan semakin lambat dan tertunda-tunda.

Setelah terjadinya pergolakan dan pemberontakan di Sumedang yang membuat terhambatnya pembuatan jalan raya pos ini membuat Gubernur Jenderal memeriksanya sendiri. Disini Daendels bertemu dengan Pangeran Koesoemahdinata membahas apa yang terjadi dengan rakyat Sumedang, karena kerja paksa yang dilakukan untuk membuka jalan Cadas Pangeran ini. Hasil pertemuan ini menghasilkan kesepakatan bahwa pekerjaan jalan ini diserahkan ke Pasukan Zeni dan masyarakat Sumedang hanya membantu seperlunya saja R. Memed Satrahadiprawira, Pangeran Kornel, Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A. Moeis. Jakarta: Balai Pustaka, 1952, hlm. 41..

Terlepas dari kekejaman yang terjadi pada pembangunan jalan raya pos Cadas Pangeran, yang merupakan kebijakan yang dilakukan oleh H.W Daendels. Yang selalu dipandang negatif oleh semua kalangan karena dalam pembangunannya memakan korban jiwa yang sangat banyak baik dari rakyat Sumedang sendiri maupun para pekerja yang didatangkan dari Jawa. Pembangunan jalan ini memberikan dampak positif juga setelah pembangunannya selesai bagi warga Sumedang, maupun daerah sekitar lainnya dan bagi pemerintahan belanda sendiri.

Kehidupan masyarakat Sumedang menjadi lebih baik setelah dirampungkannya pembangunan jalan Cadas Pangeran ini, semua tanaman hasil panen raya dapat terdistribusikan dengan baik bahkan hasil panen pun semakin meningkat. Tanaman seperti padi, kopi, dan tanaman komoditi ekspor lainnya yang ditanam oleh pemerintah Belanda R. Moch Ahmad Wiriaatmaja, op.cit., hlm. 26.. Adanya jalan ini juga membuat ongkos angkut hasil panen semakin murah karena jalan yang layak dan jalur yang mudah dilalui. Dan harga jual tanaman kopi dan komoditi lainnya menjadi semakin meningkat, ini memberi keuntungan tersendiri bagi para penduduk Sumedang yang merupakan petani kopi, teh, padi dan lainnya Dengan dibukanya jalan raya pos ini yang melewati jalur Parakanmuncang-Sumedang, memberi keuntungan tersendiri bagi masyarakat Sumedang. Dimana dengan adanya jalan hasil panen mereka dapat didistribusikan dengan cepat dan harga jual yang meningkat, memberi pemasukan bagi masyarakat maupun pemerintahan Belanda itu sendiri. Semua tanaman komoditi eksport menjadi semakin mahal harganya karena terdistribusi dengan baik.

. Terlepas siapakah yang menikmati keuntungan baik masyarakat Bandung, Parakanmuncang, Sumedang atau hanya terbatas pada kaum elit tradisionalnya saja, yang pasti jalan Cadas Pangeran ini membantu membuka daerah pedalaman Priangan dan memberikan pemasukan bagi kas negara sebagai akibat dari peningkatan hasil penjualan komoditi eksport.

Interaksi masyarakat Sumedang sendiri menjadi semakin baik dengan adanya jalan raya ini, baik antar sesama masyarakat Sumedang sendiri dan dengan pendatang dari daerah lain yang melakukan perjalanan untuk perngiriman dan penjualan hasil panen. Ditambah dengan cakap dan adilnya Pangeran Koesoemahdinata sebagai Bupati Sumedang waktu itu, membuat kemakmuran masyarakat Sumedang semakin baik dan meningkat Asep Sutarma, dkk, op.cit., hlm. 7.. Dengan dilakukannya penataan dalam hal pemerintahan daerah Sumedang dan pemberitahuan penanaman tanaman yang cocok untuk daerah Sumedang bagi para petani.

Dari uraian di atas penulis sangat tertarik dengan apa yang terjadi di masyarakat Sumedang pada masa peristiwa Cadas Pangeran baik sebelum dibangunnya jalan sampai selesai pembangunan jalan ini. Disamping itu dalam sejarah lokal, daerah Sumedang juga memiliki banyak peristiwa yang merupakan bagian akar sejarah daerah nasional, sehingga dipandang perlu untuk diteliti dan ditulis sejarah peristiwa Cadas Pangeran dalam kajian arti pentingnya bagi kehidupan masyarakat sumedang, dengan tidak menghilangkan fakta yang ada.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan judul diatas penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut

Bagaimana latar belakang dan pelaksanaan pembangunan jalan Cadas pangeran di Sumedang?Bagaimana peran masyarakat Sumedang dalam pembangunan jalan Cadas Pangeran?Bagaimana proses peristiwa Cadas Pangeran terjadi?Bagaimana dampak dari pembangunan jalan Cadas Pangeran bagi kehidupan masyarakat Sumedang baik segi sosial, ekonomi maupun budaya?

Tujuan Penelitian

Karya ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk penulis maupun pembaca. Sebelumnya penulis akan mencoba memaparkan tujuan mengapa karya ini dibuat. Sedikitnya dua jenis tujuan penulisan dari karya ini, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan Umum

Melatih dan meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah serta mengembangkan daya pikir kritis, analitis, objektif, dan sistematis dalam penulisan karya sejarah, serta peka terhadap peristiwa di masa lampau untuk dijadikan pelajaran di masa depan sehingga dapat memahami segala isi dan nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah.

Untuk melatih kemampuan dalam metodologi penelitian sejarah dan historiografi.Menambah karya penulisan ilmiah, terutama yang berkaitan dalam bidang kesejarahan.

Tujuan Khusus

Memberikan gambaran yang jelas mengenai pembangunan jalan Cadas Pangeran atau jalan Parakanmuncang-Sumedang yang juga merupakan jalan raya pos.Mengkaji dan memaparakan mengenai peran masyarakat Sumedang dalam pembangunan jalan Cadas PangeranMengkaji dan mendalami peristiwa Cadas Pangeran yang terjadi di Sumedang.Mengkaji dan mendalami dampak yang terjadi dari pembangunan jalan Cadas Pangeran bagi kehidupan sosial masyarakat Sumedang.

Manfaat Penelitian

Bagi Pembaca

Tulisan ini akan memberikan gambaran yang jelas dan objektif mengenai sejarah lokal yang ada di Sumedang kaitannya dengan pembangunan jalan raya posTulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang sejarah jalan Cadas Pangeran kaitannya dengan dampak yang diberikan bagi masyarakat sekitar.Tulisan ini dapat menjadi sumber informasi atau acuan bagi pembaca karya tulis sejarah selanjutnya.

Bagi Penulis

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.Menjadi tolak ukur kemampuan penulis dalam menerapkan metode pendidikan sejarah serta kemampuan menganalisis peristiwa sejarah.Menambah pengetahuan penulis serta karya sejarah lokal tentang peristiwa Cadas Pangeran. Kajian arti penting dalam kehidupan sosial masyarakat sumedang.

Kajian Pustaka

Kajian Pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penulisan. Melalui kajian pustaka inilah penulis mendapatkan pustaka-pustaka atau literatur yang akan digunakan dalam penulisan sejarah. Kajian Pustaka merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dirumuskan.

Skripsi ini lebih memfokuskan pada sejarah pembangunan jalan raya pos yang menghubungkan Parakanmuncang-Sumedang atau lebih dikenal sebagai jalan Cadas Pangeran. Dan dampak yang diberikan dari pembangunan jalan raya tersebut. Kabupaten Sumedang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Sumedang, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, serta Kabupaten Subang di Barat. Kabupaten Sumedang terdiri atas 26 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Sumedang, ibukota kabupaten ini, terletak sekitar 45 km dari Kota Bandung. Kota ini meliputi kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan. Sumedang dilintasi jalur utama Bandung-Cirebon http://Wikipedia.com./Sejarah Kabupaten Sumedang. Diakses tanggal 28 Februari 2011.

.

Sumedang berada di daerah yang bergunung-gunung ini menjadikannya daerahnya cukup terjal dan naik turun jalannya. Karena Sumedang dilewati oleh jalur utama Bandung-Cirebon maka menjadi salah satu daerah yang sangat ramai. Jalur utama ini juga melewati jalan Cadas Pangeran atau memang jalan ini adalah salah satu peninggalan sejarah bagi transportasi di Indonesia. Jalan raya cadas Pangeran ini pun terkenal sangat terjal dan sekarangan telah mengalami pelebaran sehingga sebagian badan jalan dibangun diatas jurang yang sangat dalam dan ditepi batu cadas.

Sumedang dulunya masih menjadi daerah pedalaman priangan sebelum dibukanya jalan raya pos yang merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal H.W Daendels, guna mendukung sistem perekonomian dan militer di Jawa pada masa pemerintahnya Djoko Marihandono, op.cit., hlm. 95.. Pembukaan rute jalan Bandung-Cirebon yang melewati darah Parakanmuncang-Sumedang ini sangat sulit dan memakan banyak korban jiwa dalam pembuatannya. Hal ini karena sulitnya medan, dimana harus membelah bukit dan batu cadas yang sangat besar dan keras. Dimana orang-orang yang didatangkan untuk membangun jalan ini bukan hanya dari Sumedang sendiri tapi dari daerah lain juga yang belum paham dan tidak membawa perlengkapan yang cukup.

Pembangunan jalan cadas Pangeran ini memakan waktu yang sangat lama, dimana awalnya diperkirakan selesai dalam waktu satu tahun namun tidak bisa. Keterlambatan pembangunan juga selain karena pekerja yang belum paham dan sulitnya medan yang harus dibuka, juga karena pada waktu pembangunannya terjadi banyak pemberontakan dan pergolakan yang menentang kerja paksa untuk membangun jalan Cadas Pangeran. Pemberontakan yang terjadi di pimpin oleh Bupati Sumedang yaitu Pangeran Koesoemahdinata yang pada awalnya setuju dengan pembangunan jalan raya pos ini, namun setelah melihat berbagai penderitaan yang terjadi akibat belum selesainya pembangunan dan kerja paksa yang diterapkan membuat ia menolak pembangunan ini R. Moch Ahmad Wiriaatmaja, loc.cit.

. Karena sebagai bupati yang mencintai rakyatnya ia tidak tega melihat rakyatnya menderita, maka selama pembangunan jalan raya terjadi pemberontakan yang dipimpinnya.

Puncaknya adalah adanya pertemuan dan kesepakatan yang dilakukan oleh Daendels dan Pangeran Koesoemahdinata. Dimana hasilnya adalah masyarakat Sumedang tidak lagi bekerja dalam pembangunan jalan raya ini, dan pembangunanya diserahkan kepada pasukan Zeni jadi masyarakat Sumedang hanya membantu seperlunya saja Djoko Marihandono, op.cit., hlm. 101. Persetujuan atau pertemuan ini ditandai dengan bersalaman yang akan selalu diingat dimana Daendels menyodorkan tangan kanannya disambut dengan tangan kiri oleh Pangeran Kusumahdinata yang menandakan kurang menyukai dirinya.

Bagi masyarakat Sumedang sendiri maupun masyarakat Bandung dan sekitarnya atau juga pemerintah Belanda pembangunan jalan Cadas Pangeran telah memberikan banyak dampak positif. Dimana bagi masyarakat Sumedang yang kebanyakan adalah petani kopi dan padi pembangunan jalan ini memberikan keuntungan yang sangat besar bagi pendapatan mereka. Dimana harga jual mereka menjadi lebih tinggi kepada pemerintah. Bagi pemerintah Belanda sendiri memberi keuntungan hasil panen komoditi ekspor menjadi cepat terdistribusi ke pusat dan nilainya menjadi semakin mahal, hal ini memberi pemasukan lebih bagi kas negara.

Bagi masyarakat Sumedang sendiri pembangunan jalan Cadas Pangeran memberi arti penting bagi kehidupan sosial mereka, dimana masyarakat Sumedang menjadi semakin erat dan akur ditambah dengan kepemimpinan dari bupati yang cakap. Semua hasil panen tanaman menjadi meningkat dan memberi pemasukan bagi masyarakat sendiri untuk peningkatan tarap hidup. Dan bersosialisasi dengan masyarakat dari daerah lainnya juga yang melewati jalur utama tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa jalur jalan raya Cadas Pangeran ini memberikan arti penting bagi trasnportasi di daerah Sumedang. Khususnya jalan ini menjadi jalur utama yang menghubungkan kota Bandung-Cirebon, dan menjadi jalur yang padat setiap harinya. Jalan Cadas Pangeran sendiri selain menjadi jalan utama juga menjadi daya tarik pariwisata tersendiri. Dimana ketika akan memasuki jalan Cadas Pangeran jika dari arah Bandung maka akan melihat patung dua tokoh penting dalam pembangunan jalan tersebut, yaitu patung atau tugu antara Pangeran Kusumahdinata dan H.W Daendels sedang bersalaman namun Deandels menggunakan tangan kanan Pangeran Koesoemahdinata menggunakan tangan kiri, hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang melewati jalur tersebut http://wikipedia.com/Beberapa tempat wisata di daerah Sumedang. Diakses tanggal 22 Maret 2011.

.

Historiografi yang Relevan

Historiografi adalah rekonstruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses pengujian dan menganalisa Gootschalk, Louis, Understanding of history: A Primer of historical method . A.b. Nugroho Notosusanto. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1975, hlm. 19.. Penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Cadas Pangeran : Arti Penting Bagi kehidupan Masyarakat Sumedang (1808-1811) penulis menggunakan sumber yang relevan sebagai berikut.

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer dan diterbitkan oleh Lentera Dipantara. Isi buku ini memberikan gambaran mengenai proses pembuatan jalan raya pos yang berada di Indonesia. Cadas Pangeran. Yang ditulis oleh R. Moch Ahmad Wiriaatmaja. Isi buku ini menjelaskan mengenai proses pembangunan jalan Cadas Pangeran yang berada di daerah Sumedang. Dan arti penting bagi masyarakatnya itu sendiri.

Beberapa catatan mengenai Jalan Cadas Pangeran, yang ditulis oleh R. Moch Ahmad Wiriaatmaja. Isi buku ini memberikan penjelasan dari catatan-catatan singkat selama pembuatan jalan Cadas Pangeran. Dan gambaran keadaan masyrakat Sumedang pada waktu itu. Sejarah Daerah Jawa Barat. Yang ditulis oleh Bambang Suwondo, dan dikeluarkan oleh Depdikbud RI. Buku ini menggambarkan tetang kondisi dan keadaan masyarakat Jawa barat dari masa kemasa sampai rentang waktu Indonesia mencapai kemerdekaan.

Titik Balik Historiografi Indonesia. Buku yang ditulis oleh Djoko Marihandono. Dalam sub bab didalamnya menjelaskan mengenai pembuatan jalan raya Cadas Pangeran dan arti penting bagi kehidupan masyarakat Sumedang itu sendiri. Dan penjelasan mengenai berbagai proyek jalan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah Belanda.

Metode Penelitian

Sejarah merupakan suatu ilmu yang memiliki metode sendiri dalam mengungkapkan peristiwa masa lampau agar menghasilkan karya sejarah yang kritis, ilmiah dan objektif. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan atau prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, melakukan penelitian secara kritis dalam bentuk tulisan. Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hlm. 43.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sejarah kritis, lain dari metode sejarah pada umumnya. Dalam penerapannya metode sejarah kritis meliputi proses pengumpulan, menguji, menganalisis sumber dengan disertai kritik baik intern maupun ekstern, kemudian diinterpretasikan serta disajikan dalam bentuk penulisan karya sejarah.

Menurut Louis Gottschalk ada empat prosedur dalam proses penelitian sejarah yang memuat langkah-langkah penulisan sejarah, yaitu: Nugroho Notosusanto, Norma-Norma dan Penulisan Sejarah. Jakarta: Dephankam, 1971, hlm. 19.

Heuristik, berasal dari bahasa Yunani heurikein yang berarti mencari atau menemukan jejak jejak sejarah I Gde Widjaya, Sejarah Lokal Suatu Persfektif Dalam Pengajaran Sejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hlm. 18.. Pengumpulan sumber (heuristik), yaitu kegiatan untuk menghimpun jejak-jejak masa lampau yang dikenal sebagai data-data sejarah. Usaha untuk menelusuri jejak-jejak sejarah sebagai langkah awal penelitian dari prosedur kerja sejarawan sering disebut dengan kegiatan heuristik. Jejak-jejak sejarah itu yang disebut sumber-sumber sejarah. Sumber sejarah terdiri dari tiga macam sumber yaitu sumber benda (artefak), sumber lisan yang berperan mengembangkan substansi penulisan sejarah, dan sumber tertulis yang berupa surat-surat, notulen atau sebagainya.

Sumber sejarah menurut Louis Gottschalk dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata-kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakan (saksi pandang mata) Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 35.. Sedangkan menurut Jahn W. Best, sumber primer adalah cerita atau catatan para saksi mata, dari data yang diperoleh tersebut oleh saksi mata atau pengamat dan juga bisa catatan saksi mata yang menyaksikan peristiwa.

Sedangkan sumber sekunder adalah kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandang mata atau saksi tersebut tidak hadir dalam peristiwa tersebut. Adapun sumber sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

F. Van Anrooy (1991), Herman Willem Daendels (1762-1818) dalam akihari H.Et all. Herman Willem Daendels 1762-1818. Utrecht.

Bundel priangan nomor 12.4 soerat datang dari Regent Bandung taoen 1808.koleksi ANRI.

Djoko Marihandono (2008). Titik Balik Historiografi Indonesia. Jakarta : Wedatama Widya Sastra.

R. Moch Ahmad Wiriaatmaja (2003). Cadas Pangeran. Sumedang.

R. Moch Ahmad Wiriaatmaja. Beberapa catatan mengenai Jalan cadas pangeran.

Verifikasi, suatu proses pengujian dan menganalisa secara kritis mengenai keontetikan sumber-sumber yang berhasil dikumpulkan. Verifikasi ada dua macam: mautentisitas, atau keaslian sumber, atau kritik intern dan kredibilitas atau kebiasaan dipercaya atau kritik ekstern Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang Budaya, 2005, hlm. 34.. Kritik intern adalah penilaian terhadap sumber sejarah dari isi sumber dokumen tersebut, jadi keaslian dokumen dianalisis berdasarkan isinya. Kritik ekstern adalah mengkaji sumber sejarah dari luar, mengenai keaslian dari kertas yang dipakai, ejaan tulisan, jenis tinta dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui autensitasnya. Verifikasi sangat diperlukan dalam penulisan sejarah, karena semakin kritik dalam menilai suatu sumber sejarah, semakin autentik penelitian sejarah yang dilakukan.Interprestasi, yaitu menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta sejarah yang diperoleh setelah diterapkan kritik intern dan ekstern dari data-data yang berhasil dikumpulkan. Dengan terwujudnya fakta sejarah, belum bias disebut sejarah dalam arti cerita tentang apa yang telah dialami manusia diwaktu yang lampau. Fakta-fakta sejarah yang telah diwujudkan perlu dihubungkan dan dikaitkan satu sama lain sedemikian rupa sehingga antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya kelihatan sebagai suatu rangkaian yang masuk akal, dalam arti menunjukkan kecocokan satu sama lainnya.Penulisan, adalah tingkat klimaks dari kegiatan penelitian sejarah. Fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diinterpretasikan kemudian langkah terakhir penulis cerita sejarah itu disajikan menjadi suatu karya sejarah. Penulisan karya sejarah mempunyai dua sifat, yaitu tulisan sejarah naratif dan non-naratif Sartono Kartodirdjo, pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: gramedia Pustaka Utama, 1992, hlm. 54.. Sejarah naratif ingin membuat deskripsi tentang masa lampau dengan merekonstruksi apa yang terjadi serta diuraikan sebagai cerita menurut proses waktu. Sementara itu sejarah non-naratif merupakan karya sejarah yang berpusat pada masalah.

H. Pendekatan Penelitian

Suatu penelitian sejarah akan lebih sempurna apabila menggunakan pendekatan yang bersifat multidimensional. Pendekatan multidimensional bertujuan untuk membuat sebuah kisah sejarah itu lebih berbicara. Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan historis, sosiologis, antropologis. Menurut Roeslan Abdulgani pendekatan historis akan dapat meneliti dan menyelidiki secara sistematis seluruh perkembangan masyarakat serta manusia di masa lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitian dan penyelidikan itu untuk kemudian dijadikan perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta di masa lampau Roeslan Abdulgani, Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Prapanca. 1963, hlm. 11.. Pendekatan sosiologis merupakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat yang terkait dengan ikatan adat, kebiasaan, kehidupan, tingkah laku, dan keseniannya Hasan Shadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Bina Aksara, 1984, hlm, 82.

. Pendekatan sosiologis juga akan membantu meningkatkan kemampuan untuk mengetahui berbagai jenis aspek sosial masyarakat atau gejala yang dikaji, seperti adanya berbagai golongan sosial, jenis-jenis, macam ikatan sosial dan lain sebagainya Sartono Kartodirjo, op.cit., hlm. 145.

. Melalui pendekatan ini penulis akan mengkaji tentang kehidupan sosial masyarakat Sumedang. Pendekatan Antropologi adalah pendekatan yang mengungkapkan tentang nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh, status, dan gaya hidup, system pemerintahannya. Pendekatan Antropologis dipakai dalam penulisan skripsi ini agar memperoleh suatu gambaran kehidupan masyarakat Sumedang Ibid.,.

Sistematika Pembahasan

Bab pertama menjelaskan tentang latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, kajian pustaka, historiografi yang relevan, batasan judul, rumusan masalah, ruang lingkup, segi kegunaan penelitian, dan garis besar isi, secara keseluruhan sudah dibahas dalam uraian di atas.

Bab kedua akan menjelaskan bagaimana awal pembangunan jalan cadas pangeran mengenai proses pembuatan dan sampai dirampungkannya pembuatan jalan. Yang dimana dengan medan yang sangat terjal guna membuka jalan ini, harus membelah bukit dan dibangun di batu cadas yang sangat keras. Menjelaskan bagaimana sulitnya para pekerja yang dipaksa untuk membuka jalan ini, dan berbagai kendala yang ada dalam pembuatan jalan raya pos ini. Serta menjelaskan bagaimana peran serta masyarakat Sumedang dan juga Bupatinya dalam pembuatan jalan raya cadas pangeran ini. Dimana masyarakat Sumedang yang awalnya adalah para petani dipaksa untuk kerja wajib membantu membuka jalan raya pos ini, yang dikerjakan oleh orang-orang yang didatangkan dari Jawa. Pembuatan jalan yang sangat sulit karena harus membelah bukit dan dibangun diatas cadas batu yang keras ini membuat masyrakat Sumedang menderita dimana semua laki-laki dikerahkan untuk membuat jalan ini. Dan begitu memakan banyak korban jiwa.

Bab ketiga akan membahas mengenai terjadinya peristiwa cadas pangeran yang merupakan sebuah pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Sumedang yang dipimpin oleh Bupati Pangeran Koesoemadinata. Yang merupakan pengungkapan rasa peduli melihat rakyatnya menderita akibat berbagai penyakit dan juga kerja paksa yang dilakukan untuk membuka jalan raya pos atau lebih dikenal dengan Cadas Pangeran. Dimana pemberontakan-pemberontakan ini membuat terhambatnya pembuatan jalan raya pos. hal inii membuat Gubernur Jenderal turun tangan dan mengadakan pertemuan dengan Pangeran Koesoemahdinata. Satu hal yang sangat mengagetkan disini yaitu ketika Daendels mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman disambut dengan tang kiri oleh Pangeran Koesoemahdinata dengan tangan kanan siaga memegang keris. Sebagai rasa tidak percaya dan benci terhadap kaum penjajah.

Bab keempat menjelaskan letak geografis kota Sumedang itu sendiri. Dimana Kabupaten Sumedang, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Sumedang, sekitar 45 km Timur Laut Kota Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di Utara, Kabupaten Majalengka di Timur, Kabupaten Garut di Selatan, Kabupaten Bandung di Barat Daya, serta Kabupaten Subang di Barat. Daerah Sumedang daerahnya cukup subur dengan pengairan yang cukup cocok untuk lahan pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Dengan keadan daerah yang cocok untuk pertanian komoditi eksport pada masa kolonial seperti halnya kopi, teh, padi daerah Sumedang sangat strategis dan juga penting. Sehingga dengan keadaan daerah yang cenderung lebih sejuk dan adem karena masih daerah yang bergunung-gunung dan banyak juga lenbah. Maka pembangunan jalan transportasi sepeti jalan Cadas Pangeran yang merupakan jalur utama dan jalan satu-satunya untuk mengangkut hasil komoditi eksport pada masa koloniala dirasa sangat penting dan bermanfaat sekali,

Sebelum adanya jalan Cadas Pangeran ini daerah Sumedang masih termasuk daerah priangan yang berada di daerah pedalaman walau pada waktu itu daerah Sumedang sudah menjadi bagian dari kerajaan yang berada di sekitarnya. Setelah dibuka dan dilaksanakannya kerja paksa guna membuka jalan raya pos ini memberi dampak positif juga bagi masyarakat Sumedang tidak hanya dampak negatif yang diberikan selama masa pembuatan jalannya. Dampak positif yang diberikan mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat itu sendiri, dengan adanya jalan raya ini pada masa hasil panen semua tanaman yang merupakan komoditi ekspot mengalami kenaikan pada harga jualnya, hal ini tentu memberi pemasukan pendapatan yang lebih. Dan juga ongkos angkut yang menjadi semakin murah karena jarak tempuh yang semakin berkurang menjadi cepat. Ini membuat taraf hidup masyarakat Sumedang menjadi semakin lebih baik.

Bab kelima merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi ini. Bab ini berisi tentang jawaban dari rumusan masalah yang diajukan sebagai permulaan dari kajian skripsi ini.