BAB I Refrat

5
BAB I PENDAHULUAN Proses penuaan (aging) merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Seringkali proses penuaan dihubungkan dengan menurunnya fungsi tubuh sehingga terjadi penurunan kualitas hidup saat seseorang mencapai usia yang lanjut (Asmaningrum, 2014). Menurut WHO (2014) bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia (elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih. Populasi lanjut usia di dunia mencapai laju yang sangat luar biasa. Sebagian besar berhubungan dengan penurunan laju kelahiran dan peningkatan angka harapan hidup dalam 20 tahun terakhir. Di Eropa, persentase orang berumur 60 tahun atau lebih diperkirakan meningkat sekitar sepertiga sejak tahun 1996 sampai 2025, tergantung masing-masing negara. Di beberapa negara berkembang, persentase orang berumur 60 tahun atau lebih diperkirakan meningkat 200% pada periode yang sama. Hingga tahun 2020, populasi dunia diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan sebagian besar di negara sedang berkembang, sebagian lagi di negara maju (Beers, 2005). Berdasarkan proyeksi penduduk pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 23.992.552 penduduk usia lanjut. Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34% (Baskoro dan Konthen, 2008). Saat ini Indonesia telah memasuki era penduduk struktur lansia karena pada tahun 2009 jumlah penduduk berusia di atas 60

description

refrat psikiatri

Transcript of BAB I Refrat

Page 1: BAB I Refrat

BAB I

PENDAHULUAN

Proses penuaan (aging) merupakan proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Seringkali proses

penuaan dihubungkan dengan menurunnya fungsi tubuh sehingga terjadi penurunan kualitas

hidup saat seseorang mencapai usia yang lanjut (Asmaningrum, 2014). Menurut WHO (2014)

bahwa yang dimaksud dengan lanjut usia (elderly) adalah seseorang yang berumur 60 tahun

atau lebih.

Populasi lanjut usia di dunia mencapai laju yang sangat luar biasa. Sebagian besar

berhubungan dengan penurunan laju kelahiran dan peningkatan angka harapan hidup dalam

20 tahun terakhir. Di Eropa, persentase orang berumur 60 tahun atau lebih diperkirakan

meningkat sekitar sepertiga sejak tahun 1996 sampai 2025, tergantung masing-masing

negara. Di beberapa negara berkembang, persentase orang berumur 60 tahun atau lebih

diperkirakan meningkat 200% pada periode yang sama. Hingga tahun 2020, populasi dunia

diperkirakan mencapai lebih dari 1 milyar orang berumur 60 tahun atau lebih, dan sebagian

besar di negara sedang berkembang, sebagian lagi di negara maju (Beers, 2005). Berdasarkan

proyeksi penduduk pada tahun 2010, di Indonesia terdapat 23.992.552 penduduk usia lanjut.

Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah penduduk usia lanjut ini sebesar 11,34% (Baskoro dan

Konthen, 2008).

Saat ini Indonesia telah memasuki era penduduk struktur lansia karena pada tahun 2009

jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah

penduduk lansia sekitar 7% adalah di Jawa dan Bali. Jumlah penduduk lansia pada tahun

2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, sedangkan pada

tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun, dan

pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1

tahun. (Menkokesra, 2009).

Seiring bertambahnya usia, proses penuaan yang disebabkan oleh berbagai macam faktor ini

tidak dapat dihindari. Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya penuaan antara lain

lingkungan dan gaya hidup, susunan genetik seseorang, faktor organik dan faktor psikis

seperti stres (Wibowo, 2003).

Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba

untuk mengadaptasi stresor yang ada. Sedangkan stresor adalah kejadian, situasi yang dilihat

sebagai unsur yang menimbulkan stres dan menyebabkan reaksi stres sebagai hasilnya

Page 2: BAB I Refrat

(Asmaningrum et al., 2014). Stres telah menjadi bagian dari kehidupan manusia namun

sering tidak diperhatikan, stres dapat dialami oleh siapa saja dan dimana saja (Hardjana,

1994).

Secara alamiah tubuh merespon stres dengan cara memberi alarm waspada, yaitu

mengaktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) axis, yang mengontrol kadar

hormon stres yang diproduksi, sehingga menyebabkan jantung berdegup kencang, respiratory

rate naik, dan terjadi peningkatan energi (Wingfield, 2003; Boonstra, 2004). Hal ini

dinamakan respon fight atau flight. Beberapa macam stres bersifat normal dan bermanfaat

bagi tubuh manusia. Stres dapat meningkatkan kinerja seseorang dalam bekerja. Sebagai

contoh, stres dapat membantu seseorang dalam memenangkan lomba atau menyelesaikan

suatu pekerjaan dengan tepat waktu. Tapi apabila stres terjadi terlalu lama dan berat, stres

dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti terjadinya gejala sakit

kepala, sakit perut, sakit punggung, dan susah tidur. Stres juga bisa menurunkan sistem imun

seseorang, sehingga seseorang tersebut mudah sekali terjangkit suatu penyakit. Jika seseorang

sudah tidak sehat, maka stres membuat keadaan tubuh lebih buruk. Stres dapat membuat

seseorang tersebut gelisah, mudah marah, dan tegang (Arder, 2000; Cohen, 2001; Wingenfeld

dan Wolf, 2011). Stres juga dikaitkan dengan proses pemendekan telomer pada orang

dewasa. Telomere merupakan sequence/urutan non-coding DNA yang terdapat pada ujung

kromosom linier dari eukariota. Terjadinya pemendekan telomere merupakan penyebab

penting terjadinya proses penuaan (Epel et al, 2010;. Haussmann dan Marchetto, 2010).

Keadaan stres ini lah yang menjadi daya tarik penulis untuk mencari hubungan antara stres

dengan terjadinya proses penuaan. Berbagai penelitian banyak menyebutkan mengenai

hubungan antara stres dan terjadinya proses penuaan. Untuk itu, menarik diulas kembali

melalui berbagai referensi artikel terkhusus pada kondisi stres dengan proses penuaan.

Asmaningrum N, Wijaya D, Permana CA (2014). Dukungan sosial keluarga sebagai upaya

pencegahan stres pada lansia dengan andropause di desa Gebang wilayah kerja

puskesmas Patrang kabupaten Jember. Jurnal IKESMA. 1(10): 78-87.

Hardjana, 1994, Stres Tanpa Distres : Seni Mengolah Stres, Yogyakarta: Kanisius

Page 3: BAB I Refrat

Baskoro, A dan Konthen, PG. 2008. Basic Immunology of Aging Process. Naskah Lengkap

pada 5th Bali Endocrine Update 2nd Bali Aging and Geriatric Update Symposium. Bali

11-13 April 2008.

Beers, M. 2005. The Merck Manual of Health & Aging. Amerika Serikat : Ballantine Book

Trade Paperback. p. 24-25.

Ader R (2000). On the development of psychoimmunoneurology. Eur Journal of Pharmacol.

405.

Cohen N, Kinney KS (2001). Exploring the phylogenetic history of neural immune system

interaction. In psychoneuroimmunology 3rdededited by Robert Ader, David LF,

Nicholas Cohen. 1: 21-54.

Wingerfield K, Wolf OT (2011). HPA axis alterations in mental disorders: Impact on

memory and its relevance for therapeutic interventions. CNS Neuroscience and

Therapeutics. 17: 714-722.

Wingfield, J. C. (2003). Control of behavioural strategies for capricious environments. Anim.

Behav. 66, 807-815.

Boonstra, R. (2004). Coping with changing northern environments: the role of the stress axis

in birds and mammals. Integr. Comp. Biol. 44, 95-108.

Epel, E. S., Lin, J., Dhabhar, F. S., Wolkowitz, O. M., Puterman, E., Karan, L. and

Blackburn, E. H. (2010). Dynamics of telomerase activity in response to acute

psychological stress. Brain Behav. Immun. 24, 531-539.

Haussmann, M. F. and Marchetto, N. M. (2010). Telomeres: Linking stress and survival,

ecology and evolution. Curr. Zool. 56, 703-713.

Wibowo, S. 2003. Andropause : Keluhan, Diagnosis dan Penanganannya. Dalam : The

Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta : FKUI. hal: 11-

17.

Menkokesra. Lansia masa kini dan mendatang. Kementrian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat. 2009.