BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...

102
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu langkah kongkrit peningkatan mutu pendidikan adalah pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subyek penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan dan peran luas untuk merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing, dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Contoh gambaran dari program peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan warga sekolah, khususnya peserta didik untuk mengungkap proses informalisasi dan kemajuan teknologi. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah memberi pengaruh terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam

Transcript of BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan

bagi Bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 Undang-undang No. 20

Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu langkah kongkrit peningkatan mutu pendidikan adalah

pemberdayaan satuan pendidikan agar mampu berperan sebagai subyek

penyelenggara pendidikan, yang diberi kewenangan dan peran luas untuk

merancang serta melaksanakan pendidikan sesuai dengan potensi dan kondisi

masing-masing, dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Contoh gambaran dari program peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat

dilihat dari kemampuan dan kemauan warga sekolah, khususnya peserta didik untuk

mengungkap proses informalisasi dan kemajuan teknologi. Dengan semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan

komunikasi telah memberi pengaruh terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam

Page 2: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

2

proses pembelajaran. Hal ini semakin membuktikan bahwa salah satu tuntutan

global dunia pendidikan adalah penguasaan terhadap TIK.

Sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan pedayagunaan TIK telah

dikeluarkan berbagai kebijakan antara lain adanya Keppres No.26/2006 tentang 7

(tujuh) flagship program pemerintah yang berkaitan dengan TIK, salah satunya

diemban oleh Depdiknas yaitu mengenai adanya program e-pendidikan. Tiga butir

dalam Renstra Depdiknas 2010-2014 pada bagian 4.2.7 tentang Penguatan dan

perluasan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan dikatakan bahwa: a)

Pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk mempermudah dalam

berbagi informasi dan pengetahuan antar peserta didik dan tenaga pendidik; b)

Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan dasar dan

menengah; c) Peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan

TIK di pusat dan daerah.

Bicara tentang kreativitas dan inovasi sekolah dalam era teknologi informasi

dan komunikasi sekarang ini, tentu tak lepas dari peran pengetahuan dan teknologi

sebagai kekuatan penggeraknya. Karena itu, membina anak didik masa kini berarti

mempersiapkan kemampuan mereka untuk dapat menyerap ilmu pengetahuan dan

teknologi yang menunjang proses industrialisasi itu. Knowledge management (KM)

pun menjadi salah satu perangkat yang mampu menyokong kebutuhan akan

pengetahuan dalam organisasi pendidikan. Dimana knowledge tersebar dan tercipta

di sekolah, semenjak dari penentuan visi dan misi sekolah, penentuan strategi dan

target pembelajaran, perancangan desain kurikulum, pembuatan lesson plan,

penyusunan modul dan bahan pengajaran (paper, video, songs, media dsb) serta

Page 3: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

3

worksheet, sampai kepada bahan evaluasi. Manajemen pengetahuan merupakan

paradigma pengelolaan informasi yang berasal dari pemikiran bahwa pengetahuan

yang murni sebenarnya tertanam dalam benak dan pikiran setiap manusia. Karena

itu perlu dibangun suatu mekanisme penyebaran informasi dan pengalaman dari

sumber daya manusia yang ada agar terjadi peningkatan pengetahuan di masing-

masing individu dalam organisasi khususnya sekolah. Disinilah pentingnya

mengelola pengetahuan yang ada sebagai asset sekolah sehingga berbagai inovasi

dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas

pembelajaran karena manajemen pengetahuan dapat membantu suatu organisasi

dalam memecahkan suatu masalah yang kemudian mengembangkan pengetahuan

baru untuk menyelesaikan masalah tersebut, itulah yang disebut inovasi, Sangkala

(2007).

Pentingnya pendidikan dalam meningkatkan kualitas SDM makin diperkuat

dengan kecenderungan yang terus berkembang tentang makin pentingnya posisi

pengetahuan dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era

global dewasa ini. Jeffrey Pfeffer merupakan salah satu ahli manajemen dari

Harvard, mengemukakan bahwa keunggulan organisasi semakin ditentukan oleh

keunggulan dari manusia-manusia di dalamnya kemudian ahli competitiveness

Michael E.Porter mempunyai premis bahwa keunggulan setiap organisasi Negara,

ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya, Riant Nugroho (2008). Jadi kesimpulan

dari 2 pendapat tadi adalah keunggulan setiap organisasi, tidak peduli bisnis, LSM,

hingga publik, lebih banyak ditentukan oleh keunggulan manusia-manusia di

dalamnya. Hal itu karena isu yang dihadapi semuanya bermuatan pengetahuan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

4

(knowledge) dan hanya manusia yang bisa mengelola serta mengembangkan

pengetahuan, bukan mesin, bukan uang.

Berkembangnya manajemen pengetahuan dalam mengelola SDM

menjadikan perlunya lembaga pendidikan melakukan antisipasi terhadapnya, hal ini

didasarkan pada alasan-alasan berikut:

1. Pendidikan atau lembaga pendidikan bergerak dalam membina peserta didik

untuk meningkatkan pengetahuannya yang dapat bermanfaat dan atau

dimanfaatkan pemiliknya untuk menjalankan perannya di masyarakat.

2. Oleh karena itu maka lembaga pendidikan harus mengelola pengetahuannya

guna mencapai tujuan yang ditetapkan yang meninfkatkan kualitas SDM baik

dalam pengetahuan, keterampilan, maupun sikap yang nantinya akan sangat

bermanfaat bagi kehidupan dirinya maupun masyarakat.

Proses pembelajaran di sekolah harus mampu mendidik para siswa menjadi

orang-orang kreatif, dan ini hanya mungkin dilaksanakan bila organisasi sekolah itu

sendiri menjadi organisasi pembelajar dimana seluruh anggota organisasi mampu

meningkatkan kemampuan belajarnya dalam rangka meningkatkan kemampuan

organisasi sekolah dalam menghadapi berbagai perubahan, bahkan perlu terus

diupayakan lebih jauh agar organisasi sekolah dapat melakukan langkah-langkah

antisipasi terhadap perubahan yang mungkin terjadi, dan ini berarti pembelajaran

adaptif perlu terus dibarengi dengan pembelajaran generatif yang merupakan ciri

dari organisasi pembelajar. Dengan demikian lembaga pendidikan tidak bisa lagi

melakukan respon yang biasa dalam menghadapi kenyataan tersebut, ini berarti

diperlukan komitmen bersama bahwa mendidik dan membelajarkan memerlukan

Page 5: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

5

kondisi organisasi yang juga mampu mensinergikan pengetahuan yang ada di

dalamnya dan mengintegrasikannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran di

sekolah, dan itu berarti lembaga pendidikan perlu menjadi Learning Organization.

Bagaimana manusia akan survive dalam suatu dunia yang penuh dengan resiko.

Pertanyaan ini menjadi relevan karena Indonesia hari ini dan dimasa akan dating

memasuki tahun yang penuh resiko. Jawaban dari masalah tersebut dikemukakan

oleh HAR Tilaar dalam Riant Nugroho (2008).

“Di dalam masyarakat yang sederhana, menghadapi dunia yang penuh resiko dapat menghancurkan masyarakat itu. Tetapi kebudayaan manusia telah memberikan manusia dengan sejumlah kemampuan untuk menghadapi perubahan-perubahan sekitanya, baik perubahan-perubahan alamiah, perubahan dunia ide, dan perubahan-perubahan sosial budaya lainnya. Itulah ilmu pengetahuan yang telah dikumpulkan dan dikembangkan di dalam kebudayaan umat manusia. Dengan pengetahuan, manusia menghadapi kenyataan hidupnya.”

Pemikiran di atas sejalan dengan Peter Ferdinand Drucker dalam Riant

Nugoho (2008) yang mengemukakan bahwa masyarakat bukan lagi masyarakat

kapitalis atau sosialis, melainkan masyarakat pengetahuan yaitu masyarakat yang

berbasiskan pengetahuan.

“Knowledge is the only meaningfull resource today. The traditional „factors of production‟-land, labour, and capital- have not disaapeared. But they have become secondary. They can be obtained, and obtained easlily, provided there is knowledge. And knowledge in this new meaning knowledge as a utility, knowledge as the means to obtain social and economic results….the economic challenge of the post capital society will therefore be the productivity of knowledge work and knowledge worker.”

Jika pemikiran Tilaar memberikan penekanan yang bersifat makro, yaitu

bahwa kebutuhan dari setiap Negara bangsa hari ini adalah mempuyai warga

Negara yang mempunyai kemampuan yang unggul dalam mengambil keputusan di

zaman perubahan, sementara Drucker memberikan penekanan mikro, bahwa

Page 6: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

6

keunggulan suatu korporasi ditentukan oleh kemampuannya menghasilkan produk

yang ditentukan oleh muatan pengetahuan di dalamnya, Riant Nugroho (2008).

SMA Negeri 1 Marioriwawo, seperti juga organisasi lainnya, merupakan

kesatuan sosial (social entity) dengan batas-batas yang relatif dapat diidentifikasikan

dan dapat dikendalikan secara sadar pada satu arah yang konsisten. Sebagai suatu

kesatuan sosial SMA Negeri 1 Marioriwawo terdiri dari kelompok orang dengan sifat

dan perilaku individu yang berbeda-beda, berinteraksi, saling mempengaruhi dan

mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. Sebagai suatu lembaga

pendidikan dan penelitian, keluaran (output) yang dihasilkan adalah manusia yang

mempunyai kualitas pengetahuan dan keterampilan, produk-produk ilmiah serta jasa

untuk berbagai kegiatan masyarakat. Asupan (input) , proses dan keluaran (output)

SMA Negeri 1 adalah perilaku, pengetahuan, dan keterampilan, yang menyatu pada

manusia. Sebagai suatu masyarakat pengetahuan (knowledge society), kompetensi

inti (core competence) SMA Negeri 1 adalah pada staf pengajar dan siswanya

sebagai satu kesatuan modal intelektual sehingga kinerja (performance) ditentukan

oleh kualitas staf pengajar dan siswanya.

SMA Negeri 1 Marioriwawo terletak di Kabupaten Soppeng Sul-Sel dan mulai

tahun 2010 sudah beralih dari RSSN/RSKM menjadi SMA Model SKM-PBKL-PSB

setelah lulus verifikasi dari Dirjen Kementrian Pendidikan Nasional. Prestasi ini

tergolong luar biasa, bagaimana tidak program 3 tahun RSSN/RSKM dijalani 2009

hanya dengan 1 tahun kemudian (2010) diverifikasi dan dinyatakan layak untuk

menjadi sekolah model SKM-PBKL-PSB. Sekolah model PSB ini juga adalah salah

satu sasaran mutu sekolah, dan dalam rangka menyelenggarakan proses PSB ini

Page 7: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

7

maka sekolah seyogyanya mencari alternatif solusi untuk bagaimana nantinya model

pembelajaran harus berbasis tik. Jadi dengan melihat kebutuhan sekolah dalam

penguasaan TIK serta menjadi sekolah model PSB (Pusat Sumber Belajar), maka

sekolah kemudian membentuk sebuah tim yang bertanggung jawab untuk

menciptakan atau mengakuisisikan pengetahuan baik berupa tasit maupun eksplisit

untuk dirumuskan menjadi sebuah produk yang menjawab permasalahan di atas.

Disinilah peran dari aktivitas manajemen pengetahuan khususnya pada proses

penciptaan pengetahuan menyangkut TIK. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa

untuk menciptakan pengetahuan baru atau inovasi adalah dengan menggali potensi

yang ada dari tiap individu-individu, dan memanfaatkan pengetahuan seseorang

berdasarkan pengalamannya ataupun keahliannya. Artinya inovasi itu lahirnya dari

pengetahuan SDM itu sendiri bukan melalui mesin atau asset tangible lainnya,

karena untuk dapat terus mengembangkan inovasi yang unik dan kreatif, maka

organisasi tidak semata-mata hanya bertumpu pada sumber daya finansial,

bangunan, tanah, teknologi, dan asset-aset lain yang bersifat tangible saja. Justru

perkembangan saat ini menunjukkan fakta bahwa organisasi apapun seharusnya

bertumpu pada asset pengetahuan, baik itu pengetahuan tasit maupun eksplisit,

Sangkala (2007).

Sangkala (2007) mengemukakan bahwa dalam proses penciptaan

pengetahuan terdapat berbagai tahapan yang dimulai dari memperluas pengetahuan

dengan mengikuti pelatihan dan sebagainya, dilanjutkan dengan pembentukan tim

untuk menciptakan konsep baru yang kemudian dikristalisasikan, diujicobakan untuk

mendapat feedback sampai pada lahirnya suatu produk. Jadi nantinya produk yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

8

diciptakan tersebut adalah berupa program pembelajaran baru yang lebih efektif dan

efisien dan tentunya berbasis tik.

Rasa saling percaya (trust) harus dikembangkan dan dibina antar individu-

individu dan antara individu-individu dengan pimpinan SMAN 1, demikian pula pada

unit-unit kecil yang terdesentralisasi (misalnya, kelompok keahlian). Bila rasa saling

percaya tidak mampu ditanamkan akan timbul kondisi dimana semakin tinggi

kompetensi individu-individu mengakibatkan semakin rendah modal intelektual. Nilai-

nilai kebersamaan (share values), yang disusun bersama-sama oleh individu-

individunya harus menjadi landasan yang dipercaya untuk meraih cita-citanya.

Budaya saling percaya mempercayai yang dilandasi oleh nilai-nilai kebersamaan

akan mendorong terciptanya jejaring (network) dan aliansi strategis (strategic

alliance ) yang sinergistik.

Dalam penciptaan konsep baru dalam rangka e-pendidikan di SMAN 1 ini

tentu saja tidak luput dari beberapa masalah yang terjadi. Idealnya ketika sekolah

menerapkan manajemen pengetahuan khususnya pada proses penciptaan

pengetahuannya, hendaklah melalui proses yang matang dan berkelanjutan, mulai

dari tahap memperluas pengetahuan, kemudian berbagi pengetahuan, sampai pada

menghasilkan suatu pengetahuan baru sehingga akan menentukan sejauh mana

keberhasilan dari proses penciptaan pengetahuan tersebut. Berdasarkan penjajakan

awal saya, melalui observasi langsung dan wawancara kepada wakil kepala sekolah

serta salah seorang staf tenaga administrasi, ditemukan berbagai kendala yang

menghambat berkaitan dengan penciptaan pengetahuan di sekolah ini. Adapun

kendala teknisnya adalah masalah integrasi sistem, antara sistem yang lama dan

Page 9: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

9

sistem yang baru yaitu TIK sendiri. Banyak pegawai yang belum terintegrasi dengan

pekerjaannya menyangkut TIK ini karena baik pegawai maupun guru belum

termotivasi untuk berkontribusi, termasuk beberapa anggota yang tergabung dalam

tim PSB/SIM. Dikarenakan pula belum adanya penghargaan dari keefektifan

mengelola dan mengembangkan penciptaan pengetahuan. Masalah lain yang

muncul dalam proses penciptaan pengetahuan di sekolah tersebut adalah masih

terdapatnya beberapa anggota tim yang tidak bekerja maksimal dan cenderung

bebera orang saja yang bekerja dan belum bekerja secara tim yang utuh. Selain itu

proses penciptaan pengetahuan ini juga secara umum belum melalui tahap-tahap

yang ideal, dan masih tidak efektif. Pada sarana dan prasarana yang kurang

mendukung proses penciptaan pengetahuan, fasilitas-fasilitas seperti komputer dan

koneksi internet, masih sangat minim. Banyak komputer-komputer di sekolah ini

yang sudah tua dan jaringan speedy hanya di satu titik padahal untuk bisa maksimal

harus terdapat tiga titik speedy di sekolah.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI SMA NEGERI 1

MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG : STUDI KASUS PENCIPTAAN

WEBSITE SEKOLAH/PSB ”.

I.2. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan,

permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana proses

penciptaan pengetahuan di SMAN 1 Marioriwawo kabupaten soppeng dengan studi

kasus penciptaan website sekolah/PSB?

Page 10: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

10

I.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah penelitian yang telah diungkapkan,

ditentukan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: Untuk

mengetahui, menganalisa, mendeskripsikan dan menginterpretasikan proses

penciptaan pengetahuan di SMAN 1 Marioriwawo kabupaten soppeng dengan studi

kasus penciptaan website sekolah/PSB.

I.4. Manfaat Penelitian

Dari tujuan di atas diharapkan penelitian ini dapat digunakan untuk :

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai referensi yang dapat menunjang

untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Administrasi

Negara (study manajemen publik) dan sebagai bahan masukan ataupun

komparasi bagi penelitian-penelitian yang selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan masukan dan informasi,

masukan (input) dan komparasi dalam melakukan aktivitasnya bagi dunia

pendidikan, khususnya pada SMA Negeri 1 Marioriwawo Kabupaten

Soppeng.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Manajemen Pengetahuan

II.1.1. Definisi Pengetahuan

Untuk memudahkan memahami perbedaan antara data informasi, dan

pengetahuan maka Davenport dan Prusak (1998) dalam Bambang Setiarso (2009),

membedakan pengertian ketiganya yaitu:

“knowledge is neither data nor information, though it related to both, and the

differences between these terms are often a matter of degree”.

1. Data is a set of discrete,objective facts about events

Seperti yang dicontohkan oleh Davenport dan Prusak, bila seseorang

pelanggan datang untuk mengisi tanki mobilnya ke pompa bensin, maka

transaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagian oleh data, yaitu berapa uang

yang harus dibayarkan, berapa liter bensin yang diisikan, namun tidak

menjelaskan mengapa pelanggan itu datang ke pompa bensin, kualitas

pelayanan pompa bensin, dan tidak dapat meramalkan kapan lagi pelanggan

tersebut akan kembali ke pompa bensin. Dalam organisasi, data terdapat dalam

catatan-catatan (records) atau transaksi-transaksi.

2. Information is data that makes a difference.

Kata inform sejatinya berarti to give shape atau untuk memberi bentuk,

dan informasi ditujukan untuk membentuk orang yang mendapatkannya, yaitu

untuk membuat agar pandangan atau wawasan orang tersebut berbeda

Page 12: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

12

(dibandingkan sebelum memperoleh informasi). Sebagai contoh pelanggan

mengisi tanki mobilnya dengan bensin premix, bukan premium, pernyataaan

tersebut merupakan informasi. Menurut Peter Drucker dalam Bambang Setiarso

(2009), tidak seperti data, informasi mempunyai makna (meaning) yang

ditimbulkan oleh relevansi dan tujuan yang diberikan oleh penciptanya. Misalnya

pembei informasi menyampaikan bahwa pelanggan mengisi tanki mobilnya

dengan bensin premix, bukan premium, mengandung tujuan tertentu yang

dikaitkan dengan lawan bicara, atau mengandung relevansi tertentu yang

dikaitkan dengan lawan bicara, atau mengandung relevansi tertentu yang

dikaitkan dengan topic pembicaraan. Davenport dan Prusak memberikan metode

mengubah data menjadi informasi melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf

C: contextualized, calculated, corrected, dan condensed. Dalam organisasi,

infomasi terdapat dalam pesan (messages).

3. Knowledge is a fluid mix of framed experience, values, contextual

information,and expert insight that provides a framework for evaluating

and incorporating new experiences and information. It originates and is

applied in the minds of knowers. In organizations, it often becomes

embedded not only in documents or repositories but also in organizational

routines, processes, practices, and norms.

Davenport dan Prusak memberikan metode mengubah informasi menjadi

pengetahuan melalui kegiatan yang dimulai dengan huruf C: comparation,

consequences, connections, dan conversation. Dalam organisasi, pengetahuan

diperoleh dari individu-individu atau kelompok orang-orang yang mempunyai

Page 13: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

13

pengetahuan, atau kadang kala dalam rutinitas organisasi. Pengetahuan diperoleh

melalui media yang terstuktur seperti: buku dan dokumen, hubungan orang-ke-orang

yang berkisar dari pembicaraan ringan hingga ilmiah.

Definisi pengetahuan menurut Bergeron dalam Bambang Setiarso (2009)

adalah:

“informasi yang telah diorganisasi, disintesiskan, diringkaskan untuk meningkatkan pengertian, kesadaran atau pemahaman. Jadi pengetahuan merupakan kombinasi metadata dan kesadaran terhadap suatu konteks dimana metadata dapat diterapkan dengan sukses.”

Dalam buku yang ditulis oleh Von Krough, Ichiyo, serta Nonaka (2000) dan

Chun Wei Choo (1998), disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian

knowledge dalam Bambang Setiarso dkk (2009) adalah sebagai berikut:

1. Knowledge merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan

(justified true believe).

Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas

kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila

seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas

suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah

dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari

kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan

pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu

proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru.

Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan system kepercayaan

(belief systems) dimana perasaan atau system kepercayaan itu bisa tidak

disadari.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

14

2. Knowledge merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan (tacit).

Beberapa pengetahuan dapat dituliskan di kertas, diformulasikan

dalam bentuk kalimat-kalimat, atau diekspresikan dalam bentuk gambar.

Namun ada pula pengetahuan yang terkait erat dengan perasaan,

keterampilan dan bentuk bahasa utuh, persepsi pribadi, pengalaman fisik,

petunjuk praktis (rule of thumb) dan institusi. Pengetahuan terbatinkan

seperti itu sulit sekali digambarkan kepada orang lain. Mengenali nilai dari

pengetahuan terbatinkan dan memahami bagaimana menggunakannya

merupakan tantangan utama organisasi yang ingin terus menciptakan

pengetahuan.

3. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang

memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.

Apa yang dimaksud dengan konteks yang memungkinkan terjadinya

penciptaan pengetahuan adalah ruang bersama yang dapat memicu

hubungan-hubungan yang muncul. Dalam konteks organisional, bisa berupa

fisik, maya, mental atau ketiganya. Pengetahuan bersifat dinamis, relasional

dan berdasarkan tindakan manusia, jadi pengetahuan berbeda dengan data

dan informasi, bergantung pada konteksnya.

4. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama yaitu:

a. Berbagi knowledge terpikirkan (tacit)

b. Menciptakan konsep

c. Membenarkan konsep

d. Membangun prototype

Page 15: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

15

e. Melakukan penyebaran knowledge tersebut.

II.1.2. Definisi Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan berakar pada banyak disiplin ilmu, dengan

demikian banyak pula definisi mengenai manajemen pengetahuan. Definisi itu juga

makin beragam dilihat dari cara organisasi menggunakan dan memanfaatkan

pengetahuan. Cara pandang terhadap pengetahuan juga menentukan definisi

manajemen pengetahuan tersebut.

Beberapa ahli mencoba memberikan definisi mengenai manajemen

pengetahuan, namun masing-masing definisi memiliki makna yang berbeda-beda.

Menurut Sangkala (2007 : 6), misalkan saja ketika seorang akuntan diminta untuk

mendefenisikan manajemen pengetahuan, mereka akan mengatakan bahwa

manajemen pengetahuan terkait dengan pengukuran modal intelektual (intellectual

capital measuring) perusahaan. Sementara itu jika ditanyakan kepada para ahli

teknologi informasi, manajemen pengetahuan lebih dimaknai sebagai aspek

manajemen terutama terkait dengan sistem jaringan computer, bank data,

pengintegrasian sistem, dan sebagainya. Munculnya pemaknaan yang berbeda

pada hakikatnya tidak salah karena dikemukakan dalam perpektif individual.

Salah satu definisi manajemen pengetahuan menurut para ahli adalah

seperti yang dikemukakan oleh Horwitch dan Armacost (2002) dalam Sangkala

(2007 : 6):

“Manajemen pengetahuan adalah sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan, dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih baik, bertindak dengan tepat, serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi bisnis.”

Page 16: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

16

Lebih lanjut, menurut Lendy Widayana (2005:5) mengemukakan bahwa :

“Manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan, menggolongkan dan menyebarkan pengetahuan dalam organisasi. Sehingga pengetahuan mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya.” Dalam berbagai literatur, dikemukakan bahwa pada prinsipnya manajemen

pengetahuan mencoba untuk menjawab pertanyaan tentang: pengelolaan

pengetahuan yang memungkinkan adanya proses penciptaan pengetahuan dan

pengorganisasian pengetahuan. Tujuan akhir dari manajemen pengetahuan adalah

menarik keuntungan dari setiap individu yang berbeda dalam organisasi, khususnya

mendorong terjadinya transfer pengetahuan, mendukung penyebaran serta

penggunaan kembali pengetahuan. Manajemen pengetahuan juga mendorong dan

memfasilitasi bebasnya aliran pengetahuan antar berbagai komponen dalam

organisasi, dan menjadi basis bagi percepatan pembelajaran dan pengembangan

secara sistematis kemampuan organisasi.

Jadi pada intinya manajemen pengetahuan merupakan suatu sistem yang

dibuat untuk membantu organisasi dalam melakukan penciptaan,

pendokumentasian, pengumpulan, penyimpanan, penggolongan, pemanfaatan dan

penyebaran serta pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat sehingga

mudah digunakan kapanpun diperlukan oleh siapa saja sesuai tingkat kebutuhan

dan kompetensinya.

II.1.3. Model Sistem Manajemen Pengetahuan

Dalam buku yang ditulis Bambang Setiarso, Nazir Harjanto Triyono, dan

Hendro Subagyo (2009) bahwa untuk merancang sistem manajemen pengetahuan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

17

yang dapat membantu organisasi untuk meningkatkan kinerjanya, diperlukan empat

komponen.

Gambar 1

Sistem knowledge management

Sumber: Bambang Setiarso, dkk, Penerapan Knowledge Management pada Organisasi: Yogyakarta: 2009

1. Aspek manusia.

Disarankan pada organisasi untuk menunjuk atau mempekerjakan

seorang document control yang bertanggungjawab mengelola sistem

knowledge management dengan cara mendorong para karyawan untuk

mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge mereka, mengatur

file, menghapus knowledge yang sudah tidak relevan, dan mengatur sistem

reward and punishment.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

18

2. Proses.

Telah dirancang serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep

model SECI dalam pelaksanaanya.

3. Teknologi

Telah dibuat usulan penambahan infrastruktur yang diperlukan untuk

menunjang berjalannya sistem knowledge management yang efektif.

4. Content (isi)

Telah dirancang content dari sistem knowledge management yaitu

berupa database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan karyawan untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

II.1.4. Manfaat Manajemen Pengetahuan

Pada prinsipnya manfaat dari konsep manajemen pengetahuan adalah untuk

meningkatkan kinerja organisasi.

1. They facilitate the collection, recording, organizing, filtering, analysis,

retrieval, and dissemination of explicit knowledge. This explicit knowledge

consists of all documents, accounting records, and data stored in computer

memories. This information must be widely and easily available for an

organization to run smoothly. A KMS is valuable to a business to the extent

that it is able to do this.

2. They facilitate the collection, recording, organizing, filtering, analysis,

retrieval, and dissemination of implicit or tacit knowledge. This knowledge

consists of informal and unrecorded procedures, practices, and skills. This

Page 19: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

19

“how-to” knowledge is essential because it defines the competencies of

employees. A KMS is of value to a business to the extent that it can codify

these “best practice”, store them, and disseminate them through-out the

organization as needed. It makes the company less susceptible to disruptive

employee turnover. It makes tacit knowledge explicit.

3. They can also perform an explicit strategic function. Many feel that in a fast

changing business environment, there is only one strategic advantage that is

truly sustainable. That is to build an organization that is so alert and so agile

that it can cope with any change, no matter how discontinuous. This agility is

only possible with an adaptive system like a KMS which creates learning

loops that automatically adjust the organization knowledge base every time it

is used.

4. These three benefits mentioned above can be extended to the whole supply

chain with the use of extranet based knowledge portals.

Pendapat di atas dapat diartikan bahwa manfaat dari manajemen

pengetahuan adalah:

1. Memfasilitasi pengumpulan, rekaman, pengorganisasian, penyaringan,

analisis, temu kembali dan penyebaran pengetahuan ekspilisit. Pengetahuan

eksplisit yang dimaksud terdiri dari seluruh dokumen dan data yang disimpan

di komputer. Informasi ini harus secara menyeluruh dan dengan mudah

tersedia untuk kelangsungan organisasi.

2. Memfasilitasi pengumpulan, rekaman, pengorganisasian, penyaringan,

analisis, temu kembali dan penyebaran pengetahuan implisit. Pengetahuan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

20

implisit yang dimaksud terdiri dari prosedur informal dan tidak terekam,

latihan dan keahlian. Pengetahuan ini penting karena dapat menunjukkan

komopetensi pegawai.

3. Dapat menunjukkan fungsi strategis dengan sangat jelas. Banyak yang

merasakan bahwa dalam perubahan lingkungan bisnis yang begitu cepat,

hanya ada satu manfaat strategis yang benar-benar dapat bertahan yaitu

untuk membangun suatu organisasi agar selalu waspada, gesit dan dapat

mengatasi segala perubahan. Ketangkasan ini hanya mungkin dilakukan

dengan mengadaptasi suatu sistem seperti manajemen pengetahuan yang

menciptakan lingkaran pembelajaran yang secara otomatis menyesuaikan

dasar pengetahuan organisasi setiap kali digunakan.

4. Ketiga manfaat yang disebutkan di atas dapat diperluas dengan

menggunakan extranet berbasis portal pengetahuan.

Berdasarkan 4 manfaat di atas yang dikemukakan oleh Webster Online

Dictionary bahwa manfaat manajemen pengetahuan pada intinya adalah untuk

memfasilitasi pengumpulan, perekaman, pengorganisasian, penyaringan, analisis,

temu kembali dan penyebaran pengetahuan eksplisit dan pengetahuan implisit, serta

dapat menunjukkan fungsi strategis dengan jelas dapat diperluas dengan

menggunakan extranet berbasis portal pengetahuan.

Menurut Frappaolo dan Toms dalam Dewiyana (2008 : 10), fungsi aplikasi

manajemen pengetahuan dalam suatu organisasi ada lima, yaitu:

Page 21: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

21

1. Intermediation: yaitu peran perantara transfer pengetahuan antara penyedia

dan pencari pengetahuan. Peran tersebut untuk mencocokkan (to match)

kebutuhan pencari pengetahuan dengan sumber pengetahuan secara

optimal. Dengan demikian, Intermediation menjamin transfer pengetahuan

berjalan lebih efisien.

2. Externalization: yaitu transfer pengetahuan dari pikiran pemiliknya ke tempat

penyimpanan (repository) eksternal, dengan cara seefisien mungkin.

Externalization dengan demikian adalah menyediakan sharing pengetahuan.

3. Internalization: adalah “pengembilan” (extraction) pengetahuan dari tempat

penyimpanan eksternal, dan penyaringan pengetahuan tersebut untuk

disediakan bagi pencari yang relevan. Pengetahuan harus disajikan bagi

pengguna dalam bentuk lebih cocok dengan pemahamannya. Maka fungsi ini

mencakup interpretasi format ulang penyajian pengetahuan.

4. Cognition: adalah fungsi suatu sistem untuk membuat keputusan yang

didasarkan atas ketersediaan pengetahuan. Cognition merupakan penerapan

pengetahuan yang telah berubah melalui tiga fungsi terdahulu.

5. Measurement: yaitu kegiatan knowledge management untuk mengukur,

memetakan dan mengkuantitaskan pengetahuan korporat dan performance

dari solusi knowledge management. Fungsi ini mendukung empat fungsi

lainnya, untuk mengelola pengetahuan itu sendiri.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi aplikasi manajemen

pengetahuan adalah sebagai perantara transfer pengetahuan antara penyedia dan

pencari pengetahuan dari pikiran pemiliknya ketempat penyimpanan eksternal.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

22

II.1.5. Aktivitas Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan bagi bidang pendidikan bukanlah hal baru karena

aktivitas manajemen pengetahuan merupakan aktivitas keseharian dan semua

manajemen pengetahuan identik dengan kegiatan rutin di sekolah-sekolah.

Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pengadaan, penyaringan, pengorganisasian,

penyimpanan, penyebaran dan akses, serta pemanfaatan pengetahuan.

Menurut definisi konsultan internasional terkemuka Accenture yang dikutip

oleh Kaham (2008 : 1) dalam www.pdf.com “Penerapan Manajemen Pengetahuan”:

“Manajemen pengetahuan adalah suatu proses pengelolaan sistematis yang berkaitan dengan aktivitas penciptaan, pengumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian informasi, pengetahuan dan pengalaman untuk menunjang pencapaian tujuan organisasi.”

Sedangkan Sangkala (2007:95) menyatakan bahwa aktivitas utama

manajemen pengetahuan terdiri dari penciptaan pengetahuan, akuisisi pengetahuan,

transfer dan pengubahan pengetahuan, penyimpanan dan penggunaan kembali

pengetahuan.

Dari kedua pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa keduanya

menyimpulkan aktivitas manajemen pengetahuan yang kurang lebih sama. Yaitu

penciptaan, penyampaian atau transfer, penyimpanan dan penggunaan kembali

pengetahuan.

1. Penciptaan Pengetahuan

Penciptaan pengetahuan dalam organisasi dapat dilakukan dengan

enam langkah, yaitu memperluas dan mengembangkan pengetahuan

pribadi, berbagi tacit knowledge individu melalui interaksi social sehingga

muncul persepktif baru, mengeksternalkan perspektif yang sudah tercipta

Page 23: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

23

tersebut ke dalam bentuk konsep, konsep yang sudah tercipta tersebut

selanjutnya dikristalisasikan melalui uji coba ke beberapa bagian atau

departemen yang ada di dalam organisasi. Kemudian menyatukan dan

menyaring apakah pengetahuan yang diciptakan di dalam organisasi benar-

benar bermanfaat bagi organisasi dan masyarakat melalui langkah-langkah

penilaian, dan terakhir pengetahuan yang sudah tercipta disebarkan ke

seluruh organisasi sehingga terintegrasi di dalam basis pengetahuan

organisasi.

2. Transfer Pengetahuan

Tahapan transfer pengetahuan menyangkut dengan aktifitas

pemindahan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain. Termasuk juga

dengan komunikasi, penerjemahan, konversi, penyaringan dan pengubahan.

Transfer pengetahuan dapat dikatakan sebagai tahap yang paling sulit

dilaksanakan dalam proses knowledge management. Kadang individu yang

memiliki kompetensi atau pengetahuan merasa enggan mentransfer

pengetahuan yang dimilikinya karena takut menghilangkan nilai kompetitif

pribadinya dalam organisasi. Selain itu untuk mentransfer pengetahuan

dibutuhkan pengetahuan mengenai komunikasi sehingga menyulitkan

individu yang sebenarnya mau mentransfer pengetahuan yang dimilikinya

namun kurang memahai cara mengkomunikasikan pengetahuan tersebut

dengan efektif.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

24

3. Penyimpanan dan Penggunaaan Kembali Pengetahuan

Penggunaan kembali pengetahuan berlangsung di dalam empat

bentuk, yaitu menangkap atau mendokumentasikan pengetahuan,

pengemasan pengetahuan untuk digunakan kembali, distribusi atau

penyebaran pengetahuan, dan penggunaan kembali pengetahuan. Dalam

proses penggunaan kembali pengetahuan terdapat tiga aktor yang berperan

yaitu pertama, yang memproduksi pengetahuan apakah peranannya

menciptakan atau melakukan pendokumentasian pengetahuan, mencatat

explicit knowledge atau mereka yang membuat tacit knowledge menjadi

explicit knowledge. Kedua, mereka yang memediasi pengetahuan, yakni

mereka yang mempersiapkan pengetahuan untuk digunakan kembali dengan

terlebih dahulu mengindeks, meringkas, membersihkan, mengemas, serta

mereka yang berperan memfasilitasi dan menyebarkan pengetahuan. Ketiga,

pengguna pengetahuan, yakni mereka yang menggunakan kembali

pengetahuan, mencari kembali isi pengetahuan dan menerapkannya ke

dalam berbagai macam cara, Sangkala ( 2007:173-174).

II.2. Penciptaan Pengetahuan

II.2.1. Defenisi Penciptaan Pengetahuan

Proses penciptaaan pengetahuan dalam era inovasi, adalah kemampuan

organisasi untuk menciptakan pengetahuan merupakan hal yang sangat mendasar,

namun diketahui bahwa penciptaaan pengetahuan terjadi dalam benak individu-

individu (manusia) yang berada di organisasi. Tanpa individu-individu tersebut,

Page 25: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

25

organisasi tak mampu menciptakan pengetahuan yang dibutuhkannya untuk

melakukan berbagai inovasi (dalam berbagai penelitian konseptual maupun empiris).

Proses penciptaaan pengetahuan yang mulai dari akses informasi dan pengalaman,

refleksi individu-individu atas tindakan di masa lalu, kemampuan menyerap

pengetahuan, motivasi individu untuk belajar-persepsi atas kebernilaian aktivitas

yang menuju terciptanya pengetahuan baru tersebut.

Dalam penciptaan pengetahuan juga sering terjadi akuisisi pengetahuan.

Misalnya saja, organisasi memperoleh pengetahuan dari sumber eksternal ataupun

internal. Sumber eksternal sendiri seperti benchmarking dari organisasi lain, atau

mencari informasi-informasi baru melalui internet, koran, televisi, dan lain-lain. Dapat

juga dilakukan dengan merekrut staf baru yang berkompeten yang dapat membantu

menciptakan pengetahuan. Sedangkan sumber internal, misalnya saja memperoleh

pengetahuan dari belajar memahami apa yang dilakukan organisasi atau belajar dari

berbagai pengalaman. Informasi yang diperoleh merupakan hasil filterisasi persepsi

dari informasi yang didengar dan diterima organisasi. Informasi juga tidak hanya

diperoleh secara sengaja, kadang kala suatu informasi diperoleh secara tidak

sengaja.

II.2.2. Proses Penciptaan Pengetahuan

Professor Nonaka dalam Bambang Setiarso (2009), menyatakan bahwa

proses penciptaan knowledge organisasi terjadi karena adanya interaksi (konversi)

antara tacit knowledge dan explicit knowledge, melalui proses sosialisasi,

eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

26

Saat ini, organisasi biasanya menggunakan media-media berikut ini sebagai

sarana komunikasi antar sumber daya manusia yang ada di organisasi dan pihak-

pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Rapat secara berkala

2. Diskusi secara berkala

3. Pertemuan bulanan

4. Intranet

5. Surat edaran atau surat keputusan

6. Papan pengumuman

7. Internet atau media massa

Untuk mendukung proses aktivitas dan pengembangan sumber daya

manusia di suatu organisasi yang merupakan perwujudan dari model SECI

(socialization, externalization, combination, internalization) Nonaka dalam Bambang

Setiarso (2009), digunakan perangkat teknologi yang ada di organisasi.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

27

Gambar 2

Pemetaan infrastruktur teknologi informasi ke dalam proses SECI

Sumber: Bambang Setiarso, dkk, Penerapan Knowledge Management pada Organisasi: Yogyakarta: 2009

1. Sosialisasi

Proses sosialisasi antar SDM di organisasi salah satunya dilakukan

melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan).

Melalui pertemuan tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan

pengalaman yang dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka.

Di dalam sistem knowledge management yang akan dikembangkan, fitur-fitur

collaboration, seperti e-mail, diskusi elektronik, komunitas praktis

memungkinkan pertukaran tacit knowledge (informasi, pengalaman, dan

keahlian) yang dimiliki seseorang sehingga organisasi semakin mampu

belajar serta melahirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

28

Proses sosialisasi juga dapat dilakukan melalui pendidikan dan

pelatihan (training) dengan mengubah tacit knowledge para trainer menjadi

tacit knowledge para karyawan.

2. Eksternalisasi

Sistem manajemen pengetahuan akan sangat membantu proses

eksternalisasi ini, yaitu proses untuk mengartikulasi tacit knowledge menjadi

suatu konsep yang jelas. Dukungan terhadap proses eksternalisasi ini, dapat

diberikan dengan mendokumentasikan notulen rapat (bentuk eksplisit dari

knowledge yang tercipta saat diadakannya pertemuan) ke dalam bentuk

elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada mereka yang

berkepentingan.

Organisasi telah mendatangkan beberapa expert untuk melakukan

serangkaian kegiatan sesuai dengan bidang keahliannya, yang tidak dimiliki

oleh organisasi. Dengan mendatangkan expert akan terdapat pengetahuan

baru dalam organisasi yang dapat dipelajari, dikembangkan dan

dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan atau kompetensi SDM.

Untuk itu, semua tacit knowledge yang diperoleh dari expert dan hasil

pekerjaan expert yang antara ain berwujud konsep-konsep, sistem serta

prosedur, manual, laporan pelaksanaan uraian pekerjaan, dan sebagainya

harus didokumentasikan untuk kemudian dimanfaatkan oleh organisasi.

3. Kombinasi

Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah

mengombinasikan berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun

Page 29: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

29

ke dalam sistem knowledge management. Media untuk proses ini dapat

melalui intranet (forum diskusi) untuk memperoleh sumber eksternal. Fitur-

fitur Enterprise Portal seperti knowledge organization system yang memiliki

fungsi untuk pengategorian informasi (taksonomi), pencarian, dan

sebagainya sangat membantu dalam proses ini. Business Intelligence

sebagai fungsi penganalisis data secara matematis dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan. Data yang telah tersimpan dalam sistem dianalisis

terutama untuk analisa data kondisi daerah, keuangan, operasional, serta

yang bersifat strategis, seperti pembuatan indicator-indikator kinerja.

Demikian pula content management yang memiliki fungsi untuk

mengelola informasi organisasi baik yang terstruktur (database) maupun

yang tidak terstruktur (dokumen, laporan, notulen) dapat mendukung proses

kombinasi ini.

4. Internalisasi

Semua dokumen data, informasi dan knowledge yang sudah

didokumentasikan dapat dibaca oleh orang lain. Pada proses inilah terjadi

peningkatan knowledge sumber daya manusia. Sumber-sumber explicit

knowledge dapat diperoleh melalui media intranet (database organisasi),

surat edaran, papan pengumuman dan internet serta media massa sebagai

sumber eksternal. Untuk dapat mendukung proses ini, sistem perlu memiliki

alat bantu pencarian dan pengambilan dokumen. Content management,

selain mendukung proses kombinasi, juga dapat memfasilitasi proses

internalisasi. Pemicu untuk proses ini adalah penerapan “learning by doing”.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

30

Fitur-fitur yang terdapat pada fungsi learning akan sangat membantu

terlaksananya proses ini. Selain itu, pendidikan dan pelatihan dapat

mengubah berbagai pelajaran tertulis (explicit knowledge) menjadi tacit

knowledge pada karyawan.

Berdasarkan analisis dengan mempertimbangkan model SECI dapat disusun

sebuah proses general untuk menjalankan sistem knowledge management yang

baik adalah sebagai berikut:

1. Pada saat awal tahun anggaran organisasi, karyawan terlebih dahulu

menguasai pengetahuan yang akan dipakai dengan cara mencari

pengetahuan tersebut pada database.

2. Apabila pengetahuan tersebut tidak terdapat pada database, karyawan

tersebut harus menghubungi experts, untuk kemudian berdiskusi.

3. Hasil dari diskusi tersebut kemudian didokumentasikan untuk selanjutnya

dipublikasikan di dalam database knowledge management.

4. Pada saat pelaksanaan kegiatan, karyawan diwajibkan untuk mencatat

setiap permasalahan yang terjadi dan solusi dari permasalahan tersebut.

5. Pada saat kegiatan telah selesai, karyawan wajib membuat log book.

Kemudian, log book tersebut dipresentasikn dihadapan rekan-rekannya dan

diserahkan ke dalam dokumen untuk dipublikasikan di database knowledge

management agar dapat menjadi referensi kegiatan belajar-mengajar

selanjutnya.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

31

Nonaka dalam Sangkala (2007:104), menjelaskan bahwa pendekatan yang

memungkinakan individual dapat diperluas dan dinilai dalam organisasi, dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 3

Proses Penciptaan Pengetahuan menurut Nonaka

Sumber: Sangkala, Knowledge Management: Jakarta, 2007:105

Proses penciptaan pengetahuan diawali dengan memperkaya pengetahuan

individu dalam organisasi. Hal itu dapat dilakukan dengan metode pelatihan maupun

mendorong self learning yang kemudian dilanjutkan dengan pembentukan tim.

Dimana anggotanya berasal dari latar belakang divisi yang berbeda untuk lebih

memperkaya perspektif. Dalam tim ini terjadi proses berbagi pengetahuan hingga

pada akhirnya diciptakan sebuah konsep baru yang kemudian dikristalisasikan,

diujicobakan untuk mendapatkan feedback dari pengguna produk dalam rangka

pengembangan dan penyempurnaan hingga akhirnya dapat diaplikasikan keseluruh

Page 32: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

32

bidang atau bagian organisasi. Dalam proses penciptaan pengetahuan ada

beberapa kondisi yang ikut menunjang, diantaranya tujuan, fluktuasi dan kekacauan,

otonomi, redudansi, dan keperluan beragam.

1. Proses Perluasan Pengetahuan (Enlarging Knowledge)

Hal pertama yang dilakukan dalam proses penciptaan pengetahuan adalah

bagaimana memperluas pengetahuan. Tahapan ini mengakumulasi tacit knowledge

berdasarkan pengalaman yang dimiliki. Kualitas pengetahuan tasit dipengaruhi oleh

2 faktor, yang pertama adalah keragaman pengalaman individu dan yang kedua

adalah kualitas pengetahuan terhadap pengalaman yang merupakan penjelmaan

pengetahuan ke dalam komitmen pribadi yang telah melekat. Untuk memperluas

pengetahuan, individu di sekolah, kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru serta

pegawai mengikuti pelatihan-pelatihan atau workshop baik internal maupun

eksternal, serta self learning bisa belajar melalui internet (browsing), buku, dll.

Sesuai dengan pendapat Nonaka dalam Sangkala (2007), bahwa langkah awal

dalam proses penciptaan pengetahuan adalah dengan perluasan pengetahuan

terlebih dahulu. Pada proses ini ada berbagai upaya peningkatan kualitas individu

pegawai dengan cara tacit knowledge yang dimiliki individu diarahkan kepada upaya

untuk mempengaruhi aspek yang relevan dengan explicit knowledge. Beberapa

upaya peningkatan kualitas yang diterjemahkan oleh Nonaka yaitu melalui proses

pelatihan dan self learning.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

33

2. Berbagi Pengetahuan (Sharing Tacit Knowledge)

Sharing tacit knowledge sebagai salah satu proses utama dalam KM, pada

hakekatnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning)

kepada seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya

secara mandiri, Paul L Tobing (2007:25). Namun perspektif ini tetap bersifat

personal kecuali mereka mengartikulasikan dan memperluasnya melalui interaksi

sosial, dan salah satu caranya adalah dengan membentuk self-organizing team

dimana anggota berkolaborasi untuk menciptakan konsep, Sangkala (2007).

Tahapan transfer pengetahuan juga dapat dikatakan sebagai tahap yang paling sulit

dilaksanakan dalam proses knowledge management. Kadang individu yang memiliki

kompetensi atau pengetahuan merasa enggan mentransfer pengetahuan yang

dimilikinya karena takut menghilangkan nilai kompetitif pribadinya dalam organisasi.

Selain itu untuk mentransfer pengetahuan dibutuhkan pengetahuan

mengenai komunikasi sehingga menyulitkan individu yang sebenarnya mau

mentransfer pengetahuan yang dimilikinya namun kurang memahai cara

mengkomunikasikan pengetahuan tersebut dengan efektif. Untuk lebih efektifnya

proses budaya transfer pengetahuan, maka organisasi sekolah setidak-tidaknya

harus memenuhi berbagai prasyaratan yaitu membangun kepercayaan (trust) dan

keterbukaan, serta penggunaan fasilitas berbagi pengetahuan seperti dalam rapat

atau briefing, kemudian melalui via internet (chatting atau e-mail).

Page 34: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

34

3. Konseptualisasi (Creating Concept) dan Kristalisasi (Crystallization)

Proses konseptualisasi adalah proses interaksi intensif antara pengetahuan

tasit ( melalui berbagi pengalaman) dan eksplisit yang kemudian dibagi kedalam tim.

Dalam proses ini terjadi pengartikulasian tacit knowledge menjadi explicit knowledge

melalui proses dialog dan refleksi (eksternalisasi) yang berkesinambungan. Dialog

dalam bentuk tatap muka merupakan salah satu upaya membangun konsep karena

dapat memberikan peluang untuk menguji asumsi seseorang. Ide dan gagasan

tersebut dituangkan ke dalam gambar, kata-kata, atau simbol. Dalam Sangkala

(2007:111) tertulis bahwa penciptaan pengetahuan berlangsung slaam konteks

interaksi para anggota tim untuk selanjutnya dikristalisasi kedalam bentuk yang lebih

konkrit misalnya produk, konsep, atau sistem.

4. Penilaian (Justifying)

Penilaian merupakan tahap akhir menyatukan dan menyaring apakah

pengetahuan yang diciptakan di dalam organisasi benar-benar bermanfaat bagi

organisasi dan masyarakat, Sangkala (2007). Penilaian ini sangat menentukan

kualitas pengetahuan apakah mencakup standar penilaian yang ditentukan.

5. Menjejaringkan Pengetahuan (Networking of Knowledge)

Konsep baru yang tercipta tadi, selanjutnya dikelola kembali melalui proses

interaksi antara visi organisasi yang telah ditetapkan dengan konsep yang baru

diciptakan. Interaksi ini dimediasi secara nyata dalam bentuk penyatuan informasi

yang merupakan dinamika lain aktifitas self organizing team untuk menjejaringkan

Page 35: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

35

pengetahuan yang terus-menerus menciptakan informasi dan makna baru. Intinya

adalah pada proses networking, konsep yang telah diciptakan dalam tim kemudian

diperluas menjadi pengetahuan baru dalam bentuk produk. Pengetahuan ekspisit

yang tercipta perlu ditunjang oleh mekanisme sistem dan organisasi, sehingga dapat

menyebar ke seluruh unit organisasi baik internal maupun ke seluruh lingkungan

organisasi.

II.2.3. Faktor-faktor yang Menunjang Penciptaan Pengetahuan (Enabling

Condition)

Dalam penciptaan pengetahuan tak lepas dari faktor-faktor yang ikut

menunjang terlaksananya dengan baik. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Tujuan (Intention)

Tujuan organisasi merupakan aspirasi dari organisasi untuk dicapai. Usaha

untuk mencapai tujuan tersebut disusun dalam berbagai langkah strategis.

Strategis untuk menciptakan pengetahuan terlihat di dalam upaya organisasi

menyusun langkah-langkah mendapatkan, menciptakan, mengakumulasikan,

menggali pengetahuan. Komponen yang terpenting dari strategi organisasi

yaitu bagaimana mengonseptualisasikan sebuah visi mengenai pengetahuan

apa yang harus dikembangkan dan dimasukkan kedalam sistem manajemen

yang dapat dilaksanakan.

2. Otonomi (Auatonomy)

Individu dalam organisasi diberi otonomi dalam bertindak secara otomatis

akan meningkatkan peluang bagi organisasi mendapatkan peluang-peluang

Page 36: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

36

yang mungkin tidak pernah diharapkan sebelumnya. Selain itu, otonomi juga

dapat meningkatkan kemungkinan karyawan termotivasi untuk menciptakan

pengetahuan baru.

3. Fluktuasi dan Kekacauan (Fluctuasi and Chaos)

Suatu kondisi yang memungkinkan anggota organisasi menghadapi

gangguan terhadap rutinitasnya, kebiasaannya, atau kerangka kognitifnya.

Gangguan menunjuk terhentinya perilaku kita, kenyamanan yang sudah

berlangsung. Apabila karyawan menghadapi kekacauan, bukan tidak

mungkin karyawan akan memiliki peluang dalam mempertimbangkan dasar

berpikir dan perspektifnya sedangkan chaos secara alamiah ketika

organisasi menghadapi suatu krisis nyata, dalam perubahan lingkungan

seperti turunnya kinerja dengan cepat.

4. Redudansi (Redudancy)

Keberadaan informasi yang mempercepat proses penciptaan pengetahuan

bagi organisasi.

5. Keperluan yang beragam (Requasite variety)

Keperluan yang beragam dipandang sebagai salah satu prinsip utama dalam

mengelola penciptaan pengetahuan. Konsep keperluan beragam mengacu

pada proses penyusunan saluran informasi yang sesuai dengan tuntutan

lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan informasi

yang berbeda dan menyediakan akses yang sama terhadap informasi.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

37

II.3. Konsep Sekolah

II.3.1 Pengertian Sekolah

Sekolah sebagai suatu sistem, memiliki komponen inti yang terdiri dari input,

proses, dan output (Komariah dan Triatna, 2010:1). Komponen-komponen tersebut

tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu kesatuan utuh yang

saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan menentukan. Adapun

pengertian menurut Hadari Nawawi (1982) sebagai berikut :

“sekolah tidak boleh diartikan hanya sekedar sebuah ruangan atau gedung atau tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan. Akan tetapi, sekolah sebagai institusi peranannya jauh lebih luas daripada itu. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang terikat dengan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai”.

Hal senada diungkapkan Reimer (Sagala, 2006) mengemukakan bahwa

“sekolah adalah lembaga yang menghendaki kehadiran penuh kelompok umur

tertentu dalam ruang kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum

yang bertingkat”. Selain itu, sekolah menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

Pasal 18, tentang pendidikan Nasional, sekolah adalah lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan jenjang pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Bila seluruh pendapat tersebut dirangkaikan, maka dapat dipahami bahwa

sekolah adalah kerja sama sejumlah orang yang menjalankan seperangkat fungsi

mendasar untuk melayani kelompok umur tertentu dalam ruang kelas yang

pelaksanaannya dibimbing oleh guru melalui kurikulum yang bertingkat untuk

mencapai tujuan instruksional dengan terikat akan norma dan budaya yang

mendukungnya sebagai suatu sistem nilai. Sekolah juga merupakan kerja sama

Page 38: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

38

sejumlah orang yang terdiri dari unsur-unsur sekolah, seperti kepala sekolah,

supervisor, konselor, ahli kurikulum, tata usaha, dan sebagainya di bawah kontrol

pemerintah.

Sekolah dalam menjalankan seperangkat fungsi-fungsi mendasarnya tentu

mengacu pada fungsi belajar dan pembelajaran yang sesuai kebutuhan pendidikan

pada masyarakat. Sekolah sebagai organisasi dalam melaksanakan fungsinya

diharapkan dapat difungsikan seluruh sumber daya yang ada. Secara umum,

sekolah terdiri dari sekolah yang dikelola oleh pemerintah yang disebut sekolah

negeri dan sekolah yang dikelola oleh perorangan, organisasi kemasyarakatan, atau

perusahaan, yang disebut sekolah swasta. UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 54 ayat

2 menyebutkan bahwa masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

Sekolah negeri mempunyai visi dan misi yang ditetapkan pemerintah, yaitu

kebaikan publik. Oleh karena itu, keefektifan organisasi sekolah pada satuan

pendidikan tersebut amat dipengaruhi oleh visi dan misi khusus dari masing-masing

sekolah. Visi, misi, tujuan, sasaran, dan target sekolah disusun supaya dapat

merespon berbagai perubahan yang diwujudkan dengan menggerakkan seluruh

potensi sumber daya sekolah yang ada, sehingga keefektifan menjadi ciri dari

organisasi sekolah dan konsistensi terhadap misi sekolah menjadi jaminan untuk

memperoleh kualitas yang terbaik.

II.1.2 Fungsi Tugas Utama Sekolah

Fungsi dan tugas utama sekolah adalah meneruskan, mempertahankan, dan

mengembangkan kebudayaan masyarakat melalui pembentukan kepribadian anak-

Page 39: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

39

anak agar menjadi manusia dewasa dari sudut usia maupun intelektualnya, serta

terampil dan bertanggung jawab sebagai upaya mempersiapkan generasi pengganti

yang mampu mempertahankan eksistensi kelompok atau masyarakat bangsanya

dengan budaya yang mendukungnya. Sekolah sebagai satuan pendidikan terdepan

dalam mendidik para siswanya memerlukan pengelolaan yang profesional sesuai

fungsi dan tugasnya.

Oleh karena itu, sekolah dalam berupaya mencapai visi dan misi sekolah,

disusunlah struktur hubungan kerja organisasi berdasarkan tujuan, asas prinsip, dan

program-program yang mendasari misinya. Semua anggota tim sekolah harus dapat

melakukan kerja sama dalam rangka mensukseskan program sekolah. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam struktur organisasi sekolah, kepala sekolah bersama

para guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab melaksanakan program

dan kegiatan sekolah.

Struktur organisasi sekolah menurut Gorton (Sagala,2006) bertujuan

memfungsikan setiap anggota sesuai fungsi dan kedudukannya, menjalin hubungan

kerja antar tim organisasi agar masing-masing mengetahui tanggung jawabnya dan

semua anggota tim dapat melakukan kerja sama mensukseskan program sekolah.

Kepala sekolah merupakan orang pertama yang paling bertanggung jawab dalam

melaksanakan program dan kegiatan sekolah. Oleh karena itu, persyaratan

profesional kepala sekolah menjadi penting agar mampu membangkitkan dan

mempertinggi keterlibatan para anggota tim dan berupaya mendorong dan

membangkitkan semangat kerja sama antar anggota tim.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

40

Berkaitan dengan struktur organisasi, penekanan desain organisasi sekolah

adalah pada peningkatan kemampuan manajemen sekolah yang semakin baik.

Desain organisasi sekolah merupakan sarana mengembangkan potensi sekolah.

Sekolah mengacu pada kriteria yang dapat memperjelas fungsi dan tanggung jawab

setiap personel sekolah secara dinamis kearah tujuan yang disepakati.

Sekolah merupakan sarana yang sengaja dirancang untuk melaksanakan

pendidikan , seperti yang sudah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman

keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi

muda terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju masyarakat ,

semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum

masuk kedalam proses pembangunan masyarakat itu. Oleh karena itu sekolah

sebagai pusat pendidikan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal

yaitu mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan dan martabat

bangsa Indonesia. Adapun fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan antara lain:

1. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan , dan diharapkan anak

yang telah menyelesaikan sekolahnya dapat melakukan sesuatu pekerjaan

atau paling tidak sebagai dasar dalam mencari pekerjaan.

2. Sekolah memberikan ketrampilan dasar

3. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib

4. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan

5. Sekolah membentuk manusia sosial

Page 41: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

41

II.4 E-Pendidikan (e-Education)

Contoh gambaran dari program peningkatan mutu pembelajaran di sekolah

dapat dilihat dari kemampuan dan kemauan warga sekolah, khususnya peserta didik

untuk mengungkap proses informalisasi dan kemajuan teknologi. Dengan semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi dan

komunikasi telah memberi pengaruh terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam

proses pembelajaran. Hal ini semakin membuktikan bahwa salah satu tuntutan

global dunia pendidikan adalah penguasaan terhadap TIK. Sebagai upaya

pemerintah dalam meningkatkan pedayagunaan TIK telah dikeluarkan berbagai

kebijakan antara lain adanya Keppres No.26/2006 tentang 7 (tujuh) flagship program

pemerintah yang berkaitan dengan TIK, salah satunya diemban oleh Depdiknas

yaitu mengenai adanya program e-pendidikan.

Tiga butir dalam Renstra Depdiknas 2010-2014 pada bagian 4.2.7 tentang

Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan dikatakan bahwa:

a) Pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk mempermudah dalam

berbagi informasi dan pengetahuan antar peserta didik dan tenaga pendidik;

b) Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan dasar dan

menengah; dan

c) Peningkatan kemampuan SDM untuk mendukung pendayagunaan TIK di pusat

dan daerah.

Penyusunan program pembelajaran meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan evaluasi. Implementasi dari

manajemen kurikulum di atas khususnya untuk pemberdayaan dan peningkatan

Page 42: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

42

peran satuan pendidikan dalam peningkatan mutu pendidikan di antaranya adalah

pemberian kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai acuan satuan pendidikan

dalam menyelenggarakan program pendidikan, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar. Pembelajaran merupakan

suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20/2003). Dengan demikian, peserta didik

seharusnya tidak belajar dari pendidik saja, tetapi dapat pula belajar dari berbagai

sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Menurut Asosiasi Teknologi

Komunikasi Pendidikan sumber belajar meliputi semua sumber (baik berupa data,

orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi bahan belajar bagi peserta

didik (Yusuf Hadi Miarso, 1986). Selama ini pemahaman tentang sumber belajar

masih terbatas pada pendidik dan buku saja. Padahal, pendidik dan buku hanyalah

sebagian dari sumber belajar.

Dimulai tahun 2005 hingga 2008, Direktorat Pembinaan SMA telah

melakukan pelatihan atau pembinaan terhadap 2.698 pendidik SMA negeri dan

swasta dari 331 SMA/33 provinsi berkaitan dengan pengembangan bahan ajar dan

bahan ujian berbasis TIK. Fokus pelatihan meliputi pengembangan bahan ajar dan

bahan ujian, penguasaan media presentasi MS Power Point, sistem jaringan,

internet, dan web design statis. Kemampuan peserta yang dilatih ternyata mereka

memiliki tingkat kemampuan yang beragam (gambaran kasar kurang lebih 25%

mahir, 60% terampil, dan 15% pemula). Ditinjau dari kompetensi peserta pelatihan

tersebut di atas, baik yang mahir,terampil, maupun pemula, merupakan modal besar

Page 43: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

43

bagi dunia pendidikan khususnya di tingkat SMA untuk lebih cepat bergerak dalam

memanfaatkan TIK. Keberlanjutan program pelatihan memberi dampak positif, para

peserta pelatihan dengan cepat menyebarkan dan mendiseminasikan hasil

pelatihannya.

II.5 Konsep Penciptaan Pengetahuan dalam Rangka e-pendidikan

Di dalam RENSTRA SMAN 1 Marioriwawo, salah satu sasaran mutu yang

ingin dicapai dan telah dicapai adalah menjadi sekolah model PSB (Pusat Sumber

Belajar). Agar sekolah dapat menjadi sekolah yang professional dalam rangka PSB,

maka wajib untuk menerapkan program pembelajaran berbasis tik atau e-education.

Karena itu maka dibentuklah tim PSB yang bertugas untuk menghasilkan suatu

program pembelajaran yang berbasis tik tersebut. Untuk itu maka tim PSB berupaya

untuk menciptakan suatu pengetahuan baru melalui tahap-tahap penciptaan

pengetahuan yaitu dimulai dengan pembentukan tim yang terdiri dari beberapa guru

dari berbagai bidang dan beberapa tenaga administrasi untuk saling berbagi

pengetahuan tasit sehingga akan terbentuk suatu pengetahuan eksplisit atau

tersurat. Kemudian pengetahuan baru tadi yang berupa konsep baru kemudian di

konseptualisasikan, selanjutnya dikristalisasi, sampai pada penilaian konsep.

Page 44: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

44

II.6 Kerangka Pikir

Gambar 4

Kerangka Pikir

Proses penciptaan Pengetahuan oleh Nonaka dalam Sangkala (2007)

Pada proses penciptaan pengetahuan yang terjadi di SMAN 1 Marioriwawo,

penulis hanya memfokuskan pada dimulainya dengan pembentukan self organizing

team (berjumlah 10 orang, dan 4 bagian inti) dalam rangka memungkinkan individu

membangun interaksi sosial, saling berbagi pengalaman, pengetahuan, serta

informasi dengan tujuan terbentuk ide kreatif dan inovatif dalam prose sharing tacit

knowledge. Kemudian selanjutnya ide-ide yang terbentuk dari proses sharing

knowledge tersebut diuji asumsi maupun hipotesanya melalui proses

konseptualisasi. Ide tersebut dituangkan ke dalam bentuk gambar, kata-kata, dll.

Page 45: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

45

Selanjutnya konsep yang telah diuji tadi, kemudian dikristalisasikan agar menjadi

bentuk yang lebih konkrit. Tahap terakhir adalah tahap penilaian, apakah konsep

yang tercipta tadi berguna bagi peningkatan mutu dan kualitas organisasi.

Page 46: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

46

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Pendekatan Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah. Pada penelitian ini penulis menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif yaitu terbatas pada usaha mengungkapkan suatu

masalah atau keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat

mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan

sebenarnya dari objek yang diteliti, dalam Hadari Nawawi (2007 : 33-34).

Selanjutnya Sugiono (2003 : 11) berpendapat bahwa pada penelitian kualitatif, teori

diartikan sebagai paradigma. Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan

informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna

dengan cara mendeskripsikan sesuatu masalah. Penelitian ini juga

menginterpretasikan atau menterjemahkan dengan bahasa peneliti tentang hasil

penelitian yang diperoleh dari informan dilapangan sebagai wacana untuk mendapat

penjelasan tentang kondisi yang ada menghubungkan variabel-variabel dan

selanjutnya akan dihasilkan diskripsi tentang obyek penelitian

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri 1 Marioriwawo Kabupaten

Soppeng. Mengingat bahwa sekolah ini merupakan salah satu lembaga akademika

yang merupakan sekolah percontohan di Kabupaten Soppeng ini, dimana

perkembangan pengetahuan dan teknologinya sudah sangat jauh berbeda dari

sekolah-sekolah lainnya karena itu dapat terpilih menjadi sekolah model RSKM-

Page 47: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

47

PSB-PBKL. SMA Negeri 1 Marioriwawo salah satu sekolah di Kabupaten Soppeng

dengan penggunaan IT (Informasi dan Teknologi) yang cukup besar dalam berbagai

aspek.

III.3 Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi kasus.

Studi kasus digunakan untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa

yang relevan tak dapat dimanipulasi. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian

ini adalah studi kasus deskriptif. Menurut Prof. Dr. Robert K. Yin (2000 : 5), kasus

deskriptif yaitu studi kasus tunggal yang hanya mencakup sebuah lingkungan sosial

(Cornerville) dan satu periode waktu. Sedangkan dasar penelitian adalah mengecek

kembali dengan wawancara kepada narasumber/informan yang berisi pertanyaan-

pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan rumusan masalah

penelitian.

III.4. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah proses penciptaan pengetahuan

di SMAN 1 Marioriwawo Kabupaten Soppeng.

1. Professor Nonaka menyatakan bahwa proses penciptaan knowledge organisasi

adalah diawali dengan

a. Berbagi pengetahuan (Sharing Knowledge)

Page 48: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

48

Pada tahap berbagi pengetahuan dalam organisasi dibentuk self-organizing

team dimana anggota organisasi berkolaborasi untuk menciptakan konsep

baru.

b. Konseptualisasi (Conceprtualization)

Konseptualisasi merupakan interaksi intensif antara pengetahuan tasit dan

eksplisit yang dilakukan di dalam tim. Kemudian terjadi penciptaan konsep

baru yang berupa data, gambar, atau simbol.

c. Kristalisasi (Crystallitazion)

Pada proses ini terjadi pengujian realitas dan penerapan konsep yang telah

diciptakan.

d. Penilaian (Justification)

Pada tahap penilaian adalah bagaimana pembenaran terhadap konsep yang

dihasilkan, menyangkut kegunaan atau manfaatnya terhadap kemajuan mutu

organisasi.

2. Proses di atas dapat mendukung terciptanya pengetahuan baru, akan memicu

lahirnya ide-ide kreatif dan inovatif yang akan meningkatkan mutu sekolah. Agar

inovasi dapat berjalan optimal, diperlukan perhatian dari seluruh komponen

sekolah, mulai dari kepala sekolah selaku manajer, kemudian guru sebagai

pendidik yang senantiasa harus terus meningkatkan kualitas mengajarnya,

kemudian staf sekolah selaku penyelenggara administratif, sampai pada murid

dan orang tua murid.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

49

3. Pengetahuan baru yang dihasilkan di sekolah berupa program pembelajaran

baru berbasis tik yaitu “Website Sekolah”.

III.5 Informan

Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi latar penelitian. Informan ini harus banyak pengalaman tentang

penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam tentang nilai-nilai,

sikap, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat. Dalam

penelitian ini informan yang peneliti maksudkan adalah kepala dinas pendidikan

Watansoppeng, kemudian lingkungan sekolah bersangkutan mulai dari kepala

sekolah, guru, sampai tenaga administrasi sekolah, termasuk siswa-siswi SMAN 1

Marioriwawo.

Adapun informan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah SMAN 1 Marioriwawo

2. Wakil Kepala Sekolah Bidang Ketenagaan SMAN 1 Marioriwawo

3. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Marioriwawo

4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Marioriwawo

5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Keuangan SMAN 1 Marioriwawo

6. Kepala TAS (Tenaga Administrasi Sekolah) SMAN 1 Marioriwawo

7. Guru SMAN 1 Marioriwawo

8. Staf TAS SMAN 1 Marioriwawo

Page 50: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

50

9. Siswi SMAN 1 Marioriwawo

III.6 Jenis Dan Sumber Data

III.6.1. Data primer

Data primer yaitu yang diperoleh secara langsung pada sumber data yaitu

pada beberapa staf termasuk juga pimpinan teratas (kepala sekolah) sampai kepada

guru-guru pada unit terkecil serta tenaga honorer pada SMA Negeri 1 Marioriwawo

yang bersangkutan dengan cara pengamatan atau observasi dan wawancara pada

informan untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan proses penciptaan

pengetahuan serta dampaknya pada peningkatan kualitas SMAN 1 Marioriwawo

Kabupaten Soppeng.

III.6.2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendukung penulisan pada penelitian ini melalui dokumen atau catatan yang ada

serta tulisan-tulisan karya ilmiah dari berbagai media, literatur-literatur, arsip-arsip

resmi yang dapt mendukung kelengkapan data primer yang senantiasa berkaitan

dengan masalah penciptaan pengetahuan organisasi.

III.7. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Sistematik

Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih

dahulu pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang

hendak ditanyakan kepada responden. Pedoman wawancara tersebut digunakan

oleh pewawancara sebagai alur yang harus diikuti, mulai dari awal sampai akhir

wawancara, karena biasanya pedoman tersebut telah tersusun sedemikian rupa

Page 51: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

51

sehingga merupakan sederetan pertanyaan, dimulai dari hal-hal yang mudah

dijawab oleh responden sampai dengan hal-hal yang lebih kompleks.

2. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun

data penelitian, data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti

bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan

pancaindra.

3. Studi Dokumen (Dokumentasi)

Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana

dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan

permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan tahunan, majalah,

jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan pemerintah dan Undang-

Undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji dan

disusun/dikategorikan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh data guna

memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan

III.8. Teknik Analisis Data

Untuk menghasilkan dan memperoleh data yang akurat dan objektif sesuai

dengan apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini, maka analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan cara

analisis konteks dari telaah pustaka dan analisis pernyataan dari hasil wawancara

dari informan. Dalam melakukan análisis data peneliti mengacu pada beberapa

tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari beberapa

tahapan antara lain:

Page 52: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

52

1. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap key informan yang

compatible terhadap penelitian kemudian observasi langsung ke lapangan untuk

menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang

diharapkan.

2. Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, tranformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di

lapangan selama meneliti tujuan diadakan transkrip data (transformasi data)

untuk memilih informasi mana yang dianggap sesuai dengan masalah yang

menjadi pusat penelitian dilapangan.

3. Uji Confirmability, Uji confirmability berarti menguji hasil penelitian. Bila hasil

penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability-nya.

4. Penyajian data (data display) yaitu kegiatan sekumpulan informasi dalam bentuk

teks naratif, grafik jaringan, tabel dan bagan yang bertujuan mempertajam

pemahaman penelitian terhadap informasi yang dipilih kemudian disajikan dalam

tabel ataupun uraian penjelasan.

5. Pada tahap akhir adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclution

drawing/ verification), yang mencari arti pola-pola penjelasan, konfigurasi yang

mungkin, alur sebab akibat dan proposisi. penarikan kesimpulan dilakukan

secara cermat dengan melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-

catatan di lapangan sehingga data-data di uji validitasnya.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

53

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

IV.1.1 Profil SMAN 1 Marioriwawo Kabupaten Soppeng

SMA Negeri 1 Marioriwawo Bertempat di Kecamatan Marioriwawo

Kabupaten Soppeng. Didirikan pada tanggal 2 Januari 1987 dan diresmikan oleh

Dirjen Dikdasmen Prof. Dr. A. Hasan Walimono. Sejak didirikan sudah dua kali

terjadi pergantian Kepala Sekolah yaitu dari Drs. Hamsah Seng ke Drs. Kawaru.

Lalu terakhir Bapak Naharuddin, S.Pd. M.Pd.

Tujuan Sekolah : 1. Menampilkan sekolah yang berkearifan lokal di sekolah

2. Menampilkan sekolah efektif

3. Menampilkan sekolah bermutu

4. Terdepan di tingkat kabupaten, masuk 10 terbaik

tingkat provinsi, 100 terbaik nasional

5. Memperoleh sertifikat International Standard

Organization (ISO)

Page 54: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

54

6. Peningkatan Kerja sama nasional atau internasional

dengan sekolah, lembaga pemerintah dan swasta atas

dasar win-win solusi

Sasaran Sekolah : 1. Rata-rata pencapaian selisih nilai ujian akhir nasional

minimal + 0.50

2. Persentase siswa yang diterima di PTN minimal 40%

3. Kelompok olimpiade mata pelajaran yang tampil

ditingkat propinsi memperoleh minimal juara III

4. Semua siswa minimal dapat berkomunikasi bahasa

inggris di lingkungan sekolah melalui program one day

with english, english bulletin, dan pembuatan film-film

pendek bahasa inggris

5. Memiliki jaringan dana operasional jaringan dan

internet

6. Memiliki dana tetap untuk pengembangan pembinaan

kelompok olahraga dan kesenian, seperti merchind

band, Basket, volly, takrow, pencak silat dan karate,

dll

7. Memiliki laboratorium kimia sebagai sarana praktik

siswa

8. Memiliki taman sekolah sebagai praktek estetika

lngkungan sekolah siswa

Page 55: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

55

9. Memiliki media pembelajaran berupa komputer dan

LCD setiap kelas sebagai sarana pembelajaran TIK

siswa di setiap kelas

10. Memiliki sarana pendukung pembelajaran di kelas

berupa Software media pembelajaran yang berbasis

TIK dan PBKL di setiap mata pelajaran.

IV.1.2. Visi Dan Misi SMAN 1 Marioriwawo Kabupaten Soppeng

SMA Negeri 1 Marioriwawo dalam mengemban tugas-tugas serta dalam

mewujudkan tujuan dari pembentukannya, dengan sederhana dan terukur

menciptakan Visi kedepan dengan memecahkannya kedalam beberapa misi

strategis sebagai harapan dan tolak ukur keberhasilan sekolah kedepan.

Visi : “Sekolah Humanis Berkearifan Lokal Berorientasi Global.”

Sekolah Humanis yaitu singkatan dari Hulu, Mandiri, Inovatif, dan Kondusif,

sekaligus bermakna memanusiakan manusia.

a. Humanis sebagai singkatan dari:

1) Hulu, berarti sekolah berkomitmen menerobos peringkat atas prestasi

sekolah di kabupaten Soppeng, berikut provinsi Sul-Sel, dan pada

gilirannya tingkat nasional lalu internasional.

2) Mandiri, berarti sekolah mandiri dalam teoritis MSB mengidentifikasi

masalah yang dihadapi dan mencari untuk menemukan solusinya

3) Inovatif, berarti sekolah tidak hanya tahu berkeluh kesah karena

berbagai keterbatasan tetapi mampu berinovasi mengatasinya. Tidak

Page 56: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

56

hanya jera atau ketakutan menghadapi gelombang perubahan yang

begitu cepat, tetapi bergegas melakukan inovasi untuk perubahan itu.

4) Kondusif, berarti sekolah mampu menciptakan kondisi dan suasana

belajar/kerja yang memungkinkan warga sekolah mewujudkan nilai

tambah (added value) dirinya sendiri sebagai prasyarat meningkatkan

kinerja untuk meraih prestasi dan memperoleh penghargaan (reward)

yang proporsional.

b. Memanusiakan manusia bermakna proses menjadikan manusia agar

memiliki rasa kemanusiaan, menjadi manusia dewasa, manusia dalam

makna seutuhnya, mahluk ciptaan Tuhan yang diidentifikasi sebagai paling

sempurna dan termulia di muka bumi ini. Dengan kata lain proses

memanusiakan manusia agar dia secara real menjadi manusia, dalam

makna mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi secara penuh sebagai

pemegang mandate Ilahiat dan kultural. Dalam konteks proses

memanusiakan manusia, pendidikan di sekolah dapat dipandang dari dua

sisi, yaitu sebagai proses pendewasaan peserta didik untuk: pertama, hidup

pada alam demokrasi; dan kedua, sebagai wahana penyiapan peserta didik

untuk berkiprah pada sector ekonomi produktif (Sudarwan, 2007).

c. Berkearifan lokal

1) Pengembangan sekolah. Didasarkan pada kesadaran masyarakat

setempat akan pentingnya melakukan upaya bagi kemajuan

pendidikan generasi pelanjut di wilayahnya.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

57

2) Kemajuan pendidikan. Tidak akan terjadi dengan sendirinya. Hanya

akan terjadi jika masyarakat tak jemu-jemu berpartisipasi untuk

menghadirkan sekolah bermutu. Mendorong sekolah melakukan

perubahan berdasarkan konsep perubahan yang dapat

ditinjau/dipelajari dari 3 aspek, yaitu eksternal, internal, dan proaktif

secara tepat waktu.

3) Untuk mewujudkan dibutuhkan kearifan lokal. Kearifan lokal berupa

derajat kemauan dan kemampuan masyarakat setempat baik

perorangan maupun kolektif memberi dukungan kepada sekolah

dalam bentuk gagasan, finansial, material, kemudahan, dan iklim

kerja yang tidak tercabut dari nilai-nilai luhur masyarakat.

4) Kegiatan (langkah konkrit). Langkah konkrit dilakukan dengan

mendirikan Yayasan Orang Tua Siswa dan bersama Komite Sekolah

mendampingi Kepala Sekolah, sebagai wujud komitmen social dari

masyarakat.

5) Komite sekolah. Dalam menjalankan peran dan fungsinya: memberi

pertimbangan, memberi dukungan, melakukan pengawasan, dan

sebagai penghubung antara sekolah dengan pemerintah dan

masyarakat, pada gilirannya menyerahkan penanganan sumber

pembiayaan sekolah yang berasla dari orang tua siswa kepada

Yayasan. Kemudian proses pemanfaatan dana orang tua siswa di

sekolah dilaksanakan setelah melalui rapat kordinasi antara komite

sekolah dan yayasan orang tua siswa bersama kepala sekolah.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

58

d. Berorientasi global

1) Akan timbul sebuah pasar global yang lebih luas, yang menjadi lebih

“kecil” karena meningkatnya unsur persaingan dari luar negeri.

2) Tempat kerja yang berubah dan terjadinya kelangkaan keterampilan-

keterampilan, menyebabkan timbulnya kebutuhan akan karyawan

nontradisional.

3) Peningkatan mutu sistem pendidikan di sekolah, yaitu: input, proses,

dan output diorientasikan untuk memenuhi tuntutan pengaruh

globalisasi tersebut.

Misi : 1. Menghasilkan lulusan bermutu yang potensial bagi perkembangan

daerah, bangsa, dan Negara

2. Mewujudkan perubahan keorganisasian yang terencana dan

tepat waktu kea rah perbaikan kinerja pada :

a. Tingkat sumber daya manusia

b. Tingkat sumber daya fungsional

c. Tingkat kemampuan teknologi

d. Tingkat kemampuan keorganisasian

3. Mempromosikan dan mendorong terwujudnya nilai-nilai budaya

malu, jujur, disiplin dan siap berkompetisi.

IV.1.3 Struktur Organisasi SMAN 1 Marioriwawo Kabupaten Soppeng

Page 59: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

59

Gambar 5

Struktur Organisasi SMAN 1 Marioriwawo

Sumber: Data SMAN 1 Marioriwawo

Page 60: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

60

IV.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian (Proses Penciptaan Pengetahuan, Studi Kasus WEB

Sekolah/PSB)

Manajemen pengetahuan sebenarnya mencoba untuk menjawab pertanyaan

tentang: pengelolaan pengetahuan yang memungkinkan adanya proses penciptaan

pengetahuan dan pengorganisasian pengetahuan. Tujuan akhir dari manajemen

pengetahuan adalah menarik keuntungan dari setiap individu yang berbeda dalam

organisasi, khususnya mendorong terjadinya transfer pengetahuan, mendukung

penyebaran serta penggunaan kembali pengetahuan. Manajemen pengetahuan juga

mendorong dan memfasilitasi bebasnya aliran pengetahuan antar berbagai

komponen dalam organisasi, dan menjadi basis bagi percepatan pembelajaran dan

pengembangan secara sistematis kemampuan organisasi.

Penciptaan pengetahuan merupakan salah satu faktor yang ikut mendukung

inovasi model pembelajaran berbasis tik di SMAN 1 Marioriwawo ini. Hal ini karena

untuk mampu berinovasi, maka sekolah khususnya tim yang dibentuk harus

menciptakan suatu produk berupa media pembelajaran tik dengan memanfaatkan

pengetahuan atau informasi tiap individu-individu (tacit knowledge) di sekolah.

Kemudian mengelola tacit knowledge tersebut menjadi suatu konsep baru yang

nyata atau tersurat. Diharapkan konsep yang tercipta nantinya akan menambah

pengetahuan guru, pegawai, maupun siswa SMAN 1 Marioriwawo yang tidak hanya

berpengetahuan tentang mata pelajaran yang mereka pelajari di sekolah melalui

buku atau tatap muka, melainkan mereka juga dibekali pengetahuan tentang

Page 61: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

61

bagaimana memanfaatkan teknologi menjadi media pembelajaran yang lebih efektif

dan efisien.

Dalam pembahasan ini, penulis memfokuskan pada proses-proses yang

dilakukan oleh sekolah sebelum melakukan proses penciptaan pengetahuan dalam

rangka meningkatkan mutu sekolah. Dimulai dari proses berbagi pengetahuan

melalui self organizing team, kemudian proses mengkonsep dan mengkristalkan

pengetahuan, dan terakhir adalah peniliaian akan pengetahuan baru tadi.

Sehubungan dengan proses penciptaan pengetahuan, maka informasi dan data

yang diperoleh akan dibahas berdasarkan hasil penelitian penulis.

Pokok pembahasan di atas, dianalisis berdasarkan hasil wawancara penulis

sebagaimana diuraikan lebih lanjut di bawah ini.

IV.2.1 Proses Penciptaan Pengetahuan, Studi Kasus WEB sekolah di internet.

1. Berbagi Pengetahuan (Sharing Tacit Knowledge)

Knowledge sharing sebagai salah satu proses utama dalam KM, pada

hakekatnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk belajar (learning)

kepada seluruh anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya

secara mandiri, Paul L Tobing (2007:25). Namun tahapan transfer pengetahuan

dapat dikatakan sebagai tahap yang paling sulit dilaksanakan dalam

proses knowledge management. Kadang individu yang memiliki kompetensi atau

pengetahuan merasa enggan mentransfer pengetahuan yang dimilikinya karena

takut menghilangkan nilai kompetitif pribadinya dalam organisasi. Selain itu untuk

Page 62: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

62

mentransfer pengetahuan dibutuhkan pengetahuan mengenai komunikasi sehingga

menyulitkan individu yang sebenarnya mau mentransfer pengetahuan yang

dimilikinya namun kurang memahai cara mengkomunikasikan pengetahuan tersebut

dengan efektif.

Penelitian mengenai pengembangan sekolah secara jelas menunjukan salah

satu cara yang paling efektif bagi sekolah yang ingin berkembang secara mandiri

yaitu lewat berbagi (sharing) informasi dan ide-ide. Salah satu dukungan yang

terbesar untuk pengembangan pribadi dan profesi kepala sekolah yang

memanfaatkan proses pembaharuan yaitu komunikasi yang terbuka dan mendukung

melalui forum rutin kepala sekolah. Melalui penyampaian masalah secara kolektif

diantara rekan seprofesi sudah menghasilkan solusi yang efektif dan dapat

direalisasikan. SMAN 1 Marioriwawo ini adalah lingkungan tempat terjadinya proses

belajar-mengajar, maka kegiatan sharing knowledge telah berlangsung sejak dahulu

dan berkesinambungan. Namun untuk lebih efektifnya proses budaya transfer

pengetahuan, maka organisasi sekolah setidak-tidaknya harus memenuhi berbagai

prasyaratan diantaranya sebagai berikut:

A. Membangun Kepercayaan (trust) dan keterbukaan

Untuk membangun kebiasaan untuk saling berbagi pengetahuan, pertama

dibutuhkan kepercayaan satu sama lain. Pegawai harus senantiasa saling percaya

agar antara mereka dapat dengan leluasa mensharing atau mentransfer

pengetahuan dalam dirinya masing-masing. Membangun kepercayaan juga hal

yang tidak mudah, naluri manusia biasanya susah untuk mudah percaya orang lain

Page 63: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

63

apalagi untuk mau membagi pengetahuannya kepada orang lain bisa saja

berdampak negatif bagi dirinya. Tapi tidak sedikit pula yang mudah atau senang

berbagi ilmunya dengan orang lain. Tipe orang seperti ini adalah tipe yang mudah

bergaul dan mudah percaya terhadap orang lain yang menurutnya pantas.

Di SMAN 1 Marioriwawo sendiri, diantara mereka sudah timbul saling

percaya dan terbuka satu sama lain. Mereka menganggap bahwa mereka

merupakan satu keluarga dan senantiasa saling membantu dan berbagi. Hal itu bisa

dilihat dari pernyataan yang dilontarkan oleh Arsad S.Ugi selaku Wakasek Humas

sekaligus guru mata pelajaran bahasa inggris. Beliau mengatakan bahwa:

“kebiasan berbagi informasi dan pengetahuan di sekolah ini dilakukan rutin dan memang antara guru maupun staf di sekolah harus senantiasa membudayakan proses sharing. Antara guru, pegawai, dan pimpinan sudah tercipta hubungan yang akrab dan saling percaya, bisa dibilang kegiatan sharing disini sudah efektif. Jika ada yang saya tidak tau, maka saya akan bertanya kepada teman yang tau, dan begitu juga sebaliknya.”

(Hasil wawancara pada tanggal 31 Maret 2012)

Hal senada juga dikemukakan oleh bapak A. Musafir selaku wakasek

kesiswaan, bahwa:

”saya biasanya sharing banyak hal kepada guru atau pegawai lainnya, baik menyangkut mata pelajaran di sekolah, tentang siswa-siswi sekolah, menyangkut teknologi dan internet, maupun kadang-kadang kami membahas masalah keluarga. Dan karena saya merupakan wakasek kesiswaan, maka siswa di SMAN 1 ini sering melakukan sharing pengetahuan dengan saya, kadang-kadang mengenai minatnya dalam mata pelajaran tertentu, kadang tentang ekskul, tentang pelajaran, dan bahkan siswa yang berkeluh kesah tentang guru mata pelajaran yang suka menghukum mereka.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Adanya saling percaya dan terbuka di antara para guru dan seluruh pegawai

akan menjadi kunci bagi suksesnya proses bertukar pengetahuan dan informasi di

Page 64: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

64

sekolah. Sehingga dari proses saling sharing itulah maka dengan sendirinya akan

terbentuk suatu kelompok (self organizing team) yang berasal dari berbagai latar

belakang pendidikan yang memiliki tujuan dan visi yang sama untuk melakukan

inovasi pembelajaran berbasis TIK di SMAN 1 Marioriwawo.

B. Penggunaan Fasilitas Berbagi Pengetahuan

Sharing Pengetahuan

Di SMAN 1 Marioriwawo ini untuk proses sharing sudah berjalan dengan

baik. Hal-hal yang dishare disini umumnya menyangkut proses belajar-mengajar

sekolah dengan dibentuk suatu fasilitas yang memungkinkan individu-individu dapat

mengeluarkan ide, pengalaman, atau pengetahuan yang masih tersimpan di dalam

diri masing-masing individu (tacit knowledge). Adapun fasilitas berbagi pengetahuan

di SMAN 1 ini adalah:

Page 65: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

65

Tabel 1

Fasilitas Berbagi Pengetahuan di SMAN 1

Fasilitas Berbagi Pengetahuan di SMAN 1 Marioriwawo

1. Rapat rutin yang di adakan sekolah. Dalam rapat yang dilakukan di SMAN 1

Marioriwawo, menurut Kepala Sekolah adalah membahas mengenai

masalah yang terjadi di sekolah seputar kurikulum, proses mengajar, dan

lain-lain, untuk kemudian dicarikan solusi. Salah satu contohnya adalah,

ketika sekolah ini memperoleh predikat sekolah model PSB, maka seluruh

pihak mencari cara agar tujuan-tujuan dari PSB dapat terlaksana dengan

baik. Dan dari hasil rapat yang dilakukan selama beberapa hari melalui

proses sharing pendapat, ide, dan saran , maka keputusannya adalah

membuat tim PSB yang diwakili oleh beberapa guru yang memang ahli di

bidang TIK.

2. Selain rapat, proses sharing juga dapat dilakukan pada forum informal

seperti saat makan siang, dimana guru-guru saling berdiskusi serta

bertukar pikiran, kadang membahas masalah siswa, masalah pelajaran,

dan lain-lain.

3. Berbagi pengetahuan juga dilakukan oleh para guru dan siswa melalui blog

atau facebook individu-individu. Menurut salah seorang guru, kadang saat

jenuh dengan metode belajar face to face, guru dan siswa biasa

menggunakan blog untuk melakukan Tanya/jawab mengenai pelajaran, dan

sebagainya.

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa betapa besarnya peran manajemen

pengetahuan untuk membantu mengumpulkan, menyimpan, memanfaatkan, dsb,

pengetahuan tiap-tiap individu di sekolah, sehingga pengetahuan yang masih

bersifat tasit dapat diubah menjadi bentuk eksplisit untuk memudahkan individu lain

yang ingin memakai atau menggunakan pengetahuan tersebut.

Page 66: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

66

Proses berbagi pengetahuan yang dilakukan di SMAN 1 Marioriwawo dapat

dilihat pada hasil wawancara dengan Bapak Naharuddin selaku Kepala Sekolah

SMAN 1 Marioriwawo. Beliau mengemukakan bahwa:

“berbagi pengetahuan di SMAN 1 Marioriwawo dilakukan dengan banyak cara disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Kadang melalui rapat, ketika kami akan membahas suatu masalah tertentu yang terjadi untuk kemudian dicarilah solusi yang tepat. Namun paling sering melalui intranet, sekaligus melatih guru dan staf untuk mahir terhadap teknologi yang terus berkembang saat ini. Biasanya melalui e-mail atau blog yang dibuat oleh guru yang bersangkutan.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 April 2012)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa sharing informasi

sering dilakukan di sekolah ini melalui forum resmi maupun tidak resmi. Forum resmi

biasanya melalui rapat sedangkan forum tidak resmi biasanya dilakukan sharing

pada saat cerita lepas di ruang dewan guru pada saat istirahat dan sharing melalui

media internet yakni melalui blog maupun e-mail agar melatih kemampuan guru

dalam penggunaan media teknologi informasi.

Proses inovasi

Sekolah inovatif adalah satuan pendidikan yang terus-menerus melakukan

pembaharuan dalam merespon perubahan lingkungan. Sekolah inovatif memiliki

kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru untuk meningkatkan kemampuan

lembaganya sehingga adaptif terhadap perubahan jaman. Daya adaptasi berarti

meningkatkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan organisasi secara efektif

dalam rangka meningkatkan mutu lulusan. Adapun perubahan-perubahan yang

terjadi sebelum adanya otonomi tiap-tiap sekolah untuk melakukan inovasi, adalah

sebagai berikut:

Page 67: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

67

Tabel 2

Tahap Perkembangan Inovasi di SMAN 1

SMAN 01 Marioriwawo tahun ajaran

2002-2006

SMAN 01 Marioriwawo tahun 2007-

sekarang

- Absen siswa secara manual (di

sebut satu per satu)

- Belum ada moving class, dan

sistem belajar masih ditentukan

oleh sekolah.

- Pelaksanaan ujian semester dan

ulangan harian masih manual,

dengan menggunakan kertas.

- Belum ada website yang dibentuk.

- Absensi siswa dengan sidik jari

(2007-sekarang).

- Moving class (2009-sekarang) dan

menggunakan sistem SKS (satuan

kredit semester), dan dapat

memilih pelajaran tambahan

sesuai dengan minat.

- Pelaksanaan ulangan harian

online untuk seluruh mata

pelajaran (2010-2011).

- Pelaksanaan ujian akhir semester

online (2011-sekarang).

- Membuat website sekolah/PSB

(2011-sekarang).

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

Akan tetapi walaupun sudah dibentuk fasilitas berbagi pengetahuan di SMAN

01 Marioriwawo namun untuk menghasilkan suatu inovasi, pelaksanaannya masih

belum maksimal. Masih sedikit pihak yang berkontribusi di dalamnya, sebab

beberapa orang menganggap bahwa dirinya kurang mampu atau masih ragu untuk

mengeluarkan idenya dan hanya mengandalkan tim ahli yang dibentuk sekolah. Hal

tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh salah seorang informan di sekolah.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

68

“sebenarnya untuk ikut mengeluarkan ide dalam berinovasi, saya sendiri merasa tidak berkompeten, mungkin karena saya kurang paham dan tidak berlatar belakang tik. Sudah ada tim khusus yang menangani, tim PSB namanya yang bertugas untuk membuat inovasi terkait PSB itu sendiri.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 April 2012)

Selain itu, masih terdapatnya guru yang belum mahir dalam penggunaan

media teknologi informasi menjadi salah satu proses inovasi. Hal ini dikemukakan

oleh Wakasek Humas (Arsad) bahwa:

“Masih terdapatnya sebagian kecil guru yang belum mahir dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi sehingga menghambat proses inovasi yang dilakukan di sekolah ini misalnya pembuatan website sekolah. Sebab diharapkan semua warga sekolah tanpa terkecuali harus berperan aktif dalam proses penciptaan pengetahuan ini dengan kata lain semua warga sekah harus mampu menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi tersebut”.

( Wawancara dilakukan pada tanggal 4 April 2012)

Namun jika kita lihat dari beberapa inovasi yang ada, maka sekolah ini dapat

dikatakan kreatif dan inovatif, terlepas dari hanya beberapa guru maupun pegawai

yang terlibat di dalamnya. Dari hasil wawancara diatas bahwa proses inovasi sudah

berjalan baik dengan memanfaatkan fasilitas yang ada seperti website dan

facebook, kemudian saling berbagi pendapat dalam rapat untuk mencari alternatif

solusi atas masalah yang ada. Akan tetapi karena masih terdapatnya beberapa

orang guru yang belum mahir dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi

informasi sehingga proses inovasi menjadi terkendala meskipun tidak berpengaruh

terlalu signifikan. Namun karena keharusan semua warga sekolah berperan aktif

dalam hal ini, sehingga hal tersebut perlu untuk ditindak lanjuti oleh pihak sekolah

yang terkait.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

69

Kontributor

Fasilitator &

Sharing Champion

s

Gambar 6

Kerangka Pengembangan knowledge sharing

Di SMAN 1 Marioriwawi

Menstimulus keinginan sharing

Sumber : data Humas SMAN 1 Marioriwawo

Sediakan media yang bervariasi

sesaui latar belakang pekerja

Bentuk sharing champion

sediakan fasilitator dari kepala

tim PSB dan tim ahli dari sekolah

itu sendiri yang telah mengikuti

pelatihan

Stimulus kenikmatan dalam mempelajari

pengetahuan dan pengalaman orang lain

(meningkatkan kreatifitas para guru dan

staf sekolah).

Peserta

ksksksss

Media

nnn

Page 70: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

70

Gambar 6

Website SMAN 1 Marioriwawo

Sumber: www.smansario.sch.id

Gambar 7

Facebook SMAN 1 Marioriwawo

Sumber: Facebook SMANSARIO

Page 71: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

71

C. Kerjasama Tim

Kerjasama tim merupakan salah satu unsur fundamental dalam proses

sharing pengetahuan. Tim merupakan sekelompok orang yang memiliki visi yang

sama dan berasal dari latar belakang yang berbeda pula. Dengan adanya tim,

organisasi akan memperoleh penyelesaian masalah dengan cepat dan tepat. Dalam

sebuah tim, orang-orang merasa lebih nyaman untuk mengajukan masalah-masalah

yang terjadi dan dapat dengan segera memperoleh bantuan dari pekerja-pekerja

lainnya berupa solusi yang akan digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah

yang dihadapi. Kerjasama tim juga akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi

dan kemandirian.

Agar manajemen pengetahuan khususnya sharing knowledge dapat berjalan

dengan efektif dan efisien, maka dibentuk sebuah tim khusus yang menangani. Tim

ini akan memicu proses penciptaan pengetahuan khususnya sharing tacit knowledge

agar timbul ide kreatif dan inovatif dalam memenuhi tuntutan model pembelajaran e-

pendidikan. Tim ini tau tim PSB/SIM ini, berjumlah 10 orang dengan 4 orang anggota

ahli atau penanggung jawab tim. Bentuk-bentuk kerjasama tim PSB di SMAN 01

Marioriwawo dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 72: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

72

Tabel 3

Kerjasama Tim PSB di SMAN 1

Prinsip-prinsip kerjasama tim PSB SMAN 01 Marioriwawo

1. Adanya pembagian kerja (division of work). Pembagian kerja atau

penempatan anggota tim, secara normatif harus menggunakan prinsip the

right man on the right place . Paling tidak ada dua dasar berpikir mengenai

hal ini, yaitu (a) pekerjaan atau ragamnya cukup banyak sehingga tidak

bisa ditangani oleh satu atau dua orang saja, dan (b) setiap orang memiliki

minat, kecakapan, keahlian atau spesialisasi tertentu.

2. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab (authority and

responsibility). Dalam tugas pekerjaannya, setiap anggota tim dilengkapi

oleh wewenang dalam melakukan pekerjaan tertentu dan setiap wewenang

itu melekat suatu pertanggungjawaban. Agar dapat menjalankan

kewenangan dan memenuhi tanggungjawabnya, perlu diberi peluang untuk

saling bekerjasama antar sesama anggota dan antara dirinya dengan ketua

tim.

3. Adanya kesatuan perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of

direction). Dalam melakasanakan pekerjaan, anggota tim yang baik akan

memperhatikan prinsip kesatuan perintah pada bidangnya sehingga

pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Anggota tim juga harus

tahu kepada siapa ia harus bertanggung jawab. Untuk memastikan adanya

kesatuan perintah, perlu dijalin komunikasi dan kerjasama. Dalam

pelaksanaan kerja, bisa saja terjadi adanya dua perintah yang

bertentangan. Untuk keserasian perintah, sekali lagi diperlukan

komunikasi, konsensus, dan kerjasama.

4. Adanya ketertiban (order) organisasi. Ketertiban dalam organisasi dapat

terlaksana dengan aturan yang ketat atau dapat pula karena telah

terciptanya budaya kerja yang sangat kuat. Ketertiban dalam suatu

pekerjaan dapat terwujud apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun

bawahan mempunyai disiplin yang tinggi dari masing-masing anggota

Page 73: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

73

organisasi.

5. Adanya semangat kesatuan (semangat korp). Setiap anggota harus

memiliki rasa kesatuan, atau senasib sepenanggungan sehingga

menimbulkan semangat kerjasama yang baik. Semangat kesatuan akan

lahir apabila setiap anggota mempunyai kesadaran bahwa setiap anggota

tersebut sangat berarti bagi anggota lain. Setiap bagian dibutuhkan oleh

bagian lainnya. Kepala tim yang memiliki kepemimpinan akan mampu

melahirkan semangat kesatuan.

Sumber : Hasil olah data sekunder, 2012

Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh bapak Naharuddin

selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Marioriwawo, bahwa:

“kerjasama di SMAN 1 ini telah terjalin sejak lama karena telah dibina dari awal. Antara guru, pegawai, siswa, maupun masyarakat, harus terjalin kerjasama yang baik, jadi para guru di sekolah ini wajib mengajarkan kepada siswanya untuk saling bekerja sama satu sama lain begitupun dengan guru-guru sebagai contoh para siswa. Hubungan kerjasama yang baik dibina dengan harmonis dan dilandasi dengan kepercayaan, saling menghargai dan menyanyangi. Sedangkan untuk memaksimalkan proses penciptaan inovasi, maka sekolah membentuk suatu tim PSB/SIM.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 April 2012) Pernyataan senada juga disampaikan oleh Bapak Taufik selaku Wakasek Keuangan

sekaligus guru tik dan juga penanggung jawab PSB.

“Tujuan pembentukan sebuah tim PSB/SIM adalah untuk menjalin kerjasama yang baik antara anggota-anggota di dalam tim ini dalam berbagi ilmu, pengetahuan, informasi, dan pengalaman. Dengan adanya tim ini juga, kami bisa saling berbagi informasi mengenai pekerjaan, saling memberi masukan agar proses mengajar jadi lebih baik, dan sebagainya. Kalau tidak ada kerjasama, maka tidak ada hasil yang diperoleh dari pembentukan tim ini dan tidak akan ada inovasi-inovasi yang kami ciptakan.”

(Hasil wawancara pada tanggal 01 April 2012)

Namun dalam tim PSB/SIM yang dibentuk juga terdapat beberapa kondisi

yang tidak diindingkan. Penyebab hal tersebut dikemukakan oleh Bapak Musafir

(Wakasek Kesiswaan), bahwa:

Page 74: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

74

“iya tentu saja kendala dalam berinovasi itu pasti ada. Dalam tim PSB/SIM ini juga pastinya ada kendala atau hambatan yang terjadi baik antara anggota maupun dalam proses pembentukan konsep baru. Kalau dari SDMnya sendiri, ada beberapa anggota yang kurang aktif mengeksplor pendapat dan ide-idenya. Bahkan orang tersebut juga sering izin kalau sedang ada pertemuan tim ini dengan alasan kesibukan membuat bahan ajar, atau urus keluarga, dll, dan pastinya kami memaklumi hal tersebut agar tidak terjadi kesenjagan antar anggota. Karena itu kami bisanya memberi masukan mengenai kondisinya, dan beliau pun dengan senang hati menerima kritikan kami. Dan Alhamdulillah beliau sudah mulai ikut serta namun belum terlalu aktif dalam mengeluarkan ide ataupun menshare ilmunya.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Selanjutnya untuk mengatasi permasalahan tersebut Bapak Muh Syarif selaku

ketua tim PSB/SIM mengemukakan saran yang sangat bijak. Beliau mengatakan:

“untuk mengatasi kurangnya pastisipasi aktif dari beberapa anggota, ya kami berusaha agar yang aktif ini dengan ikhlas mau berpartisipasi secara rutin dan tidak begitu ambil pikir atau merasa tidak adil karena ada anggota yang kurang aktif. Intinya saling memahami dan melengkapi saja antar anggota sekaligus menunjukkan kepada beberapa anggota yang kurang aktif ini, bahwa kami akan tetap berusaha menciptakan pengetahuan-pengetahuan untuk kemajuan sekolah dan berharap dapat mendorong partisipasi anggota tsb dengan melihat kerja keras kami.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Dengan mengacu pada teori Nonaka bahwa proses sharing pengetahuan

menjadi hal yang penting sekaligus sulit untuk dilakukan, karena itu dibentuk self

organizing team dimana anggotanya berkolaborasi untuk menciptakan konsep baru

sekaligus lebih mengefektifkan proses berbagi pengetahuan. Berdasarkan hasil

wawancara dan observasi langsung peneliti dengan melihat proses sharing yang

terjadi di SMAN 1 Marioriwawo ini dapat disimpulkan bahwa proses tersebut sudah

terlaksana dengan baik.

Page 75: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

75

Tabel 4

Pelaksanaan Knowledge Creation “Sharing Tacit Knowledge”

Tahapan Penciptaan Pengetahuan

Pelaksanaan di SMAN 1 Marioriwawo

Keterangan

Sharing Tacit Knowledge

(Berbagi Pengetahuan)

Elemen-elemen budaya

sharing

Trust (Kepercayaan)

dan Keterbukaan

Fasilitas Sharing

Pengetahuan

Ada kerjasama tim

Tim Khusus :

Tim PSB/SIM SMAN

1 Marioriwawo

Forum Formal :

Rapat

Diskusi

Briefing

Forum Informal :

Makan siang

Jam istirahat

Media intranet :

E-mail

Chatting

Blog

Terlaksana dengan

baik namun masih

harus ditingkatkan

lagi dari segi

partisipasi seluruh

anggota tim

maupun di luar tim

serta belajar untuk

berpikir kreatif dan

inovatif untuk

menghasilkan ide-

ide baru secara

berkesinambungan.

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

2. Konseptualisasi (Creating Concept) dan Kristalisasi (Crystallization)

Proses konseptualisasi adalah proses interaksi intensif antara pengetahuan

tasit dan eksplisit di dalam tim. Dalam proses ini terjadi pengartikulasian tacit

knowledge menjadi explicit knowedge melalui proses dialog dan refleksi

(eksternalisasi) yang berkesinambungan. Dialog dalam bentuk tatap muka

merupakan salah satu upaya membangun konsep karena dapat memberikan

peluang untuk menguji asumsi seseorang. Dukungan terhadap proses eksternalisasi

Page 76: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

76

ini dapat diberikan dengan mendokumentasikan notulen rapat (bentuk eksplisit dari

knowledge yang tercipta saat rapat atau pertemuan) ke dalam bentuk elektronik

untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada mereka yang berkepentingan. Ide dan

gagasan tersebut juga bisa dituangkan ke dalam gambar, kata-kata, atau simbol.

Dalam Sangkala (2007:111) tertulis bahwa penciptaan pengetahuan berlangsung

dalam konteks interaksi para anggota tim untuk selanjutnya dikristalisasi kedalam

bentuk yang lebih konkrit misalnya produk, konsep, atau sistem. Proses

konseptualisasi yang dilakukan oleh tim PSB adalah sebagai berikut:

1. Berbagai pemikiran melalui proses perundingan dan penyeleksian oleh tim dari

proses sharing knowledge tadi, kemudian dikonseptualisasikan dengan dialog

yang intensif untuk menentukan seperti apa pengetahuan eksplisit yang

nantinya digunakan.

2. Adapun hasil dari proses menciptakan konsep oleh tim, dalam rangka e-

pendidikan, maka konsepnya berupa ide untuk membuat website sekolah dan

PSB. Dengan mempertimbangkan bahwa website ini nantinya memiliki

kegunaan seperti perpustakaan, namun bedanya website ini dapat diakses 24

jam. Begitu ide ini muncul, kemudian kepala tim yakni Bapak Muh Syarif

membagi tugas kepada anggota timnya. Mereka diberi tugas untuk masing-

masing mencari informasi dan data-data tentang aplikasi yang cocok

digunakan, kemudian bagaimana cara membuat website sekolah ini dengan

memasukkan berbagai pengetahuan tentang sekolah, mata pelajaran,

perkembangan IPTEK, dan lain-lain. Jadi pada pertemuan berikutnya adalah

Page 77: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

77

mereka akan saling bertukar pengetahuan dan informasi sesuai dengan tugas

yang diberikan, dan selanjutnya bersama-sama membuat website tersebut.

3. Pengetahuan mengenai aplikasi yang cocok untuk website PSB/sekolah ini

adalah aplikasi moodle. Informasi ini diperoleh dari pelatihan yang diikuti oleh

Pak Syarif dan Pak Taufik sebagai perwakilan dari SMAN 1 Marioriwawo.

Pelatihan yang diikuti tersebut sejumlah memberikan informasi mengenai

bagaimana menerapkan pembelajaran di sekolah berbasis TIK, namun untuk

cara pembuatannya, tidak dijelaskan dalam pelatihan tersebut. Jadi setelah ikut

pelatihan, maka tim tersebut mencari tau mengenai aplikasi moodle ini di

internet hingga mencari informasi di sekolah lain yang sebelumnya sudah

menggunakan moodle ini.

4. Dalam proses konseptualisasi ini juga terjadi proses transfer pengetahuan

antara “si tau dan si ingin tau”. Karena tidak semua anggota tim memiliki

pengetahuan dan skill yang sama, maka perlu untuk seseorang yang ahli di

suatu bidang untuk mentransfer pengetahuannya kepada seluruh anggota tim

agar pengetahuan tersebut tidak hanya dimiliki satu orang tapi bisa dimiliki oleh

seluruh anggota tim, sekaligus untuk mengefektifkan proses penciptaan

pengetahuan “website sekolah” ini.

5. Produk atau konsep yang dihasilkan melalui sharing/transfer knowledge dalam

tim PSB/SIM di SMAN 1 Marioriwawo adalah berupa sistem pembelajaran

online. Produk tersebut adalah website sekolah dan website PSB (Pusat

Sumber Belajar) dan terbentuk dari hasil pemikiran anggota-anggota tim,

melalui pengalaman serta informasi yang mereka masing-masing peroleh.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

78

Kemudian ide atau gagasan mereka digabungkan, diorganisasi, disaring, dan

dianalisis sebagai fungsi dari manajemen pengetahuan melalui dialog yang

diadakan rutin untuk mencapai satu kesepakatan bersama.

Setelah itu barulah konsep tadi dikristalisasikan ke dalam bentuk yang lebih

konkrit yang nantinya akan digunakan oleh seluruh pihak yang berkepentingan.

Kristalisasi ini merupakan bentuk pengubahan pengetahuan yang kegiatannya

diistilahkan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) dalam Sangkala (2007) sebagai

model konversi internalisasi. Semua dokumen data, informasi, dan knowledge yang

sudah didokumentasikan dapat dibaca oleh orang lain. Pada proses inilah terjadi

peningkatan pengetahuan SDM, bisa dengan cara pelatihan atau sosialisasi yang

dapat mengubah pelajaran tertulis (explicit knowledge) menjadi tacit knowledge

pada guru-guru atau TAS.

Page 79: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

79

Tabel 5

Tahap Kristalisasi Website Sekolah/PSB SMAN 1

Untuk tahap kristalisasi konsep website sekolah di SMAN 1 Marioriwawo

adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Kepala sekolah serta beberapa perwakilan guru dan staf menguji realitas dan

penerapan konsep yang diciptakan tim PSB/SIM, adapun konsep yang diuji

adalah website sekolah.

2. Agar tidak terjadi simpang siur informasi, maka sebelumnya tim PSB/SIM ini

mensosialisasikan terlebih dahulu mengenai konsep yang mereka ciptakan,

mengenai fungsi, manfaat, serta cara pengisian pengetahuan-pengetahuan ke

dalam website sekolah dan PSB nantinya.

3. Jika sudah dianggap pas dan memenuhi kriteria, maka selanjutnya tim akan

menyempurnakan lagi konsep tersebut sekaligus menampung masukan-

masukan yang diberikan oleh kelompok penguji tadi.

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

Gambar 8

Website Pusat Sumber Belajar (PSB) SMAN 1 Marioriwawo (Salah Satu Contoh

Bentuk Undangan Pelatihan Penggunaan Website PSB)

Sumber: http://smansario/PSB

Page 80: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

80

Pemaparan di atas juga didukung oleh pernyataan kepala tim PSB, bapak

Muh Syarif (wakasek ketenagaan), bahwa proses konseptualisasi yang dilakukan

adalah:

“awalnya setelah ikut pelatihan mengenai cara membuat program yang berorientasi pada teknologi. Dari pelatihan diperoleh informasi mengenai aplikasi moodle. Kemudian saya mengadakan diskusi bersama tim saya dan kami bersama-sama mempelajari aplikasi moodle ini. Selanjutnya kami mempelajari cara mengaplikasikannya, maka jadilah website sekolah. Kemudian isi web tersebut adalah mengenai materi bahan ajar, buku-buku sekolah, tata cara mengajar, dan informasi-informasi lainnya yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat sekolah khususnya siswa-siswi SMAN 1 Marioriawo ini yang diisi oleh guru-guru yang bersangkutan, dan adminnya adalah pak Taufik.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Selanjutnya untuk tahap kristalisasi di SMAN 1 Marioriwawo, beliau

memaparkan bahwa:

“apa yang sudah dikonsepkan oleh tim PSB/SIM selanjutnya dibuat kedalam suatu produk yaitu sistem belajar online “website sekolah”. Setelah itu, kami ajarkan kepada guru-guru mengenai penggunaan website sekolah tersebut.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Kemudian lebih lanjut, Bapak Naharuddin selaku kepala sekolah

menjelaskan bahwa:

“dalam rangka menciptakan suatu konsep baru, kami telah membentuk sebuah tim perumus yang terdiri dari beberapa guru yang ahli khususnya dibidang TIK. Tim tersebut bertugas untuk mencari suatu solusi atas masalah yang sedang terjadi, merumuskan hal-hal yang bermanfaat untuk kemajuan sekolah sesuai dengan tuntutan masyarakat, kemudian hasilnya akan disosialisasikan kepada guru dan pegawai lainnya apakah konsep tersebut layak untuk dipakai sekolah. Contohnya adalah penciptaan website sekolah.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Pernyataan di atas ikut ditambahkan oleh Bapak Musafir (Wakasek

Kesiswaan).

Page 81: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

81

“Dalam membuat inovasi, sekolah sudah membentuk tim perumus yang terdiri dari 10 orang yang berasal dari beberapa guru dan tenaga administrasi sekolah. Dalam rangka PSB, tim tersebut sudah menciptakan suatu produk yaitu website sekolah. Website sekolah merupakan model e-Learning jadi guru mengisi website sekolah dengan materi-materi pelajaran, dan lain-lain, kemudian siswa-siswi dapat mengunduh materi tersebut kapan saja.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SMAN 1 Marioriwawo dapat

dianalisis bahwa untuk proses konseptualisasi kemudian proses kristalisasi yang

dilakukan memang benar adanya, terlebih lagi dengan dibentuknya tim khusus yang

menangani dan ada hasil yang diperoleh berupa pengetahuan eksplisit atau nyata

serta dapat dirasakan atau dilihat keberadaannya. Adapun pengetahuan baru dalam

rangka sekolah berbasis TIK adalah website sekolah/PSB.

Dengan mengacu pada pendapat Nonaka bahwa proses konseptualisasi dan

kristalisasi pengetahuan merupakan campuran pengalaman, imajinasi, data, dan

pengetahuan yang dishare dan menghasilkan sebuah konsep baru. Dengan

memperhatikan proses konseptualisasi dan kristalisasi yang terjadi di SMAN 1

Marioriwawo ini dapat disimpulkan bahwa kedua proses tersebut sudah terlaksana

dengan baik.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

82

Gambar 9

Website PSB SMAN 01 Marioriwawo terbaru

Sumber: http://smansario/PSB

Tabel 6

Pelaksanaan Knowledge Creation “Creation Concept and Crystallization

Knowledge”

Tahapan Penciptaan

Pengetahuan

Pelaksanaan di SMAN 1

Marioriwawo

Keterangan

Konseptualisasi dan

Kristalisasi Pengetahuan

(Creating Concept and

Crystallization Knowledge).

Ada tim khusus yang

dibentuk, disebut tim

PSB

Yang melaksanakan uji

coba hasil adalah seluruh

pihak sekolah.

Terlaksana dengan

baik.

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

Page 83: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

83

3. Penilaian (Justifying)

Justifying atau penilaian merupakan tahap terakhir menyatukan dan

menyaring apakah konsep yang telah diciptakan akan bernilai bagi organisasi dan

masyarakat sesuai dengan tuntutan sekolah model PSB yakni membuat program

berbasis teknologi.

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, untuk proses penilaian dalam

hal ini “website sekolah/PSB” dan mengacu pada Nonaka dalam Sangkala (2007)

dilakukan dengan cara:

Tabel 7

Proses Penilaian Website Sekolah/PSB SMAN 01 Marioriwawo

Tugas Tim Penilai (Kepala Sekolah,

Guru, TAS) Tugas Tim PSB

1. Melakukan penilaian untuk menguji

kualitas dan manfaat website

sekolah/PSB ini untuk jangka

panjang.

2. Melakukan uji coba atau praktek

langsung mengenai cara

pengoperasian website sekolah/PSB.

3. Penilaian para guru mengenai

website ini adalah sangat baik.

Banyak manfaat yang diperoleh

dengan adanya website sekolah ini.

4. Membuat janji bertemu kepada pihak

orang tua dengan tujuan untuk

mensosialisasikan manfaat IT dan

1. Melakukan sosialisasi mengenai

penggunaan website tersebut,

bagaimana agar guru dapat

memasukkan bahan ajarnya ke dalam

website, kemudian bagaimana

memantau apakah guru yang

bersangkutan sudah memasukkan

bahan ajar ataukah belum.

2. Mengajarkan dan memberikan

pemahaman kepada guru cara

membuat website ini. Setelah

sosialisasi, seluruh guru langsung

mempraktekkan pengimputan bahan

ajar, dan sebagainya yang telah

Page 84: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

84

website sekolah/PSB bagi masa

depan anak-anak mereka.

diajarkan tadi.

3. Mensosialisasikan website sekolah/PSB

ini kepada orang tua siswa dan siswa.

Cara mensosialisasikan kepada orang

tua siswa adalah dengan mengundang

mereka ke sekolah untuk menerima

penjelasan mengenai website sekolah,

agar nantinya orang tua siswa akan

mengerti mengapa anak mereka

diwajibkan untuk memiliki laptop bagi

yang mampu. Kemudian untuk

sosialisasi kepada siswa dilakukan

dengan memasukkan materi website

sekolah ke dalam mata pelajaran TIK

sekolah.

Sumber: Data SMAN 01 Marioriwawo, 2012

Untuk proses penilaian produk dalam hal ini “website sekolah” sesuai dengan

tabel di atas yang dilakukan di SMAN 1 Marioriwawo, dijelaskan oleh Bapak Muh

Syarif selaku kepala tim PSB. Beliau mengatakan bahwa:

“proses penilaian dilakukan oleh pihak sekolah sendiri, dalam hal ini kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, TAS, dan komite sekolah SMAN 1 Marioriwawo. Mengenai hasil penciptaan website sekolah, semua pihak menilainya sudah sangat baik, karena dianggap efektif dan efisien bagi sekolah. Siswa-siswi maupun guru tidak perlu lagi bersusah-susah mencari bahan mata pelajaran di situs-situs seperti google atau yahoo yang belum tentu sumbernya dari mana. Dengan adanya website maka keperluan mengenai sekolah bisa langsung didapatkan dan lengkap dan tentu saja bersumber dari pengetahuan-pengetahuan guru SMAN 1 Mawioriwawo. Selain itu juga menjadikan teratur, maksudnya segala sesuatu mengenai tugas-tugas guru mudah dipantau dan dievaluasi, apakah guru tsb sudah memasukkan bahan ajarnya ke dalam website ini ataukah belum. Terlebih lagi dengan terciptanya website sekolah maka sekolah kami dinilai sangat

Page 85: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

85

baik dari segi pusat sumber belajarnya (PSB) oleh pengelola Sekolah Model RSKM-PSB-PBKL.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Pernyataan di atas juga ikut ditambahkan oleh Bapak Musafir (Wakasek

Kesiswaan).

“Pertama-tama saya ingin memberikan apresiasi sebesar-besarnya atas kinerja tim PSB/SIM ini. Mereka berhasil membuat metode belajar berbasis TIK di sekolah ini, dan penciptaan website sekolah ini benar-benar sangat membantu kami dalam proses belajar-mengajar. Jadi saya sendiri menilai bahwasanya penciptaan website sekolah ini sudah sangat baik. Mengapa saya katakan demikian, karena banyak sekali fungsi yang bisa kita manfaatkan dalam fasilitas website ini, misalnya saja saya dengan bebas mencari informasi dan data mengenai tata cara mengajar yang baik, kemudian saya juga memasukkan materi bahan ajar siswa sehingga siswa saya bisa lihat kapan pun dan siswa saya juga bisa tau lebih awal mengenai materi pelajaran yang akan saya bawakan nanti, bahkan siswa disini sangat bersemangat dalam melaksanakan ujian online di website sekolah/PSB ini. Mereka jadi “melek” teknologi khususnya dalam penggunaan laptop dan fasilitas internet. Selain itu masih banyak fungsi-fungsi lainnya, yang jelas website sekolah ini sangat membantu kami kelancaran belajar di sekolah.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk

proses penilaian terhadap suatu produk yang dihasilkan oleh tim PSB/SIM tadi, telah

terlaksana dengan baik. Dengan mengacu pada Nonaka dan Tekeuchi bahwa

proses penilaian akan berpengaruh pada penentuan kualitas yang diciptakan dan

mencakup kriteria serta standar penilaian, maka untuk penciptaan website

sekolah/PSB ini sudah mencakup kriteria dan standar penilaian yang menurut Bapak

Kepala Sekolah SMAN 1 Marioriwawo bahwa sekolah model PSB diwajibkan

membuat program yang berorientasi teknologi, maka website ini sudah tergolong

dalam ruang lingkup e-pendidikan yaitu WEB pages.

Page 86: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

86

Tabel 8

Pelaksanaan Knowledge Creation “Justifying Knowledge”

Tahapan Penciptaan

Pengetahuan

Pelaksanaan di SMAN 1

Marioriwawo

Keterangan

Justifying (Penilaian)

terhadap produk baru

“website sekolah”

Penilaian produk

dilakukan oleh kepala

sekolah dan wakil-

wakilnya, guru, TAS,

komite sekolah, dan

siswa-siswi.

Telah dinilai berhasil oleh

pusat PSB.

Terlaksana dengan

baik.

Sumber: Hasil olah data sekunder, 2012

Ketiga tahapan penciptaan suatu konsep baru, yang dimulai dari berbagi tacit

knowledge melalui self organzing team, untuk kemudian dari pembentukan tim maka

akan menghasilkan ide kreatif dan inovatif yang dikonseptualisasikan ke dalam

bentuk gambar, kata-kata, atau simbol. Setelah itu dikristalisasikan melalui

pengujian dan percobaan yang dilakukan oleh beberapa orang lalu menilai

kualitasnya dan manfaatnya bagi sekolah. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa

secara keseluruhan tahapan proses penciptaan pengetahuan yang dilakukan di

SMAN 1 Mariorowawo sudah berjalan dengan baik, namun masih ada pula tahap

yang pelaksanaannya belum maksimal.

Page 87: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

87

IV.3. Pembahasan

Perubahan kehidupan masyarakat dalam berbagai bidang yang disebabkan

oleh perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat dan memerlukan sikap

adaptif sekaligus antisipatif. Mempersiapkan generasi muda bangsa yang

berkualitas dan kompetitif jelas merupakan suatu keharusan agar mereka dapat

menghadapi berbagai tantangan yang terjadi sebagai dampak dari perubahan

tersebut. Untuk itu pendidikan nampaknya dapat menjadi salah satu cara

mempersiapkannya, dengan pendidikan kualitas SDM dapat ditingkatkan, dengan

pendidikan pengetahuan masyarakat dapat dikembangkan sehingga mampu

meningkatkan kapabilitas dirinya dalam menjalankan kehidupannya pada saat ini

dan dimasa datang. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa upaya membangun

pendidikan pada setiap negara menjadi perhatian penting dengan kapabilitasnya

masing-masing, yang jelas pendidikan diyakini sebagai upaya yang strategis dalam

menghadapi ketatnya persaingan di era global. Pada dasarnya Pendidikan

merupakan investasi dalam modal manusia (human Capital), dan modal manusia

bisa dibentuk dan ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan, tanpa pendidikan

adalah tidak mungkin modal manusia dapat berkembang.

Manajemen pengetahuan kalau dipahami secara mudah adalah suatu proses

pengelolaan pengetahuan yang masih berada dalam benak manusia (berupa ide,

gagasan, pengalaman, lesson learn, dll) atau tacit knowledge yang kemudian digali,

dikategorisasi dan didokumentasi menjadi explicit knowledge. Sehingga tujuan dari

manajemen pengetahuan tidak lain adalah menghasilkan suatu inovasi kreatif dari

Page 88: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

88

berbagai pemikiran individu dan menjadi suatu produk yang akan meningkatkan

kualitas kinerja suatu organisasi.

Sekolah adalah institusi dimana knowledge (pengetahuan) banyak diciptakan

dan digunakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Disinilah pentingnya

mengelola pengetahuan yang ada sebagai asset sekolah sehingga berbagai inovasi

dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan kualitas sekolah dan kualitas

pembelajaran. Namun sangat disayangkan bahwa di SMAN 1 Marioriwawo ini masih

kurang mengelola pengetahuan yang dimilikinya secara terencana dan terprogram

untuk mendorong efisiensi, produktifitas serta kualitas maupun profitabilitas.

Merupakan hal yang menjadi kebiasaan di banyak organisasi dimana knowledge

atau pengetahuan yang mereka miliki umumnya terserak dan tersebar baik di

personal komputer, laptop, filling cabinet atau di arsip dokumen bahkan masih

tersimpan di dalam benak (Tacit Knowledge) masing-masing staf atau pengajar.

Di SMAN 1 Marioriwawo sendiri, telah mempelajari dan menerapkan sistem

manajemen pengetahuan sejak lama namun belum efektif, dan saat ini ketika SMAN

1 ini menjadi model PSB dan menuju sekolah bertaraf internasional maka Kepala

Sekolah menganggap perlu mengembangkan potensi yang dimiliki guru ataupun staf

di sekolahnya, potensi tersebut dilihat dari pengetahuan dan pengalaman yang

memungkinkan untuk menciptakan program e-pendidikan dan karena itu maka harus

ada cara yang tepat untuk mengelola beragam pengetahuan dan pengalaman

tersebut. Sedangkan untuk mengefektifkan dan memeprcepat tumbuhnya

penciptaan pengetahuan maka Kepala Sekolah bersama wakil-wakilnya membentuk

suatu tim yang khusus menangani masalah ini, dalam manajamen pengetahuan

Page 89: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

89

disebut Chief Knowledge Officers (CKO) yang bertugas mengembangkan hubungan

dengan infrastruktur, proses, dan budaya dari manajemen pengetahuan dalam

organisasi.

Akan tetapi meskipun organisasi berbasis pengetahuan mungkin tampaknya

cocok dan lebih pas, namun manajemen pengetahuan yang efektif memang

memerlukan perubahan yang signifikan dalam budaya dan nilai-nilai, struktur

organisasi dan sistem imbalan. Karena itu dari sekian banyak guru maupun staf

administrasi yang tergabung dalam tim, tidak semuanya ikut berpartisipasi aktif

dalam proses penciptaan pengetahuan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh

Bapak Syarif (Wakasek Ketenagaan), bahwa:

“manajemen pengetahuan yang saya pahami adalah bagaimana mengelola pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dan dibagikan kepada orang lain sehingga pengetahuan yang kita miliki juga dapat berguna bagi orang lain. Namun, sekolah kami belum sepenuhnya memakai sistem MP ini, karena banyak tahapan di dalamnya dan kami saat ini sedang focus pada menciptakan pengetahuan baru dan menyebarkannya kepada seluruh pihak terkait. Sekolah sudah memberikan wadah untuk para pegawai, guru, dan orang tua siswa untuk dapat saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dll. Dari situlah kadang-kadang muncul pendapat-pendapat yang kreatif dan tentu saja berguna bagi sekolah. Namun tentu saja tidak mudah untuk mengubah seluruh sistem yang ada menjadi berbasis pengetahuan. Apalagi banyak dari guru atau pegawai yang sudah nyaman dengan pekerjaan masing-masing. Karena itu menurut saya implementasi MP masih belum maksimal, dan diharapkan kepada tim khusus untuk menjadi acuan bagi terlaksananya MP khususnya penciptaan konsep.”

Lebih lanjut beliau memaparkan bahwa:

“Kami sadar bahwa untuk menciptakan ide pembelajaran baru berbasis tik itu tidak mudah apalagi jika cuma satu orang yang memikirkannya. Untung saja tim PSB ini terdiri dari guru dan pegawai yang berusaha untuk membiasakan proses manajemen pengetahuan sehingga kami dengan mudah saling menshare pengetahuan dan pengalaman kami untuk selanjutnya kami mencoba membuat program e-Learning baru yakni website sekolah. Dan juga kami sepenuhnya diberikan kepercayaan dalam membuat program baru

Page 90: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

90

tersebut sehingga dalam hal sosialisasi kami tidak menemukan hambatan dari berbagai pihak. Malah dengan website sekolah ini, kami mampu meningkatkan mutu sekolah dari segi efisiensi dan efektifitas belajar-mengajar di sekolah, memberi bekal kepada siswa-siswi SMAN 1 dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang, dan sekaligus menjadi kategori sekolah model PSB sangat baik..”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Kemudian pernyataan senada di atas juga diungkapkan oleh bapak

Naharuddin selaku Kepala Sekolah. Beliau mengatakan bahwa:

“di era global sekarang ini memang sangat perlu untuk memahami bahwa sekolah harus menjadi wadah untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh individu-individu di sekolah khususnya di SMAN 1 ini. Untuk membuat siswa-siswi mampu mengelola pengetahuan, maka memang seharusnya dimulai dan dicontohkan oleh guru-guru sendiri. Beberapa dari kami juga mulai mempelajari sistem MP itu sendiri, namun memang untuk mengaplikasikannya dan memasukkannya ke dalam misi sekolah masih terbilang sulit. Saya sebagai kepala sekolah di bantu dengan wakil-wakil saya, akan berusaha membawa sekolah ke arah yang lebih baik. Apalagi sekarang SMAN 1 ini menjadi SMA model PSB sehingga sekolah kami harus menciptakan program-program tik secara berkesinambungan. Karena itu kami membentuk tim ahli PSB yang akan menanganin hal tersebut dan juga sebagai acuan kepada guru dan pegawai lain mengenai pentingnya mengelola pengetahuan.”

(Hasil wawancara pada tanggal 4 april 2012)

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa SMAN 1

Marioriwawo belum sepenuhnya melaksanakan tahap-tahap manajemen

pengetahuan yang ideal. Kendalanya adalah pada tahap mentransfer atau berbagi

pengetahuan dalam suatu forum yang terkadang tidak begitu ditanggapi oleh

beberapa pihak. Karena itu, agar dapat terus berinovasi serta menciptakan

lingkungan yang canggih untuk pendidikan, maka sekolah membentuk tim khusus

yang berfungsi untuk menghasilkan ide kreatif dan program-program baru dalam

rangka pencapaian mutu. Diharapkan nantinya pengetahuan baru yang dibentuk

Page 91: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

91

akan memajukan mutu sekolah khususnya serta mengajarkan kepada para pendidik,

peserta didik, tenaga administrasi, orang tua siswa, dan masyarakat, tentang

bagaimana seharusnya memecahkan suatu masalah seputar pendidikan yang ada

dilingkungan sekolah dan kemudian dicarikan solusinya dengan cara mengelola

pengetahuan dan informasi, dan menghasilkan suatu ide dan atau pengetahuan

baru yang dibutuhkan oleh masyarakat sekolah.

Penciptaan pengetahuan yang terjadi di SMAN 1 telah melahirkan ide atau

konsep baru yang inovatif bagi sekolahnya. Salah satunya adalah website

sekolah/PSB yang berfungsi sebagai media belajar online, sekaligus pelaksanaan

ujian akhir sekolah. Fungsi website sekolah sendiri sangat banyak, dan

penciptaannya pun melalui proses atau tahapan dari mengelola pengetahuan

masing-masing anggota tim. Ide ini dimulai dengan adanya keharusan untuk

membuat program berbasis teknologi, selanjutnya memutuskan untuk memilih salah

satu ruang lingkup e-pendidikan yakni WEB pages. Lalu ide penciptaan web ini

berasal dari berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan masih berada

dalam benak individu atau masih tersirat (pengetahuan tasit), misalnya pengetahuan

mengenai cara membuat website, kemampuan berbahasa inggris, kemampuan

desain website, dan lain-lain, lalu kemudian mengkonsepkannya ke dalam bentuk

berupa gambar, symbol, atau kata-kata (pengetahuan eksplisit), lalu kemudian

menguji coba konsep website sekolah tersebut dan diberi penilaian apakah

manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang bagi sekolah ataukah tidak.

Setelah itu, konsep tadi disebarkan ke seluruh pihak sekolah melalui sosialisasi

Page 92: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

92

kemudian workshop untuk selanjutnya digunakan dan dimanfaatkan oleh seluruh

pihak di SMAN 1 Marioriwawo.

Jadi berdasarkan pada teori Nonaka (2000) dalam Sangkala (2007:104)

bahwa pendekatan yang memungkinkan pengetahuan individual dapat diperbesar

atau diperluas, dan dinilai di dalam organisasi dapat dilakukan dalam beberapa

langkah. Proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 4, kerangka konsep. Untuk

lebih jelasnya penulis akan memaparkan hubungan antara teori Nonaka dengan

fakta di lapangan mengenai proses penciptaan pengetahuan.

Tabel 9

Pelaksanaan penciptaan pengetahuan SMAN 1 Marioriwawo berdasarkan teori

Nonaka (2000)

Proses Penciptaan Pengetahuan

(Nonaka,2000)

Pelaksanaan Penciptaan

Pengetahuan di SMAN 1

Marioriwawo Kab. Soppeng

Kriteria Penilaian

1. Sharing tacit knowledge:

- Membangun kepercayaan dan

keterbukaan

- Penggunaan fasilitas berbagi

pengetahuan

- Ada kerja sama tim

1. Sharing tacit knowledge

- Telah terbangun kepercayaan

serta keterbukaan dikalangan

guru maupun TAS.

- Penggunaan fasilitas berbagi

pengetahuan: belum

maksimal, masih kurang yang

berpartisipasi dalam proses

ini.

- Kerja sama tim: ada tim yang

dibentuk dan kerja samanya

sudah sangat baik. Walaupun

Terlaksana

dengan baik.

Page 93: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

93

beberapa dari anggota tim

yang belum berkontribusi

penuh dalam proses sharing

ini.

2. Konseptualisasi (creating

concept):

- Proses eksternalisasi yaitu

proses merubah tacit knowledge

menjadi explicit knowledge

dalam bentuk dokumen

pertemuan, intranet, MS office,

dll.

- Dialog yang berkesinambungan

dan Kristalisasi (crystallization):

- Model konversi internalisasi

yaitu merubah explicit

knowledge menjadi tacit

knowledge melalui intranet,

media massa, SK, pelatihan,

pengumuman, dll.

- Menguji realitas dan penerapan

konsep yang diciptakan tim

2. Konseptualisasi (creating

concept):

- Proses eksternalisasi di

SMAN 1 ini berupa MS office

word yaitu mencatat hasil-

hasil pertemuan dan diskusi

dalam komputer kemudian

disebarkan kepada seluruh

anggota tim untuk dipelajari.

- Ada dialog yang rutin yang

dilakukan oleh tim PSB/SIM

dan Kristalisasi

(crystallization):

- model konversi internalisasi

dilakukan melalui pelatihan,

sosialisasi, dan melalui

fasilitas internet (chatting dan

blog).

- Konsep yang diciptakan diuji

kelayakannya oleh kepala

sekolah, perwakilan guru-

guru, TAS, serta komite

sekolah. Setelah dinyatakan

layak, maka tim selanjutnya

menyempurnakan konsep tadi

untuk selanjutnya di

sosialisasikan kepada seluruh

Terlaksana

dengan baik.

Page 94: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

94

pihak sekolah termasuk

masyarakat.

3. Penilaian (Justifying)

- Penyaringan dan penyatuan

konsep yang telah diciptakan,

terkait nilai dan manfaat bagi

organisasi serta masyarakat

dalam peningkatan mutu dan

kualitas organisasi.

3. Penilaian (Justifying)

- Konsep yang telah melalui

tahap kristalisasi berarti

konsep tersebut telah benar-

benar jadi dan siap untuk

disosialisasikan untuk

mendapat feedback dan

penilaian manfaat dan fungsi

bagi sekolah terhadap konsep

baru tersebut.

Terlaksana

dengan baik.

Manfaat yang dirasakan dengan diciptakannya website sekolah juga sangat

banyak, baik manfaat yang dirasakan oleh guru maupun siswa-siswinya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat kita lihat bahwa manfaat website

sekolah ini adalah menjadikan teratur, memudahkan siswa mengakses bahan ajar,

membantu guru-guru dalam penguasaan IPTEK, dan lain sebagainya. Dari sudut

pandang siswa sendiri, menurut salah seorang siswi SMAN 1 Marioriwawo bernama

Endang (X4 EC) mengemukakan manfaat yang didapatkannya melalui website

sekolah ini.

“Manfaatnya sangat banyak bagi diri saya, dengan adanya web sekolah ini saya tidak terlalu banyak membawa buku-buku, meski seharusnya bawa buku, tapi dengan web sekolah ini, saya tinggal mendowload bahan ajar yang sudah disiapkan, saya tinggal saji, dan teman-teman juga begitu. Dan bahan ajar itu sudah sangat lengkap, jadi saya dapat belajar melalui web tersebut, dan masih banyak yang lain. Seperti ulangan melalui PSB sekolah.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

95

SMAN 1 selalu mengikuti globalisasi dan tidak pernah lupa sang pencipta dan juga disiplin.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Hal senada juga diungkapkan oleh Nur Faidah (X1 IA 1), yang

mengemukakan bahwa:

“Manfaat web sekolah ini adalah dapat mengetahui informasi secara langsung, misalnya tentang osis, tentang sekolah, dan tentang bapak/ibu guru. Selain itu dapat mendownload pelajaran yang kurang di buku cetak, dan manfaat yang paling penting adalah belajar menjadi semakin mudah dan menyenangkan.”

(Hasil wawancara pada tanggal 2 April 2012)

Jadi dapat kita simpulkan bahwa website sekolah ini sudah memenuhi

kriteria sekolah model PSB yaitu membuat program yang berbasis teknologi. Hal itu

juga telah mendapat apresiasi dari pengelola Sekolah Model RSKM-PSB-PBKL,

bahwa SMAN 1 Marioriwawo masuk dalam kategori sekolah model PSB sangat baik.

Penghargaan tersebut tidak lepas dari kemampuan tim dalam mengelola

pengetahuan yang dimiliki masing-masing anggota tim, sehingga jadilah website

sekolah dengan beragam fungsi dan manfaat di dalamnya. Siswa SMAN 1

Marioriwawo juga diajarkan cara mengelola pengetahuan agar siswa mampu

mengorganisasi, meringkas, atau mensintesiskan informasi yang diperolehnya dan

siswa tidak lagi sembarangan dalam menangkap isi informasi tanpa diolah terlebih

dahulu. Selain itu juga, SMAN 1 ini mengajarkan siswanya untuk selalu membagi

pengetahuannya kepada teman-temanya dan kepada orang lain, membiasakan

untuk menshare pengetahuannya ke dalam tulisan seperti blog agar pengetahuan

dalam diri mereka nilainya akan bertambah jika dibagikan dan dipergunakan, karena

jika tidak dipergunakan dalam jangka waktu yang lama maka nilai knowledge itu

Page 96: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

96

akan berkurang bahkan hilang. Untuk itu dalam materi pelajaran tik, dimasukkan

mengenai cara membuat blog atau tulisan di internet, serta cara mengaplikasikan

dan membuat website sekolah/PSB.

Page 97: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

97

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada bab pembahasan dan serangkaian hasil analisis yang

telah penulis lakukan mengenai proses penciptaan pengetahuan dalam rangka

mendukung manajemen berbasis sekolah di SMAN 1 Marioriwawo dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Proses penciptaan pengetahuan dengan contoh kasus website sekolah,

pada dasarnya sudah berjalan dengan baik. Dimulai dengan berbagi

(sharing) pengetahuan dan untuk itu sekolah membentuk tim khusus (tim

PSB/SIM) sebagai media berbagi ide, pengalaman, informasi, dll yang dapat

menumbuhkembangkan terjadinya pengetahuan baru. Lalu tahap selanjutnya

adalah penciptaan konsep (conceptualization), dimana tahap ini merupakan

eksternalisasi konsep yang ada melalui campuran pengalaman, imajinasi,

dan pengetahuan yang telah ada. Kemudian pengetahuan yang terkonsep

tadi dikristalisasikan menjadi sebuah bentuk pengetahuan yang berwujud

atau tersurat untuk selanjutnya diujicobakan dan dinilai kualitasnya,

mendapatkan feedback dari seluruh anggota organisasi sekolah, untuk

dinyatakan kelayakan serta manfaat yang berkelanjutan dengan terciptanya

suatu pengetahuan baru tersebut bagi sekolah.

Pada proses sharing of knowledge, diperlukan sedikit perhatian dalam

pelaksanaannya agar terlaksana dengan baik. Karena beberapa anggota tim

PSB/SIM masih ragu untuk menyampaikan idenya dan belum terlalu

Page 98: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

98

termotivasi memikirkan ide-ide kreatif untuk membuat inovasi e-pendidikan,

dan sering absen pada saat diadakannya diskusi atau pertemuan, apalagi

belum adanya penghargaan yang diberikan kepada guru yang berpartisipasi

dari keefektifan mengelola dan mengembangkan penciptaan pengetahuan di

SMAN 1 Marioriwawo ini sehingga dibutuhkan perhatian serius agar mereka

yang belum termotivasi, dapat segera menyadari bahwa seluruh anggota tim

memiliki peran dalam penciptaan pengetahuan dan akan sangat membantu

diri mereka sendiri agar pengetahuan yang dimilikinya tidak hilang karena

kurang dipergunakan. Adapun penciptaan pengetahuan yang dihasilkan

dalam rangka pembelajaran berbasis TIK adalah website sekolah dan

website PSB. Website sekolah/PSB tersebut tidak hanya berfungsi sebagai

perpustakaan online, tapi juga sebagai tempat dilaksanakannya ujian akhir

sekolah berbasis online. Sehingga terjadi proses pembelajaran dan evaluasi

sekolah yang lebih efektif dan efisien, serta membiasakan guru maupun

siswa untuk mahir dalam penguasaan TIK.

V.2. Saran

1. Untuk dapat menerapkan manajemen pengetahuan dengan baik, diawali

dengan membudayakan proses sharing of knowledge dalam organisasi

sekolah. Guru-guru dan seluruh pegawai, harus menyadari pentingnya

berbagi pengetahuan dan membuang anggapan bahwa menghasilkan mutu

yang bagus bukan hanya karena sarana dan prasarana yang lengkap

ataupun asset-aset yang bersifat tangible lainnya karena hanya

Page 99: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

99

pengetahuanlah berbagai inovasi dapat dilakukan secara terus-menerus.

Untuk itu tim yang dibentuk dapat mencari solusi cermat untuk menghadapi

permasalahan yang dihadapi pada fase berbagi pengetahuan (sharing of

knowledge).

2. Satu-satunya perhatian adalah bahwa manajemen pengetahuan mungkin

akan begitu baru untuk staf pengajar saat ini. Perubahan itu dapat membawa

tidak nyaman untuk guru yang lebih suka menempel dengan metode

pengajaran yang ada. Sangat penting bahwa sekolah khususnya pimpinan

harus mendorong guru dan pegawai lebih dan lebih untuk mengambil bagian

dalam berbagi informasi dengan hadiah atau penguat lainnya dalam bentuk

serupa. Tanpa dukungan penuh dari pihak guru, gagasan KM tidak akan

mampu muncul di seluruh sekolah. Mereka harus sadar dan paham bahwa

munculnya orang-orang sukses dan kaya di dunia seperti Bill Gates, bukan

berasal dari industri perminyakan atau tambang, tetapi dari industri

pengetahuan. Dan disinilah peran pendidikan menjadi kunci kemajuan

sumber daya manusia sehingga sekolah khususnya harus mampu

menangkap esensi dari manajemen pengetahuan.

Page 100: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

100

DAFTAR PUSTAKA

Buku Rujukan:

Ellitan, Lena & Anatan, Lina. 2009. Manajemen Inovasi (Transformasi Menuju

Organisasi Kelas Dunia). Bandung: Alfabeta.

Fattah, Nanang. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan

Sekolah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Firdanianty & Soleh, Alvin. 2011. Smart Knowledge Workeri. Jakarta: PT Gramedia.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (konsep,strategi,dan implementasi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nugroho, Riant. 2008. Pendidikan Indonesia (Harapan, Visi, dan Strategi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sangkala. 2007. Knowledge Management. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiarso, Bambang, Triyono, Nazir Harjanto, dan Subagyo, Hendro. 2009.

Penerapan Knowledge Management pada Organisasi. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Suderajat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

Bandung: CV Cipta Cekas Grafika.

Tobing, Paul L. 2007. Knowledge Managemen: Konsep, Arsitektur dan

Implementasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Widayana, Lendy. 2005. Knowledge Management Meningkatkan Daya Saing Bisnis.

Jawa Timur: Bayumedia Publishing.

Zuhal. 2008. Kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis

Pengetahuan. Jakarta: Buku Kompas.

Buku Metodologi:

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan

Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Page 101: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

101

Hadari, Nawawi. 2007. Metode Penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gajahmada

university press. Hal 33-34 .

Miles dan Huberman. 1992. Analisa data Kualitatif. Jakarta: UI press.

Yin. Robert K. 2000. Studi Kasus (Desain dan Metode). Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta: Bandung.

Peraturan Undang-Undang :

Kepmendiknas Nomor 087 tahun 2004 tentang Standar Akreditas Sekolah.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal

51 ayat (1). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program pembangunan Nasional tahun 2000-2004 pada Bab VII.

Undang-undang Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Undang-undang Sisdiknas Pasal 51 Ayat 1 tentang Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah.

Page 102: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalahrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1708/skripsi... · Latar Belakang Masalah ... dapat dilakukan terus menerus untuk meningkatkan

102

Rujukan Dari Internet :

Diunduh dari internet, www.e-pendidikan.com, 08 November 2011 Pukul 09.03 WITA, “Penerapan MBS di SLTPN 09 Jakarta”.

Diunduh dari internet, www.pdf.com, 25 November 2011 Pukul 17.55 WITA,

“Penerapan Manajemen Pengetahuan”.

Diunduh dari internet, www.google.com, 25 November 2010 Pukul 17.00 WITA, “ Definisi Manajemen Pengetahuan”. (widyana)

Diunduh dari internet, www.google.com, 1 Januari 2012 Pukul 19.31 WITA, “Transfer

Pengetahuan Tasit”. Diunduh dari internet, www.pdf.com, 3 Januari 2012 Pukul 12.56 WITA, “Sisdiknas”.

Diunduh dari internet, www.smansario.sch.id, 16 Januari 2012 Pukul 12.51 WITA.

Diunduh dari internet, http//smansario/PSB/, 31 Maret 2012 Pukul 16.11 WITA.