BAB I PENDAHULUAN -...
-
Upload
trannguyet -
Category
Documents
-
view
238 -
download
0
Transcript of BAB I PENDAHULUAN -...
1
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Persaingan antar perusahaan semakin ketat dalam suatu industri termasuk
pada agroindustri. Salah satu produk komoditi yang saat ini sangat digemari oleh
perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh
secara signifikan bahkan menjadikan Indonesia sebagai salah satu Negara terbesar di
dunia yang mengeksor hasil kelapa sawit ke beberapa Negara.
Kelapa sawit sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan seperti
biodiesel yang dapat diperbaharukan semakin dilirik oleh masyarakat dunia sebagai
pengganti sumber energi dari proses pengeboran minyak bumi yang berasal dari fosil
dan tidak dapat diperbaharui dan berisiko bagi kelestarian lingkungan. Selain itu,
kelapa sawit juga dapat diolah menjadi minyak goreng, sabun serta kosmetik. Dari
perkembangbiakan dan turunan yang dihasilkan oleh kelapa sawit yang sangat
banyak, maka tidak heran apabila kelapa sawit menjadi komoditi yang sangat
menjanjikan di Indonesia pada saat ini. Selain memiliki pangsa pasar di dalam negeri
sendiri, pangsa pasar kelapa sawit sampai keluar negeri.
Dalam buku yang ditulis oleh Pardamean (2014) mengatakan kelapa sawit
atau dengan nama latin Elaeis guineensis adalah tumbuhan agroindustri yang dapat
dimanfaatkan sebagai minyak untuk memasak, industri, maupun sebagai bahan bakar.
Kelapa sawit dapat bertumbuh hingga 12 meter. Inti sawit atau kernel merupakan biji
2
dari kelapa sawit mengandung minyak inti dengan kualitas tinggi yang tergantung
pada tingkat kematangan buah atau lama waktu buah matang.
Ada 3 tipe buah kelapa sawit yaitu dura, tenera dan pisifera. Dapat dilihat dari
gambar berikut ini:
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Timur
Gambar 1.1: Tipe Buah Kelapa Sawit
Dari Gambar 1.1 diatas dapat dilihat bahwa dura merupakan sawit yang
buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin
pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per
tandannya berkisar 16%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak
memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya
steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara
induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi
kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga
betinanya tetap subur (Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, 2013)
3
Dengan kondisi alam yang dapat memenuhi syarat tumbuh dan
berkembangnya kelapa sawit, maka bisa dilihat bahwa Indonesia memiliki lahan
perkebunan kepala sawit yang cukup luas, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan
beberapa pulau lainnya. Dukungan pemerintah juga diberikan dikarenakan adanya
permintaan kebutuhan yang cukup besar dari dalam negeri dan luar negeri akan
minyak mentah sawit semakin naik seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat dunia dalam penggunaan sumber energi yang dapat diperbaharui atau
dengan kata lain renewable resources.
Perkebunan kelapa sawit semakin meluas seiring dengan adanya dukungan
dari pemerintah pada industri ini, terutama di daerah pulau sumatera yang merupakan
luas perkebunan kelapa sawit terbesar di Indonesia. Dari perkebunan kelapa sawit
akan menghasilkan minyak kelapa sawit yang merupakan produk perkebunan yang
telah menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia dan juga untuk memenuhi
kebutuhan didalam negeri.
Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia dari sisi penawaran serta
prospek permintaan yang sangat menggiurkan sehingga pemerintah Indonesia telah
menjalankan serangkaian kebijakan dalam rangka mendukung peningkatan produksi
dan ekspor minyak kelapa sawit serta sekaligus menata ketersediaan minyak kelapa
sawit dalam negeri.
Berikut ini merupakan luas perkebunan kelapa sawit di daerah Riau dilihat
dari kepemilikannya:
4
Sumber: EepIndonesia.Org
Gambar 1.2: Perbandingan Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau
Tahun 2010
Dari Gambar 1.2 diatas dapat dilihat bahwa luas perkebunan kelapa sawit
kategori perkebunan rakyat untuk daerah provinsi Riau mencapai 53% alokasi jumlah
total lahan perkebunan kelapa sawit di Riau. Tidak semua lahan di Indonesia sesuai
kriteria untuk menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Dalam buku Sulistyanto dan
Akyuwen (2010) menyebutkan bahwa hasil pengkajian balai penelitian tanah dan
agroklimat Bogor menunjukkan bahwa luas lahan yang berpotensi pengembangan
perkebunan kelapa sawit hanya berkisar 31,8 juta hektar.
Aspek aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan lahan
berpotensi mencakup karakteristik fisik tanah, kimia tanah, dan delineasi yang
mengeluarkan wilayah wilayah yang tidak disarankan untuk perkebunan kelapa sawit,
seperti hutan lindung, pemukiman, kawasan industri, pariwisata, pertambangan,
sawah irigasi, dan daerah aliran sungai (Sulistyanto dan Akyuwen, 2010).
Pulau pulau di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan sebagai perkebunan
kelapa sawit dan sarana pendukungnya di pulau Sumatera (38,65 persen), pulau
5
Kalimantan (38,42 persen), pulau Papua (20,09 persen) pulau Sulawesi (1,85 persen),
dan pulau Jawa (0,99 persen) seperti disebutkan dalam buku Sulistyanto dan
Akyuwen (2010).
Dari potensi yang dimiliki antar provinsi, data direktorat Jendral Perkebunan
menunjukkan bahwa luas lahan kelapa sawit terbesar terdapat di provinsi Riau, yang
diikuti oleh provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan
Jambi. Berikut ini merupakan pesebaran letak perkebunan kelapa sawit di provinsi
Riau dari tahun 2005 sampai dengan 2010:
Sumber: EepIndonesia.Org
Gambar 1.3: Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Riau
Pemerintah mendukung pertumbuhan industri kelapa sawit sebagai komoditas
yang banyak memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia secara khusus dan
untuk kepentingan ekspor secara umum. Dukungan dari pemerintah ditandai dengan
6
pemberian ijin bagi para pengusaha untuk memanfaatkan hutan yang dianggap
berpotensi untuk dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit terutama daerah
sumatera.
Berdasarkan data dari EEp Indonesia (2015) bahwa Perkebunan kelapa sawit
Provinsi Riau secara nasional menempati posisi atas di Indonesia yaitu produksi
CPO Provinsi Riau tahun 2010 tercatat sebesar 6.293.542 ton. Volume produksi dan
perdagangan minyak kelapa sawit senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, sehingga
memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Kontribusi yang
diberikan tidak hanya berupa peningkatan penerimaan Negara berupa pajak dan
devisa, namun juga perluasan kesempatan kerja dan perbaikan kesejahteraan petani
yang berjumlah sangat besar. Untuk itu pemerintah semakin mendukung perluasan
areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Menurut Sulistyanto dan Akyuwen (2010) mengatakan bahwa Lahan lahan
yang diberikan oleh pemerintah sebagai perluasan lahan perkebunan kelapa sawit
tersebar diseluruh pulau pulau besar di Indonesia terutama pulau sumatera dan
Kalimantan. Keunggulan komparatif ini tidak dimiliki dan bahkan menjadi
keterbatasan bagi Negara pesaing seperti Malaysia. Disamping itu, kondisi iklim
tropis di Indonesia sangat cocok digunakan untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit
secara optimal.
Dari segi permintaan, peningkatan konsumsi minyak kelapa sawit beserta
produk produk turunan yang dihasilkan oleh kelapa sawit mengalami fluktuatif
namun telah digunakan oleh para produsen untuk memenuhi berbagai kebutuhan
7
masyarakat dunia, baik kebutuhan pangan maupun non pangan termasuk untuk
campuran bahan bakar diesel. Lebih dari separuh produk di Indonesia maupun dunia
secara keseluruhan telah mengandung minyak kelapa sawit sebagai campuran bahan
bakunya, sebagai contohnya adalah minyak goreng, es krim, shampoo, sabun,
cokelat, kue, permen. (Sulistyanto dan Akyuwen, 2010)
Besarnya areal perkebunan sawit di provinsi Riau mengindikasikan pula
besarnya peluang untuk pengembangan industri kelapa sawit di Riau terutama
dibeberapa wilayah yang memang didedikasikan oleh pemerintah daerah untuk
menjadi perkebunan kelapa sawit di provinsi Riau.
Peluang tersebut makin terbuka jika crude palm oil (CPO) yang dihasilkan
dari pabrik kelapa sawit diolah menjadi produk turunannya yang dapat meningkatkan
nilai tambahnya. Produksi dan pasokan minyak mentah kelapa sawit di Indonesia di
ekspor sampai ke Negara lain. Meskipun agak terlambat pertumbuhan investasi di
bidang perkebunan kelapa sawit bila dibandingkan dengan Negara lain, namun
investasi di perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit di Indonesia
mengalami kemajuan secara bertahap.
Menurut Sulistyanto dan Akyuwen (2010) Negara tujuan utama ekspor
minyak kelapa sawit adalah India dengan volume ekspor ke Negara tersebut
mencapai 2,48 juta ton yang merupakan 20,51 persen dari total ekspor CPO
Indonesia. Importir CPO Indonesia yang kedua adalah Uni Eropa dengan pangsa
pasar 20,6 persen.
8
Sejak tahun 2007, Indonesia telah menjadi produsen utama minyak kelapa
sawit di dunia, bahkan menggantikan posisi Malaysia yang selama bertahun tahun
merajai produksi dan ekspor minyak kelapa sawit dunia. Dari sisi penawaran,
peningkatan produksi minyak kelapa sawit Indonesia sangat didukung oleh
ketersediaan lahan yang sesuai untuk perkembangan produksi kelapa sawit.
(Sulistyanto dan Akyuwen, 2010)
Berikut ini merupakan tabel hasil produksi dan ekspor minyak mentah kelapa
sawit:
Sumber: Indonesia Update, Bank Mandiri
Gambar 1.4: Produksi Dan Pasokan Minyak Mentah Kelapa Sawit
Dari Gambar 1.4 diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan dunia akan minyak
mentah kelapa sawit semakin meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan kesadaran
manusia akan sumber energi pengganti minyak bumi yang lebih ramah lingkungan.
9
Ketersediaan pasokan minyak mentah kelapa sawit dibutuhkan oleh Negara Negara
yang bukan penghasil kelapa sawit.
Harga Crude Palm Oil diproyeksikan meningkat dari tahun ketahun, dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Sumber: Industry Update, Bank Mandiri
Gambar 1.5: Proyeksi Jangka Panjang Harga CPO
Dari Gambar 1.5 diatas dapat dilihat bahwa harga CPO diproyeksikan akan
mengalami peningkatan dari tahun ketahun seiring dengan semakin dibutuhkan
sumber energi yang dapat memenuhi kebutuhan energi dunia dengan kapasitas besar
dan dapat diperbaharui. Oleh karena harga CPO diproyeksikan akan mengalami
peningkatan signifikan, maka TBS pun diperkirakan akan mengalami kelonjakan
harga.
10
Namun demikian, menurut data dari info sawit (2015) pada awal Mei 2015
harga tandan buah segar (TBS) mengalami penurunan seiring dengan dikeluarkannya
Penerapan Peraturan Presiden (perpres) CPO supporting Fund yang akan
mengakibatkan penurunan harga minyak kelapa sawit mentah atau dikenal dengan
CPO dalam jangka waktu singkat. Menurut Direktur Eksekutif GAPKI, Fadhil Hasan,
dilihat dari jangka pendek, harga CPO akan turun dan TBS akan mengalami
penurunan sehingga berakibat pada turunnya daya saing industri. Namun untuk
jangka panjang, aturan tersebut memiliki dampak yang positif terhadap industri sawit
nasional karena secara tidak langsung akan mendongkrak harga CPO yang sejak
semester II/2014 mengalami penurunan. (Info sawit, 2015)
Memasuki awal bulan Juni 2015, harga TBS untuk wilayah Riau mengalami
peningkatan bila dibandingkan dengan harga bulan Mei 2015. Untuk peningkatan
harga TBS di wilayah Riau dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Peningkatan Harga TBS di Wilayah Riau
Sumber: Info Sawit
Dari Tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa adanya peningkatan harga TBS di
wilayah Riau. Harga jual TBS yang mengalami naik turun masih tetap menjadi daya
tarik tersendiri bagi para pemilik perkebunan kelapa sawit. Bahkan hal ini semakin
11
menambah semangat para pemilik perkebunan kelapa sawit untuk menginvestasikan
sejumlah dana pada komoditi kelapa sawit dikarenakan masih banyaknya permintaan
akan minyak kelapa sawit. Tingginya permintaan dunia akan minyak mentah kelapa
sawit dan kenaikan harga CPO serta TBS merupakan sebuah peluang besar bagi para
perusahaan yang bergerak dibidang komoditi kelapa sawit untuk dapat terus
meningkatkan daya saing perusahaan agar dapat memenangkan persaingan antar
perusahaan di industri agrobisnis terutama dalam perkebunan kelapa sawit.
Meningkatnya harga TBS di wilayah Riau khususnya, semakin menarik
perhatian para pengusaha untuk ikut andil dalam bisnis perkebunan kelapa sawit di
wilayah Riau. Pada awalnya beberapa perusahaan tidak membuka lahan perkebunan
kelapa sawit, namun seiring waktu dengan melihat potensi keuntungan yang besar di
perkebunan kelapa sawit memicu perusahaan lama untuk memiliki diversifikasi
bisnis perusahaan di perkebunan kelapa sawit bahkan semakin banyak perusahaan
baru yang langsung membuka lahan perkebunan kelapa sawit karena tergiur oleh
keuntungan yang besar dan kenaikan TBS dan CPO yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun.
Berkaitan dengan prospek bisnis sumber energi minyak mentah kelapa sawit
dalam perdagangan dunia dimasa yang akan datang maka perusahaan perkebunan
kelapa sawit harus menyadari pentingnya usaha yang berkelanjutan dalam
mengembangkan bisnis perusahaan. Perusahaan harus mengidentifikasi dan
mengelola sumber daya yang dimiliki dengan baik serta memaksimalkan kapabilitas
12
perusahaan untuk dapat menghasilkan tandan buah segar (TBS) terbaik dengan cara
menanam bibit kelapa sawit yang memiliki potensi lebih baik.
Harga TBS ditentukan oleh dinas perkebunan dimasing masing wilayah
provinsi per minggu. Namun Harga TBS tersebut disesuaikan kembali dengan
ketentuan dan dengan kualitas standar yang telah ditentukan oleh pabrik kelapa sawit
yang membeli TBS dari perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kualitas TBS yang
tidak sesuai dengan standar pabrik kelapa sawit akan dikurangi harga jualnya dari
harga yang telah ditentukan oleh dinas perkebunan, bahkan dapat ditolak seluruhnya
apabila memang TBS produksi perusahaan perkebunan kelapa sawit sama sekali tidak
sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh pabrik kelapa sawit. Selanjutnya,
pabrik kelapa sawit beroperasi sesuai dengan jam kerja pabrik sehingga produk TBS
yang dikelolah oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit harus tersedia tepat waktu
sampai ke pabrik kelapa sawit sehingga terciptanya kepuasan pelanggan yaitu
perusahaan pemilik pabrik kelapa sawit.
Untuk itu, Perusahaan harus dapat berkompetisi dengan baik serta
memberikan nilai terhadap hasil produksi. Hal ini merupakan salah satu strategi yang
dapat diterapkan oleh perusahaan kelapa sawit untuk dapat meningkatkan competitive
advantage. Perusahaan perkebunan kelapa sawit dituntut untuk dapat menghasilkan
produk kelapa sawit yang memiliki nilai dan sesuai dengan keinginan konsumen serta
meningkatkan daya saing hingga mencapai tingkatan superior sustainable
competitive advantage diantara para pesaing.
13
Keberadaan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumen secara memuaskan baik dari segi ketersediaan, ketepatan
pengiriman, dan mutu. Oleh karena itu, daya saing produk ditentukan oleh hasil
integrasi kerja sama semua bagian dalam perusahaan. Dalam hal ini konsep rantai
nilai (value chain) memiliki peranan penting dalam implementasi strategi perusahaan.
Pembahasan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai perusahaan
melalui aktivitas aktivitas utama (primary activities) dan pendukung (support
activities) dalam pengembangan keunggulan bersaing dari PT Anderson Unedo yang
berkaitan dengan building blocks of competitive advantages agar dilakukan secara
efisien. Berdasarkan fenomena yang telah penulis jabarkan diatas, maka peneliti
mengangkat penelitian terkait aktivitas rantai nilai yang terkait dengan building
blocks of competitive advantages dari PT Anderson Unedo dalam bentuk tesis dengan
judul “Analisis Rantai Nilai Dan Keunggulan Kompetitif PT Anderson Unedo”.
1.2. Rumusan Masalah
PT Anderson Unedo harus mampu bersaing dengan perusahaan perkebunan
kelapa sawit bahkan secara global. Persaingan yang ketat membuat perusahaan harus
mampu bersaing secara sehat dan melakukan inovasi terhadap kinerja manajemen
rantai nilai dengan tujuan untuk mengatasi dan mengantisipasi perubahan permintaan
oleh konsumen dengan mengutamakan kualitas, harga yang bersaing dengan
persediaan produk yang tetap terkontrol agar tetap bertahan.
14
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai rantai nilai terhadap
sebuah perusahaan, maka dapat diidentifikasikan bahwa adanya serangkaian proses
panjang rangkaian kegiatan yaitu kegiatan membawa bahan baku dari produsen
sampai ketangan konsumen dimana proses panjang harus dikelola dengan baik
sehingga tercipta kepuasan pelanggan yaitu dengan memberikan produk TBS dengan
kualitas baik dan tersedia tepat waktu. Selain itu, harga ditentukan oleh Pabrik Kelapa
Sawit milik customer, harga dibayar sesuai dengan kualitas produk serta adanya
kemungkinan produk ditolak apabila tidak sesuai dengan standar pabrik kelapa sawit.
Rangkaian proses panjang tersebut merupakan aktivitas aktivitas penting yang
dapat menjadi masalah bagi perusahaan apabila tidak diberikan perhatian khusus oleh
perusahaan demi menciptakaan kepuasan pelanggan sehingga mendapatkan profit.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi
fokus pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Apa saja aktivitas-aktivitas dalam PT Anderson Unedo yang dapat
menjadi sumber keunggulan bersaing di industri kelapa sawit di
Indonesia?
2. Apa saja aktivitas-aktivitas dalam PT Anderson Unedo yang perlu
dikembangkan sehingga dapat unggul dalam bersaing di industri kelapa
sawit di Indonesia melalui analisis building blocks?
15
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi aktivitas aktivitas rantai nilai yang menjadi sumber
keunggulan bersaing PT Anderson Unedo dalam menghadapi Persaingan
Industri kelapa sawit Di Indonesia.
2. Membenahi aktivitas-aktivitas dalam PT Anderson Unedo yang dapat
dikembangkan sehingga dapat unggul dalam bersaing di industri kelapa
sawit di Indonesia melalui analisis building blocks
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah
a. Bagi penulis, untuk menambah wawasan bisnis bagi penulis bahwa rantai
bisnis yang menghasilkan keunggulan kompetitif memiliki peran penting
dalam kegiatan bisnis perusahaan sehingga penulis merasa bahwa
wawasan pengetahuan ini sangat bermanfaat untuk dapat diterapkan pada
proses bisnis yang akan dihadapi oleh penulis.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini memberikan masukan kepada perusahaan
untuk mengevaluasi rantai nilai beserta aktivitas perusahaan yang
berkaitan dengan keunggulan kompetitif
c. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini diharapkan memberikan tambahan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan rantai nilai dan building blocks
serta keunggulan kompetitif.
16
1.6. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penulisan penelitian ini memiliki lingkup yang dibatasi hanya dilakukan pada
perusahaan PT Anderson Unedo. Penelitian ini dilakukan dan berfokus pada rantai
nilai dan pilar pilar keunggulan kompetitif pada PT Anderson Unedo yang dilakukan
dalam waktu yang relatif singkat dan hanya mewakili gambaran relatif pada periode
yang telah ditentukan.
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan penelitian ini dibagi kedalam lima bagian, yaitu:
Bab I Pendahuluan
Bagian pendahuluan berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang kelapa
sawit serta pentingnya analisis rantai nilai (value chain) agar memperoleh keunggulan
bersaing (competitive adventage) bagi perusahaan. Selain itu, dalam bab ini juga
meliputi rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, manfaat penelitian serta susunan penelitian.
Bab II Tinjauan Pustaka
Bagian ini menguraikan dasar dasar teori yang digunakan dalam penelitian
yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan analisis pada penelitian ini. Teori-
teori yang digunakan antara lain teori keunggulan bersaing, teori rantai nilai dan teori
building blocks of competitive advantages.
17
Bab III Metode Penelitian
Pada bagian ini akan berisi penjelasan mengenai metoda penelitian yang
digunakan dan gambaran umum perusahaan sebagai objek penelitian.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Bagian ini menyajikan hasil penelitian dan pembahasan tentang aktivitas-
aktivitas perusahaan, analisis rantai nilai yang dimiliki perusahaan dan keunggulan
bersaing perusahaan.
Bab V Simpulan dan Saran
Bagian ini merupakan penutup dari tesis ini berisi tentang simpulan sebagai
hasil penelitian dan saran sebagai referensi bagi perusahaan untuk perbaikan di masa
akan datang.