BAB I PENDAHULUAN - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/804/4/10410003 Bab 1.pdf ·...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan kebutuhan hidup, sehingga setiap manusia memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa dilakukan karena setiap individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat mempertahankan hidupnya. Perlu disadari pula bahwa agar dapat berhasil dalam upaya mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan dibutuhkan kematangan pribadi. Semakin matang individu mengenali masalah yang selalu dihadapi dan semakin tepat individu tersebut memecahkan permasalahan tersebut, maka semakin besar kesuksesan yang diraih. Secara popular mengambil keputusan adalah memilih satu di antara sekian banyak alternatif. Suatu keputusan yang diambil dianggap “tepat” yaitu jika keputusan tersebut didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang memperhatikan segala faktor, baik obyektif maupun subyektif. Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan

Transcript of BAB I PENDAHULUAN - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/804/4/10410003 Bab 1.pdf ·...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari

yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian

dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

kebutuhan hidup, sehingga setiap manusia memerlukan pengambilan keputusan

yang tepat. Pengambilan keputusan menjadi suatu hal yang biasa dilakukan

karena setiap individu menghadapi berbagai permasalahan untuk dapat

mempertahankan hidupnya.

Perlu disadari pula bahwa agar dapat berhasil dalam upaya

mengembangkan kemampuan untuk mengambil keputusan dibutuhkan

kematangan pribadi. Semakin matang individu mengenali masalah yang selalu

dihadapi dan semakin tepat individu tersebut memecahkan permasalahan tersebut,

maka semakin besar kesuksesan yang diraih. Secara popular mengambil

keputusan adalah memilih satu di antara sekian banyak alternatif. Suatu keputusan

yang diambil dianggap “tepat” yaitu jika keputusan tersebut didasarkan pada

sejumlah pertimbangan yang memperhatikan segala faktor, baik obyektif maupun

subyektif.

Seiring pengambilan keputusan yang diambil, yang semula mungkin

dianggap sepele tetapi memiliki pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan

2

seseorang. Dibutuhkan banyak faktor sebagai pertimbangan agar keputusan yang

diambil benar-benar tepat. Para remaja dalam memillih hanya berdasar ikut-ikutan

teman, disuruh orang tua, didorong oleh orang lain, ataupun memilih sendiri tetapi

buta dengan informasi yang dipilihnya. Setiap saat seorang remaja, pengambilan

keputusan atau “Decision Making” akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak

maupun hidup orang lain. “Decision Making” dilakukan mulai hal yang

sederhana, seperti memilih warna baju, memilih model pakaian, atau memilih

menu makanan.

Sekolah memegang peranan penting bagi perkembangan intelektual,

ketrampilan sosial dan menunjang dunia kejuruan yang ingin dimasuki. Selain

mengembangkan kapasitas intelektual, sosial dan kejuruan, sekolah juga

memberikan pengaruh cukup besar bagi pengaruh remaja. Masa remaja adalah

masa yang sangat penting bagi perkembangan pada masa-masa selanjutnya,

karena masa remaja menjadi dasar bagi berhasil atau tidaknya seseorang

menjalani kenyataan hidup pada perkembangan selanjutnya. Pada masa ini,remaja

berusaha menentukan jati diri, mencapai kemandirian emosional,kematangan

hubungan sosial, dan mempersiapkan diri meniti karir.

Masa sekolah menengah atas (SMA) merupakan masa transisi menuju ke

masa dewasa dan ini berarti merupakan masa menuju dunia pekerjaan atau karier

yang sebenarnya. Pekerjaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam

kehidupan manusia dewasa yang sehat, dimanapun dan kapanpun mereka berada

(Zein,2008). Pekerjaan seseorang memiliki konsekuensi yang besar bagi diri dan

merupakan inti dari nilai dasar dan tujuan hidup seseorang, oleh karenanya

3

ketepatan memilih dan menentukan pilihan karier menjadi titik penting dalam

perjalanan hidup manusia.

Mempersiapkan masa depan terutama karier atau pekerjaan merupakan

salah satu tugas remaja dalam tahap perkembangannya (Havighurts, dikutip

Hurlock,1999). Pada masa ini remaja mulai mengidentifikasi kesempatan dan

tingkat pekerjaan yang sesuai serta mengimplementasikan pilihan karier dengan

memilih pendidikan dan pelatihan yang sesuai, akhrnya memasuki pekerjaan yang

sesuai dengan pilihannya.

Remaja pada masanya berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua

dengan maksud untuk menemukan dirinya. Eriksson menamakan proses tersebut

sebagai proses mencari identitas ego. Suatu masa pembentukan identitas, yaitu

perkembangan ke arah individualitas yang mantap, aspek yang sangat penting

dalam perkembangan diri sendiri.

Kehidupan remaja sering dijumpai adanya kebingungan, keraguan dan

kesulitan dalam menentukan karier di masa depan. Pada tahapan tertentu setiap

individu harus mampu mengatasi permasalahan mengenai karier seperti mampu

memahami dirinya sendiri, memahami dunia kerja dan karier serta lingkungannya,

mengembangkan rencana dan kemampuan membuat keputusan yang bermakna

bagi masa depannya. Karena jika individu tidak mendapatkan kepuasan dalam

pekerjaan dapat menyebabkan frustasi dan tidak fokus dengan pekerjaannya,

biasanya ditemui pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuan yang dimilikinya.

4

Pada usia remaja akhir, siswa diharapkan mampu membuat keputusan

secara tepat tanpa mengandalkan diri pada orang dewasa. Mereka membuat

persiapan untuk kehidupan saat dewasa, sudah bisa memilih tujuan vokasional

tertentu dan mengembangkan keterampilan vokasional yang diperlukan, yaitu

dengan bekerja atau melanjutkan pendidikan (Munandir, 1996). Jika seorang

siswa gagal menunaikan suatu tugas perkembangan pada tahap tertentu, maka

kemungkinannya siswa akan menjumpai kesulitan, terhalang dalam menunaikan

tugas-tugas dalam tahap-tahap perkembangan berikutnya.

Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk terjun

langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

SMK adalah salah satu sub-sistem dari sistem pendidikan nasional di Indonesia.

SMK memainkan peranan strategis bagi penyediaan tenaga kerja trampil secara

nasional. Ini sejalan dengan tujuan SMK dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional yaitu mempersiapkan peserta didiknya untuk dapat

bekerja dalam bidang tertentu. Lebih spesifik dalam PP No. 17 tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan di Pasal 1 Ayat 15, dijelaskan

bahwa pendidikan kejuruan adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai lanjutan

dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar

yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Berdasar Keputusan Direktur

Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (2008).

Karier bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruah (SMK) sangatlah penting,

karena salah satu permasalahan yang dialami siswa SMK setelah menyelesaikan

5

studinya adalah menyangkut karier dan pekerjaan. Oleh karena itu kemampuan

pengambilan keputusan siswa SMK dibutuhkan agar mereka dapat tepat dalam

mengambil keputusan karier yang sesuai dengan kemampuannya.

Dalam hubungan antara tujuan penyelenggaraan SMK dengan penyiapan

karir siswanya, maka harus dipertimbangkan adanya konsep pendidikan karir

yang terintegrasi didalamnya. Pendidikan karir (career education) di sekolah

menengah atas mencakup pemberian kesempatan pada para siswa untuk

mengeksplorasi lebih jauh dunia kerja, serta menarik hubungannya dengan minat,

potensi dan kemampuan diri mereka. Pendekatan bagi para siswa di jenjang ini

bisa dibagi kedalam dua kelompok, yaitu: (1) para siswa yang berencana mencari

pekerjaan segera setelah lulus sekolah menengah atas, serta (2) para siswa yang

merencanakan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Pendekatan pendidikan

karir bagi kedua kelompok ini harus berbeda namun tetap fleksibel, terutama bagi

sekolah menengah yang khusus kejuruan.

Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi

pada kenyataannya pengangguran terbuka SMK masih cukup tinggi. Menurut data

Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip, Senin (7/5/2012), pada Februari 2012,

tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk pendidikan menengah di Indonesia

mencapai jumlah prosentase tidak jauh berbeda dengan jengang SMA, yaitu TPT

Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 10,34% dan TPT Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) sebesar 9,51% (detik.com, 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada siswa kelas XII

SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo, peneliti menemukan masih ada beberapa

6

siswa kelas XII yang mengalami kebingungan dalam memanage kariernya.

Peneliti pada tanggal 6 September 2013 melakukan wawancara sederhana dengan

5 orang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Ditemukan fakta bahwa 3

dari 5 orang siswa tersebut bingung akan ke mana ia selanjutnya setelah lulus

jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Berikut merupakan salah satu petikan wawancara sederhana dengan dua

siswa kelas XII teknik pengelasan dan teknik sepeda motor usai bertemu dengan

staf Bimbingan dan Konseling di SMK N 1 Jenangan Ponorogo:

“Saya masih bingung, nanti setelah lulus akan kemana. Antara milih kerja

atau kuliah, sampai sekarang banyak sih sebenarnya mbak pandangan-

pandangan tapi ya gitu, belum ada yang cocok”(wawancara dengan siswa

kelas XII jurusan teknik pengelasan)

“Saya nanti bekerja dulu saja di ASTRA seperti teman-teman saya, setelah

itu mungkin saya mau kuliah di Surabaya, nurutin maunya orangtua saja”,

(wawancara dengan siswa kelas XII jurusan teknik sepeda motor)

Fakta lain diungkapkan oleh staf Bimbingan dan Konseling di SMK N 1

Jenangan Ponorogo yang mengatakan bahwa siswa di awal kelas XII masih

mengalami kebingungan dalam memanage kariernya. Pada awal siswa masuk di

kelas X guru BK telah memberikan quisioner, yang salah satu aitmenya

menanyakan tentang akan kemana setelah lulus SMK. Dari aitem tersebut siswa

telah memilih antara pilihan bekerja atau studi lanjut, namun masih dalam tahap

pemilihan bukan penspesifikasian. Saat menginjak kelas XII siswa dihadapkan

pada pilihan yang spesifik tentang arah kariernya dan beberapa siswa masih

mengalami kebingungan dalam memanage kariernya. Dibuktikan dengan masih

7

adanya beberapa siswa yang meminta bantuan kepada guru BK untuk memilihkan

universitas atau studi lanjutnya karena bingung harus memilih yang mana, ungkap

staf BK saat bertemu dengan peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum

dapat melakukan pengambilan keputusan karier dengan baik dan melimpahkan

tanggungjawab pengabilan keputusan kepada orang lain.

Permasalahan yang peneliti temukan di lapangan adalah adanya siswa

kelas XII SMK N 1 Jenangan Ponorogo yang masih mengalami kebingungan

dalam memilih arah karier untuk masa depannya. Ditemukan pula adanya siswa

yang memang sudah mampu menentukan pilihan kariernya namun siswa tersebut

memilih karier karena faktor pengaruh ikut-ikutan teman atau orang lain dan

hanya sekedar mengikuti perintah orangtuanya, tanpa memperhatikan dan

mempertimbangkan faktor internal dalam dirinya. Selain itu adanya siswa yang

melimpahkan tugas pengambilan keputusan karier ke pihak lain dikarenakan

siswa mengalami kebingungan. Apabila hal ini tetap dibiarkan, maka siswa akan

membuat keputusan karier tanpa alasan yang tepat sehingga akan berpengaruh

terhadap keberhasilan kariernya di masa depan.

Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) perlu diberikan bimbingan

karier yang optimal agar dapat menguasai ketrampilan pengambilan keputusan

karier secara tepat. Bimbingan karier menurut Manrinhu (1988) adalah proses

pemberian bantuan kepada siswa dalam memahami dan berbuuat atas dasar

pengenalan diri dan mengenal kesempatan kerja, mampu mengabil keputusan

sehingga yang bersangkutan dapat mengelola pengembangan kariernya. Siswa

harus belajar dan berlatih membuat rencana, memilih alternative keputusan,

8

bertindak sesuai dengan hasil keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas

apa yang telah dilakukannya. Siswa yang memiliki ketrampilan pengambilan

keputusan, pasti tidak akan bingung menghadapi karier masa depannya.

Berikut merupakan data serapan lulusan siswa SMK N 1 Jenangan

Ponorogo di tiga tahun ajaran mulai 2009-2011.

Tabel 1.1

Data serapan lulusan siswa SMKN 1 Jenangan Ponorogo

No Tahun ajaran Bekerja Ke Perguruan Tinggi Belum terpantau

1 2009-2010 262 46 91

2 2010-2011 165 95 206

3 2011-2012 129 51 281

Pada table 1.1 di atas menunjukkan bahwa lebih banyak lulusan SMK N 1

Jenangan Ponorogo yang memutuskan untuk bekerja dibandingkan memutuskan

untuk meneruskan studi lanjut setelah lulus SMK. Untuk siswa yang belum

terpantau peneliti dengan keterbatasan waktu yang ada mencoba untuk

menghubungi 30 alumni SMK N 1 Jenangan untuk mengkonfirmasi keputusan

kariernya setelah lulus SMK. Hasilnya di dapatkan 16 lulusan telah bekerja dan

hanya 5 orang yang memutuskan untuk meneruskan studi lanjutnya dan sisanya

masih belum bekerja maupun studi lanjut. Beberapa diantara subjekpun

melakukan penundaan pilihan karier selama rata-rata kurang lebih satu tahun.

Fokus permasalahan karier yang dibahas dalam penelitian ini adalah

kelanjutan pekerjaan. Karier menurut Dariyo (2004) adalah suatu pilihan

pekerjaan yang akan ditekuni selama hidup, setiap orang dihadapkan dengan

9

berbagai pilihan yang akan dijalani guna menopang, mempertahankan maupun

meningkatkan kesejahteraan hidup.

Memutuskan karier setelah lulus dari SMA/SMK merupakan perpaduan

faktor dalam diri individu dan faktor luar individu. Faktor yang paling mendasar

dalam diri adalah konsep diri. Proses ini menunjang pelaksanaan individu untuk

menterjemahkan konsep dirinya terhadap pekerjaan. Karena itu remaja dalam

pemantapan karienya harus mempunyai konsep diri atau kemampuan dalam

menilai, memahami dirinya sendiri yang secara nyata mampu membantu

menentukan langkah pengambilan keputusan karier yang tepat (Super dalam

Santrock,2002)

Banyak perubahan dan perkembangan dalam konsep diri tentang pekerjaan

dan karier terjadi pada masa remaja dan dewasa awal. Perubahan konsep diri

dapat dimaknai dengan mereka dalam menjaga kestabilan konsep diri dan

pengambilan keputusan karier akan semakin berkembang. Konsep diri juga

menjadi faktor yang menentukan terbentuknya perilaku (behavior) dan sikap

(attitude) siswa. Artinya perilaku dan sikap karier siswa pada dasarnya

mencerminkan kondisi konsep diri yang terdapat pada siswa. Atkinson et al.

(1987) mengatakan :

“Dalam pencarian identitas pribadi, remaja mencoba mensintesiskan nilai-

nilai dan pandangan-pandangan orang-orang yang penting bagi mereka

(orang tua, guru, dan teman sebaya) untuk menjadi potret diri yang

kohesif. Jika nilai-nilai tersebut tidak konsisten, remaja mungkin

mengalami kebingungan peran, mencoba peran sosial lainnya sebelum

menentukan identitas individual”.

10

Sebagai masa transisi menuju masa dewasa, banyak hal yang harus

dipersiapkan oleh remaja. Perubahan yang terjadi pada masa ini pun sebenarnya

merupakan suatu persiapan untuk memasuki masa dewasa. Remaja dituntut untuk

mempersiapkan kemandirian, belajar bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri

tetapi juga tanggungjawab yang lebih luas, yaitu tanggungjawab kepada keluarga

dan tanggungjawab sosial sebagai anggota masyarakat. Sumber rasa

tanggungjawab adalah diri individu itu sendiri. Upaya pembinaan dari berbagai

pihak tidak akan membawa hasil bila tidak ada kesadaran atau keinginan dari

remaja itu sendiri.

Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab

pemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan dan

mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,

maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri

seseorang positif, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan

Shavelson, dalam Wicaksono, 2000). Hurlock (1999) menambahkan

bahwasanya konsep diri individu dapat menentukan keberhasilan dan

kegagalan seseorang dalam hubungannya dengan masyarakat.

Marsh (1990) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri

sendiri yaitu terdiri atas pengetahuan, harapan dan penilaian tentang diri sendiri.

Dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan karier tergantung dari

pemahaman dirinya yaitu pemahaman mengenai dirinya sendiri seperti bakat,

minat, cita-cita dan hubungan dengan karier.

11

Dengan konsep diri yang baik pada diri seseorang maka orang tersebut

akan tampil lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Sebaliknya

orang dengan konsep diri rendah akan mengalami kesulitan dalam menerima

dirinya sendiri, sering menolak dirinya serta sulit bagi mereka untuk melakukan

penyesuaian diri dengan baik.

Dalam kehidupan sehari-hari konsep diri diterapkan oleh seseorang sesuai

dengan keadaan dirinya sendiri. Misalnya seseorang yang berkonsep diri baik

dalam mengambil suatu keputusan maka ia akan mempelajari dan

mempertimbangkan kenyataan yang sesungguhnya tentang keputusan yang akan

dia ambil. Dengan kata lain orang yang mempunya konsep diri positif akan

mengambil keputusan tanpa emosional.

Manfaat yang muncul dari pengambilan keputusan yang baik adalah

ketepatan pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakatnya

sehingga seseorang akan mendapatkan rasa nyaman dalam pekerjaan yang ia

laksanakan.

Ahli psikologi (Hurlock,1999) berkeyakinan bahwa konsep diri dan

pengambilan keputusan karier mempunyai hubungan yang erat. Siswa yang dapat

mengambil keputusan karier tinggi cenderung memiliki konsep diri yang berbeda

degan siswa yang bingung dalam mengambil keputusan memanage karier. Siswa

yang memandang positif tentang dirinya akan menganggap keberhasilan sebagai

hasil jerih payahnya karena secara tidak langsung motivasi yang dimiliki juga

menjadi tinggi. Sedangkan siswa yang sulit memanage kariernya akan

memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan dan kurang

12

dapat merealisasikan cita-citanya, sehingga siswa hanya akan pasrah dengan

keadaan yang ada dan keadaan di masa depannya. Teori Donal E Super (dalam

Sukardi, 1993) menyebutkan bahwa “Teori konsep diri karir berkonsentrasi

pada makna kemampuan pribadi personal, minat, nilai-nilai, dan pilihan serta

bagaimana mereka menyatu dalam tema kehidupan”.

Penelitan terdahulu dikemukakan oleh Hartono (2010) terdapat korelasi

positif yang signifikan antara aspek pemahaman diri dan pemahaman karier secara

bersama-sama dengan kemandirian pengambilan keputusan karier siswa yang

diberi bimbingan karier berbantuan komputer, dan terdapat korelasi positif yang

signifikan antara aspek pemahaman diri dengan kemandirian pengambilan

keputusan karier siswa yang diberi bimbingan karier berbantuan computer.

Sumbangan efektif aspek pemahaman diri dan terhadap kemandirian pengambilan

keputusan karier siswa yang diberi bimbingan karier berbantuan komputer sebesar

15,8%.

Yeni Widiana (2010) ada hubungan positif yang signifikan antara konsep

diri dengan pilihan karier siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang. Cukup banyak

94,67% siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang yang memiliki konsep diri positif

dan cukup banyak 58,67% siswa kelas X SMA Negeri 9 Malang yang cukup tepat

dalam memilih kariernya.

Sedangkan Kusumaningsih (2007) melakukan penelitian tentang hubungan

antara konsep diri dengan pilihan karier kepada siswa kelas XI SMAN di kota

Malang ditemukan tidak ada korelasi yang signifikan antara konsep diri dengan

pilihan karier rxy = 0,106 dengan sig= 0,206 < 0,05. Dari beberapa penelitian di

13

atas terdapat perbedaan maka diperlukan penelitian lebih lanjut dengan subjek

yang berbeda yaitu siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Berdasarkan latar belakang inilah maka peneliti tertarik untuk meneliti dan

mengkaji “hubungan antara konsep diri dengan pengambilan keputusan

karier siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran

2013-2014”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat konsep diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan

Ponorogo Tahun ajaran 2013-2014?

2. Bagaimana tingkat pengambilan keputusan karier siswa kelas XII SMK Negeri

1 Jenangan Ponorogo Tahun ajaran 2013-2014?

3. Bagaimana hubungan antara konsep diri dengan pengambilan keputusan karier

siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo Tahun ajaran 2013-2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengukur tingkat konsep diri siswa kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan

Ponorogo Tahun Ajaran 2013-2014

2. Untuk mengukur tingkat pengambilan keputusan karier siswa kelas XII SMK

Negeri 1 Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2013-2014

3. Untuk mengukur hubungan antara konsep diri dengan keputusan karier siswa

kelas XII SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo Tahun Ajaran 2013-2014

14

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan pengetahuani dalam bidang konsep diri dan pengambilan

keputusan karier pada siswa SMK

1. Praktis

a. Untuk pembaca

Penelitian ini diharapkan menumbuhkan kesadaran para pembaca, sehingga

pembaca akan mengetahui tentang keadaan konsep diri dan hubungannya

terhadap pengambilan keputusan karier pada siswa SMK

b. Untuk SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konsep keadaan siswa SMK

Negeri 1 Jenangan Ponorogo dalam hal pemahaman diri siswa serta

pengambilan keputusan memilih kariernya.

c. Peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan acuan bagi peneliti berikutnya atau

peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam mengenai topik dengan

fokus serta setting yang lain sehingga memperkaya temuan penelitian ini.