BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/VIVI_NOVERI-kti_vivi.pdf · orang tua...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangsimtakp.uui.ac.id/dockti/VIVI_NOVERI-kti_vivi.pdf · orang tua...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sehat 2015 yang telah direncanakan oleh Departemen
Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal, yaitu masyarakat Indonesia yang
penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini senada dengan tujuan dari
Milennium Development Goals (MDGs) yang mempunyai target untuk
tercapainya kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun
2015 yaitu: menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan
dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan
perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkat kesehatan ibu,
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainya, memastikan
kelestarian lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk
pembanggunan (Yusuf, 2011).
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan fisik, psikologis, sosial dan adaptasi dari seorang wanita yang
pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita mengganggap bahwa
kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian wanita
mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya (Nevidha, 2010).
2
Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat
serta mempunyai pengaruh biologis dan kewajiban yang unik terhadap
kesehatan ibu dan bayi. Menyusui merupakan bagian terpadu dari proses
reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta
merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
(Hanifa, 2009).
Dengan pertumbuhan yang baik, diharapkan bayi tidak mengalami
berbagai masalah seperti kompliksi, jika tidak ada komplikasi yang serius
setelah bayi lahir dapat langsung diletakan di atas perut ibu, kontak segera ini
akan sangat bermanfaat baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit
dengan kulit membuat bayi tetap hangat (Nasya, 2008).
Ikatan antara orang tua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk
diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi
mengenai bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara
ibu dan anak yang berlandasan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi
orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir, berbeda
beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi emosi
maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah
pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain lain. Respon yang mereka
perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan ada juga yang negatif.
Ibu ketika masa antenatal juga harus diberi informasi mengenai respon ayah
dan keluarga terhadap kelahiran anak. Dengan begitu, ibu dapat mengantisipasi
3
jikalau respon yang diberikan ayah dari anaknya ataupun keluarga tidak seperti
yang ibu bayangkan (Rian, 2009).
Mengingat pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bounding
Attachment) antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan
masyarakat dengan hal tersebut, maka penting untuk mewujutkan kasih sayang
tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujut dari janin masih berada di
dalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa
dilakukan IMD (inisiasi menyusui dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI
yang didapatkan begitu besar juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan
anak karena sebuah kasih sayang bisa berawal dari sebuah sentuhan, dan
dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD (Safira, 2008).
Begitu banyaknya manfaat yang akan diperoleh apabila ibu melakukan
bounding attachment kepada bayinya sesegera mungkin setelah proses
persalinan. Bahkan, efek samping yang mungkin akan terjadi apabila ibu tidak
melakukan bounding attachment akan sangat mempengaruhi perkembangan
psikologis bayi selanjutnya, dikarenakan kehangatan tubuh ibu merupakan
stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. Bayi yang merasa aman
dan terlindungi, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian
hari (Fauzi, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Healht Organization (WHO)
menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama kali terhadap lama
menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusui dini dengan meletakan bayi
dengan kontak ke kulit setidaknya 1 jam, hasil nya 2 kali lebih lama disusui.
4
Selain itu dua hal penting yang tidak disadari selama ini bahwa kontak kulit
bayi dan ibu penting dan bayi segera setelah lahir dapat menyusui sendiri, dan
sekitar 75,7% bayi dapat diselamatkan bila diberikan ASI pada 1 jam pertama
setelah kelahiran (Rizki, 2008).
Hasil studi yang dilakukan oleh Utami, dkk (2004) di 18 rumah sakit
yang ada di Jakarta, Bandung dan Semarang terlihat bahwa setidaknya 11 dari
30 orang ibu nifas (36%) sudah mengerti dan melakukan Bounding attacment
sedangkan sisanya 19 orang (63%) tidak dilakukan dengan alasan persalinanya
dengan caesar.
Pada saat ini Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di
Indonesia masih sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain,
maka Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 15 kali angka kematian di
Negara-negara lain. Untuk daerah Provinsi Aceh AKI tahun 2009 sebesar 200
kasus dari 100.000 kalahiran hidup dan Angka Kematian Perinatal adalah 20
per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Indonesia bervariasi dari
yang paling rendah, yaitu 130 per 100.000 kelahiran hidup. Variasi ini antara
lain disebabkan oleh perbedaan norma, nilai, lingkungan, dan kepercayaan
masyarakat, di samping intrastruktur yang ada. Suatu hal yang penting lainya
adalah perbedaan kualitas pelayanan kesehatan pada setiap tingkat pelayanan
(Depkes RI, 2004).
Dari hasil survey yang dilakukan Dinas Kesehatan Propinsi Aceh
terhadap klinik bersalin ibu dan anak di daerah Blang Padang Banda Aceh,
diketahui bahwa masih banyak ibu-ibu yang kurang mengerti tentang Bounding
5
attachment itu sendiri. Dimana rata-rata per bulan cakupan ibu yang
malakukan bounding attachment belum mencapai separuh dari 30 orang yang
di survey baru 10 orang yang melakukan bounding attachment sedangkan
sisanya 20 orang belum melakukan bounding attachment. Namun cakupan
pelaksanaan tersebut dapat berjalan dan tercapai jika ada mahasiswa yang
melaksanakan praktek kebidanan (Anisa, 2010).
Berdasarkan survey awal yang penulis lakukan di BPS YUNIAR
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 didapatkan bahwa 4 dari 5 ibu hamil
masih tidak mengerti tentang yang dinamakan Bounding Attachment ataupun
kontak dini kulit bayi dengan kulit ibunya. Berdasarkan hal tersebut peneliti
tertarik untuk meneliti judul “Pengetahuan ibu hamil tentang bounding
attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar belakang masalah,
program Bounding Attachment belum sepenuhnya dilaksanakan hal ini
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu hamil terhadap pentingnya kontak dini
antara ibu dan bayi, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bounding
Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar “.
6
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS Yuniar Blang
Bintang Kabupaten Aceh Besar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pengertian
bounding attachmen.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang element-element
bounding attachment.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan
upaya meningkatkan bounding attacment
d. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding
attachment
e. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan
bounding attachment
D. Manfaat Penelitian.
1. Untuk masyarakat
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
masyarakat, khususnya ibu hamil sehingga memotivasi para ibu hamil
untuk segera melakukan bounding attachment saat kelahiran bayinya.
7
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam pelayanan kesehatan khususnya,
pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
3. Bagi Institusi Pendidikan (Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan
perpustakaan dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan
mahasiswi kabidanan U’Budiyah Banda Aceh.
4. Bagi Peneliti
Hasil Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk bekal dalam
melanjutkan pendidikan kebidanan selanjutnya, serta dapat
menerapkannya kepada pasien.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bounding Attachment
1. Pengertian
Bounding attachment merupakan suatu hubungan yang berawal dari
saling mengikat diantara orangtua termasuk orangtua dan anak, ketika
pertama kali bertemu (Nova, 2009).
Bounding attachment yaitu interaksi orang tua dan bayi secara nyata,
baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam pertama
segera setelah lahir (Rizki, 2008).
Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat satu
sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran.
Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk
memperat rasa kekeluargaan. Konntak dini antara ibu, ayah dan bayinya
disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak mata, dan
aroma. Bounding yaitu dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara
orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin
antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi
dan fisiik yang akrab (Siregar, 2010).
Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan
afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir,
attachment: adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu (Rini, 2010).
9
Bounding yaitu terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak
awal kehidupan, Attachment: pencurahan kasih sayang di antara orang-
orang seperti orang tua dan anak pada pertemuan pertama. Bounding
Attachment yaitu suatu usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu
proses yang saling merespon antara orang tua dan bayi lahir (Widiawati,
2009).
Bounding Attachment adalah orang tua mampu menciptakan ikatan
emosional kuat dengan anak akan lebih mudah membentuk karakter anak
dan mengisinya dengan nilai-nilai baik. Bounding memberikan rasa aman
pada anak yang bisa dipupuk melalui kontak fisik atau juga tatapan penuh
kasih sayang ( Rohani dkk,2011).
Seorang ibu yang mampu menciptakan ikatan emosional yang kuat
dapat membentuk anak lebih bersikap empati dan memiliki penguasa diri
yang baik sehingga mudah di bentuk dan diberi nilai-nilai yang baik.
Lingkungan stres dan penuh dengan tekanan akan mempengaruhi
kepribadian anak. Umumnya anak akan berkembang menjadi pribadi yang
skeptis (Rohani dkk,2011).
Menurut Rohani, dkk (2011) manfaat bounding attachment bagi
psikologis ibu antara lain sebagai berikut:
a. Ibu menjadi lebih percaya diri.
b. Ibu menjadi lebih sensitif/peka terhadap pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
c. Ibu dapat membaca isyarat-isyarat dari bayi.
10
d. Ibu dapat merespon bayi sesuai dengan institusinya.
e. Ibu dapat mengendalikan temperamen bayi.
f. Ibu dapat membentuk anak yang disiplin.
Menurut Rohani, dkk (2011) manfaat bagi bayi antara lain sebagai
berikut:
a. Bayi akan lebih merasa percaya diri.
b. Bayi merasa lebih kompeten.
c. Pertumbuhan lebih baik.
d. Bayi lebih mudah mempelajari bahasa.
e. Bayi akan belajar memberi dan menerima cinta.
2. Elemen-Elemen Bounding Attachment
Menurut Ramadhan (2011), menyatakan bahwa elemen-elemen
bounding attachment, antara lain:
a. Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh
orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi
baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya.
b. Kontak mata, ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan
lebih banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu
mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka merasa lebih
dekat dengan bayinya.
11
c. Suara, saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan
bayinya juga penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya
dengan tenang.
d. Aroma, ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik.
Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu
ibunya.
e. Entrainment, bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur
pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki,seperti sedang berdansa mengikuti
nada suara orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara.
Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif.
f. Bioritme, anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada
dengan ritme alamiah ibunya.Untuk itu, salah satu tugas bayi baru
lahir ialah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan
dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan
bayi untuk belajar.
g. Kontak dini saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan
bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk
hubunggan orang tua dan anak.
h. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Yang Baru Lahir
12
Kelahiran anggota keluarga baru dalam sebuah keluaga merupakan
satu hal yang membawa perubahan terhadap anggota keluarga lainnya.
Mereka beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap bayi yang baru
dilahirkan. Berbagai perasaan dan tingkah laku mengalami perubahan, ada
yang makin bahagia dengan kehadiran bayi namun tidak sedikit juga yang
mengingkarinya. Sikap dan perasaan anggota keluarga tersebut akan
membawa pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi itu
nantinya. Akan tetapi sebelum menghadapi respon terhadap bayi baru
lahir, orang tua akan melalui suatu proses untuk menjadi orang tua.
Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu
ikatan antara ibudan bayinya. Pada saat bayi dilahirkan adalah saat yang
sangat menakjubkan bagi seorang ibu ketika ia dapat melihat, memegang
dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali. Dan masa tenang
setelah melahirkan disaat ini ibu merasa rileks, memberikan peluang ideal
untuk memulai pembentukan ikatan batin. Seorang bayi yang baru lahir
mempunyai kemampuan yang banyak misalnya bayi dapat mencium,
Merasa, mendengar dan melihat. Kulit mereka sangat sensitive terhadapt
suhu dan sentuhan dan selama satu jam pertama setelah melahirkan
mereka sangat wasapada dan siap untuk mempelajari dunia baru mereka.
3. Prinsip-Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
Menurut Utami (2008), menyatakan bahwa adapun prinsip-prinsip
dan upaya meningkatkan bounding attachment yaitu:
a. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
13
b. Sentuhan orang tua pertama kali.
c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke
anak.
d. Kesehatan emosional orang tua.
e. Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan.
f. Persiapan PNC sebelumnya.
g. Adaptasi.
h. Tingkat kemampuan, komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
i. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membantu dalam memberi
kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta memberi rasa
nyaman.
j. Fasilitas untuk kontak lebih lama.
k. Penekanan pada hal-hal positif.
l. Perawat maternitas khusus (bidan).
m. Libatkan anggota keluarga lainya/dukungan sosial dari keluarga, teman
dan pasangan.
n. Informasi bertahap mengenai bounding attachment.
4. Manfaat Bounding Bagi Perkembangan Bayi.
a. Rasa percaya diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan
keyakinan bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya
perhatian orang tua yang stabil, membuat anak belajar percaya pada
orang lain.
14
b. Kemampuan membina hubungan yang hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua menjadi pelajaran
baginya untuk kelak diterapkan dalam kehidupan setelah dewasa.
Kelekatan yang hangat akan menjadi tolak ukur dalam membentuk
hubungan dengan teman hidup dan sesamanya. Namun, hubungan yang
buruk menjadi pengalaman traumatis baginya sehingga menghalangi
kemampuan membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang
lain.
c. Pertumbuhan intelektual dan psikologi.
Bentuk kelekatan yang terjalin kelak akan mempengaruhi
pertumbuhan fisik, intelektual dan kongnitif, serta perkembangan
psikologis anak.
5. Hambatan Bounding Attachment.
Namun, adapun hambatan bounding attachment menurut fauzi (2010),
yaitu:
a. Kurangnya support sistem.
b. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
c. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
d. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
e. Cara melakukan bounding attachment.
6. Cara Melakukan Bounding Attachment
Cara melakukan bounding attachment menurut Simanjuntak (2007)
ada bermacam-macam antara lain :
a. Pemberian ASI Eklusif
15
Dengan dilakukanya pemberian ASI secara eklusif segera setelah
lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya
yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
b. Rawat gabung
Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat(early infant motherbounding)
akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya, karena kehangatan tubuh
ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan, oleh bayi. Bayi
yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa
percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI eklusif, ibu
merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak
dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi
ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis, Ibu akan merasa
bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah
bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
c. Kontak mata
Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,
merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan
menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali
dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk
dapat melihat pada orang tuanya.
16
d. Inisiasi dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu, ia
akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi
dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
e. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak
Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang
tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan
yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat
bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.
f. Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan
Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan
faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya
dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat /
dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang
penuh kepada bayinya.
g. Kedekatan orang tua ke anak
Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak
dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin
trwujud diantara keduanya.Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan
anak, jenis kelamin).Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota kelurga
yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai
dengan yang diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi
lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah
17
melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam
proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik
h. Kesesueain antara orang tua dan anak ( keadaan anak, jenis kelamin).
Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang kain
ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang
diharapkan. Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih
dekatdibanding dengan anggota keluarga yang lain karena setelah
melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis dalam
proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
7. Faktor yang mempengaruhi Bounding attachment yang terkait dengan
ibu
a. Usia atau tingkat paritas ibu.
Usia ibu dihubungkan dengan peningkatan sisiko kondisi fisik yang
mungkin berpengaruh pada kemampuan ibu membangun suatu hubungan
dengan bayi yang baru dilahirkanya. Sementara itu, paritas ibu
dihubungkan dengan pengalaman ibu memiliki anak.
b. Kesehatan ibu
Kesehatan fisik dan pisikologis ibu akan berpengaruh pada prilaku
kelekatan. Ibu yang memiliki masalah pada kesehatan fisiknya tidak akan
memiliki kekuatan untuk membangun hubungan atau ikatan dengan bayi
yang baru dilahirkanya. Begitu pula pada ibu yang memiliki masalah pada
psikologisnya, ia tidak akan merespon isyarat yang dilontarkan bayi
dengan baik.
18
c. Konsep diri
Konsep diri ibu atau bagaimana perasaan ibu tentang dirinya dapat
mempengaruhi adaptasi dengan peran barunya dan evaluasi diri dalam
prilaku menjadi orang tua.
d. Budaya
Latar belakang budaya dapat mempengaruhi bagaimana perilaku dan
interaksi ibu dengan bayi baru lahirnya pada periode postpartum.
e. Dukungan sosial
Dukungan dari ayah terhadap bayi dan dari keluarga berhubungan
dengan rendahnya tingkat stres ibu dan besarnya perasaan bahwa ibu
mampu menjadi orang tua (priedman, 1998). Hubungan sosial dengan
keluarga dan teman merupakan aspek yang penting dalam periode
postpartum.
f. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi sering dihubungkan dengan tingkat
pendidikian ibu, materi dan sumber emosional ibu yang dapat menjadi
stressor saat menjadi orang tua. Pengalaman hidup dan pendidikan
mempengaruhi pengetahuan ibu mengenai bagaimana perawatan bayi dan
kesehatanya (Friedman, 1998).
g. Pengalaman persalinan
Pengalaman persalinan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Kontak dini dengan bayinya.
19
2. Pengalaman yang positif pada saat perslinan.
3. Besarnya dukungan fisik dan emosi selama persalinan.
4. Besarnya konsep diri yang positif.
5. Kesehatan bayi pada waktu lahir.
6. Sedikitnya komplikasi selama persalinan.
7. Hasrat untuk melahirkan anak.
8. Cara membangun Bounding Attsachment
Pakar perkembangan Dr. Ratna Megawangi mengatakan bahwa ikatan
ibu dan anak haruslah di bentuk sejak dalam kandungan. Oleh karena itu,
selama kehamilan berlangsung, sebaiknya ibu melakukan interaksi tersebut
selama masa kehamilan sembilan bulan terjadi proses penyatuan sempurna
antara ibu dan janin (uroboric state). Kehadiran ibu dapat mengisi
kekurangan saat proses pembentukan kepribadian anak. Jadi, fase ini menjadi
masa penting dalam membentuk kelekatan antara ibu dan anak.
Oleh karena itu. Dibutuhkan kelekatan ikatan ibu dan anak saat
mengandung sebagai pembentuk kebiasaan sosial anak, misalnya dengan hal-
hal tersebut.
a. Memberikan perhatian pada janin misalnya dengan mengelus perut.
b. Menjaga kondisi psikologis agar selalu dalam keadaan tenang,selalu
berpikir positif.
c. Mendengarkan syair, lagu-lagu lembut, atau membaca ayat-ayat suci.
Menurut Varney (2004), kontak dini sesaat setelah melahirkan dapat
dilakukan dengan cara meletakan bayi di atas perut ibu sehingga ibu dapat
20
langsung menyentuh bayinya.Tanda kelekatan yang positif antara orang tua
dan bayinya antara lain sebagai berikut :
1. Memegang bayi ketika memberi makan.
2. Menjalin kontak mata dengan bayi.
3. Berbicara dan bersenandung dengan bayi.
4. Mengenali karakteristik fisik untuk mengagumi bayinya.
5. Mengartikan tingkah laku bayi, diantaranya refleks grasp (memegang ke
jari).
6. Memperkenalkan bayi dengan namanya.
7. Tidak bingung dengan kotoranya.
8. Membelai dan memijat bayi agar bayi diam dan tenang.
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengideraan suatu objek
tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa dan raba. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indera penglihatan,
21
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia
melalui telinga dan mata (Notoatmodjo, 2005).
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta
dari suatu kenyataan yang sedang di pelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun
lingkungannya.Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia
dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai
suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat
mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan diperoleh dari
pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Jadi pengetahuan adalah
hasil dari tahu. Dengan demikian pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
2. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan dominat yang sangat penting
dalam pembentukan tindakan seseorang (over behavior). Menurut
Notoatmodjo (2007), tingkat pengetahuan dalam dominat mempunyai 6
tingkat, yaitu :
a. Tahu (know)
22
Tahu diartikan sebagai mengigatsuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembalii suatu yang spesifik seluruh badan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima.
a. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengiterprestasikan materi tersebut secara benar.
b. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
c. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain.
d. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyususn formulasi-formulasi yang ada.
e. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
23
tersebut berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut (Notoadmodjo, 2005) pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin di ukur dari subjek atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur sesuai dengan
tingkat-tingkat tersebut, seperti orang yang pengetahuannya tinggi lebih
sering memanfaatkan tenaga kesehatan sedangkan orang
pengetahuannya rendah lebih sedikit yang memanfaatkan tenaga
kesehatan. Dengan katagori :
Pengetahuan baik : Bila> 75% jika jawaban benar
Pengetahuancukup : Bila 60-75% jika jawaban benar
Pengetahuan kurang : Bila<60% jika jawaban benar
24
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka konsep
Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan
teori yang disesuaikan dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai,
yakni sesuai dengan apa yang telah di tulis dalam rumusan masalah. Kerangka
konsep dalam penelitian ini menurut Notoatmodjo (2007) dapat digambarkan
sebagai beriku :
Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Bounding
Attachmant
- Pengertian Bounding
Attachmant
- Element-element
Bounding Attachmant
- Prinsip-prinsip dan Upaya
Meningkatkan Bounding
Attachment
- Hambatan Bounding
Attachment
- Cara melakukan Bounding
Attachmant
25
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Cara Ukur Alat Ukur Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 Pengetahuan
ibu hamil
tentang
bounding
attachment
Semua hal yang
diketahui atau
dimengerti oleh ibu
hamil tentang,
Pengetian elemen-
elemen,prinsip-prinsip
dan upaya
peningkatan,hambatan
,dan cara melakukan
bounding attachment
Menyebarkan
kuesioner berisi 20
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinall
1 Pengertian
bounding
attachment
Segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu
hamil tentang makna
dari kontak dini
Menyebarkan
kuesioner berisi 4
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤ 60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
2 Elemen-
elemen
bounding
attachment
Segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu
hamil tentang bagian-
bagian dari kontak
dini
Menyebarkan
kuesioner berisi 4
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤ 60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
26
3 Prinsip-prinsip
dan upaya
meningkatkan
bounding
attachment
Segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu
hamil tentang
langkah-langkah
ataupun usaha yang
dilakukan untuk
melakukan kontak
dini
Menyebarkan
kuesioner berisi 4
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤ 60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
4 Hambatan
bounding
attachmnet
Segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu
hamil trimester III
tentang segala sesuatu
yang diketahui oleh
ibu hamil tentang
kendala dalam
melakukan kontak
dini
Menyebarkan
kuesioner berisi 4
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤ 60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
5 Cara
melakukan
bounding
attachment
Segala sesuatu yang
diketahui oleh ibu
hamil tentang cara
melakukan kontak
dini
Menyebarkan
kuesioner berisi 4
pertanyaan :
-Baik bila ≥ 75%
-Cukup bila 60-75%
-Kurang bila ≤ 60%
Kuesioner Baik
Cukup
Kurang
Ordinal
27
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan pendekatan rancangan penelitian cross sectional yaitu untuk
mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di
BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar tahun 2013. Penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan mengambarkan tentang
keadaan tertentu secara objektif (Notoatmodjo, 2007).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil
yang datang memeriksa kehamilanya di BPS Yuniar Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar.
2. Sampel
Sampel diambil dengan tehnik accidental sampling yaitu
penentuan sampel berdasarkan kebutulan yang berkunjung di BPS Yuniar
berjumlah 30 orang.
C. Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh
Besar tahun 2013.
28
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 31 Juli s/d 06 Agustus 2013
D. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah berbentuk data primer dengan cara
penyebaran kuesioner pada responden untuk mendapatkan informasi yang
ingin diketahui tentang pengetahuan ibu hamil tentang Bounding Attachment.
Jika benar skor nya : 1 dan jika salah skor nya : 0 Sedangkan data sekunder
adalaah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan
informasi (keterangan) dari objek yang diteliti. Biasanya data tersebut dari
tangan kedua seperti instansi-instansi penelitian-penelitian jurnal dan lain-lain.
E. Instrumen Penelitian
Sebagai alat untuk mengumpulkan data penelitian ini menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan, terdiri dari 4 pertanyaan tentang
bounding attachment, 4 pertanyaan tentang elemen-elemen bounding
attachment,4 pertanyaan tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan
bounding attachment, 4 pertanyaan tentang hambatan bounding attachment,
dan 4 pertanyaan tentang cara melakukan bounding attachment.
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Pengolahan data
Menurut Budiarto (2003) data yang telah terkumpul di olah dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
29
a. Editing
Dilakukan pengecekan terhadap data-data yang telah ada, bila terdapat
kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dan
dilakukan pendataan ulang.
b. Coding
Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberikan kode untuk mempermudah
pengolah data.
c. Tabulating
Memasukkan data yang diperoleh kedalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
d. Transferring
Yaitu memindahkan data coding ke dalam tabel yang di susun secara
berurutan mulai dari responden pertama hingga responden terakhir.
G. Analisa Data
Penelitian bersifat deskriptif yaitu tidak menggunakan uji statistik tetapi
hanya berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Menurut Budiarto (2003), Rumus persentase yang digunakan adalah :
P =
x 100%
Keterangan :
P = Presentase
f = Frekuensi
n = Jumlah Responden
30
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
BPS. Yuniar, SST Berada di jalan Krueng Lingka Desa Cot Nambak
Kecamatan Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar dengan luas wilayah 150 M2
dan luas tanah 1,325 Ha, :
Jenis Pelayanan yang diberikan di BPS Yuniar Meliputi pemeriksaan
kehamilan, persalinan KB, Imunisi dan berobat umum, adapun rincian jumlah
ruang yang ada di BPS Yuniar Meliputi 1 ruang kartu, 1 ruang pemeriksaan,
2 kamar bersalin,1 kamar bidan jaga, 1 ruang pencegahan infeksi dan 1 kamar
kecil. Jumlah responden yang berkunjung di BPS Yuniar sebanyak 5 orang.
Ditinjau daris segi geografisya Tempat BPS Yuniar di Blang Bintang
dibatasi dengan :
1. Sebelah utara : Berbatasan dengan Desa Cot Hoho
2. Sebelah timur : Berbatasan dengan Desa Cot Mancang
3. Sebelah barat : Berbatasan dengan Desa Cot Jambo
4. Sebelah selatan : Berbatasan dengan Desa Cot Seunong
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengumpulan data yang peneliti lakukan dengan cara
menyebarkan kuesioner pada tanggal 31 Juli sampai 06 Agustus tahun 2013
dengan jumlah responden sebanyak 30 orang didapat hasil sebagai berikut :
31
1. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian
Bounding Attachment
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bounding
Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
6
15
9
20
50
30
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden, dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment
di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%), dan
yang berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (20%).
b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian
Bounding Attachment
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian
Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No Pengertian Frekuensi Persentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
7
19
4
23,3
63,3
13,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
32
Berdasarkan tabel 5.2 dari 30, responden dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian bounding
attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 19
responden (63,3%), dan berpengertian baik sebanyak 4 responden
(13,3%).
c. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Elemen-Elemen
Bounding Attachment
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Elemen-
Elemen Bounding Attachment di BPS Yuniar
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No Elemen-Elemen Frekuensi Persentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
6
7
17
20
23,3
56,7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 respoden dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang elemen-elemen
bounding attachment di BPS Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013 mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17
responden (56,7%). dan yang berelemen-elemen baik sebanyak 6
responden (20%)
33
d. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Prinsip-Prinsip
dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Prinsip-
Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten
Aceh Besar Tahun 2013
No Upaya
Meningkatkan
Frekuensi Persentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
3
10
17
10
33,3
56,7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.4 dari 30 responden, dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan
upaya meningkatkan bounding attachment di BPS Yuniar Blang
Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori
kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%).dan yang berupa
meningkat baik sebanyak 3 responden (10%)
e. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hambatan
Bounding Attachment
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hambatan
Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar
No Hambatan Frekuensi Persentase(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
7
15
8
23,3
50
36,7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
34
Berdasarkan tabel 55 dari 30 responden, dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding
attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 15
responden (50,7%), dan yang berhambatan baik sebanyak 7
responden (23,3).
f. Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Tentang Cara Melakukan Bounding
Attachment
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Ibu Hamil Tentang Cara Melakukan
Bounding Attachment di BPS Yuniar Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
No Cara Melakukan Frekuensi Persentase
(%)
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
3
14
13
10
46,7
43,3
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer (diolah 2013)
Berdasarkan tabel 5.6 dari 30 responden, dapat menunjukan
bahwa frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan
bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh
Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 14
responden (46,7%), dan yang cara melakukan baik sebanyak 3
responden (10%).
35
C. Pembahasan
1. Pengetahuan Bounding Attachment
Berdasarkan tabel 5.1 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa
frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang bounding attachment di BPS
Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada
kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%) dan yang
berpengetahuan baik sebanyak 6 responden (20%).
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak
antara ibu-ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih. Parmi (2000), suatu
usaha untuk memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling
merespon antara orang tua dan bayi lahir. Perry (2002), bounding: proses
pembentukan attachment atau membangun ikatan, attachment, suatu ikatan
khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk
dalam hubungan orang tua dan bayi. Subroto (cit Lestari, 2002), sebuah
peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang
tua dan bayi. Maternal dan Neonatal Health: adalah kontak dini secara
langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan, dimulai pada kala III
sampai dengan post partum. Harfiah, bounding: ikatan; attachment:
sentuhan.
Peneliti berasumsi pengetahuan ibu nifas tentang bounding attachment
tinggi, hal ini terlihat dari tingginya pengetahuan ibu nifas tentang, elemen-
elemen bounding attachment, upaya meningkatkan bouding attatcment,
hambatan bouding attatcment dan cara yang melakukan, attachment.
36
2. Pengertian Bounding Attachment
Berdasarkan tabel 5.2 dari 30, responden dapat menunjukan bahwa
frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang pengertian bounding attachment
di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,3%), dan
berpengertian baik sebanyak 4 responden (13,3%).
Menurut Siregar (2010). Attachment adalah suatu perasaan kasih
sayang yang meningkat satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan
memerlukan kesabaran. Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina
setiap saat untuk memperat rasa kekeluargaan. Konntak dini antara ibu, ayah
dan bayinya disebut bounding attachment melalui touch/sentuhan, kontak
mata, dan aroma. Bounding yaitu dimulainya interaksi emosi sensorik fisik
antara orang tua dan bayi segera setelah lahir, attachment: ikatan yang
terjalin antara individu yang meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan
emosi dan fisiik yang akrab.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden tentang pengertian
bounding attachment rendah mungkin karena disebabkan oleh kurangnya
informasi yang diperoleh responden, sehingga pengetahuan responden
tentang pengertian bounding attachment.
3. Elemen-Elemen Bounding Attachment
Berdasarkan tabel 5.3 dari 30 respoden dapat menunjukan bahwa
frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang elemen-elemen bounding
attachment di BPS Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013
37
mayoritas pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 responden (56,7%). dan
yang berelemen-elemen baik sebanyak 6 responden (20%)
Menurut Ramadhan,(2011) yang menjadi elemen-elemen bounding
attachment adalah Sentuhan-sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara
ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk
mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan
ujung jarinya, Kontak mata, ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional
mempertahankan kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih
banyak waktu untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan
melakukan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya, Suara,
saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tenang,
Aroma, ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik.
Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu
ibunya.
Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu nifas tentang elemen
bounding attachment tinggi karena dipengaruhi oleh adanya informasi yang
diperoleh ibu, selain itu pengetahuan danpendidikan ibu juga dapat
mempengaruhi pengetahuan ibu.
4. Prinsip-Prinsip Upaya Meningkatkan Bounding Attachment
Berdasarkan tabel 5.4 dari 30 responden, dapat menunjukan
bahwafrekuensi pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya
meningkatkan bounding attachment di BPS Yuniar Blang Bintang
38
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas pada kategori kurang yaitu
sebanyak 17 responden (56,7%).dan yang berupaya meningkat baik
sebanyak 3 responden (10%)
Menurut utami (2010) menyatakan bahwa adapun prinsi-prinsip dan
upaya meningkatkan bounding attachment : Dilakukan segera (menit
pertama jam pertama), Sentuhan orang tua pertama kali, Adanya ikatan yang
baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak, Kesehatan
emosional orang tu, Terlibat pemberian dukungan dalam proses persalinan,
Persiapan PNC sebelumnyaz, Adaptasi, Tingkat kemampuan, komunikasi
dan keterampilan untuk merawat anak, Kontak sedini mungkin sehingga
dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa
sakit ibu, serta memberi rasa nyaman, Fasilitas untuk kontak lebih lama,
Penekanan pada hal-hal positif.
5. Hambatan Bounding Attachment
Berdasarkan tabel 55 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa
frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang hambatan bounding attachment di
BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 mayoritas
pada kategori cukup yaitu sebanyak 15 responden (50,7%), dan yang
berhambatan baik sebanyak 7 responden (23,3).
Menurut Fauzi (2010) faktor-faktor yang hambatan bounding
attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :
1)Kurang support system, 2) Ibu resiko (ibu sakit), 3. Bayi dengan resiko
(bayi premature, bayi sakit dengan cacat fisik), 4). Kehadiran bayi yang
39
tidak di inginkan. Dan Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother
bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan, oleh bayi.
Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa
percaya diri dikemudian hari.
Menurut asumsi hambatan-hambatan yang tesebut di atas harus dapat
diatasi oleh ibu hamil agar tidak menghambat jalannya proses bounding
attacmant dengan meminimliskan hambatan yang tersebut diatas, maka ibu
hamil dapat menerapkan bounding atachmant sedini mungkin dengan
bayinya.
6. Cara Melakukan Bounding Attacment
Berdasarkan tabel 5.6 dari 30 responden, dapat menunjukan bahwa
frekuensi pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan bounding
attachment di BPS Yuniar Blang Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun
2013 mayoritas pada kategori cukup yaitu sebanyak 14 responden (46,7%),
dan yang cara melakukan baik sebanyak 3 responden (10%).
Menurut simanjuntak (2007) cara melakukan bounding attachment
deengan adanya Dengan dilakukanya pemberian ASI secara eklusif segera
setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan
ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia. Setelah bayi lahir, dengan segera bayi
ditempatkan diatas ibu, ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya.
40
Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.
Dukungan dari keluarga.
Peneliti berasumsi faktor pendukung bounding attachment pada ibu
hamil mendukung karena selain ada nya informasi yang diterima responden,
tetapi juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan juga adanya
dukungan dari keluarga.
41
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BPS YUNIAR Blang
Bintang Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013, dengan jumlah 30 responden
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu hamil tentang Bounding Attachment berada pada kategori
cukup yaitu sebanyak 15 responden (50%) ). dan yang berpengertian
kurang sebanyak 9 responden (30), dan yang berpengetian baik sebanyak 6
responden (20%).
2. Pengetahuan ibu hamil tentang pengertian Bounding Attachment berada
pada kategori cukup yaitu sebanyak 19 responden (63,3%) ). dan yang
berpengertian baik sebanyak 4 responden (13,3%),
3. Pengetahuan ibu hamil tentang elemen- elemen Bounding Attachment
berada pada kategori kurang yaitu sebanyak 17 (56,7%), dan yang
berlemen-elemen baik sebanyak 6 responden (20%).
4. Pengetahuan ibu hamil tentang prinsip-prinsip dan upaya meningkatkan
Bounding Attachment berada pada kategori kurang sebanyak 17 responden
(56,7%), dan yang berupa meningkatkan baik sebanyak 3 responden (10%).
5. Pengetahuan ibu hamil tentang hambatan Bounding Attachment berada
pada kategori cukup sebanyak 15 responden (50%), dan yang berhambatan
baik sebanyak 7 responden (23,3%).
42
6. Pengetahuan ibu hamil tentang cara melakukan Bounding Attachment
berada pada kategori cukup sebanyak 14 responden (54,7%), dan yang cara
melakukan baik sebanyak 3 responden (10%).
B. Saran
Adapun saran dalam penelitian ini adalah :
5. Untuk masyarakat
Diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat,
khususnya ibu hamil sehingga memotivasi para ibu hamil untuk segera
melakukan bounding attachment saat kelahiran bayinya.
6. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi yang
lebih luas kepada masyarakat tentang pentingnya bounding attachment dan
bagaimana cara melakukan bounding attachment yang tepat.
7. Bagi Institusi Pendidikan (Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh)
Diharapkan KTI ini dapat menjadi informasi tambahan bagi
pembaca, dan instansi sebaiknya dapat menyediakan buku bacaan yang
berhubungan dengan bounding attachment yang lebih komplit lagi.
8. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian
yang lebih luas lagi mengenai bouding attachment dengan variabel yang
berbeda.
43