BAB I Pendahuluan Preskas

2
BAB I PENDAHULUAN Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.Penyakit ini biasanya dimulai pada anak sebagai perforasi membran timpani spontan yang disebabkan oleh infeksi akut telinga tengah (dikenal sebagai otitis media akut) atau sebagai sebuah sekuel dari bentuk otitis media yang lebih berat. 1 Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang.Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain.Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994- 1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 2 Otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Pada

description

lkjlklkjlk

Transcript of BAB I Pendahuluan Preskas

BAB IPENDAHULUAN

Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul.Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.Penyakit ini biasanya dimulai pada anak sebagai perforasi membran timpani spontan yang disebabkan oleh infeksi akut telinga tengah (dikenal sebagai otitis media akut) atau sebagai sebuah sekuel dari bentuk otitis media yang lebih berat.1Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang.Secara umum, insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam klasifikasi tinggi dibandingkan dengan beberapa negara lain.Berdasarkan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran oleh Departemen Kesehatan R.I tahun 1994-1996, angka kesakitan (morbiditas) Telinga, Hidung, dan Tenggorok (THT) di Indonesia sebesar 38,6% dengan prevalensi morbiditas tertinggi pada kasus telinga dan gangguan pendengaran yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%.2Otitis media supuratif kronik dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Pada tipe bahaya, terdapat resiko terjadinya komplikasi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.1,3,4Komplikasi ke intrakranial merupakan penyebab utama kematian pada OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair.Kematian terjadi pada 18,6% kasus OMSK dengan komplikasi intrakranial seperti meningitis.2