Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang · PDF fileI.1 Latar Belakang Masalah ... biaya produksi...
Click here to load reader
Transcript of Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang · PDF fileI.1 Latar Belakang Masalah ... biaya produksi...
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi di dunia namun
sampai saat ini masih mengimpor bahan bakar minyak (BBM) untuk mencukupi
kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar minyak di sektor transportasi dan
energi. Konsumsi bahan bakar minyak nasional lebih dari 62,3 miliar liter per
tahun, sedangkan produksi bahan bakar nasional hanya sekitar 44,5 miliar liter.
Dengan demikian terdapat defisit sekitar 17,8 miliar liter yang harus diimpor.
Kenaikan harga minyak mentah dunia akhir-akhir ini memberi dampak yang besar
pada perekonomian nasional, terutama dengan adanya kenaikan harga BBM.
Kenaikan harga BBM secara langsung berakibat pada naiknya biaya transportasi,
biaya produksi industri dan pembangkit tenaga listrik. Dalam jangka panjang
impor BBM ini akan makin mendominasi penyediaan energi nasional apabila
tidak ada kebijakan pemerintah untuk melaksanakan penganekaragaman energi
dengan memanfaatkan energi terbaharukan dan energi alternatif. Oleh karena itu
meningkatkan tuntutan untuk mengadakan banyak riset yang dapat menghasilkan
bahan bakar alternatif dari sumber yang terbaharui dari lingkungan dan lebih bisa
diterima oleh lingkungan.
Biofuel adalah bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang dihasilkan dari
bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau
secara tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.
Ada tiga cara untuk pembuatan biofuel, yakni : pembakaran limbah organik
kering seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan pertanian; fermentasi
limbah basah, seperti kotoran hewan yang tidak mengandung oksigen untuk
menghasilkan biogas yang dapat mengandung hingga 60 persen metana, atau
fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi dari
hutan dengan menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan
bakar.1
Biodiesel adalah salah satu alternatif yang menarik karena menunjukkan suatu
penurunan emisi gas buang CO2, SOx dan hidrokarbon-hidrokarbon tak terbakar
selama pembakaran, bila dibanding dengan bahan bakar fosil.2
Biodiesel salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, tidak
mempunyai efek terhadap kesehatan yang dapat dipakai sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor yang dapat menurunkan emisi bila dibandingkan dengan
minyak diesel. Biodiesel terbuat dari minyak nabati yang berasal dari sumber daya
yang dapat diperbaharui. Beberapa bahan baku untuk pembuatan biodiesel antara
lain kelapa sawit, kedelai, bunga matahari, jarak pagar, tebu dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya. Dari beberapa bahan baku tersebut di Indonesia yang punya
prospek untuk diolah menjadi biodiesel adalah kelapa sawit dan jarak pagar, tetapi
prospek kelapa sawit lebih besar untuk pengolahan secara besar-besaran. Sebagai
tanaman industri kelapa sawit telah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia,
teknologi pengolahannya sudah memadahi. Indonesia merupakan negara
penghasil minyak sawit terbesar kedua didunia setelah Malaysia. Tahun 2007
produksi minyak sawit mencapai 17 juta metrik ton dan diperkirakan pada 2008
mencapai 18,4 juta metrik ton.3
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti solar yang memiliki
karakterisik serupa dengan solar. Sebagai bahan bakar, biodiesel memiliki
beberapa kelebihan, yaitu ramah lingkungan dan dapat diperbarui. Dari hasil
penelitian telah dibuktikan bahwa campuran antara biodiesel sebanyak 30 persen
dan solar sebanyak 70 persen akan dapat menghasilkan tenaga mesin yang tak
jauh berbeda dengan bahan bakar solar 100 persen. Biodiesel secara teknis
kompetitif dengan bahan bakar konvensional, yakni bahan bakar diesel yang
diperoleh dari minyak bumi. Sementara karakter lain juga menguntungkan, seperti
perbaikan mengenai besarnya cold–flow, pengurangan emisi buang NOX, serta
daya stabilitas oksidatif dan titik nyala yang lebih besar dari bahan bakar diesel.
Kendala utama ke arah komersialisasi global adalah mahalnya biodiesel.4
Biodiesel adalah sumber bahan bakar cair yang dapat diproduksi dengan
mereaksikan trigliserida dari minyak nabati atau hewani dengan suatu alkohol
2
rantai pendek, seperti metanol atau etanol di dalam tahap yang dikenal sebagai
reaksi transesterifikasi, yang dikatalisis biasanya oleh basa, seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida. Penggunaan katalis ini didasarkan atas
pertimbangan ekonomis, karena reaksi dapat berlangsung pada suhu dan tekanan
rendah, konversi zat produk dan hasil samping tinggi, waktu untuk bereaksi
singkat dan dapat meminimalisir produk-produk yang tak diinginkan. Adapun
penggunaan katalis asam atau basa belakangan diketahui merupakan teknologi
yang bermasalah, karena dapat menimbulkan perkaratan pada reaktor akibat
proses emulsifikasi serta produk samping berupa sabun.
Senyawa organotimah dikenal luas dapat juga mengkatalisis reaksi
transesterifikasi. Aktivitasnya untuk reaksi ini cukup besar, dapat mencapai
persentase hasil reaksi sampai dengan 90%, atau sesuai perbandingan 400:100:1
untuk methanol : minyak : katalis, dan tidak terbentuk formasi-formasi emulsi
pada produk akhir. Aktivitas katalis ini juga jauh lebih tinggi dibanding dengan
katalis tradisional pada kondisi reaksi yang sama.1
Aktivitas relatif dari katalis senyawa organotimah pada reaksi transesterifikasi
akan menurun sesuai urutan R2Sn(OAc)2 > R2SnO > R2SnCl2 > R2SnS > R4Sn.
Senyawa tipe R2SnO aktivitas senyawa ini adalah R = p-MeOC6H4 > PhCH2CH2
> o-MeOCC6H4 > Ph > Bu > Me > n-C8H17.5
I.2 Perumusan Masalah Bahan bakar biodiesel merupakan bahan bakar potensial untuk menggantikan
bahan bakar solar, karena selain mudah terbiodegradasi, juga bahan bakunya
melimpah di alam serta mempunyai berbagai keunggulan lain bila dibanding
dengan bahan bakar dari minyak bumi. Akan tetapi ongkos produksi bahan bakar
ini masih cukup mahal. Oleh karena itu perlu upaya untuk menekan ongkos
produksi bahan bakar ini, misalnya dengan menggunakan katalis organotimah.
Produksi biodiesel dengan katalis organotimah diharapkan dapat menekan ongkos
produksi karena menghasilkan biodiesel dengan rendemen tinggi dan dapat
3
diimobilisasi menjadi katalis heterogen, sehingga dapat diperoleh dengan mudah
pada akhir reaksi.
I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan senyawa organotimah sebagai
katalis pada produksi biodiesel serta menentukan rendemen hasil produksi dan
mengkarakterisasi produk biodiesel.
I.4 Ruang Lingkup Penelitian yang dilakukan meliputi sintesis senyawa organotimah dari bahan baku
pokok senyawa maltol. Produk sintesis selanjutnya dikarakterisasi dengan
spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan pengukuran NMR, hasilnya
dibandingkan dengan spektrum dari bahan baku pokok. Setelah senyawa
organotimah ini diperoleh, selanjutnya senyawa ini digunakan untuk
mengkatalisis produksi biodiesel dari minyak kelapa sawit pada kondisi standar,
optimum dan pada suhu kamar. Produk biodiesel yang diperoleh selanjutnya
dikarakterisasi dengan spektroskopi FTIR dan ditentukan rendemennya.
4