BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/1692/2/Rizal Rahman Hakim Alfaridi BAB...
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pemandangan di sekitar Situ tampak asri dengan pepohonan rindang yang berumur
ratusan tahun. Situ yang banyak dikunjungi, baik para turis maupun peziarah itu menyimpan
banyak misteri yang hingga sekarang masih dipercaya oleh penduduk setempat. Salah satu di
antaranya ikan yang mati dari Situ Sangiang harus dikuburkan layaknya manusia, sebab menurut
riwayat, ikan lele, dan sejenisnya yang hidup di tempat tersebut merupakan jelmaan manusia.
Pemimpin ikan jelmaan itu adalah putra Prabu Talaga Manggung Pucuk Umum yang bernama
raden Panglurah, cucu Prabu Siliwangi, raja Pakuan Pajajaran. Riwayat di balik terbentuknya
objek wisata yang banyak tersebar di Jawa Barat tidak ada buruknya untuk diketahui sebagai
tambahan ilmu pengetahuan bagi semua, terutama bagi mereka yang menyukai cerita maupun
sekelumit sejarah yang tersimpan rapi di balik misteri yang banyak dibicarakan orang.
Situ Sangiang adalah salah satu peninggalan sejarah yang dijadikan objek wisata di desa
sangiang kabupaten Majalengka. Situ ini mampu menangkap kehidupan sejarah pada masa itu di
masa Kerajaan Talaga Manggung yang masih ada sampai sekarang yang kemudian dijadikan
salah satu objek wisata di Kabupaten Majalengka.
Situ Sangiang terletak 800 m atau sebelum kota Talaga dari arah selatan. Kawasan
tersebut terletak pada ketinggian tanah antara 600-800 m. Ketinggian tanah terendah berada di
desa Banjaran dan tertinggi di desa Sangiang. Bentuk permukaan tanah umumnya beragam,
namun secara umum adalah relatif datar dengan kemiringan lahan sampai dengan 10%. Lahan-
lahan demikian umumnya dipergunakan untuk area persawahan dan perairan.
1
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
2
Dari aspek iklim, kawasan Situ Sangiang termasuk tipe iklim C2 dengan intensitas curah
hujan rata-rata antara tahun 1990-1997 sebesar 1.802 mm/tahun. Curah hujan tertinggi pada
tahun 1990 sebesar 3.050 mm/tahun dan terendah terjadi pada tahun 1991 dengan curah hujan
sebesar 716 mm/tahun. Situ Sangiang merupakan bagian perairan. Selain sebagai sumber air
setempat bagi penduduk sekitar dan kegiatan perikanan, air dari Situ Sangiang dipergunakan
juga sebagai suplai untuk saluran irigasi yang terletak di bagian barat kota Talaga.
Ketinggian air tanah sekitar Situ Sangiang berkisar antara 2-20 m di bawah permukaan
tanah dengan sifat pengaliran tidak stabil. Sumur artesis yang dipergunakan penduduk untuk
mendapatkan air bersih berkisar pada kedalaman 5-15 m dengan ph 6,5 (normal). Dengan
kondisi demikian maka dapat disimpulkan bahwa air permukaan maupun air tanah disekitar Situ
Sangiang dapat dipergunakan juga untuk penggembangan pertanian, perikanan dan kegiatan
lainnya.
Jenis tanah disekitar kawasan terdiri dari 2 jenis yaitu assosiasi andosol dan assosiasi
podsolik dengan mayoritas tebaran adalah podsolik terutama pada daerah persawahaan dan
perairan. Tekstur tanah kedua jenis tanah tersebut adalah halus sampai sedang dengan top soil
antara 50-150 cm, memiliki tingkat kesesuaian S3-S2 untuk kegiatan pertanian. Secara umum,
penggunan lahan di sekitar lokasi Situ Sangiang (7 desa) terdiri dari lahan pertanian sawah,
perladangan, pemukiman dan perikanan. Persawahan menempati luas paling besar (657,33 ha),
kemudian ladang (550,59 ha), dan pemukiman (136,59 ha).
Dari jumlah 25.000 jiwa penduduk kawasan Situ Sangiang pada tahun 2000, jumlah
terbesar berada di desa Banjaran dengan jumlah penduduk sekitar 4.501 jiwa dan kepadatan 18
jiwa/ha. Namun, desa dengan kepadatan tertinggi adalah desa Talaga dengan jumlah penduduk
5.388 jiwa kepadatan 23 jiwa/ha. Dari sisi mata pencaharian penduduk, jumlah angkatan
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
3
kerja/penduduk yang bekerja adalah sejumlah 9.520 orang atau sekitar 48 % dari jumlah
penduduk. Jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar Situ Sangiang
adalah bertani (3.348 orang) dan berternak (2.994 orang). Selain itu, buruh tani juga merupakan
golongan pekerjaan yang cukup besar sekitar 2.249 orang.
Kawasan Wana Wisata Situ Sangiang dengan pemandangan hutan campuran diantaranya
mahoni dan kayu manis ditemukan juga jenis-jenis lain diantaranya alang-alang, rumput teki,
gewar, rotan, saliara, kirinyuh, pohpohan, tepus, kiara, manglid, suren, benda, kemiri, pasang dan
lain-lain, sedangkan jenis fauna di antaranya ular sanca, ular sawah, burung kutilang, bincarung,
cangkakak, kera, lutung, bai. Kegiatan Wisata yang dapat dilakukan di antaranya lintas alam,
bersampan, memancing dan berkemah. Di wana wisata Situ Sangiang terdapat makam yang
dikeramatkan. Juru kunci setempat menyebutkan, makam yang ada di pinggir Situ Sangiang ini
merupakan salah satu makam tokoh penyebar Islam di daerah Majalengka dan sekitarnya. Wajar
saja bila berwisata di Situ Sangiang lebih bersifat religius. Ada yang jauh-jauh datang ke sana,
hanya ingin berziarah ke makam wali dan kemudian mandi di pinggir situ. Jadi, benar-benar
wisata itu sangat sakral. Menurut penduduk setempat dan juru kunci situ itu merupakan
penjelmaan dari sebuah kerajaan kuno yang disebut kerajaan Talaga.
Demikian Situ Sangiang semakin dikenal masyarakat di kabupaten Majalengka dan juga
di luar Majalengka sehingga Situ Sangiang semakin berkembang menjadi objek wisata sejarah
yang bersifat magis yang ada hingga saat ini. Masih banyak pengunjung yang datang, namun
berjalannya waktu keberadaan objek wisata yang bernilai sejarah kurang diminati wisatawan luar
negeri. Mereka lebih tertarik dengan wisata yang buatan yang lebih menyenangkan seperti wisata
kuliner dan wisata belanja daripada mengunjungi objek wisata yang menyajikan nuansa sejarah
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
4
seperti mengunjungi tempat-tempat bersejarah untuk mengenang sekaligus bukti para leluhur
pernah ada untuk berjuang di masa lalu.
Untuk mengatasi permasalahan di atas sangat perlu untuk meningkatkan minat
masyarakat untuk mengenal peninggalan-peninggalan sejarah melalui wisata sejarah. Bisa
dikembangkan dengan melengkapi terlebih dahulu fasilitas standar disesuaikan dengan tujuan
yang disajikan untuk wisata sejarahnya. Semua itu, dapat dikelola dengan baik apabila tercipta
sinkronisasi antara masyarakat dan dinas terkait sehingga tercipta objek wisata yang diinginkan,
yaitu objek wisata Situ Sangiang, Sehubungan dengan itu peran perhatian pemerintah daerah
Majalengka untuk menjaga dan mempromosikan daerah loka wisata ini dengan lebih baik lagi.
Hal ini yang mendasari ketertarikan peneliti untuk menjadikannya sebagai bahan skripsi dengan
judul seperti pada sampul.
J. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan pokok masalah sebagai berikut :
1. Situ Sangiang Sebagai Situs Sejarah Kabupaten Majalengka (1998 – 2016);
2. Silsilah Kerajaan Talaga Manggung dan Hubungannya dengan Kerajaan Lain;
3. Situ Sangiang sebagai Objek Wisata kabupaten Majalengka;
K. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengungkap :
1. Situ Sangiang Sebagai Situs Sejarah Kabupaten Majalengka (1998 – 2016);
2. Silsilah Kerajaan Talaga Manggung dan Hubungannya dengan Kerajaan Lain;
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
5
3. Situ Sangiang Sebagai Objek Wisata kabupaten Majalengka;
L. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
Secara Teori, dengan memberikan wawasan bagi peneliti dan kepada para pembaca
tentang sejarah lokal yang kemudian, Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi
dan bahan acuan bagi penelitian di masa yang akan datang. Secara Praktis, selanjutnya
diharapkan bagi mahasiswa prodi Sejarah khususnya, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan bacaan dan bahan pembelajaran untuk gambaran penelitian yang baik di masa
yang akan datang agar dalam pengerjaannya bisa menjadi jauh lebih baik dari penelitian ini.
Untuk masyarakat, dapat memberikan wawasan dan pengetahuan agar mengetahui tentang
sejarah lokal yang dipaparkan dalam bentuk tulisan penelitian skripsi ini.
M. Tinjauan Pustaka
Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumberdaya wisata yang
dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat
dikunjungi wisatawan luar pulau ataupun luar negara (Pitana dan Gayatri, 2005 : 2). Situ
merupakan suatu wadah atau genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk, baik secara
alami maupun buatan yang airnya berasal dari tanah maupun air permukaan, berukuran relatif
kecil dibandingkan danau, tergolong ke dalam ekosistem perairan air tawar terbuka dan dinamis,
sebagai siklus hidrologis yang potensial dan merupakan salah satu bentuk kawasan lindung.
Fungsi situ dapat berupa sistem ekologi dan sistem tata air wilayah sekitarnya, daerah tampungan
air, pada kondisi tertentu dapat menjadi pembangkit listrik, pengimbuh (recharge) air pada
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
6
cekungan air tanah serta penahan intrusi air asin, sumber air baku, irigasi, pengendalian banjir,
dan fungsi ekonomi lainnya berupa rekreasi, perikanan, dll (Rahman 2010:6).
Situs adalah sebidang tanah yang mengandung benda-benda arkeologi seperti fosil
binatang masa purba, fosil manusia yang hidup pada masa purba, benda-benda peninggalan masa
purba, dan lain sebagainya di daerah itu sendiri untuk diteliti. Situs bisa berbentuk benda dan
bangunan yang merupakan sumber atau situs sejarah yang bisa dilihat dan bisa dipegang. Berkat
terlalu nyata, benda dan bangunan sering disebut artifact, artinya di satu sisi benda dan bangunan
itu disebut data sejarah, tetapi di sisi lain benda dan bangunan disebut fakta sejarah. Fakta benda
dan bangunan itu ada, tetapi fakta sosial (sosifact) sudah tidak terlihat lagi karena peristiwa itu
hanya terjadi satu kali. Begitu juga dengan mentifact. Mentifact adalah fakta yang benar–benar
terlihat lagi karena tersimpan dalam memori otak atau terkadang dalam dokumen–dokumen yang
dihasilkan oleh manusia. Dokumennya memang tampak jelas seperti artifact, tetapi mentifact
tidak dengan sendirinya keluar dari dokumen tanpa dibaca dan diteliti (Priyadi, 2013 :69).
Majalengka memiliki peninggalan arkeologis, sejarah dan kepurbakalaan situs-situs dari
berbagai masa salah satunya Goong Renceng yang tersimpan di musium. Situs-situs peninggalan
sejarah lokal kerajaan di Indonesia, yang sebenarnya sangat banyak, namun pada zaman
sekarang peninggalan-peninggalan tersebut sudah banyak yang hilang karena termakan waktu.
Peninggalan-peninggalan yang sampai sekarang masih ada salah satunya Situ yang terdapat di
desa Sangiang kabupaten majalengka. Dan untuk itulah peneliti melakukan penelitian ini guna
mengungkap sejarah terjadinya situ tersebut yang merupakan peninggalan Kerajaan Talaga
Manggung di Kabupaten Majalengka.
Penelitian tentang situs sejarah Situ Sangiang kabupaten Majalengka sejauh pengamatan
peneliti hingga sampai saat ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Untuk itulah
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
7
peneliti mencoba untuk meneliti lebih lanjut tentang Situ Sangiang ini. Namun, penelitian yang
berkaitan dengan situs sejarah Situ Sangiang kabupaten Majalengka ini pernah dilakukan oleh
peneliti–peneliti lain dan bahkan ada yang sudah dibukukan.
Sebagai perbandingan untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa penelitian skripsi Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan dari
sumber lain seperti terdapat pada penelitian yang sudah dibukukan dan lebih lengkap
cakupannya dan arsip-arsip yang tersebar, sebagai contoh telah diterbitkan November 2012 oleh
Yayasan Masyarakat Sejarawan Indonesia, Cabang Jawa Barat dengan judul Sejarah Kerajaan
Talaga.
Basri (2002) dalam penelitiannya yang berjudul Peninggalan Benda-Benda Purbakala di
Kecamatan Mrebet, mengatakan peninggalan-peninggalan yang terdapat di kecamatan Mrebet
terdiri dari mangkok, lumping, genta, binggel, gelang, yoni, kelir, makam dan lain-lain. Dari
situs-situs yang ditemukan di Kecamatan Mrebet masing-masing terdapat mitos yang berkaitan
dengan kegiatan ritual yang dilakukan di zaman purbakala. Mitos atau cerita lisan yang ada dan
melekat terhadap benda-benda purbakala pada dasarnya merupakan suatu usaha pewarisan
terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang dianggap baik oleh masyarakat sehingga hal ini dapat
diwariskan pula terhadap anak cucu atau kepada masyarakat sekitar berkembang pada
peninggalan benda-bendapurbakala di Kecamatan Mrebet.
Penelitian yang dilakukan Daryanti (2002) yang berjudul Situs-Situs Peninggalan
Sejarah di Baturraden Banyumas. Situs-situs sejarah yang terdapat di Baturraden juga
mempunyai mitos-mitos tertentu. Mitos adalah sebuah cerita yang memberikan pedoman dan
arah tertentu kepada sekelompok orang. Cerita ini dapat dituturkan, tetapi juga diungkapkan
lewat tarian-tarian atau pementasan wayang. Mitos mengatasi cerita dalam arti kata modern
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
8
isinya lebih daripada rangkaian-rangkaian peristiwa yang menggambarkan dan menghibur saja.
Mitos tidak hanya terbatas pada semacam reportase mengenai peristiwa-peristiwa yang dahulu
terjadi. Mitos memberikan arah kepada kelakuan manusia dan merupakan semacam pedoman
untuk manusia.
N. Landasan Teori dan Pendekatan
a. Landasan Teori
Dalam sebuah penelitian landasan teori sebagai salah satu langkah untuk mendapatkan
hasil yang maksimal mutlak diperlukan. Sebagai bentuk kegiatan yang ilmiah, teori berfungsi
sebagai alat untuk memecahkan masalah penelitian. Teori Geneologi adalah kajian tentang
keluarga dan penelusuran jalur keturunan serta sejarahnya. Ahli geneologi menggunakan berita
dari mulut ke mulut, catatan sejarah, analisis genetik, serta rekaman lain untuk mendapatkan
informasi mengenai suatu keluarga dan menunjukkan kekerabatan dan silsilah dari anggota-
anggotanya. Hasilnya sering ditampilkan dalam bentuk bagan atau ditulis dalam bentuk narasi
(Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 117).
Teori Arkeologi merupakan salah satu data sejarah yang penting adalah artifact. Di sini,
artifact dikatakan sebagai data dan di sisi lain juga disebut sebagai fakta. Artifact adalah data
yang bisa dilihat oleh kasat mata, bias diamati dan diteliti, dipegang, dan secara nyata memang
ada. Berbeda dengan data dalam bentuk pikiran. Sejarawan tidak tahu seperti apa data pikiran
apabila pikiran itu tidak ditulis atau dikatakan secara jelas. Artifact disebut data dan fakta
sekaligus Karena nyata tampak di depan mata. Baik berwujud benda ataupun bangunan. Benda-
benda peninggalan sejarah bias dilihat seperti kapak perimbas, kapak lonjong, kapak sepatu,
kapak neolithik, mahkota raja, baju, perhiasan, peralatan rumah tangga, peralatan kantor,
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
9
persenjataan perang, jenis kain tradisional dan lain-lain. Begitu pula dengan punden berundak,
menhir, bangunan candi, kuil, masjid, gereja, kerato, tempat peristirahatan, sekolah, perguruan
tinggi dan lain-lain. Jenis benda dan bangunan bisa menjadi objek ilmu arkeologi yang dapat
dispesialkan sebagai arkeologi prasejarah, arkeologi Hindu-Budha, arkeologi Islam dan
arkeologi Belanda dan masa kini (Priyadi, 2013 : 70).
Terdapat ketergantungan yang besar pada ilmu sejarah karena keterbatasan kemampuan
para sejarawan sehingga mereka lebih banyak mengandalkan para arkeolog. Padahal, ilmu
arkeologi hanya berkedudukan sebagai ilmu bantu. Ilmu sejarah seharusnya mengharapkan
bahwa sejarawan menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri. Namun, sejarah merasa beruntung
Karena keterlibatan arkeologi sangat membantu dalam membantu membangun teks historis. Jika
fenomena itu terjadi di masa lampau, maka sejarawan harus lebih sigap dan tekun mempelajari
ilmu-ilmu bantu, terutama arkeologi. Sejarawan Indonesia baru mampu terlibat dalam penulisan
sejarah Nasional Indonesia pada masa kontemporer dengan adanya arsip Belanda sebagai data
historis. Sejarah kontemporer yang benar-benar terjadi di masa kini (abad XX dan XXI)
seharusnya tidak boleh dilewatkan penyimpanannya karenan manusia begitu lalai, maka
tebusannya di kemudian hari akan berat dengan hilngnnya data tanpa dirasakan (Priyadi, 2013:
71).
Manusia kelihatannya tidak merasa kehilangan sesuatu. Seiring berjalannya waktu, data
arkeologis semakin berkurang. Lama-kelamaan data arkeologis yang berasal dari masa
prasejarah dan Hindu-Budha rusak dan hilang karena orang semakin tidak peduli dengan data
tersebut. Jika orang mendengar dan menikmati kisah sejarah, maka muncul kesan bahwa sejarah
adalah murah meriah, Tetapi dalam kenyataan penyusunan sejarah membutuhkan biaya yang
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
10
tidak murah, bahkan mahal. Hilang dan hancurnya data arkeologis akan merugikan bagi
penulisan sejarah di kemudian hari (Priyadi, 2013: 71).
Menurut Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 112-113. Arkeologi adalah ilmu yang
mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang
ditinggalkan. Kajian sistematis, meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data
berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (berupa
nemda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefak yang tidak
dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeolog).
Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya yang
disebut paradigm arkeologi yaitu, menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia,
serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan memahami budaya manusia, maka
ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora.meskipun demikian, terdapat berbagai
ilmu bantuyang digunakan seperti sejarah, antropologi,geologi (ilmu tentang lapisan bumi yang
menjadi acuan relative umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleontropologi dan
bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak),
ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta fitologi (mempelajari
naskah lama) (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 113).
Terdapat tiga fungsi sejarah yaitu memberi pelajaran, memberi inspirasi, dan memberi
kesenangan. Fungsi sejarah yang pertama yaitu memberi pelajaran, dalam memberikan pelajaran
kepada masyarakat masa kini secara terbalik masyarakat harus belajar sejarah. Belajar sejarah
bisa ditempuh melalui pendidikan sejarah di sekolah-sekolah atau orang bisa secara individual
mempelajari sejarah. Sehubungan dengan pendidikan sejarah berfungsi sebagai pendidikan
moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan masa depan, dan keindahan (Priyadi, 2013: 99).
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
11
Pendidikan moral melalui pembelajaran sejarah jauh lebih baik daripada pembelajaran yang lain,
pembelajaran sejarah adalah proses yang tidak melihat moral dari kecaman hitam putih.
Pembelajaran sejarah bukanlah ideologi, tetapi sejarah yang bersinergi ilmu pendidikan dapat
menjelaskan fenomena moralitas berdasarkan fakta-fakta sejarah. Pendidikan penalaran melalui
pembelajaran sejarah dapat menjalankan tugasnya agar peserta didik berpikir dengan baik.
Pendidikan politik juga menyadarkan akan pentingnya orang berkumpul dan berserikat dalam
berorganisasi, misalnya berpartai atau berormas. Pendidikan kebijakan juga bisa memakai
pembelajaran sejarah. Pendidikan perubahan juga selaras dengan pembelajaran sejarah karena
sifat sejarah yang hakiki adalah perubahan dan perkembangan.
Fungsi sejarah yang kedua yaitu memberi inspirasi, terpancar dari sejarah sebagai ilmu
bantu, latar belakang, rujukan, dan bukti (Priyadi, 2013: 104). Ilmu sejarah jelas tidak mandiri
karena memerlukan ilmu lain sebagai ilmu bantu. Sebaliknya, ilmu sejarah juga berstatus sebagai
ilmu bantu bagi ilmu lain. Sejarah yang dijadikan latar belakang suatu tindakan atau aktifitas
manusia adalah pemanfaatan pengalaman masa lampau yang dijadikan salah satu inspirasi.
Sejarah sebagai rujukan atau referensi juga termasuk pemanfaatan inspirasi Karena manusia
sering merujuk kepada sejarah agar dalam melakukan pengambilan kebijakan tidak melakukan
kesalahan. Sejarah sebagai bukti sering dipakai untuk alat pembenaran atau memberikan
kebenaran sejarah.
Fungsi yang ketiga yaitu memberi kesenangan, tampak dari sifat ilmu sejarah yang
terbuka, cara mengetahui masa lampau, pernyataan pendapat dan profesi (Priyadi, 2013 : 107).
Ilmu sejarah merupakan ilmu yang terbuka karena semua orang bisa menjadi sejarawan. Tidak
selalu mahasiswa lulusan sejarah bekerja menjadi sejarawan. Jika orang masa kini ingin
mengetahui masa lampau, maka cara terbaik adalah membaca karya sejarah. Kesenangan dan
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
12
kebahagiaan itu akan semakin bertambah ketika sejarawan mampu berhasil merekontruksi
sejarah yang sedang dihadapinya. Banyak sejarawan menyatakan pendapatnya melalui karya
sejarah karena di dalam pikiran sejarawan melekat subjektivitasnya, terutama ketika menafsirkan
fakta-fakta sejarah yang dihadapinya. Profesi kesejarahan yang didukung sebagai lulusan
pendidikan sejarah akan lebih menyenangkan. Di satu sisi, ia mendapatkan penghasilan, tetapi di
sisi lain ia mengembangkan ilmunya.
Teori kebudayaan menurut Ralph Linton adalah seluruh kehidupan dari masyarakat yang
manapun dan tidak hanya mengenai sebagian dari cara hidup itu yaitu bagian yang oleh
masyarakat dianggap lebih tinggi atau lebih diinginkan. Dalam arti cara hidup masyarakat itu
kalau kebudayaan diterapkan pada cara hidup kita sendiri, maka tidak ada sangkut pautnya
dengan main piano atau membaca karya sastrawan terkenal. Untuk seorang ahli ilmu sosial,
kegiatan seperti main piano tersebut, merupakan elemen-elemen belaka dalam keseluruhan
kebudayaan kita. Keseluruhan ini mencakup kegiatan-kegiatan duniawi seperti mencuci piring
atau menyetir mobil dan untuk tujuan mempelajari kebudayaan, hal ini sama derajatnya dengan
hal-hal yang lebih halus dalam kehidupan. Karena itu, bagi seorang ahli ilmu sosial tidak ada
masyarakat atau perorangan yang tidak berkebudayaan. Tiap masyarakat mempunyai
kebudayaan, bagaimanapun sederhananya kebudayaan itu dan setiap manusia adalah mahluk
berbudaya, dalam arti mengambil bagian dalam sesuatu kebudayaan. Jadi, kebudayaan menunjuk
kepada berbagai aspek kehidupan. Meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan, dan
sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu, penghormatan yang kuat terhadapat generasi tua seperti halnya
dengan sumpit dan teater kabuki adalah juga sebagian dari kebudayaan Jepang. Kita masing-
masing dilahirkan ke dalam suatu kebudayaan yang bersifat kompleks dan kebudayaan itu kuat
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
13
sekali pengaruhnya terhadap cara hidup serta cara berlaku yang akan kita ikuti selama hidup kita
(Ihromi, 2016 : 22-23).
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang
diselengarakan dari satu tempat ke tempat yang lain (Oka A Yoeti, 1993 : 109). Objek wisata
Situ Sangiang termasuk kedalam jenis pariwisata alam (menurut letak geografisnya termasuk
jenis pariwisata lokal ). Wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang
mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk perjalanan rekreasi
dan berlibur. Menurut G.A Schmoll (Oka A Yoeti,1993, : 127).
Menurut letak geografisnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisatam di
antaranya Pariwisata Lokal yaitu Pariwisata yang dimaksud adalah pariwisata setempat, yang
mempunyai ruang lingkup yang sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja, misalkan
kepariwisataan kota Bandung saja dan lain-lainnya. Kemudian Pariwisata Regional yaitu
kegiatan kepariwisataan yang berkembang disuatu tempat atau daerah yang luas ruang
lingkupnya, contohnya kepariwisataan Bali dan lain-lain. Pariwisata Nasional yaitu kegiatan
kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah suatu negara. Regional-internasional
Tourism yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang dalam suatu wilayah Internasional
yang terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah tersebut.
Misalkan kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah, dan lain-lain.
Menurut Alasan / Tujuan Perjalanannya, diantaranya Business Tourism yaitu jenis
pariwisata dimana pengunjung datang untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan
dengan pekerjaan.Vacational Tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang
melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang–orang yang sedang berlibur atau cuti. Educational
Tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang melakukan perjalanan untuk
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
14
tujuan study atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan, termasuk kedalamnya adalah
dharmawisata (study-tour)
Menurut saat atau waktu berkunjung, diantaranya Seasonal Tourism yaitu jenis
pariwisata yang kegiatanya berlangsung pada musim-musim tertentu. Occasional Tourism yaitu
jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun
suatu events, seperti Galungan dan Kuningan di Bali, Blossom Festifal di Tokyo atau
Washington. Definisi wisatawan yang dimaksud wisatawan oleh G.A. Schmool adalah individu
atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang
dimilikinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur. Jenis dan macam wisatawan dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, diantaranya melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana
perjalanan wisata itu dilakukan, maka kita dapat mengklasifikasikan wisatawan sebagai berikut :
Foreign Tourist adalah orang asing yang melakukan perjalanan wisata, yang datang memasuki
suatu negara lain yang bukan merupakan negara dimana ia tinggal. Domestic Foreign Tourist
adalah orang asing yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara, yang melakukan
perjalanan wisata di wilayah daerah dimana ia tinggal. Transit Tourist adalah wisatawan yang
sedang melakukan perjalanan wisata ke suatu negara tertentu, yang menumpang kapal udara atau
kapal laut ataupun kereta api, yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu
pelabuhan/airport/stasiun bukan atas kemauannya sendiri. Bussiness Tourist adalah orang yang
melakukan perjalanan, yang mengadakan perjalanan untuk tujuan lain bukan wisata, tetapi
perjalanan wisata akan dilakukan setelah tujuan yang utama selesai.
b. Pendekatan
Pendekatan merupakan suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian dalam sebuah
studi atau penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang Objek Wisata Situ
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
15
Sangiang di Kabupaten Majalengka adalah pendekatan historIs dan arkeologi. Sebagaimana arti
dari “Historia” yang berasal dari bahasa yunani yang berarti “Apa-apa yang berkaitan dengan
manusia sejak permulaan ia meninggalkan bekas (asar) di Bumi dengan menggambarkan dan
menceritakan kejadian yang berhubungan dengan kejadian-kejadian bangsa-bangsa atau
individu-individu”, sedangkan arkeologis sendiri lebih mengacu pada peninggalan-peninggalan
yang terdapat pada Objek Wisata Situ Sangiang di Kabupaten Majalengka. Pendekatan-
pendekatan yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat membantu mengetahui lebih dalam
tentang salah satu situs sejarah yang ada di Kabupaten Majalengka.
O. Metode Penelitian
Dalam rangka merekonstruksi peristiwa sejarah yang sudah ada dan peninggalannya,
maka sebuah penelitian harus dilakukan dengan meninjau suatu masalah berdasarkan pada
peninggalan tersebut atau dokumen sejarah yang masih ada serta memvalidkan data tersebut
berdasarkan keterangan dari tokoh atau saksi hidup. Penelitian ini termasuk katagori penelitian
sejarah karena di dalamnya terdapat unsur manusia, ruang, dan waktu.
Metode penelitian sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekati objek
penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur, sehingga akan mempermudah peneliti
dalam memperoleh data yang bersejarah. Kedudukan data sejarah sangat penting sebab tanpa
data, sejarah tidak akan mungkin ditulis (no data, no history). Data telah menjadi sebuah harga
mati bagi para peneliti (sejarawan peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena bersejarah dari
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Metode penelitian historis terdiri dari heuristik (mencari
sumber-sumber), kritik atau verifikasi (menilai sumber-sumber), interpretasi atau sintesis
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
16
(menafsirkan keterangan sumber-sumber), historiografi (penulisan) (Priyadi,2011:3). Oleh
karena itu akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Heuristik
Berasal dari bahasa Yunani heuristiken yang berarti menemukan atau mengumpulkan
sumber. Dalam kaitan dengan sejarah tentulah yang dimaksud sumber yaitu sumber sejarah yang
tersebar berupa catatan, kesaksian, dan fakta-fakta lain yang dapat memberikan penggambaran
tentang sebuah peristiwa yang menyangkut kehidupan manusia. Hal ini bisa dikategorikan
sebagai sumber sejarah (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 219).
Merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau menemukan sumber, data
dan informasi mengenai masalah yang diangkat, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang
disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Penelitian sejarah sering menggunakan istilah
jejak sejarah, sumber sejarah atau data sejarah. Ketiga istilah itu dianggap sama atau data sejarah
terdapat pada sumber atau jejak sejarah sehingga data sejarah sama dengan teks yang terkandung
dalam manuskrip (naskah). Maka dari itu, penelitian sejarah harus menelusuri sumber tertulis
atau bahan-bahan documenter (Priyadi, 2013: 112).
Sejarawan mencari data tidak mudah seperti membalikan telapak tangan. Data sejarah
tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari
data lapangan, khususnya artifact, baik pada situs-situs sejarah maupun lembaga museum (milik
pemerintah atau pribadi), atau mencari data lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi
sejarah, atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun arsip perorangan,
atau naskah-naskah yang juga tersimpan pada lembaga, baik perpustakaan maupun perorangan.
(Priyadi, 2013 :112).
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
17
Pencarian pada lembaga-lembaga museum, kearsipan, atau perpustakaan akan lebih
mudah karena sudah ada penanganan dan penataan. Artifact-artifact di museum sudah
dikategorikan berdasarkan zaman dan asal kebudayaan suku bangsa. Arsip-arsip di lembaga
kearsipan sudah ditata berdasarkan wilayah dan juga ada penerbitan bahan-bahan arsip seperti
yang sudah dilakukan oleh arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) kemudian ada naskah-
naskah lama banyak yang sudah dimicrofilm seperti yang sudah dilakukan oleh Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia (PNRI) (Priyadi, 2013 :112-113). Berbeda dengan pencarian dan
penemuan data sejarah yang tersimpan pada koleksi-koleksi perorangan justru yang paling sulit
karena tidak semua orang yang mewarisi data itu menyimpannya, misalnya ada satu keluarga
yang terdiri atas lima orang anak. Setelah orang tua mereka meninggal, data itu tersimpan tidak
jelas dan kadang-kadang saling lempar siapa yang menyimpannya. Sering terjadi, para pewaris
sejarah lebih tertutup dalam menghadapi para peneliti yang mencoba mengakses arsip pribadi,
buku harian, memoire, atau naskah-naskah kuno. Namun, di sisi lain, ada pewaris data sejarah,
yang merasa dirinya tidak mampu untuk memeliharanya atau merasa terbebani oleh data tersebut
sering diserahkan begitu saja. Pewaris data tersebut merasa bahwa data yang ia miliki tidak
mempunyai nilai ekonomis sehingga data itu lebih baik diberikan begitu saja kepada peneliti
karena mereka yakin si peneliti akan menyimpan dan memeliharanya dengan baik.
Penulisan sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah,
sumber-sumber sejarah dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
a. Sumber benda, yaitu sumber sejarah yang berupa bangunan atau tempat yang dianggap situs-
situs peninggalan leluhur Talaga seperti makam, batu dan lain-lain. Peneliti mengadakan
penelitian arsip, surat-surat penting ataupun dokumen lainnya yang berkaitan dengan situs
sejarah Situ Sangiang di Kabupaten Majalengka, baik itu diambil dari kantor kepala desa
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
18
setempat dinas pariwisata kabupaten Majalengka.
b. Sumber non-kebendaan atau immaterial, dapat berupa tradisi, agama, kepercayaan dan lain
sebagainya (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014 : 220).
c. sumber lisan, yaitu keterangan langsung dari saksi sejarah melalui wawancara (Priyadi, 2014:
90). Sumber lisan mempunyai arti penting manakala dokumen kurang atau tidak ditemukan.
Selama ini sumber lisan tidak mendapat perhatian dari para sejarawan karena informasi dari
mulut ke mulut kurang dipercaya. Seiring dengan kesadaran bahwa dokumen selalu tidak
tersedia, sejarawan menjadi terbuka matanya. Tentu saja kesadaran itu tidak disebabkan oleh
keterpaksaan situasi, tetapi kesadaran akan keautentikan dan kekredibilitasan sumber sejarah
lisan. Pandangan sebelah mata terhadap sumber lisan harus dihapus dari pikiran para
sejarawan. Berdasarkan pengalaman, wawancara yang intensif dengan tingkat perulangan
yang tinggi akan menghasilkan keakuratan data yang lebih baik daripada dokumen. (Priyadi,
2014 : 15).
Penulis melakukan pengumpulan sumber-sumber sejarah dalam penelitian ini dengan
melacak sumber-sumber lisan (informan). Pelacakan terhadap sumber lisan dilakukan melalui
serangkaian wawancara dengan sejumlah informan, yakni para tokoh yang masih aktif atau juru
kunci di objek wisata situ sangiang. Sebelum melakukan wawancara, penulis menyiapkan daftar
pertanyaan-pertanyaan dan diupayakan berlangsung dengan suasana informal yang akrab serta
terbuka.
2. Kritik atau Verifikasi
Setelah data dokumen, artifact dan sejarah lisan diperoleh, sejarawan harus melakukan
kritik atau verifikasi. Kritik terdiri dari kritik ekstern dan kritik intern, berupa langkah verifikasi
untuk mengkritisi sumber-sumber yang ditemukan, baik mengenai otensitas maupun
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
19
kredibilitasnya. Dengan demikian setelah ditemukan dokumen-dokumen, maka masing-masing
harus ditetapkan kelayakannya melalui dua pengujian.
Penulis menempuh langkah ini setelah mendapatkan sumber-sumber data dengan cukup
memadai. Langkah ini dilakukan penulis untuk memilih sumber-sumber data yang paling penting
dan relevan. Kritik ekstern dilakukan untuk menguji otentitas (keaslian) suatu sumber agar
mendapatkan sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukannya tiruan ataupun palsu.
Keotentikan diperoleh melalui jawaban terhadap tiga hal, yaitu adakah sumber itu memang
sumber yang dikehendaki, adakah sumber asli atau turunan, dan adakah sumber itu utuh atau
telah berubah-ubah (Priyadi, 2013: 120).
Kritik internal yang dilakukan bertujuan untuk menguji makna isi sumber. Di dalam
penelitian ini, kritik ekstern untuk sumber lisan dilakukan dengan cara mengamati raut muka,
tata bahasa dan keseriusan informan ketika menjawab, sedangkan kritik intern untuk sumber
lisan dilakukan dengan cara membandingkan jawaban dari para informan. Adapun kritik ekstern
untuk sumber tertulis dilakukan dengan cara mengamati bentuk ejaan dan kondisi arsip
berdasarkan tahun pembuatannya, sedangkan kritik intern untuk sumber tertulis dilakukan
dengan membandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lainnya.
Kritik intern dalam metode sejarah tampaknya juga dilakukan pada sumber-sumber
folklor yang ditempuh dengan melakukan penentuann ciri-ciri umum atau sistem, yakni metode
komparatif dengan cara mengklasifikasikan folklor yang telah dikumpulkan berdasarkan
klasifikasi yang telah ditetapkan oleh Jan Harold Brunvand di atas. Klasifikasi Brunvand tadi
dapat diterapkan dalam suatu penelitian dengan penyesuaian bentuk-bentuk folklor yang akan
diteliti (Priyadi, 2011a :81-83). Dalam penelitian ini peneliti akan mencari beberapa informan
yang dapat dipercaya atau tidak untuk mendapatkan informasi. Dari hasil penelitian ini masih
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
20
ditemukan benda-benda pusaka yang masih terawat dengan Situ Sangiang sebagai objek
wisatanya.
Dalam hal ini peneliti melakukan kritik ekstern dengan mendatangi langsung sumber-
sumber sejarah yang ada di sekitar Situ Sangiang. Di sana peneliti melihat sumber benda yang
ditemukan di tempat penelitian terbukti terdapat sebuah danau atau Situ yang merupakan
peninggalan Kerajaan Talaga Manggung dan juga terbukti bahwa di sana terdapat peninggalan-
peninggalan benda sejarah termasuk batu-batu dan makam Sunan Parung.
3. Interpretasi
yaitu kegiatan penafsiran dan penyimpulan kesaksian yang dapat dipercaya. Pada tahap
ini juga dilakukan pemberian makna terhadap data dan menentukan saling hubungan antara
fakta-fakta yang kemudian disusun dan digabungkan satu sama lain sehingga membentuk cerita
peristiwa sejarah (Dien Madjid dan Johan Wahyudi, 2014: 225). Dalam penulisan sejarah
diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan interpretasi. Fakta sejarah cenderung akan
diam dan menyembunyikan sejarawan melalui interpretasi. Fakta yang tidak diinterpretasikan
bukanlah sejarah, ia baru masuk dalam katagori kronik, interpretasi tidak didasarkan fakta
merupakan fenomena yang spekulatif. Hal itu terjadi karena ada pemikiran sejarawan, sedangkan
fakta sejarah bersifat objektif sehingga karya sejarah bersifat objektifitas yang subjektif.
Perpaduan sifat tersebut menunjukkan keunikan sehingga objek dan nama ilmu itu sama, yaitu
sejarah. Objek dalamnya mengandung pengertian bahwa manusia hidup dalam ruang dan waktu.
Atau dengan kata lain, manusia itu telah menyejarah (Priyadi, 2013: 121).
Dalam menginterpretasikan fakta sejarah, sejarawan berusaha mendeskripsikan secara
detail fakta-fakta yang disebut analisis. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah
diperoleh akan menampilkan jaringan antar fakta sehingga fakta-fakta itu saling bersinergi. Hal
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
21
itu akan menggambarkan pentingnya fakta dalam jaringan naratif sejarah. Analisis terhadap fakta
tentu berkaitan dengan rekontruksi narasi sejarah. Di sini, sejarawan melakukan dua aktivitas
dalam deskripsi naratif dan deskripsi analisis. Sejarah memang di samping disusun dalam bentuk
naratif yang dikombinasikan dengan analisis sehingga karya sejarah tidak murni dalam bentuk
cerita atau narasi, tetapi narasi yang diuraikan atau dijelaskan maknanya. Jika narasi yang lebih
diutamakan tanpa ada analisis dan sintesis, maka karya sejarah itu pada prinsipnya tidak ada
bedanya dengan karya novel sejarah. Analisis fakta dengan cara menguraikan sub-sub fakta
dengan sedetail dan secermat mungkin sehingga fakta akan menampilkan hal-hal yang selama ini
tidak tampak. Analisis fakta secara keseluruhan akan membutuhkan makna yang didukung oleh
makna-makna dari sub-sub fakta (Priyadi, 2013: 121-122).
Setelah dianalisis, sejarawan kemudian akan mensintesiskan deskripsi dari hasil analisis.
Sintesis berarti mengaitkan hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri-sendiri sehingga fakta-
fakta itu akan saling bertautan, saling menyulam, saling membentuk jaringan, atau teks sejarah
yang saling menguatkan. Dengan demikian, karya sejarah adalah karya jaringan tekstual, karya
yang meliputi fakta-fakta (mentifact, socifact, dan artifact) yang saling menguatkan (Priyadi,
2013: 122). Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan semua fakta-fakta yang telah diperoleh
dari sumber tertulis maupun dari para informan menjadi satu kesatuan. Dalam memahami suatu
hal antara individu yang satu dengan yang lain kadang-kadang berbeda, seperti dalam hal
memahami peninggalan leluhur Talaga Manggung yang terdapat di sekitar Situ Sangiang ini
dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda. Opini dan kepercayaan masyarakat sudah dapat
dipercaya karena benda-benda peninggalan para leluhur Talaga Manggung masih terawat dengan
baik.
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
22
4. Historiografi,
Penulis menyusun rekonstruksi tertulis mengenai situs sejarah Situ Sangiang sesuai
dengan yang sebagaimana dikisahkan. Di sini, sejarah dipandang semata-mata sebagai suatu
cerita sejarah sebagaimana dikisahkan secara tertulis. Adapun historiografi di dalam penelitian
ini mengacu pada objek wisata itu sendiri sebagai salah satu situs sejarah yang ada di Kabupaten
Majalengka.
Langkah ini adalah langkah yang terakhir yang dapat peneliti lakukan dalam penulisan
sejarahnya, sejarah sebagaimana dikisahkan memang dibangun dengan cara atau dengan alat
yang disebut tulisan. Tanpa ditulis, sejarah tidak dapat diceritakan dengan akurasi yang tinggi
karena kelisanan lebih cenderung liar dan tidak terkendali. Ketika orang mendengar dan
menyimak cerita sejarah akan mengalami kebahagiaan karena ia sedang menikmati kisah sejarah,
bagaikan orang sedang melakukan perjalanan wisata dari berbagai lokalitas atau situs-situs
sejarah yang indah, seperti pergi berkunjung ke candi Borobudur, Prambanan, Sewu, Kalasan,
Plaosan, Ratu Boko, dan Sambisari. Historiografi yang sedemikian tradisional itu memang
disebut historiografi tradisional, yang lekat denagn cerita-cerita dongeng, legenda dan mitologi.
Masih lumayan orang-orang masa lampau mampu mengingat, menemukan, merekontruksi dan
mengisahkan kembali narasi-narasi yang telah hilang (Priyadi, 2013: 123). Unsur narasi agaknya
memang tidak dapat dilepaskan dari fenomena hostoriografi di Indonesia. Sejarah Nasional
Indonesia lebih banyak bernuansa naratif Karena karya itu disusun seperti karya sastra, misalnya:
karya Yamin (1950), dan Sugiman (1986). Karya sejarah yang di rekontruksi dengan fakta-fakta
yang diinterpretasikan sedangkan karya sastra ditulis dengan fakta-fakta sastra yang diciptakan
pengarang sastra sehingga orang sulit membedakan antara sejarah dan karya sastra (Priyadi,
2013: 124).
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017
23
P. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam skripsi ini terbagi dalam lima bab. Antara bab yang satu
dengan bab yang lain merupakan satu kesatuan yang utuh dan saling berkaitan. Masing-masing
bab terdiri dalam sub bab, untuk mempermudah pemahaman maka susunannya dapat dijelaskan
sebagai berikut, Bab pertama memuat Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Masalah. Bab dua memuat
Tinjauan Pustaka yang meliputi Konteks penelitian. Bab tiga memuat Metodologi Penelitian
yang meliputi :Pengertian Metodologi penelitian, Landasan teori dan pendekatan serta
sistematika penyajian. Bab empat memuat Pembahasan meliputi Sejarah Desa Banjaran, Sejarah
Situ Sangiang, Objek Wisata Situ Sangiang, Larangan serta Kepercayaan yang ada di Wilayah
Objek Wisata Situ Sangiang, Peninggalan – Peninggalan di Sekitar Objek Wisata Situ Sangiang.
Bab lima memuat Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saran.
Situs Sejarah Situ..., Rizal Rahman Hakim Alfaridi, FKIP UMP, 2017