BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia jurnalistik tentu kita mengenal kegiatan yang dinamakan dengan reportase, yakni kegiatan melaporkan suatu peristiwa. Dulu kegiatan reportase hanya dilakukan oleh seseorang yang berprofesi sebagai wartawan dan tergabung dalam sebuah industri media massa. Namun kini seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang demikian berkembang dari waktu ke waktu, terutama sejak kemunculan internet sekitar tahun 1990-an (Burke,2006:393), siapapun dapat melakukan kegiatan reportase, tanpa harus menjadi seorang wartawan. Adanya akses dan aplikasi yang kian mudah menunjang terwujudnya masyarakat baru yang lebih kreatif, inovatif, dan produktif. Masyarakat mulai menempatkan kebutuhan akan informasi sebagai suatu hal yang penting dan tidak dapat dikesampingkan. Kemajuan teknologi dan informasi serta perkembangan masyarakat dalam menempatkan pentingnya kebutuhan informasi membawa pada suatu fenomena yang disebut dengan citizen journalism. Dalam bukunya, Nurudin (2009:215) menjelaskan citizen journalism disebut juga dengan istilah participatory journalism, netizen, open source journalism, dan grassroot journalism. Pengertian dari citizen journalism sendiri adalah keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu. Dimana para penulis berasal dari semua kalangan, tanpa memandang latar belakang pendidikan, keahlian dapat merencanakan, menggali, mencari, mengolah serta melaporkan informasi yang berupa tulisan, gambar, foto, tuturan maupun video kepada orang lain. Dalam kegiatan citizen journalism siapapun dapat menjadi seorang wartawan.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia jurnalistik tentu kita mengenal kegiatan yang dinamakan dengan reportase,

yakni kegiatan melaporkan suatu peristiwa. Dulu kegiatan reportase hanya dilakukan oleh

seseorang yang berprofesi sebagai wartawan dan tergabung dalam sebuah industri media massa.

Namun kini seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang demikian

berkembang dari waktu ke waktu, terutama sejak kemunculan internet sekitar tahun 1990-an

(Burke,2006:393), siapapun dapat melakukan kegiatan reportase, tanpa harus menjadi seorang

wartawan. Adanya akses dan aplikasi yang kian mudah menunjang terwujudnya masyarakat baru

yang lebih kreatif, inovatif, dan produktif. Masyarakat mulai menempatkan kebutuhan akan

informasi sebagai suatu hal yang penting dan tidak dapat dikesampingkan.

Kemajuan teknologi dan informasi serta perkembangan masyarakat dalam menempatkan

pentingnya kebutuhan informasi membawa pada suatu fenomena yang disebut dengan citizen

journalism. Dalam bukunya, Nurudin (2009:215) menjelaskan citizen journalism disebut juga

dengan istilah participatory journalism, netizen, open source journalism, dan grassroot

journalism. Pengertian dari citizen journalism sendiri adalah keterlibatan warga dalam

memberitakan sesuatu. Dimana para penulis berasal dari semua kalangan, tanpa memandang

latar belakang pendidikan, keahlian dapat merencanakan, menggali, mencari, mengolah serta

melaporkan informasi yang berupa tulisan, gambar, foto, tuturan maupun video kepada orang

lain. Dalam kegiatan citizen journalism siapapun dapat menjadi seorang wartawan.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Citizen journalism sebenarnya sudah berkembang sejak lama namun perkembangan blog

yang ada di Indonesia semakin menguatkan keberadaannya. Sebab, melalui media tersebut

citizen journalism dapat menemukan bentuk aslinya. User (pengguna) yang berasal dari semua

kalangan dapat menulis dan mengunggah tulisan mereka secara bebas tanpa sensor melalui akun

blog mereka (Nurudin,2010:70). Perkembangan blog di Indonesia sendiri memang kalah cepat

jika dibandingkan dengan luar negeri, citizen journalism dengan menggunakan blog mulai

populer sekitar tahun 2005 sejalan dengan semakin banyaknya pengguna internet (Nana Suryana

Dalam Jurnal Observasi Vol.5, No.1, 2007:73)

Internet yang semakin mudah diakses dan diaplikasikan oleh masyarakat mendorong

mereka untuk melakukan semua fungsi jurnalistik, mulai dari merencanakan liputan, meliput,

menuliskan hasil liputan, mengedit dan kemudian menyiarkannya lewat weblog atau blog.

Kehadiran blog menjadikan kegiatan publikasi yang dulunya hanya dikuasai oleh media massa,

kini dapat dilakukan oleh siapapun yang memiliki akses jaringan internet.

Sebelum fenomena citizen journalism berkembang, masyarakat adalah sosok audience

yang hanya menjadi penerima informasi atau pemberitaan dari mainstream media, namun

dengan kehadirannya saat ini publik tidak hanya menjadi objek namun juga menjadi subjek

berita. Masyarakat dapat menjadi produsen informasi dan kemudian membaginya dengan orang

lain dengan menggunakan mainstream media maupun media yang mereka miliki. Adanya

kecanggihan teknologi internet yang multifungsi masyarakat tidak hanya dapat memuat

informasi berupa tulisan saja, akan tetapi berbagai jenis data data berbentuk grafik, gambar, foto,

maupun video, semua dapat ditampilkan dalam sebuah blog atau weblog, yang terkoneksi dengan

jaringan internet.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Kecepatan dan aktualitas serta akurasi dalam praktik Citizen Journalism yang dilakukan

oleh masyarakat non wartawan dapat dikatakan tidak kalah dengan mereka yang memang

berprofesi sebagai wartawan. Seseorang yang merekam maupun menuliskan suatu kejadian

kemudian menguploadnya melalui blog di internet bisa disebut dengan “wartawan”, meskipun

bukan seorang wartawan (Nurudin, 2010:3). Wartawan mainstream media kemungkinan tidak

selalu tepat ketika mendokumentasikan suatu peristiwa. Namun dengan keberadaan citizen

journalist, sebutan untuk pelaku citizen journalism, yang tersebar di seluruh pelosok nusantara

memungkinkan informasi yang belum terjangkau oleh wartawan untuk disampaikan.

Peran citizen journalism yang dapat kita lihat adalah ketika beredarnya rekaman video

amatir yang juga ditayangkan oleh televisi-televisi Nasional. Video amatir dari masyarakat yang

merekam beberapa peristiwa seperti Tsunami di Aceh maupun bencana banjir bandang yang

terjadi di Wasior banyak yang ditayangkan oleh televisi-televisi Nasional. Banyaknya

masyarakat yang menjadi citizen journalism dinilai mempermudah proses kecepatan dalam

penyampaian informasi dan pengadaan dokumentasi mengenai suatu peristiwa yang

kemungkinan tidak terjangkau oleh wartawan mainstream media.

Citizen journalism hadir tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini publik, namun

lebih menitik beratkan pada “inilah yang terjadi dilingkungan kita”, atau “beginilah orangnya

yang memungut sampah didepan rumah kita”. Pemberitaan citizen journalism lebih mendalam

dan tidak terikat dengan waktu, seperti halnya sistem deadline yang diterapkan didalam

mainstream media. Bentuk citizen journalism dapat kita lihat dalam penayangan berita di

televisi, dengan menggunakan visual dari masyarakat (kameramen amatir). Citizen journalism

dinilai sebagai aspirasi aktif masyarakat dalam menyuarakan pendapat secara leluasa, terstruktur,

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

serta dapat diakses secara umum serta menjadi rujukan alternatif. (Dida Dirgahayu dalam jurnal

Observasi Vol.5, No.1, 2007:27)

Ditengah perkembangannya citizen journalism saat ini terdapat pro dan kontra dengan

keberadaan citizen journalism dalam ranah jurnalistik yang mulai dipertanyakan. Melihat belum

adanya kode etik dan aturan pasti yang mengikat diterapkan dalam kegiatan citizen journalism.

Nurudin (2009:214-215) mengatakan bahwa pihak kontra memandang citizen journalism belum

bisa masuk dalam ranah jurnalistik, sebab jurnalisme mensyaratkan banyak hal seperti yang

terjadi pada dunia kewartawanan selama ini. Jika mengikuti definisi jurnalisme secara klasik

maka kegiatan citizen journalism bukanlah jurnalisme. Tetapi hanya sebuah aktivitas seperti

layaknya seseorang yang menulis buku harian, hanya saja medianya yang menggunakan internet.

Jika kita berpedoman pada definisi yang dikemukakan dalam kamus Oxford Advanced Learner’s

Dictonary of Current English (1987) terungkap bahwa jurnalisme adalah:

a. The work of proffesion of producing

b. Writing that may be all right for a newspaper.

Jelas bahwa aktivitas yang dilakukan dalam citizen journalism seperti blog tidak masuk

dalam ranah jurnalisme. Sebab, jurnalisme mensyaratkan sistem yang mempengaruhi kinerja

seorang wartawan, layaknya kerja wartawan selama ini.

Berdasarkan kaidah jurnalistik dan teori tentang media massa, aktivitas maupun media

yang digunakan dalam citizen journalism bukan sebuah jurnalistik baru maupun bagian dari civic

journalism (jurnalisme publik) berbeda dan tidak dapat disamakan dengan mainstream media

yang produksinya dilakukan oleh wartawan. Sedangkan dari sudut pandang pelakunya, aktivitas

seorang blogger tidak sama dengan profesi seorang wartawan. Dimana keberadaan citizen

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

journalism lebih tepat ditempatkan sebagai ruang publik yang bersifat modern karena

menggunakan internet.

Hal ini sejalan dengan Dan Gilmor dalam We The Media: Grassroots Journalism by the

People for the People. Jurnalisme yang berkembang saat ini adalah jurnalisme yang berbasis

penggunaan internet, dengan wadah yang disebut dengan weblog atau blog. Dalam blog orang

dapat menyuarakan opini terhadap suatu peristiwa dengan bebas. Citizen journalism yang

ditawarkan oleh Dan Gilmor merupakan ruang publik yang dapat menjadi tantangan serius bagi

perkembangan civic journalism, khususnya media televisi. (Dida Dirgahayu dalam Jurnal

Observasi.Vol.5,No.1,2007:28-31)

Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyebutkan bahwa kehadiran jurnalisme warga (citizen

journalism) secara praktis membawa beberapa dampak. Pertama adalah menjadi pesaing baru

bagi media-media tradisional, antara lain menyangkut kecepatan dalam proses penyampaian

informasi. Kedua, jurnalisme warga berkembang cepat, mungkin dari menit ke menit. Setiap

orang dan setiap saat dapat menjadi bagian jurnalisme warga. Dan ketiga, jurnalisme warga

secara ekstrim dapat menimbulkan anarkhi informasi seperti masalah akurasi, pemalsuan

penyampaian informasi dan lain-lain.(http://cahayahukum.com/index.php/news/1-home/395-

bagir-manan, Diakses pada 20 November pukul 01.55)

Purnawan (2010:77) menjelaskan bahwa jika dilihat dari standar jurnalistik, citizen

journalism memiliki sejumlah kelemahan seperti tidak adanya keseimbangan, faktualitas, dan

objektifitas. Berita yang ditulis oleh warga cenderung dibumbui oleh opini dan subjektifitas

penulis, dan hal ini jelas dilarang dalam aturan jurnalistik.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

berkembang dari waktu ke waktu dengan jumlah pengguna yang semakin bertambah. Salah satu

bentuk citizen journalism yang paling popular saat adalah dengan menggunakan media internet

adalah blog. Bloger senior Indonesia, Priyadi menyebutkan pada tahun 2005 diperkirakan ada

sekitar 10 ribu blog di Indonesia. Menurut taksiran pendiri Technorati, David Sifry, blog di dunia

mengalami perkembangan dua kali lipat setiap 10 bulan, maka berdasarkan asumsi angka

tersebut dapat diperkirakan jumlah blog di Indonesia yang aktif hingga akhir 2006 sudah

mencapai angka 20.000 dan hingga Mei 2007 diperkirakan mengalami kenaikan yang mencapai

jumlah sebanyak 30.000. (Pandan Yudhapramesti dalam jurnal Observasi.Vol.5,No.1.2007:44)

Selain itu beberapa mainstream media yang ada saat ini, baik cetak, radio, maupun

elektronik mulai banyak didampingi oleh citizen journalism. Banyak mainstream media yang

kini menyediakan ruang bagi para penggiat citizen journalism untuk turut berbagi informasi

dengan masyarakat lainnya. Jika di luar negeri situs berita terkenal yakni CNN, saat ini

mengizinkan masyarakat biasa untuk mengirimkan reportasenya di www.cnn.com. Media

konvensional dalam negeri juga tidak mau kalah saat ini beberapa surat kabar Nasional maupun

lokal juga turut menyediakan kolom guna menampung partisipasi para Citizen Journalist.

Contohnya, di Kompas ada kolom khusus untuk aspirasi masyarakat yakni Kompasiana, di Surya

ada Warteg atau Warung Tegal, sedangkan televisi Nasional seperti SCTV, dalam acara liputan 6

juga menyediakan ruang pada dalam [email protected], dan Metro TV turut ambil bagian

dalam menyediakan ruang bagi para citizen journalism lewat acara Wide Shot. Warga biasa tidak

memandang profesi, status, pendidikan, maupun golongan dapat menyalurkan aspirasi dan

pendapat mereka melalui wadah yang diberikan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Dari beberapa ulasan mengenai kegiatan Citizen Journalism yang telah dijelaskan diatas,

peneliti tertarik untuk mengangkat persoalan seputar citizen journalism dan pro-kontra nya

dalam ranah jurnalistik yang ditinjau dari pandangan dua organisasi profesi wartawan, yakni

menurut aktifis AJI (Aliansi Jurnalis Independen) dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).

Alasan Peneliti mengambil dua organisasi tersebut karena dalam sejarahnya antara AJI dan PWI

memiliki perbedaan yang mencolok dan bertentangan jika ditinjau dari segi ideologi. Aji

merupakan organisasi dengan ideologi independen dan PWI memiliki ideologi pro pemerintah.

Melihat ideologi yang berbeda tersebut dalam menanggapi adanya citizen journalism AJI

menerima sebagai wujud kebebasan aspirasi dari masyarakat dalam menyampaikan informasi

sebagai suara yang independen, sedangkan PWI sebaliknya menganggap bahwa citizen

journalism merupakan kompetitor dan ancaman bagi mainstream media. Hasil yang dalam

penelitian ini adalah berupa perbandingan pandangan dalam memandang citizen journalism

dengan pro kontranya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan seputar citizen journalism serta pro dan kontranya dalam ranah jurnalistik.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka dalam penelitian ini

permasalahan yang hendak dibahas adalah bagaimana perbandingan pandangan tentang citizen

Journalism menurut aktifis AJI dan PWI?

C. Tujuan Penelitian

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Setiap kegiatan penelitian dilakukan tentunya dengan adanya tujuan yang hendak dicapai

oleh seorang peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui

perbandingan pandangan tentang citizen Journalism menurut aktifis AJI dan PWI

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa manfaat yang diharapkan nantinya dapat

dirasakan oleh berbagai pihak. Adapun beberapa manfaat yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

a. Sebagai upaya untuk mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh

selama berada dibangku kuliah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi dan salah satu wujud

sumbangsih bagi pengembangan ilmu komunikasi, terutama pada konsentrasi jurnalistik.

2. Manfaat Praktis

a. Menambah pengetahuan mengenai Citizen Journalism dan pro kontra nya dalam ranah

jurnalistik yang menjadi fenomena ditengah masyarakat karena adanya perkembangan

teknologi komunikasi dan informasi.

b. Sebagai referensi bagi pihak lain yang ingin mengadakan penelitian dan pembahasan

lebih lanjut seputar Citizen Journalism dalam dunia jurnalistik yang diangkat dalam

penelitian skripsi ini.

E. Kajian Pustaka

E.1 Teori Partisipan Demokratis

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Penelitian ini menggunakan teori partisipan demokratis merupakan teori normatif yang

mewajibkan dukungan media terhadap pluralisme kultural ditingkat masyarakat. Dalam teori ini

disebutkan bahwa media digunakan untuk merangsang dan mendayagunakan kelompok

pluralistis. Hal tersebut dilakukan oleh media kecil yang inovatif yang secara langsung diawasi

oleh kelompok. (Davis, 2012:154). Citizen journalism dalam keberadaannya merupakan cermin

dari kebebasan pers dan komunikasi yang demokratis, dimana informasi yang disampaikan

murni merupakan aspirasi masyarakat tanpa adanya campur tangan pihak-pihak tertentu,

masyarakat dapat menyuarakan aspirasinya secara bebas dan independen dalam media mereka

sendiri.

Teori ini merupakan reaksi dan hendak menutupi kelemahan berbagai teori sebelumnya,

serta dipraktikan diberbagai masyarakat. Pemakai teori ini umumnya adalah masyarakat liberal

yang mencoba menerapkan beberapa unsur teori media pembangunan. Mereka menginginkan

kepentingan “masyarakat” lebih jadi “basis” orientasi, juga pada pelaksanaan komunikasi yang

dilakukan secara horisontal bukan bersifat vertikal. Teori ini hendak menjawab dampak dari

komersialisasi dan monopoli pers, serta sentralisasi dan birokrasi lembaga siaran publik, dengan

mengacu pada norma tanggung jawab sosial.

Sistem pers hendak dikembalikan pada cita-citanya untuk membantu perbaikan sosial dan

perubahan demokrasi di masyarakat, yang dimulai dengan “revolusi ekonomi dan politik abad ke

19”. Namun tidak dapat maksimal karena adanya kecenderungan organisasi pers yang bersifat

paternalistik, elitis, monolitik, terlalu diprofesionalkan, dan kemapanan kelas tertentu. Teori pers

tanggung jawab sosial melahirkan subversif terhadap “pasar”, pers mendominasi kelembagaan

lain di masyarakat. Teori ini terlalu mementingkan birokrasi pemerintahan serta media dan

profesi pers yang kurang melayani masyarakat.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Teori partisipan demokratis bertujuan pada pemenuhan kebutuhan, kepentingan, dan

aspirasi “penerima” dari masyarakat politik. Teori ini hendak menampung hak atas informasi

yang relevan, hak jawab, hak berinteraksi kelompok kecil dan kepentingan sub budaya dalam

masyarakat melalui pers. Teori ini menolak keseragaman pers, sentralisasi, mahal, sangat

diprofesionalkan, dan dikendalikan pemerintah. Lebih memilih keseragaman, skala kecil,

lokalitas, interaktif, dilembagakan, pertukaran pesan penerima-pengirim, dan hubungan

horizontal antar masyarakat. Karena itulah teori ini mencampur berbagai unsur teoritik

liberatarianisme, utopisme, sosialisme, egelitarianisme, dan lokalisme. Prakarsa masyarakat lebih

diharapkan mengendalikan pers ketimbang pemilikinya.

Beberapa ciri pelaksanaan teori ini adalah sebagai berikut:

1. Individu dan kelompok minoritas memiliki hak memanfaatkan media (hak

berkomunikasi) dan hak dilayani media berdasarkan kebutuhan yang mereka tentukan

sendiri

2. Organisasi dan isi media tidak tunduk pada pengendalian sentralisasi politik atau

birokrasi Negara

3. Media ada karena audiensnya, bukan untuk organisasi media, para pakar atau

pelanggan

4. Kelompok, organisasi, dan masyarakat local dapat memiliki media sendiri

5. Bentuk media berskala kecil, interaktif, dan partisipatif lebih baik dari pada media

berskala besar, bersifat satu arah dan diprofesionalkan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

6. Kebutuhan berhubungan dengan media massa tidak hanya tersalur melalui tuntutan

individu konsumen, tidak juga melalui Negara dan berbagai lembaga utamanya

7. Komunikasi menjadi hal yang terlalu penting “untuk diabaikan pada ahli” (Santana,

2005:229-230)

E.2 Jurnalistik

E.2.1 Pengertian Jurnalistik

Jurnalistik maupun journalisme berasal dari kata journal, artinya adalah catatan harian,

atau catatan mengenai peristiwa sehari-hari atau dapat diartikan sebagai surat kabar. Journal

berasal dari bahasa latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari. Dari kata tersebut kemudian

munculah istilah jurnalis, yaitu orang-orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik. MacDougall

menyebutkan bahwa jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan

melaporkan peristiwa. Kusumaningrat (2005:15)

John M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia mengartikan journal

sebagai majalah, surat kabar, dan diary atau catatan harian. Journalistic diartikan “mengenai

kewartawanan”. Menurut arti etimologis terdapat beberapa hal yang membangun konsep

jurnalistik, antara lain adalah catatan, kejadian, wartawan, dan surat kabar, sehingga muncul

difinisi jurnalistik sebagai proses penulisan dan penyebarluasan informasi berupa berita, feature,

dan opini melalui media massa.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Dalam An introduction to journalism (1961:1), F. Fraser Bond menulis bahwa jurnalistik

adalah segala bentuk kegiatan dalam proses membuat berita dan ulasan mengenai berita sampai

pada para penikmat berita. Roland E. Wolseley dalam Understanding Magazines (1969:3)

menjelaskan bahwa jurnalistik adalah pengumpulan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebar

infromasi umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik dan dapat dipercaya

untuk kemudian diterbitkan dalam surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. Secara

teknis, jurnalistik merupakan kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah,

menyajikan, dan menyebarkan berita melalui media secara berkala kepada khalayak dengan

jangkauan yang seluas luasnya dan waktu yang cepat.

Produk jurnalistik dibagi dalam tiga bagian yaitu,

1. Berita (news), yang selanjutnya news dibagi dalam beberapa bagian antara lain:

a. Berita langsung (straight news)

b. Berita menyeluruh (comprehensive news)

c. Berita mendalam (depth reporting)

d. Berita penyelidikan (investigative reporting)

e. Berita khas bercerita (feature news)

f. Cerita bergambar (photo news)

2. Kelompok opini (views) meliputi, tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, esai dan

surat pembaca

3. Kelompok iklan (advertising) mencakup beberapa jenis dan sifat iklan.

Menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis jurnalistik adalah:”Laporan

tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan,

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

yang dapat menarik perhatian para pembaca, entah karena itu luar biasa, entah karena

pentingnya, atau akibatnya, entah pula karena ia mencakup segi-segi human interest, seperti

humor, emosi, dan ketegangan.” (Assegaf, 1983:24)

Dalam pasal 5 kode etik jurnalistik wartawan Indonesia, disebutkan “Wartawan

Indonesia menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan dan

ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan opini sendiri. Tulisan berisi interpretasi dan

opini wartawan agar disajikan dengan menggunakan nama jelas penulisnya”.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam kode etik tersebut menjadi penjelasan bahwa

berita harus cermat dan tepat atau dalam istilah jurnalistiknya disebut dengan akurat. Selain itu

berita juga harus lengkap, adil, dan berimbang. Dalam sebuah berita mencampuradukkan antara

fakta dan opini sangat tidak diperbolehkan, jadi berita haruslah objektif. Syarat praktis tentang

penulisan berita juga harus dipenuhi, yaitu berita harus ringkas, jelas, dan hangat. Ketujuh unsur

layak berita tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Akurat

Dalam kinerjanya wartawan dituntut untuk berhati-hati mengingat dampak yang luas

dalam suatu pemberitaan yang disampaikan. Dimulai dari hati-hati dalam memperhatikan ejaan

nama, angka, tanggal, dan usia, serta disiplin dalam melakukan pemeriksaan ulang atas

keterangan dan fakta yang ditemukannya. Selain itu akurasi juga berarti benar dalam

memberikan kesan umum, benar dalam sudut pandang pemberitaanyang dicapai oleh penyajian

detail-detail fakta dan oleh tekanan yang diberikan pada fakta-faktanya.

Sebuah media harus memperhatikan akurasi agar dalam setiap pemberitaan yang

disampaikan tidak menuai masalah, baik bagi wartawan maupun media yang menaunginya.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Biasanya para pembaca dan penikmat berita sangat memperhatikan soal akurasi ini, kredibilitas

sebuah media tergantung pada kehati-hatian para wartawannya dalam membuat berita.

b. Lengkap, adil, dan berimbang

Seorang wartawan harus melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi, inilah yang

dimaksud dengan adil dan berimbang. Menyampaikan sebuah pemberitaan secara adil dan

berimbang sama sulitnya dengan mancapai keakuratan dalam menyajikan berita. Selaku wakil

dari pembaca atau pendengar berita, seorang wartawan harus selalu menempatkan kumpulan-

kumpulan fakta menurut proporsinya secara wajar, lalu mengkaitkannya dengan unsur-unsur

yang lain dan membangun segi pentingnya dengan berita secara keseluruhan. Berita yang

disajikan tidak mengalami berat sebelah atau hanya menonjolkan satu pihak saja namun juga

harus menyeimbangkannya.

c. Objektif

Selain menyajikan harus memiliki ketepatan dan kecepatan, seorang wartawan dituntut

untuk mampu bersikap objektif dalam menulis. Sikap objektif yang dimiliki seorang wartawan

akan membuat pemberitaan yang ditulis akan sesuai dengan kenyataan, tidak berat sebelah, dan

bebas dari prasangka. Wartawan diharuskan menulis dalam konteks peristiwa secara

keseluruhan, tidak dipotong-potong oleh kecenderungan pandangan secara subjektif.

d. Ringkas dan jelas

Menurut Mitchel V. Charnely, pelaporan berita dibuat dan ada untuk melayani. Sebuah

pemberitaan yang disajikan haruslah dapat dicerna dengan mudah oleh khalayak. Tulisan berita

harus ringkas (tidak menggunakan banyak kata-kata), langsung dan sesuai (padu). Penulisan

berita yang efektif akan memberikan efek yang mengalir, ringkas terarah, tepat, dan menggugah

minat pembaca maupun penikmat berita.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

e. Hangat

Pemberitaan yang disajikan merupakan kasus maupun peritiwa yang hangat. Meskipun

suatu peristiwa mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Pemberitaan dalam media dituntut

untuk menyajikan berita yang hangat atau baru saja terjadi dan menghindari kata basi. Media

berita mengejar kecepatan untuk mendapatkan berita yang tengah hangat ditengah masyarakat

(Kusumaningrat, 2005: 47-57)

Pemisahan antara berita dan opini secara tegas merupakan konsekuensi dan norma-norma

serta etika luhur jurnalistik yang tidak menghendaki berita bersifat sebagai fakta objektif,

dicampur adukkan dengan opini sebagai pandangan bersifat subjektif. (Dida Dirgahayu Dalam

jurnal Observasi.Vol.5, No.1.2007:13-14)

Jurnalisme ada untuk melayani masyarakat, hal ini sering diacuhkan, namun demikian

para jurnalis mengakui diri mereka sebagai pilar ke-empat, yang bebas dari kekuatan pribadi

maupun publik. Misi dari jurnalisme adalah mengungkapkan sesuatu yang senjata utamanya

adalah obyektifitas, disiplin dalam verifikasi, dan nilainya adalah hak rakyat untuk tahu. Tujuan

dari jurnalisme adalah lebih dari sekedar melaporkan dan menulis berita namun didalamnya

keahlian dan kompetensi sangat penting.

Tujuan jurnalisme bersifat fundamental yakni melayani kepercayaan publik. Mencari

berita dan menyajikannya secara independen dan dilakukan secara terus menerus merupakan

cara pers untuk mempertahankan kepercayaan publik. Jurnalisme bukan sebagai tujuan

melainkan alat professional yang digunakan wartawan dan editor untuk melayani kepercayaan

publik. Hal tersebut dilakukan dengan menyediakan berita dan informasi yang diperlukan oleh

masyarakat sehingga mereka bebas untuk mengambil keputusan sosial, politik, dan pribadi.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

(William F.Woo Dalam jurnal Elektronik Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Vol 8,

No.1. 2006:45-46)

Terkait dengan tujuan jurnalistik tersebut dalam keberadaannya jurnalistik mengalami

perkembangan yakni dari segi kebebasan informasi dengan munculnya jurnalistik warga, dimana

masyarakat bebas tidak memandang golongan, status, pekerjaan dan lain sebagainya dalam arti

masyarakat non jurnalis yang turut serta dalam melakukan kegiatan jurnalistik. Kegiatan yang

dilakukan yakni mulai dari mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyiarkan suatu informasi.

E.2.2 Unsur-Unsur Jurnalistik

Menurut Ishwara (2007: 1-8) dalam kegiatan jurnalistik terdapat sedikitnya lima ciri yang

menonjol sehingga membedakannya dengan kegiatan non jurnalistik. Berikut ciri-ciri jurnalistik

berserta ulasannya:

a. Skeptis

Sikap ini merupakan ciri khas dalam dunia jurnalistik. Intisari dari sikap skeptis adalah

keragu-raguan terhadap suatu hal. Tom Friedman dari New york Times menjelaskan bahwa

skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima,

dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu. Skeptis berbeda dengan sinis karena

intisari dari sinis adalah ketidakpercayaan. Sebagai seorang wartawan yang memiliki tugas

mencari kebenaran, mereka harus mempertanyakan, meragukan, menggugat, dan tidak begitu

saja menerima kesimpulan-kesimpulan yang umum.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Oscar Wilde mengatakan sikap skeptis adalah awal dari kepercayaan, sedangkan sinis

merupakan sikap seolah seseorang mengetahui segalanya padahal sebenarnya sama sekali ia

tidak mengetahuinya.

b. Bertindak

Action atau bertidak adalah corak kerja seorang wartawan, mereka tidak menunggu

sampai suatu peristiwa muncul akan tetapi akan mencari dan mengamati dengan ketajaman

nalurinya sebagai wartawan. Suatu peristiwa tidak terjadi dalam ruang redaksi, namun ditemukan

diluar. Maka dari itu wartawan diharapkan untuk terjun langsung ketempat kejadian dan menjadi

pengamat pertama.

Dalam jurnalisme, janganlah kita menerima sesuatu bagitu saja seperti apa adanya dan

menganggap semua itu benar (take to granted). Gugatlah! Skeptislah! Mendukung seluruh

kesimpulan dengan fakta serta mendokumentasikan segala sesuatu dengan sumber-sumber yang

dapat dipercaya, kecuali dalam peristiwa tertentu, sebutkanlah sumber tersebut.

c. Berubah

Keberadaaan jurnalisme adalah pendorong terhadap perubahan. Perubahan merupakan

hukum utama jurnalisme. Theodore Jay Gordon dari Future Group di Noank, Connecticut,

mengatakan bahwa terdapat empat daya atau kekuatan yang mengubah dunia jurnalistik pasca

industrialisasi, yakni

1) Munculnya abad komputer dan dominasi elektronika

2) Globalisasi dari komunikasi, dimana geografi menjadi kurang penting

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

3) Perubahan demografi, terutama pertumbuhan jumlah orang-orang yang berumur

diatas 40 tahun

4) Perkembangan teknologi informasi yang cepat

Tom Rosenstiel, kehadiran teknologi baru bukanlah ancaman bagi surat kabar melainkan

suatu kesempatan. Teknologi yang berkembang pesat memperlancar arus informasi. Garis antara

berita, hiburan, iklan, propaganda, dan lainnya, menjadi kabur. Perubahan-perubahan tersebut

menuntut peran baru dalam media, yang jika dulunya sebagai penyalur informasi, maka kini

media menjadi fasilitator, penyaring, dan pemberi makna dari sebuah informasi. Keberadaan

media kini berfungsi membawa audiens masuk kedalam dunia makna yang lebih luas, tidak

terbatas pada tempat dan waktu kejadian suatu peristiwa.

d. Seni dan profesi

Jurnalisme merupakan seni dan profesi dengan tanggung jawab professional (art and

craft with professional responsibilities), wartawan disyaratkan dengan mata yang segar pada

setiap peristiwa untuk menangkap aspek-aspek unik namun tetap dengan fokus pada satu arah

untuk mengawali pandangan. Dave Barry, seorang kolumnis berkata bahwa seorang wartawan

adalah cukup dengan menjadi penulis yang baik, namun ia sadar bahwa pernyataannya tersebut

keliru. Jurnalisme tidak hanya berbicara mengenai menulis akan tetapi belajar tentang “apa

sesungguhnya mencari itu dan apa sebenarnya bertanya mengenai hal-hal pelik dengan

kegigihan.”

e. Peran pers

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Dalam Advenced Newsgathering karangan Bryce T. McIntyre, Bernad C. Cohen

mengatakan bahwa beberapa peran penting yang dijalankan oleh pers diantaranya adalah sebagai

pelapor (informer). Dalam hal ini pers bertindak sebagai mata dan telinga publik, melaporkan

peristiwa-peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral dan tanpa prasangka.

Tugas tersebut juga diwujudkan ketika kdangakala pers berperan sebagai alat pemerintah,

dimana pers harus bersikap netral dan tidak memihak. Meskipun dalam sejarahnya pers

digunakan sebagai saluran penyampaian kepentingan pemerintah yang dieksploitasi oleh tokoh-

tokoh yang berkuasa.

Selain itu pers berperan sebagai interpreter yang memberikan penafsiran dan memberi

arti pada suatu peristiwa. Selain melaporkan peristiwa, pers menambah bahan dalam usaha

menjelaskan artinya, contohnya adalah analisis berita atau komentar berita. Cohen juga

menyebutkan pers berperan sebagai wakil publik (representative of the public), adalah suatu

anggapan bahwa barometer terhadap keberhasilan dari suatu kebijakan terletak pada laporan atau

berita mengenai reaksi masyarakat.

Pers juga memiliki peran sebagai pengkritik terhadap pemerintah atau peran jaga (watch

dog). Cohen menyebutkan peran terakhir pers adalah sebagai pembuat kebijaksanaan dan

advokasi. Peran tersebut utamanya tampak pada penulisan editorial dan artikel, selain itu

tercermin pula pada jenis berita yang dipilih dan cara penyajiannya.

Bill Kovach & Tom Rosenstiel dengan bantuan dan didukung oleh beberapa para ahli

media yang tergabung dalam Commite of Concerned Journalist melakukan riset yang ekstensif

terhadap apa yang sesungguhnya harus dikerjakan oleh para wartawan. Hasil riset tersebut

kemudian di tulis dalam The elements of Journalism: What Newspeople Should Know and The

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Public Should Expert(2001) kesembilan elemen tersebut sangat mungkin diadopsi oleh

jurnalisme warga dalam melakukan reportase dan melaporkan hasil reportasenya. Kesembilan

elemen tersebut menurut Santana (2005: 6-10) dijabarkan sebagai berikut:

a. Menyampaikan kebenaran

Kebenaran Jurnalistik adalah suatu proses yang dimulai dengan disiplin professional

dalam proses pengumpulan dan verifikasi fakta. Kemudian wartawan menyampaikan berita

tersebut dalam sebuah laporan yang adil dan dapat dipercaya, berlaku untuk saat ini maupun

sebagai bahan investigasi lanjutan. Wartawan harus bersikap transparan terhadap sumber-sumber

dan metode yang dipakai, sehingga audiens dapat menilai sendiri menurut pamahaman mereka

terkait dengan informasi yang disajikan. Akurasi menjadi pondasi yang mendasar, wartawan

harus berupaya menyingkirkan desas desus yang tidak penting atau dimanipulasi, menekankan

pada apa yang dianggap penting dan tidak. Kebenaran dalam jurnalisme adalah upaya untuk

membebaskan fakta dari kekeliruan informasi dari pihak-pihak tertentu.

b. Memiliki loyalitas kepada masyarakat

Wartawan harus menempatkan kepentingan publik diatas kepentingan lainnya. Prioritas

kesetiaan dan komitmen kepada warga masyarakat menjadi basis dari kepercayaan sebuah

organisasi media berita. Media berita harus dapat menjamin suatu pemberitaan tidak

mengarahkan audiens pada keberpihakkan demi pemasang iklan maupun golongan tertentu. Para

jurnalis tidak bekerja untuk kepentingan pelanggan, namun mereka bekerja atas komitmen,

keberanian, nilai yang diyakini, sikap, kewenangan, dan profesionalisme yang telah diakui oleh

publik.

c. Memiliki disiplin verifikasi

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Kegiatan verifikasi merupakan kegiatan penelusuran pada sekian saksi untuk sebuah

peristiwa, mencari sekian banyak narasumber, dan mengungkap sekian banyak komentar.

Disiplin verifikasi inilah yang membedakan jurnalisme dengan bentuk-bentuk komunikasi yang

lainnya seperti propaganda, fiksi, atau hiburan. Kovach dan Rosentiel merumuskan lima konsep

verifikasi yakni:

1. Jangan menambah atau mengarang apapun

2. Jangan menipu atau menyesatkan pembaca, pemirsa, maupun pendengar

3. Bersikap sentransparan dan sejujur mungkin tentang metode dan motivasi anda dalam

melakukan reportase

4. Bersandarlah terutama pada reportase anda sendiri

5. Bersikaplah rendah hati

d. Memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya

Syarat utama dalam jurnalisme adalah kebebasan. Kebebasan dalam jiwa dan pemikiran

tidak hanya netralitas. Tidak menulis suatu pemberitaan demi imbalan dari pihak lain, akan tetapi

menunjukkan kredibilitas kepada berbagai pihak, melalui dedikasi terhadap akurasi, verifikasi

dan kepentingan publik. Kemandirian melakukan kegiatan jurnalisme dengan ketaatan dan

penghormatan yang tinggi pada kejujuran, kesetiaan pada rakyat, serta kewajiban memberi

informasi, bukan manipulasi. Melakukan kewajiban atas dasar kesetiaan pada jurnalisme bukan

kesetiaan pada kelompok tertentu.

e. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan

Kegiatan ini lebih kepada investigative pers, dimana digunakan untuk melaporkan

berbagai pelanggaran, kasus atau kejahatan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, baik pihak

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

pemerintah maupun lembaga yang berkuasa dimasyarakat. Hal tersbut dilakukan untuk

mencegah para pemimpin maupun orang-orang berpengaruh agar tidak melakukan hal-hal yang

tidak semestinya dilakukan. Media memiliki tuntutan dalam perbaikan dalam segala bidang

dalam mengungkap kasus korupsi, kolusi, nepotisme, kejahatan, bisnis kotor dan lain

sebagainya. Sebagai wartawan kita juga dituntut untuk tidak menggunakan profesi secara

sembarangan atau mengeksploitasinya untuk mencari keuntungan secara komersil.

f. Menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik

Kegiatan ini merupakan upaya media untuk memberi ruang diskusi bagi publik untuk

mengevaluasi suatu pemberitaan, dapat berupa editorial maupun ruang opini, talkshow, maupun

acara bincang-bincang di televisi. Diskusi tersebut dapat melayani masyarakat dengan baik

apabila mereka mendapatkan fakta bukan dugaan atau prasangka. Berbagai kepentingan dan

pandangan dari publik harus dapat terwakili dengan baik.

“Jurnalisme tidak hanya memiliki kewajiban untuk memberikan pengetahuan dan

pemahaman bagi masyarakat, akan tetapi juga memberikan sebuah forum kepada masyarakat

untuk membangun ikatan yang mengembangkan masyarakat,” nilai Kovach dan Rosenstiel.

g. Menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan pada publik

Jurnalisme adalah kegiatan bercerita dengan tujuan. Dalam elemen ini media diwajibkan

untuk dapat menyampaikan pemberitaan dengan cara yang menyenangkan, mengasyikan, dan

mengena dihati masyarakat, selain itu pemberitaan yang disampaikan harus penting dan

bermanfaat. Dalam kiprahnya jurnalisme harus dapat menyeimbangkan apa yang diinginkan

masyarakat dan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Singkatnya jurnalisme harus berusaha

membuat yang penting dan relevan. Tanggung jawab media tidak hanya tertumpu pada

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

bagaimana menyampaikan suatu pemberitaan namun juga dilihat dari bagaimana berita

disampaikan dengan kemasan yang menarik. Kualitasnya dapat diukur dari sejauh mana karya

melibatkan audiens dan mencerahkannya atau mempengaruhinya.

h. Membuat berita secara koprehensif dan proporsional

Prinsip dalam elemen ini adalah “jurnalisme adalah suatu bentuk dari katografi”.

Keberadaannya menjadi peta penunjuk arah kehidupan. Menjaga berita agar tetap proporsional

dan tidak menghilangkan hal-hal yang penting merupakan dasar dari kebenaran. Elemen ini

mengingatkan media agar tidak memberitakan sesuatu dengan berlebihan demi menaikkan

ratting, oplah, atau iklan. Apalagi tidak melakukan verifikasi, pengecekkan silang, atau

wawancara ke berbagai pihak terkait. Pemberitaan yang seperti ini hanya akan merugikan dan

menyesatkan audiens dalam mengambil keputusan yang dibutuhkan pada saat itu.

i. Memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka

Elemen ini terkait dengan sistem dan manajemen media yang memiliki keterbukaan,

dimana keterbukaan tersebut berfungsi untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan dalam

memenuhi pemberitaan yang adil, akurat, berimbang, independen, berani, dan bertanggung

jawab pada masyarakat. Wartawan dalam sebuah media harus mendapat ruang yang

membebaskan mereka untuk berfikir, menyatakan perbedaan pendapat, melakukan penolakan

terhadap redaktur, pemilik media, pemasang iklan, ataupun kekuatan tertentu dalam masyarakat,

selama hal tersebut masih dalam prinsip kejujuran dan akurasi yang dipegang oleh wartawan.

“Memberikan peluang kepada orang-orang untuk menyuarakan nurani mereka dalam

redaksi memang akan membuat pengelolaan media menjadi semakin sulit. Namun hal tersebut

dapat membuat suatu pemberitaan lebih akurat.” nilai Kovach dan Rosenstiel.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

E.3 Citizen Journalism

E.3.1 Pengertian Citizen Journalism

Citizen journalism merupakan keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu. Citizen

Journalism muncul bukan sebagai saingan bagi mainstream media, namun sebagai alternatif

yang memperkaya pilihan dan referensi informasi. Produksi berita tidak lagi didominasi oleh

perusahaan pers, karena masyarakat biasa seharusnya dapat masuk dalam ekosistem media

sebagai unsur yang aktif berinteraksi. Dengan kata lain citizen journalism hadir sebagai

pengimbang dari media-media yang melakukan pemberitaan berdasarkan aspek dan kepentingan

tertentu.

Citizen journalist dan wartawan yang bekerja di industri media massa memiliki

perbedaan, baik dalam pengertian dan peranannnya. Dijelaskan oleh Bentley (2005), “Seorang

wartawan yang bekerja di media massa, melakukan liputan karena penugasan. Sedangkan citizen

journalist menuliskan peristiwa berdasarkan pandangannya atas suatu peristiwa karena didorong

oleh keinginan untuk membagi apa yang dilihat dan diketahuinya. Dalam bahasa inggris apa

yang dilakukan oleh wartawan (civic journalist) adalah kegiatan to cover, sedangkan citizen

journalism memiliki peranan to share. Penulis citizen journalism melakukan tugasnya dengan

proses penetrasi terhadap objek pemberitaan dengan totalitas dan penuh atmosfir. Citizen

journalism menjadi wadah gairah bercerita dari semua individu. (Dida Dirgahayu dalam Jurnal

Observasi, Vol.5, No.1,2007:28-30)

E.3.2 Jenis-Jenis Citizen Journalism

Gilmor mengatakan, Citizen Journalism bukanlah konsep sederhana yang dapat

diaplikasikan secara sederhana pada seluruh organisasi pemberitaan. citzen journalism memiliki

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

konsep yang kompleks dengan beragam variasi. J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review,

mengategorikan media citizen journalism ke dalam 6 tipe (Pandan Yudhapramesti dalam Jurnal

Observasi, Vol.5, No.1, 2007:38-40), menggolongkannya sebagai berikut:

a. Partisipasi khalayak dalam mainstream media

Disebut juga sebagai partisipasi audiens, dimana khalayak dapat mengomentari suatu

pemberitaan dalam suatu kolom yang disediakan oleh media, baik cetak maupun

elektronik, blog pribadi, foto atau video gambar yang ditangkap dengan kamera HP, atau

berita lokal yang ditulis oleh sebuah komunitas, serta kontribusi khalayak lainnya.

b. Berita yang ditulis secara independen dan situs yang berisi informasi (weblog

individual maupun situs dengan tema khusus, misalnya situs yang menyediakan berita

kota.

c. Situs berita partisipatoris murni atau situs dengan pertisipasi penuh, yang hampir

semua beritanya diproduksi oleh reporter warga (OhmyNews.com di Korea Selatan dan

http://www.panyingkul.com di Makasar ).

d. Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).

e. Media kecil lainnya seperti mailing list, newsletter e-mail, dan media digital lainnya

f. Situs penyiaran pribadi atau personal yang mempublikasikan penyiaran radio maupun

TV

Steve Outing mengklasifikasikan bentuk-bentuk citizen journalism dalam 11 kategori,

sebagai berikut:

1. Citizen yang membuka ruang komentar untuk publik, maka pembaca bisa bereaksi

memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalisme professional. Pada media

konvensional disebut dengan surat pembaca.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

2. Menambahkan pendapat dari masyarakat sebagai bagian dari artikel. Warga diminta

untuk menuliskan pengalamnnya pada sebuah topik utama liputan yang dilaporkan oleh

journalist.

3. Kolaborasi antara jurnalis professional dan non journalist yang memiliki kemampuan

dalam materi yang dibahas. Tujuannya dijadikan alat untuk mengarahkan atau memeriksa

keakuratan sebuah artikel artikel. Terkadang para journalist professional non journalist ini

dapat menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel terebut.

4. Bloghouse warga, berbentuk wordpress, multiply, atau blogger. Warga bisa bercerita

tentang dunia dan pengalaman sudut pandangnya.

5. Newsroom citizen transparency blogs merupakan blog yang disediakan oleh sebuah

organisasi media sebagai upaya transparansi bisa menyampaikan keluhan, kritik, pujian atas

apa yang ditampilkan oleh organisasi media.

6. Stand Alone Citizen Journalism site, melalui proses editing, berita diperoleh dari

sumbangan laporan warga, biasanya berupa hal-hal yang bersifat local, dan dialami

langsung oleh warga. Peran editor adalah menjaga kualitas laporan dan mendidik warga

tentang topik-topik yang menarik untuk dilaporkan.

7. Stand Alone Citizen journalism website dan edisi cetak

8. Gabungan stand alone citizen journalism website dan edisi cetak

9. Hybrid: Pro+Citizen journalism. Situs yang menggabungkan jurnalis professional dengan

jurnalis warga. Seperti OhmyNews, Radio Elshinta, dan Radio Mara FM Bandung. Dalam

OhmyNews , kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita, ada sosok

editor yang berperan dalam menilai dan memilih berita mana yang layak untuk halaman

utama.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

10. Penggabungan antara jurnalis professional dengan jurnalis warga dalam satu atap,

dimana sebuah website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan dari

warga.

11. Model Wiki, dimana pembaca merupakan editor. Setiap orang dapat menulis artikel dan

setiap orang dapat memberi tambahan atau komentar terhadap komentar yang terbit.

E.3.3 Implikasi Kemunculan Citizen journalism

Implikasi yang terkait dengan tradisi dikembangkan dalam Old School Journalism,

beberapa implikasi dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Open Source Reporting, merupakan perubahan modus pengumpulan data, wartawan

tidak lagi menjadi satu-satunya pengumpul informasi, wartawan bersaing dengan

khalayak untuk menyediakan laporan dari lapangan

b. Perubahan pengelolaan media, media bersaing dengan blog-blog pribadi dan media

yang didirikan oleh warga demi kepentingan publik sebagai pelaku Citizen

Journalism

c. Kaburnya batas produsen dan konsumen media. Produsen berita dulu menjadi

kekuasaan media massa, kini media massa juga menjadi konsumen dengan mengutip

berita dari situs-situs warga, ataupun video kiriman masyarakat dengan sedikit

imbalan. Sebaliknya khalayak yang diposisikan sebagai konsumen berita kini dapat

menjadi produsen berita melalui kegiatan citizen journalism

d. Tiga point sebelumnya memperlihatkan khalayak sebagai partisipan aktif dalam

memproduksi, mengkreasikan, maupun menyebarkan berita dan informasi. Pada

gilirannya ini memunculkan a new balance of power distribusi kekuasaan yang baru.

Ancaman kekuatan baru bagi institusi pers tidak berasal dari pemerintah dan ideologi

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

competitor akan tetapi berasal dari khalayak yang biasanya menjadi konsumen.

(Nurudin, 2010:71-72)

E.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Citizen Journalism

Seiring dengan kemunculannya citizen journalism memiliki beberapa kelebihan,

beberapa diantaranya sebagai berikut:

a. Citizen journalism mendorong terciptanya iklim demokratis, blog dapat

mewacanakan informasi tanpa terikat dengan system seperti media utama atau

mainstream media. Dengan hal ini akan member beragam jenis informasi dalam

masyarakat, sebagai alternatif informasi bagi khalayak.

b. Memupuk budaya tulis dan baca dalam masyarakat, budaya tulis dan baca adalah

budaya yang mencerdaskan bagi masyarakat. Mereka dapat menuliskan berbagai

macam informasi dalam blog

c. Mematangkan terciptanya ruang publik dalam masyarakat, Masyarakat dapat

berdiskusi bebas dalam sebuah blog tanpa aturan dan larangan tertentu seperti

dalam mainstream media. Pembaca blog juga dapat berkomentar bebas karena

disediakan space untuk komentar pembaca dan tanpa sensor

d. Sebagai Manifestasi fungsi watch dog (control sosial) Ketika suatu kekuasaan

tidak dapat dikontrol secara efektif maka adanya blog akan memberikan motivasi

untuk melakukan kontrol terhadap ketimpangan dalam masyarakat. Media utama

terikat dengan aturan yang menaunginya (seperti sistem media, system politik)

sehingga semua informasi tidak dapat secara bebas diinformasikan. (Nurudin,

2009: 219-220)

E. 4 Wartawan

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

E.4.1 Pengertian wartawan

Orang yang bekerja didunia jurnalistik sering disebut dengan wartawan atau journalist

(journalist atau djurnalsit). Dalam UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers dikatakan, wartawan

adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik (pasal 1 ayat 4). Tugas

jurnalis atau wartawan adalah mengatur cara penyampaian isi pernyataan manusia dengan

menggunakan media massa. (Soehoet, 2003: 6)

Wartawan merupakan sosok profesional yang diartikan dalam tiga bagian yakni, pertama

adalah suatu profesi yang tidak amatir; kedua, untuk menjadi wartawan dibutuhkan pelatihan

khusus; dan yang ketiga, perilaku wartawan diatur oleh norma-norma yang menitik beratkan

pada kepentingan publik. Norma yang mengatur wartawan dibagi menjadi dua, pertama, norma

teknis yaitu seorang wartawan dituntut untuk bergerak cepat dalam proses menghimpun,

menulis, dan mengedit berita. Dan yang kedua adalah norma etis, dalam profesinya wartawan

memiliki kewajiban terhadap masyarakat dan nilai-nilai dalam menyampaikan suatu

pemberitaan, antara lain; objektif, bersikap adil, tidak memihak, dan bertanggung jawab.

(Kusumaningrat:2005:115)

E.4.2 Syarat Kemampuan Professional Wartawan

Untuk menjadi seorang wartawan sesorang harus memenuhi beberapa syarat kemampuan

professional yang perlu dikuasai. Menurut Yancheff (2000), ditinjau dari ukuran profesionalisme

jurnalis di era millennium, seorang wartawan membutuhkan multi-kompetensi. Kompetensi

tersebut ditekankan pada kekuatan penulisan dan kemampuan oral, ketekunan dalam bekerja dan

penguasaan terhadap dasar pengetahuan yang mengkombinasikan aplikasi lintas disiplin atau

dengan arti lain menguasai berbagai format media mulai dari cetak, siaran, interaktif, hingga

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

multimedia, segala hal yang dibutuhkan dalam dunia kerja memproduksi berita secara

professional.

Sepuluh kemampuan wartawan professional menurut Yancheff, terdiri dari beberapa hal,

antara lain:

a. Writing competencies, kemampuan dalam melaporkan sesuatu secara akurat,

jelas, dapat dipercaya (kredibel), dan reliable. Memiliki kemampuan menulis yang

mudah dipahami oleh pembaca. Penguasaan dalam penggunaan bahasa juga

diperlukan, mecakup tata bahasa, kata-kata, tanda baca, serta pemahaman tentang

kosa kata. Selain itu kapasitas dalam menyusun dan menulis paragraph lead,

kelengkapan data-data sumber berita dan lainnya harus diperhatikan dan dapat

dikuasai.

b. Oral performance competencies, kemampuan dalam menyampaikan pengertian,

respon yang baik, rasa percaya diri dan bertanggung jawab. Kemampuan dalam

menempatkan diri dan pada saat melakukan proses wawancara, metode ketika

mewawancara anak-anak, korban kekerasan, kelompok etnik dan lain sebagainya.

Selain iti kemampuan dalam mengenali suatu keadaan dari wacana publik.

c. Research and investigative competencies, kemampuan dalam menyiapkan bahan

berita, akurasi kisah atau mengidentifikasi topic-topik potensial dari sumber

kepustakaan, online, dan catatan public.

d. Broad-based Knowledge competencies, merupakan kemampuan menguasai

berbagai bidang pengetahuan dasar, seperti ekonomi, statistic, matematika, sains,

Page 31: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

kesehatan, bisnis, dan politik. Dunia wartawan mensyaratkan belajar seumur

hidup dan keluasan lintas dispilin.

e. Web-based competencies merupakan kemampuan menguasai internet, e-mail,

mailing list, newsgroups, dan segala pemberitaan dengan format on the web.

Khususnya berita yang bersifat breaking news and information, yang memiliki

nilai otentisitas, akurasi, dan realibilitas, informasi on the web.

f. Audio visual competencies, kemampuan menggunakan alat-alat seperti kamera

35mm, kamera video, scan foto kedalam computer, serta audio tape recorder.

g. Skill-based computer application competences, kemampuan menguasai aplikasi

komputer, dalam kegiatan melaporkan pemberitaan, yakni; World processing,

pengembangan database (utamanya bagi investigative reports), dan aplikasi

multimedia, termasuk pagemaker, Quark Xpress, Printshop, dan lain sebagainya

sebagai bekal kerja wartawan.

h. Ethic competences, kemampuan memahami tanggung jawab profesi seperti; kode

etik, pertimbangan nilai-nilai etika, pelanggaran, dan plagiatisme.

i. Legal competences, kemampuan memahami undang-undang kebebasan dalam

berpendapat, seperti yang tercantum dalam The Freedom of Information Act

(FOIA), The First Amandement, hak cipta, dan lain sebagainya. Serta keterkaitan

dengan tugas profesi kewartawanan dan dampaknya bagi masyarakat.

j. Career competences, kemampuan memahami dunia karir professional di dalam

jurnalisme. Mencakup kemampuan bekerja didalam manajemen pers, bersikap

Page 32: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

positif dalam setiap kegiatan peliputan. Termasuk aspek-asek dari komponen

manajerial pasar, analisis khalayak, dan producing and editing the news. Serta

keterlibatan dalam berbagai asosiasi dan jaringan professional dalam dunia

jurnalisme. (Santana,2005: 207-208)

E.4.3 Syarat-Syarat Menjadi Wartawan Yang Baik

Dalam Kusumaningrat (2005:78-83), sebagai seorang professional, wartawan sedikitnya

memerlukan empat kualitas dalam dirinya untuk menghasilkan kemampuan mencium keadaan

yang dapat dijadikan berita. Empat kualitas yang tersebut antara lain:

a. Pengalaman

Pengalaman merupakan hal-hal atau kejadian-kejadian yang dialami seseorang.

Wartawan akan banyak belajar menulis berita yang baik dengan mengalami sendiri bagaimana

caranya membuat berita. Wartawan ternama yang ada di surat kabar besar seperti Kompas, Sinar

Harapan, Suara Pembaruan, Republika, Media Indonesia, dan lainnya, mendapatkan

keterampilan mereka dari pengalaman. Oleh karena itu, ada baiknya jika mengasah keterampilan

menulis berita melalui pengalaman, jadilah dulu wartawan di surat kabar-surat kabar kecil.

Dalam surat kabar-surat kabar kecil biasanya menulis berita lebih banyak dalam sehari atau

setahun ketimbang di surat kabar nasional besar .

b. Perasaan ingin tahu

Wakil presiden Indonesia pertama, Moh. Hatta, pernah mengatakan dalam salah satu

tulisannya bahwa ilmu pengetahuan dimulai dengan adanya perasaan ingin tahu. Perasaan ingin

Page 33: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

tahu seorang wartawan memicu timbulnya pertanyaan, “Mengapa? Bagaimana ? Kata siapa?

Benar atau tidak benar?” dalam diri wartawan ketika sedang menghadapi suatu peristiwa atau

keadaan. Perasaan ingin tahu inilah yang mendorong wartawan Amerika, William Nelson, masuk

ke sarang GAM di Aceh pada tahun 2003. Ketika seorang wartawan meliput sebuah kejadian

musibah, rasa ingin tahu wartawannya segera memberondongkan pertanyaan-pertanyaan

“Mengapa musibah itu terjadi? Bagaimana terjadinya? Kata siapa korban yang jatuh sepuluh

orang? Benarkah jumlah korban itu hanya terdiri dari pria dan anak-anak? Mengapa wanita tidak

menjadi korban?” Dengan perasaan ingin tahhunya itu maka seorang wartawan akan

mendapatkan lebih banyak informasi dari pada yang diperlukan pembacanya. Ia selalu dapat

membuang hal-hal yang dianggap tidak penting dari berita yang ditulis, tetapi ia tidak akan

menemukan substansi yang gagal ia dapatkan jika ia kurang memiliki perasaan ingin tahu.

c. Daya khayal

Disebut juga dengan imajinasi. Menurut Charnley, wartawanpun menggunakan daya

khayalnya namun dengan caranya sendiri. Ia mengumpulkan fakta-fakta yang tampaknya tidak

saling berkaitan lalu mempertautkannya dalam sebuah konteks sehingga tercipta sebuah realitas.

Daya khayal dan perasaan ingin tahunya ia tunjukkan dalam bentuk pertanyaan “Seberapa besar

peristiwa ini akan mempengaruhi keluarga pembaca saya, mempengaruhi pekerjaannya,

mempengaruhi lingkungan masyarakatnya? Siapakah yang dapat memberitahu mengapa

peristiwa tersebut terjadi? Seberapa banyak hal itu dialami oleh pembaca saya? Jika jawabannya

„tidak banyak‟ maka bagaimana saya dapat memberitakannya agar bisa lebih dipahami?”

d. Pengetahuan

Page 34: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Seorang wartawan yang tidak menguasai paling sedikitnya ilmu pengetahuan

kemasyarakatan, akan sulit mempersepsikan dinamika yang dialami masyarakat Indonesia.

Terlebih saat ini keadaan masyarakat Indonesia jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan

beberapa dekade lalu. Dalam masyarakat yang semakin kompleks mengenali peristiwa yang

memiliki nilai berita membutuhkan pengetahuan agar dapat merangsang perasaan ingin tahu dan

menyalakan imajinasi. Contohnya adalah pemberitaan tentang pertikaian yang berlarut-larut

antara masyarakat Dayak dengan imigran dari Madura yang telah memakan banyak korban.

Menghadapi pertikaian antar kelompok merupakan masalah yang sensitif, maka dari itu seorang

wartawan tidak dapat hanya memberitakan berdasarkan fakta yang terlihat dipermukaan saja,

namun juga memerlukan pertimbangan bijaksana berdasar pada pengetahuan yang matang

masyarakat kedua kelompok etnis tersebut.

E.4.4 Asosiasi Profesi Wartawan

Profesi adalah pekerjaan. Namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Menurut Dr.

Lakshamana Rao, seorang sarjana India yang Asep Syamsul M. Romli (penulis blog) sebuah

pekerjaan dapat dikatakan sebagai profesi jika memiliki empat hal, yaitu (1) harus terdapat

kebebasan dalam pekerjaan tersebut; (2) harus ada panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan

itu; (3) harus ada keahlian (expertise); (4) harus ada tanggung jawab yang terikat pada kode etik

pekerjaan. (Assegaf,1987).

Page 35: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Sebuah pekerjaan dapat dikategorikan sebagai profesi maka harus memiliki asosiasi

profesi dan kode etik. Wartawan merupakan suatu profesi dengan terdapatnya asosiasi wartawan

seperti Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan masih

banyak asosiasi wartawan lainnya yang semakin banyak bermunculan setelah jatuh Orde Baru

yang dipimpin oleh Soeharto. Juga dengan terdapatnya kode etik wartawan.

Serikat Pekerja atau Asosiasi Pekerja merupakan sebuah wadah untuk memperjuangkan

kepentingan pekerja. Melalui organisasi profesi, para pekerja memiliki tempat untuk

memperjuangkan keinginan mereka seperti, misalnya, kenaikan gaji, cuti, pemberian bonus

tahunan, dana pensiun, asuransi tenaga kerja, atau besaran pesangon. Keberadaan badan pekerja

ini memberikan kemampuan pada karyawan untuk melakukan tawar menawar yang lebih baik

dalam memperjuangkan kepentingan mereka sebagai pegawai sebuah perusahaan. Selain

memperjuangkan kepentingan karyawan, Asosiasi profesi juga dapat menjadi tempat bagi para

anggotanya untuk meningkatkan kemampuan profesional mereka.

Profesi wartawan muncul di Era kemenangan kaum liberal, mengenai sedikit sejarah

munculnya wartawan sebagai munculnya, Denis McQuail menuliskan dalam bukunya yang

bertajuk “Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar” Edisi Kedua. Dalam buku yang sudah

dialihbahasakan dari karya aslinya dalam Bahasa Inggris pada 1987 ini, McQuail membahas

sedikit mengenai kemenangan liberalisme dan akhir sensor langsung atau beban fiskal, lahirnya

kelas sosial kapitalis yang secara relatif bersikap progresif dan beberapa profesi lainnya,

sehingga mendorong lahirnya badan usaha profesional, banyak perubahan sosial dan teknologi

yang menghendaki adanya sistem kerja pers regional dan nasional yang menyuguhkan informasi

Page 36: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

berkualitas tinggi. Hal-hal tersebut menyebabkan dimulainya fase surat kabar “borjuis”, yang

bermula dari 1850 hingga akhir abad 19.

Ciri-ciri utama “elit” pers baru yang berperan dalam kurun waktu tersebut adalah

ketidaktergantungan formal terhadap pihak pemerintah dan kelompok yang mementingkan diri

(vested interest), penerimaan ke dalam struktur masyarakat sebagai institusi utama dalam

kehidupan sosial dan politik, munculnya profesi kewartawanan yang menerapkan pelaporan

peristiwa secara objektif, tanggung jawab sosial dan etis yang tinggi, penerapan peran

pemberi pendapat dan pembentuk pendapat secara bersamaan, kecenderungan mengaitkan diri

dengan “kepentingan nasional” secara berulang kali.

Dilihat dari sejarahnya, profesionalisme lahir dari rahim era industri, industri pers

modern. Profesionalisme lahir untuk memenuhi kebutuhan kaum pemilik modal untuk

menghasilkan produk kualitas tinggi yang dapat diserap oleh pasar, alih-alih melayani kebutuhan

masyarakat.

Media menjadi alat rekayasa untuk perpanjangan dan kekuasaan Negara atau ekonomi,

media semacam ini tidak mencerminkan kenyataan sosial. Masyarakat dipaksa untuk menerima

informasi yang berbau kepentingan. Setiap media gagal menyampaikan kenyataan sosial, gagal

dalam memberi peluang masyarakat untuk mengaktualisasikan diri, gagal dalam fungsinya

sebagai cermin yang bening bagi masyarakat. Kebebasan pers dikendalikan oleh kekuasaan

Negara dengan segala aturan berupa perizinan, sensor, dan lain sebagainya sehingga masyarakat

harus mencari kenyataan sosial diantara pemberitaan yang ada. Pemberitaan yang ada

dikonstruksikan sedemikian rupa agar aman bagi media pers. Jurnalis yang mencoba menyajikan

Page 37: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

kenyataan sosial dianggap menyebabkan keamanan media pers terancam. (Aliansi Jurnalis

Independen, 1995:55)

Dari pemaparan sebelumnya dapat disepakati bahwa suatu pekerjaan dikategorikan

sebagai profesi jika terdapat asosiasi profesi, kode etik, dan perlu pendidikan khusus. Seseorang

yang memiliki suatu profesi tertentu disebut profesional. Wartawan merupakan profesi. Oleh

karena itu orang yang bekerja sebagai wartawan disebut sebagai profesional. Berdasarkan

pernyataan itu, menurut saya seperti ada yang janggal dengan istilah wartawan profesional.

Wartawan memang sudah seharusnya profesional. Frase “wartawan profesional” mengundang

kebingungan. Frase ini seolah menimbulkan kesan bahwa ketika kata “profesional” dihilangkan

dari frase tersebut, maka wartawan menjadi tidak profesional. Mungkin ini sebuah kritik tehadap

frase tersebut dan orang-orang (mungkin kebanyakan) yang mengamini frase tersebut.

Wartawan memang profesional karena pekerjaannya sudah diatur dalam Kode Etik

Wartawan Indonesia (KEWI) yang dilandasi oleh Undang-Undang Pers no. 40 tahun 1999. Jika

tetap memaksakan menanyakan mengenai definisi wartawan profesional, maka jawabannya

adalah wartawan yang mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan ketentuan aturan yang berlaku

baik Undang-Undang Pers maupun kode etik yang dikeluarkan oleh asosiasi wartawan atau

kesepakatan berbagai asosiasi wartawan. Untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas jurnalistik

maka diperlukan keahlian jurnalistik yang didapatkan dari pendidikan khusus. Asosiasi

wartawan bermunculan setelah tumbangnya Orde baru, yang juga mendorong bermunculannya

kode etik karena kebanyakan asosiasi wartawan membuat kode etiknya sendiri. Namun pada 14

maret 2006 disepakati Kode Etik wartawan Indonesia oleh 29 organisasi wartawan dan

organisasi perusahaan pers.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Mengenai definisi maupun syarat wartawan profesional tidak dituliskan secara eksplisit

dalam UU Pers maupun KEWI. Pada Bab 3 pada UU Pers yang meliputi 2 pasal (pasal 7 dan 8)

tentang wartawan, tidak dituliskan mengenai wartawan profesional. Pada bab itu hanya

dituliskan mengenai wartawan yang bebas memilih organisasi wartawan, menaati kode etik

jurnalistik (pasal 7), dan wartawan mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan

profesinya. Namun adanya KEWI sudah menunjukkan profesionalitas wartawan. Pada KEWI

pasal 2 (Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas

jurnalistik) terdapat penafsiran mengenai cara-cara yang profesional itu, yaitu:

Penafsiran

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber

b. menghormati hak privasi

c. tidak menyuap

d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya; rekayasa pengambilan dan

pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang

sumber dan ditampilkan secara berimbang

e. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

f. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai

karya sendiri;

g. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita

investigasi bagi kepentingan publik.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh

informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai

pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta

profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik

Dapat disimpulkan bahwa mengenai syarat wartawan profesional ialah ketika wartawan

tergabung dalam organisasi pers (organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers) yang

diakui Dewan Pers dengan fungsinya sebagai fasilitator organisasi-organisasi pers dalam

menyusun peraturan-peraturan dibidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan

dan menaati peraturan tentang profesi kewartawanan (KEWI).

(http://catatancalonwartawan.wordpress.com/tag/profesi-wartawan/ Diakses pada 11 Februari

2012, pukul 19.04)

Kaum Jurnalis mutakhir Indonesia akan memainkan peran yang sangat penting dalam

proses perubahan masyarakat. Bukan sebagai individu, bukan juga pada mereka yang lebih

bermoral, jujur, atau sebaliknya. Tetapi mereka yang “kebetulan” ditempatkan oleh sejarah pada

sebuah posisi dalam sebuah struktur kapitalisme mutakhir yang tidak dirancang oleh siapa-siapa

sebagai suatu perkomplotan. Asosiasi profesi wartawan seperti AJI merupakan salah satu bentuk

kelahiran dari benih yang sudah lama dikandung kapitalisme dan industrialisasi pers di

Indonesia. Asosiasi profesi wartawan sebagai bentuk kemerdekaan yang menjadikan sebuah

kekuatan yang independen dan kompak serta memeperjuangkan masyarakat pada umumnya dari

kekuasaan yang sewenang-wenang. (Aliansi Jurnalis Independen, 1995:155-156)

E. Metode Penelitian

Page 40: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

F.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan

metode komparatif. Penelitian ini berangkat dari sebuah permasalahan, yakni adanya citizen

journalism dan keberadaannya yang mengundang pro dan kontra dikalangan masyarakat dan

kalangan media. Masalah yang dibawa peneliti masih bersifat sementara, dan berkembang

setelah peneliti ada dilapangan. Dalam penelitian kualitatif berusaha memberikan gambaran

sekaligus menjelaskan fenomena-fenomena yang tampak terkait dengan pembahasan mengenai

perbandingan pandangan tentang citizen journalism menurut aktifis AJI dan PWI . Kemudian

hasil dari pendeskripsian kemudian dikomparasikan sehingga menjelaskan hubungan.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai kondisi,

berbagai situasi, atau berbagai fenomenarealitas yang ada dalam masyarakat sebagai objek

penelitian, serta berupaya menarik realitas tersebut kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter,

sifat, model, tanda, atau gambaran mengenai suatu kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

(Bungin, 2010:68)

F.2 Fokus Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti membuat beberapa batasan

yang terdiri dari 7 aspek sebagai berikut:

1. Definisi citizen journalism

2. Ciri-ciri citizen journalism

Page 41: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

3. Bentuk-bentuk citizen journalism

4. Media citizen journalism

5. Pelaku citizen journalism dan wartawan

6. Produk citizen journalism dan nilai berita

7. Faktor pendukung citizen journalism dan dampaknya bagi dunia jurnalistik

F.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi: Penelitian ini dilakukan di AJI dan PWI yang ada di Malang.

Waktu: 29 Desember 2011-19 Januari 2012

F.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah aktifis dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI). Peneliti mengambil sebanyak sembilan orang dari masing-masing

organisasi. Sehingga total keseluruhan dari subjek penelitian berjumlah delapan belas orang.

Dalam menentukan subjek, peneliti menggunakan teknik Puprosive Sampling, yakni teknik

pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011:219). Kriteria

aktifis yang digunakan sebagai subjek penelitian antara lain:

1. Telah menjadi anggota aktif organisasi sedikitnya dua tahun

2. Berpengalaman dalam dunia jurnalistik

3. Tercatat sebagai jurnalis mainstream media

Page 42: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Alasan peneliti mengambil organsasi profesi wartawan ini adalah dua organisasi tersebut

memiliki kredibilitas dan merupakan dua organisasi jurnalis yang paling banyak dikenal oleh

masyarakat karena merupakan organisasi profesi wartawan terbesar di Indonesia dengan ideologi

yang berbeda. Dimana AJI dengan ideologi yang independen seangkan PWI dengan ideologi

pemerintah. Mereka tentu memiliki pandangan yang berbeda dalam dalam menanggapi

fenomena citizen journalism dan pro kontranya di ranah jurnalistik. Selain itu alasan mengambil

kedua organisasi tersebut adalah ditetapkankanya AJI dan PWI tahun ini sebagai lembaga

penguji kompetensi wartawan oleh Dewan Ders.

F. 5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik wawancara

berstruktur dan dokumentasi. Wawancara berstruktur adalah wawancara yang digunakan bila

peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Dalam hal ini

peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Setiap

responden diberi pertanyaan yang sama kemudian jawabannya dikumpulkan dan dicatat oleh

peneliti (Sugiyono,2011:233). Proses wawancara sendiri dilakukan secara face to face dan

menggunakan e-mail dengan narasumber yang ada di AJI dan PWI. Sedangkan untuk

pengumpulan data dokumentasi, peneliti mengumpulkan dokumen berbentuk tulisan dan

rekaman sebagai pelengkap dari penggunaan teknik wawancara (Sugiyono,2011:240)

E. 6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan model Miles and Huberman.

Dikemukakan oleh Miles dan Huberman, aktifitas analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga tuntas (Sugiyono, 2011:246)

Page 43: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

Tahap-tahap dalam analisa data kualitatif yaitu:

a. Reduksi data (Data Reduction)

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang sesuai dengan

penelitian, memfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting dari data yang

diperoleh melalui proses pengumpulan data dari akritifis AJI dan PWI, kemudian

dicari tema dan polanya. Reduksi data dapat memberi gambaran yang lebih jelas serta

mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data.

b. Penyajian data (Data Display)

Data dalam penelitian ini disajikan dengan uraian singkat berbentuk narasi. Dengan

melakukan display data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,

selanjutnya merencanakan kerja lanjutan berdasarkan apa yang telah dipahami.

Dalam melakukan penyajian data selain berupa teks naratif, data berupa grafik,

matrix, ataupun chart juga disarankan, dalam penelitian ini mengunakan tabel

perbandingan. Data pendukung tersebut disajikan pada laporan akhir penelitian.

c. Verifikasi (Conclusion Drawing)

Proses ini menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan yang dibawa peneliti pada saat proses penelitian adalah kesimpulan awal

yang bersifat sementara dan dapat mengalami perubahan apabila bukti-bukti kuat

yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya tidak dapat ditemukan. Namun

jika dapat dibuktikan secara valid dan konsisten ketika peneliti kembali kelapangan,

maka kesimpulan yang dihasilkan bersifat kredibel. Kesimpulan dari penelitian

kualitatif merupakan sebuah temuan baru yang belum ada sebelumnya. Temuan dapat

berupa deskriptif ,awalnya bersifat belum jelas namun setelah dilakukan penelitian

Page 44: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian

akan menemukan suatu kejelasan, hasilnya dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif maupun hipotesis atau teori.

F.7 Teknik Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Triangulasi

sumber, yakni dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa narasumber.

Data yang telah diperoleh kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang

sama dan mana yang berbeda, dan mana spesifik dari beberapa sumber. Data yang dianalisis

menghasilkan suatu kesimpulan yang kemudian dilakukan member check dengan narasumber.

(Sugiyono,2011:274)

Page 45: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27396/2/jiptummb--auliyarahm-27915-2-babi.pdf · Meskipun menuai pro dan kontra, namun keberadaan citizen journalism demikian