Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah Hati

6
 Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah Hati Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah Hati M. SIDIK, S. Ag, M. Pd  لسر ا ل ك ندي ا لى ع ظ  قح ا ن ي و  د ب س ر  سر ا !"  # ا ل   د $ ح ا % ل   د $ ح ا & '  (  ) ي  (* د +و ل ا*ا  ا* ,ا د  (- % ا '   ./  0 ' اس و 12 ب ل ا ى ا  ' اع و ا ' ي"1و ا '  3  ب لى ع 4 سل و ى ل 5 4 # ل ا % ا ر' د 6 7  ي#  8  ا 9: ر ا سر و  د 8 ع ا د'  $ # ح  / , #   ا د  ( ا و % ا '  ;2 <=> ل    ? د@ ع ا * و A  >A ق#  + ل ا ا  >A # ا B  . # ا  ي@  =  ي  د C  ب   / # ا % ا '   D  ك    $ ' ل EA 4  ل# س و ب ح 5 ا و  ا ىلع و  دF  $ # ح  /  1 د س,  $  ل E/ 4G1 ا و * # ا   ن#  A  $A Dikisahkan dalam kitab Birr al walidain karya Ibnu al Jauy ra, suatu saat al !adhil bin yahya al burmuki dan ayahnya di"en#ara. Karna yahya ra telah lan#ut usia maka ia tidak bisa berwudhu dengan air dingin. Sang anak "un ber"ikir untuk menghangatkan air dingin yang tersedia di "en#ara. Dia mengangkat tem"at air tadi lalu didekatkan ke lam"u yang tergantung di langit$langit "en#ara, dia terus bertahan sam"ai ayam #antan berk%k%k. Pada hari berikutnya lam"u "en#ara di&abut, sebagai bentuk hukuman atas "erbuatan 'adhil yang dikateg%rikan %leh "en#aga sebagai suatu "elanggaran. (amun 'adhil tidak kehabisan &ara. Dia mele"as ba#unya, lalu menunduk dan menem"elkan "erutnya ke air su"aya hawa hangat yang ada dalam tubuhnya mengalir dan ber"indah ke air dingin tersebut. Dengan tubuh menggigil menahan rasa dingin dia bertahan semalam suntuk, demi menyediakan air hangat untuk ba"aknya. Subhanallah. Ini adalah suatu "%tret luar biasa mengenai bakti se%rang anak ke"ada %rang tuanya. Barangkali kita tidak menda"atkan "%tret seru"a di akhir aman ini. (amun bukan berarti mewu#udkan hal itu meru"akan suatu kemustahilan) Bahkan mungkin kita bisa membuat anak kita lebih dari itu. Bagaimana &aranya * tentu dengan ikhtiar dan d%a.  Ada sat u kewa#i ban yan g harus d ilaksana kan %ran g tua unt uk kelua rganya. Hal ini di#elaskan 'irman Allah dalam +S. At ahrim - - HIJKLMNOPQR QSTUVWXHY ZY[\]Q^Y_` ZYa[bV cd`efghijMk cd`elmnopMk_M YqrHQj Hsptu[bV_M vwHw]xHY `y_rHszUQ{|HY_M HIJc}~nQ• €Ie‚ƒOP~nQ^ „v…†U€ ‡uYsLUW ˆ‰ QŠ[‹ŒobQRWXHY XHQ^ cbpQ Q^Mk QŠ[bnsb{iQR_M HQ^ QŠMv Žo\R ‘ yM~’“yM~’ s~’ Š”M‘~– I”—‘˜M˜ p‘M‘_ p~ J”—_M’_ pM‘ I‘ ~”MJ s~’ Š˜~ ŠJM~s p˜ ~_ p~ ŠQ_™ I”~š~s ‘JQ“‘JQ s~’ JM– J”M– p~ Q‘pJ ”~p_M˜J‘ ›——˜ Q”M˜pI I s~’ p‘I”M‘~Q˜J~“s J”Ip ”M”J p~ ”——_ ”~’”MšJ~ I s~’ p‘I”M‘~Q˜J~% ^”M‘J_Q ‘~‘ J‘Q Q”~Q~’ ˜—“˜— s~’ I”M—_ p‘šp‘J~ IM‘yM‘Q p ”~p‘p‘J ~J | œ”MQ | Q~J~—˜ J‘p˜ s~’ —_M_ ”šJ p‘~‘% ›~J Š‘J~ J”MQ I_Q‘˜– Q”M’~Q_~’ I s~’ ”~’’yM”J~ I”~ p‘ Q~s% j_— Š”MŠp |   1  E #  $  ي و ا 1 ا  ž.  ي  او 1 ا ي  بŸ: &  ¡  ا ى عل د ي * #   ا  F  / ن  /  / ¢”Q‘I Šs‘ s~’ —˜‘M p J”p~ £QM˜% ¤M~’ Q_~s˜ s~’ J~ ”~šp‘J~~s q ˜_p‘– M~‘ p~ ¥š_‘% Zj% ^_J˜M‘ ¥_—‘¦%

description

bahan khutbah

Transcript of Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah Hati

Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah Hati

Menuai Ridha Allah Dengan Mendidik Buah HatiM. SIDIK, S. Ag, M. Pd

. . . . .

Dikisahkan dalam kitab Birr al walidain karya Ibnu al Jauzy ra, suatu saat al Fadhil bin yahya al burmuki dan ayahnya dipenjara.Karna yahya ra telah lanjut usia maka ia tidak bisa berwudhu dengan air dingin. Sang anak pun berpikir untuk menghangatkan air dingin yang tersedia di penjara. Dia mengangkat tempat air tadi lalu didekatkan ke lampu yang tergantung di langit-langit penjara, dia terus bertahan sampai ayam jantan berkokok.Pada hari berikutnya lampu penjara dicabut, sebagai bentuk hukuman atas perbuatan fadhil yang dikategorikan oleh penjaga sebagai suatu pelanggaran. Namun fadhil tidak kehabisan cara. Dia melepas bajunya, lalu menunduk dan menempelkan perutnya ke air supaya hawa hangat yang ada dalam tubuhnya mengalir dan berpindah ke air dingin tersebut. Dengan tubuh menggigil menahan rasa dingin dia bertahan semalam suntuk, demi menyediakan air hangat untuk bapaknya. Subhanallah.Ini adalah suatu potret luar biasa mengenai bakti seorang anak kepada orang tuanya. Barangkali kita tidak mendapatkan potret serupa di akhir zaman ini. Namun bukan berarti mewujudkan hal itu merupakan suatu kemustahilan! Bahkan mungkin kita bisa membuat anak kita lebih dari itu. Bagaimana caranya ? tentu dengan ikhtiar dan doa.Ada satu kewajiban yang harus dilaksanakan orang tua untuk keluarganya. Hal ini dijelaskan firman Allah dalam QS. At Tahrim : 6 :$pkr'tt%!$#(#qZtB#u(#q%/3|Rr&/3=dr&ur#Y$tR$ydq%ur$Z9$#ou$yft:$#ur$pkn=tps3n=tBx#ywtbqt!$#!$tBNdttBr&tbq=ytur$tBtbrsDsHai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.Berikut ini kiat tentang hal-hal yang perlu dijadikan prioritas dalam mendidik anak :Pertama : tanamkanlah akidah yang lurus sejak dini.Anak bagaikan kertas putih, tergantung siapa yang menggoreskn pena di atasnya. Rasul bersabda : Setiap bayi yang lahir dalam keadaan fitrah.Orang tuanyalah yang akan menjadikannya ia Yahudi, Nasrani dan Majusi. (HR. Bukhari Muslim).Jadi kewajiban pertama orang tua adalah menanamkan akidah yang benar dan lurus pada anak-anak sejak kecil. Ajarkanlah bahwa ibadah semata-mata merupakan hak Allah, tidak ada satupun sosok makhluk yang berhak untuk disembah, semulia apapun makhluk tersebut, meskipun ia wali, nabi atau malaikat sekalipun. Berilah pengertian bahwa dosa terbesar yang tidak terampuni adalah dosa syirik. Sebutkan contoh-contohnya agar mereka betul-betul memahaminya dan tidak terjerumus ke dlamnya seperti mengharap berkah dari kuburan, memakai jimat, pergi ke dukun-dukun dan lain sebagainya. Sabda nabi : ()Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Alloh.Kedua : biasakanlah anak mendirikan shalat lima waktu.Sebagai agama yang mengajarkan para pemeluknya untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Sang Pencipta, Islam menggariskan berbagai cara untuk merealisasikan tujuan mulia tersebut. Diantaranya dengan pensyariatan shalat lima waktu. Suatu ibadah yang nikmat dan sebenarnya ringan bagi orang yang diberi hidayah oleh Allah dan terbiasa menjalankannya. Yang jadi masalah, sudahkah kita membiasakan anak-anak kita untuk mengerjakan shalat sejak dini?Sebagian orang mengatakan, biarkan saja anak tidak usah diajak ke masjid, toh ketika dewasa juga akan ke masjid sendiri. Ini adalah sebuah komentar yang keliru, ditinjau dari sisi syariat maupun dari sisi kenyataan yang ada. Adapun kenyataan yang ada, maka sangat jelas mendustakan omongan tersebut! Mana hasilnya orang-orang yang mengatakan anak tidak usah di ajak ke masjid, nanti sudah dewasa mereka akan ke masjid sendiri? Apakah anak-anak mereka yang dahulu dibiarkan dan tidak diajak ke masjid sekarang sudah dewasa rajin ke masjid? Atau tidak pernah sama sekali? Sedangkan jika dipandang dari sisi syariat, amat jelas nabi SAW memerintahkan anak untuk shalat sejak dini. Rasul bersabda : ( )Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat berumur tujuh tahun dan pukullah mereka jia enggan saat mereka berumur sepuluh tahun.

Alangkah indahnya saat adzan dikumandangkan, para orang tua beserta anak-anaknya berbondong-bondong mengambil air wudhu, lalu mereka shalat berjamaah dan ayahnya menjadi imam. Namun kenyataan yang ada saat ini sangat menyedihkan, betapa banyak anak-anak yang telah menginjak usia dewasa, sama sekali tidak pernah shalat! Tidakkah orang tua mereka khawatir takkala mereka mempertanggungjawabkan amanah mendidik anak dihadapan Allah SWT kelak.Ketiga : didiklah anak untuk berakhlak mulia.Akhlak merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari Islam. Bahkan salah satu tujuan utama diutusnya rasululloh ke muka bumi adalah dalam rangka menyempurnakan akhlak. Biasakanlah anak berakhlak mulia dan beradab yang islami dengan orang tua, tetangga, guru, teman dan seluruh makhluk. Didiklah dan biasakanlah kalau mau berangkat ke sekolah anak kita untuk bersalaman dengan orang tua sambil mencium tangan lalu mengucapkan salam. Biasakanlah hidup sederhana dan hemat, biasakanlah berpakaian yang islami, yang menutup aurat sejak dini. Insya Allah kalau sudah terbiasa, di masa dewasanya tidak akan canggung lagi.Demikianlah khutbah singkat yang dapat khatib sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya untuk kita semua.

.Diposkan olehMuhammad Sidikdi05.51Tidak ada komentar:Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestSabtu, 29 Desember 2012Memahami Hakikat Perjuangan Hidup Melalui Hikmah Hijrah

Memahami Hakikat Perjuangan Hidup Melalui Hikmah HijrahM. Sidik, S. Ag, M. Pd . Sudah sepantasnya dan sewajarnya bagi kita orang yang beriman selalu mengucapkan rasa puji dan syukur atas segala limpahan nikmat yang Allah anugerahkan sehingga dengan ijinnya kita masih bertemu kembali dengan tahun 1433 H. solawat dan salam semoga tercurahkan kpd rasullulloh Muhammad SAW yang syafaatnya kita nantikan di hari kiamat.Ketika nabi SAW dan sahabat-sahabatnya berhijrah, motivasi utama mereka adalah mencari ridha Allah yang diyakini Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Menjelang hijrah kaum muslimin berada pada posisi yang sangat lemah dan teraniaya. Namun keyakinan mereka akan datangnya kemenangan tidak pernah sirna. Hal ini disebabkan oleh tebalnya iman mereka kepada Allah. Pokok pertama yang ditanamkan rasul kepada sahabat-sahabatnya jauh sebelum berhijrah adalah keimanan. Bukan saja karena keimanan merupakan ajaran dasar, tetapi juga karena iman membentengi manusia serta mengantarkan mereka kepada optimisme. Iman membangkitkan sinar dalam akal, sehingga merupakan petunjuk jalan ketika berjumpa dengan gelap keraguan. Dengan iman seseorang akan mudah mengatasi batu penghalang yang dapat menjatuhkannya ke jurang kebinasaan. Dengan iman kita sanggup menghadapi tantangan zaman, biarkan zaman tetap berkembang namun iman jangan sampai goyang, biarkan zaman berubah namun iman jangan sampai goyah, biarkan zaman silih berganti namun iman jangan sampai mati.Hijrah rasul yang telah berlalu 14 abad lamanya, namun dari celah-celah peristiwanya, banyak sekali pelajaran yang dapat kita petik, yaitu :1.Pengorbanan.Ketika Rasululloh menyampaikan kepada Abu Bakar ra. bahwa Allah memerintahkannya untuk berhijrah, dan sekaligus mengajak sahabatnya itu untuk berhijrah bersama, Abu Bakar ra. menangis kegirangan. Dan seketika itu juga ia membeli dua ekor Unta dan menyerahkannya kepada Rasululloh saw. agar beliau memilih, mana yang beliau Nabi kehendaki. Di saat itulah terjadi dialog antara keduanya :Rasulullah berkata : Aku tidak akan mengendarai unta yang bukan milikku.Sahabat Abu Bakar ra. menimpali; Unta ini aku serahkan untukmu. Baiklah aku akan membayar harganya. Kata Nabi.Setelah Abu Bakar bersikeras agar unta itu diterima sebagai hadiah, namun Nabi saw. tetap menolak, akhirnya Abu Bakar pun setuju untuk menjualnya. Pertanyaannya kemudian adalah : Mengapa beliau Nabi Muhammad bersikeras untuk membelinya ......? Bukankah Abu Bakar sahabat beliau ? Disinilah terdapat suatu pelajaran yang sangat berharga yakni : Rasululloh saw. ingin mengajarkan bahwa untuk mencapai suatu usaha besar, dibutuhkan pengorbanan maksimaldari setiap orang. Beliau bermaksud untuk berhijrah dengan segala daya yang dimilikinya, tenaga, fikiran, dan materi, bahkan dengan jiwa dan raga beliau. Dan salah satunyaadalah dengan tetap membayar harga onta sahabatnya, Abu Bakar.2.Makna Hidup.Dan tatkala Rasulillah SAW berangkat ke Madinah, beliau berpesan kepada kemenakannya Ali Bin Abi Thalib, agar ia tidur di tempat pembaringan Nabi sambil berselimut dengan selimut beliau guna mengelabui kaum Musyrikin. Dengan kesediaan ini. Ali pada hakikatnya mempertaruhkan jiwa raganya demi membela agama Allah. Di sini kita akan dapat mengambil pelajaran apa sebenarnya arti hidup menurut pandangan agama? Hidup bukanlah sekedar menarik dan menghembuskan nafas. Ada orang-orangyang telah terkubur, tetapi oleh Al Quran masih dinamai Orang hidup dan mendapat rizqi sebagaimana disebutkan di dalam Firman Allah Taala dalam QS. Ali Imran ayat 169 dan 171 :wurt|trBt%!$#(#q=F%@6y!$#$O?uqBr&4@t/!$umr&yYOgn/utbq%yjanganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.Begitu juga sebaliknya, ada orang yang menarik dan menghembuskan nafas, namun dianggap sebagai orang-orang yang mati.$tBurqtGo!$umF{$#wurVuqBF{$#4b)!$#J`tB!$to(!$tBur|MRr&8JJ/`Bq7)9$#dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam kubur dapat mendengar.Dari sini dapatlah kita pahami bahwa : hidup dalam pandangan agama adalah : kesinambungan dunia dan akherat dalam keadaan bahagia, kesinambungan kebahagiaan yang hingga melampui usia dunia ini. Dengan demikian tiadalah arti hidup bagi seseorang, apabila ia tidak menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban-kewajiban yang lebih besar dan yang melebihi kewajiban-kewajibannya hari ini. Setiap orang yang beriman wajib mempercayai dan menyadari bahwa disamping wujudnya masa kini, masih ada lagi wujud yang lebih kekal abadi dan lebih berarti daripada kehidupan dunia ini.3.Tawakkal dan UsahaKetika Rasululloh saw. bersama sahabat Abu Bakar ra. bersembunyi di Gua Tsur dan para pengejar mereka telah berdiri di mulut gua tersebut, Abu bakar ra. sangat gentar dan gusar. Lalu rasululloh saw. menenangkannya sambil berkata : Janganlah kuatir dan janganlah bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.Keadaan ini bertolak belakang dengan apa yang kemudian terjadi dalam peperangan Badar, sekitar satu setengah tahun setelah peristiwa hijrah ini. Ketika itu yang gusar dan kuatir adalah Nabi Muhammad saw., sedang Abu Bakar ra. yang menenangkan beliau.Mengapa terjadi dua sikap yang berbeda dari Nabi dan sahabatnya Abu Bakar ?, Di sini, sekali lagi kita mendapat pelajaran yang sangat dalam. Dua peristiwa yang berbeda di atas menuntut pula dua sikap kejiwaan yang berbeda dan keduanya diperankan dengan sangat jitu oleh Nabi Muhammad saw. Kedua prinsip sebagai hakikat keagamaan itu adalah : Tawakkal dan Usaha/Taqwa.Modus perbedaan pengambilan keputusan sikap Nabi itu adalah : Bahwa perintah untuk berhijrah datangnyaadalah seketika atau tiba-tiba, oleh karenanya ia harus dilaksanakan dengan penuh keyakinan, tiada alasan untuk takut, gentar dan bersedih. Berbeda halnya dengan peperangan. Jauh sebelumnya beliau telah diperintahkan untuk mempersiapkan diri menghadapi musuh. Sebagaimana terungkap dalam Firman Allah Taala, (QS. Al-Anfal ayat : 60)

(#rr&urNgs9$BOFstG$#`iB;oq%Bur$t/h@y9$#cq7d?m/rt!$#N2rturtyz#uur`BOgRrwNgtRqJn=s?!$#NgJn=t4$tBur(#q)Z?`B&x@6y!$#$uqN3s9)OFRr&urwcqJn=?dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).Kekhawatiran Nabi ketika itu timbul karena keraguan beliau akan persiapan-persiapan yang dilakukannya selama ini, jika keraguan itu benar, tentulah beliau menjerumuskan umat dan sekaligus agama ke jurang yang sangat berbahaya, dengan kekalahan akibat kurang persiapan. Dan beliau sadar bahwa, dalam halini Allah tidak pilih kasih.Demikianlah yang dapat khatib sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. .Diposkan olehMuhammad Sidikdi19.34