BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

22
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di Indonesia mengalami fluktuasi dalam perolehan suara dalam pemilihan umum. Penurunan jumlah pemilih suatu partai bisa disebabkan banyak hal. diantaranya: Pertama, partai yang belum mengakar. Kedua, kegagalan meyakinkan pemilih untuk kembali memilih partai yang sama. Ketiga, kegagalan partai dalam membangun hubungan kepercayaan dengan konstituen. Keempat, gagal menjalankan fungsi representasi. Dari penyebab tersebut, kualitas fungsi representasi menjadi bagian yang paling menjadi sorotan. Anggota legislatif yang terpilih dalam pemilihan umum amat minim dalam mewakili kepentingan serta harapan konstituen. Anggota legislatif dan konstituen seolah menjadi dua elemen yang terputus. Hal ini juga terpotret dalam penelitian yang menyebutkan kepercayaan masyarakat menurun kepada partai politik karena kualitas representasi partai politik yang buruk cenderung semu (Yulianto 2007, h. 69-71). Penulis melihat, persoalan representasi tersebut disebabkan buruknya pengelolaan keanggotaan dimulai dari rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan pejabat publik dan diabaikannya ideologi partai. Pengelolaan keanggotaan sebuah partai merupakan bagian yang sangat mempengaruhi kualitas anggota partai politik. Pengelolaan keanggotaan sulit diketahui karena partai menganggap pengelolaan anggota partai sebagai urusan internal partai politik yang tidak perlu diketahui masyarakat luas dan enggan untuk

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partai politik di Indonesia mengalami fluktuasi dalam perolehan suara dalam

pemilihan umum. Penurunan jumlah pemilih suatu partai bisa disebabkan banyak hal.

diantaranya: Pertama, partai yang belum mengakar. Kedua, kegagalan meyakinkan

pemilih untuk kembali memilih partai yang sama. Ketiga, kegagalan partai dalam

membangun hubungan kepercayaan dengan konstituen. Keempat, gagal menjalankan

fungsi representasi. Dari penyebab tersebut, kualitas fungsi representasi menjadi

bagian yang paling menjadi sorotan. Anggota legislatif yang terpilih dalam pemilihan

umum amat minim dalam mewakili kepentingan serta harapan konstituen. Anggota

legislatif dan konstituen seolah menjadi dua elemen yang terputus. Hal ini juga

terpotret dalam penelitian yang menyebutkan kepercayaan masyarakat menurun

kepada partai politik karena kualitas representasi partai politik yang buruk cenderung

semu (Yulianto 2007, h. 69-71). Penulis melihat, persoalan representasi tersebut

disebabkan buruknya pengelolaan keanggotaan dimulai dari rekrutmen, kaderisasi

dan pencalonan pejabat publik dan diabaikannya ideologi partai.

Pengelolaan keanggotaan sebuah partai merupakan bagian yang sangat

mempengaruhi kualitas anggota partai politik. Pengelolaan keanggotaan sulit

diketahui karena partai menganggap pengelolaan anggota partai sebagai urusan

internal partai politik yang tidak perlu diketahui masyarakat luas dan enggan untuk

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

17

diperbincangkan. Kerap tidak disadari bahwa untuk menciptakan sebuah demokrasi

yang berkualitas diperlukan proses yang terbuka dan tepat dalam rekrutmen,

kaderisasi dan proses pencalonan anggota partai sebagai pejabat publik. Sejatinya

kualitas dan performa representasi berkaitan langsung dengan pengelolaan

keanggotaan partai politik. Proses pengelolaan keanggotaan yang tidak terbuka dan

belum berkualitas menyebabkan partai kemudian hanya berorientasi pada agenda

jangka pendek yakni pemilihan umum. Partai politik di Indonesia hanya fokus pada

satu fungsi saja, yakni sebagai agents of elite recruitment (Imawan 2004, h. 18).

Dalam pemilihan umum, hampir semua partai cenderung mengesampingkan

kapasitas dan kontribusi calon bagi proses institusionalisasi partai politik. Keinginan

memenangkan pemilihan umum, menyebabkan partai kemudian mengambil jalan

pintas dalam mencalonkan pejabat publik dengan memilih “kader instan”. Pilihan

mencalonkan pejabat atau mantan pejabat, pengusaha dan selebriti menunjukkan

partai tidak memiliki perencanaan jangka panjang dalam pengelolaan keanggotaan,

kecuali kemenangan dalam pemilihan umum. Kemungkinan, anggota partai yang

telah cukup lama berproses dalam partai dan berkontribusi bagi partai harus

merelakan diri dikesampingkan demi membuka ruang bagi kader instan tersebut.

Terpilihnya kader instan sebagai pejabat publik kemudian menimbulkan masalah baru

yakni ketidakmampuan dalam mewakili atau memperjuangkan kepentingan

konstituen yang memilihnya karena tidak memiliki kapasitas. Meski telah memiliki

mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

yang dibuat. Hal ini dilakukan untuk mengakomodir calon yang diinginkan atau

diajukan elit. Oleh karena itu, pengelolaan keanggotaan merupakan proses penting

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

18

yang harus dilakukan dan dijalani dalam membangun partai yang mengakar pada

konstituen dan menjalankan visi keberpihakan pada kepentingan publik baik di

legislatif maupun eksekutif.

Dalam konteks rekrutmen, PUSKAPOL UI menemukan tiga persoalan

rekrutmen partai politik di Indonesia. Pertama, partai belum memiliki prosedur

rekrutmen yang mapan, baik dalam tataran konsep maupun dalam implementasinya.

Kedua, partai masih terlalu mengandalkan model rekrutmen konvensional, terutama

tergantung pada basis dukungan lama, yang seringkali telah mengalami pergeseran.

Ketiga, rekrutmen kandidat di internal partai untuk maju dalam pemilihan umum

kurang memperhatikan aspek kinerja dari bakal calon (Romli et al. 2008, h. 19).

Bila rekrutmen yang sifatnya menambah keberadaan sumber daya manusia di

internal partai, kaderisasi anggota juga belum menjadi prioritas bagi partai politik.

Demikian pula dengan kandidasi anggota legislatif, belum ada mekanisme yang jelas

dan konsisten dilakukan partai politik. Persoalan calon anggota legislatif yang

menggunakan jalan pintas tanpa mengikuti jenjang kepartaian mulai dari membership

hingga kaderisasi diabaikan. Seseorang yang memiliki massa, sumber daya/modal,

dan dekat dengan elit bisa melakukan by pass dalam pencalonan anggota legislatif.

Dalam konteks kaderisasi, PUSKAPOL UI menemukan empat persoalan

dalam kaderisasi. Pertama, lemahnya kaitan antara kaderisasi dan promosi kader.

Kedua, organisasi sayap partai belum menjadi sumber kaderisasi partai. Ketiga, partai

belum mempunyai standar dan penjenjangan kaderisasi yang kokoh. Keempat,

terbatasnya sumber daya yang dialokasikan partai bagi kegiatan perkaderan (Romli et

al. 2008, h. 26).

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

19

Proses perekrutan yang diteruskan dengan kaderisasi telah dipersiapkan

mekanismenya oleh setiap partai dengan berbagai mekanisme pengkaderan. Dalam

kriteria pengkaderan, promosi jabatan atau seleksi kandidat pada dasarnya semua

partai tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Menitikberatkan pada tingkat

pemahaman, prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak tercela. Meskipun demikian,

problem kaderisasi partai secara umum adalah adanya pertentangan antara kader yang

meniti karir kepartaian sejak bawah dengan kader yang memiliki resources yang sangat

dibutuhkan partai seperti massa atau dana. Mereka yang memiliki resources berupa

massa sering didahulukan oleh partai karena kepentingan untuk mendulang suara

dalam pemilu. Dalam hal ini partai menghadapi dilema antara menerapkan kaderisasi

secara berjenjang ataukah mempertahankan kepemilikan terhadap resources itu

(Hidayat 2003, h. 161-162). Fenomena berpindahnya keanggotaan partai dari partai

satu ke partai yang lain juga menunjukkan bahwa keanggotaan partai tidak solid dan

berorientasi pada pragmatisme menjadi pejabat publik. Seringkali terjadi pertemuan

kepentingan antara pragmatisme seseorang menjadi pejabat publik dan pragmatisme

partai atas resources yang dimiliki seorang calon.

Rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan pejabat publik memiliki ruang yang

berkaitan namun berbeda. Melakukan rekrutmen politik kerapkali dianggap telah

melakukan kaderisasi, padahal rekrutmen politik merupakan tahap awal sebelum

kaderisasi dilakukan. Dalam pemilihan umum, partai politik idealnya telah

menempatkan anggota partai yang memiliki kualifikasi baik sebagai calon pejabat

publik. Dengan pola penempatan kader dengan kualifikasi baik maka dengan

demikian peluang dalam perbaikan kualitas demokrasi di legislatif semakin terbuka.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

20

Fenomena menurunnya kualitas anggota legislatif menunjukkan adanya kebutuhan

mendesak bagi anggota maupun partai politik secara kelembagaan untuk berbenah

dalam pola pengelolaan keanggotaan partai.

Untuk menghindari jebakan loyalitas personal semu yang dapat

memperburuk kualitas partai politik maka partai perlu menyusun sistem pengelolaan

sumber daya manusia dalam partai politik. Sistem pengelolaan keanggotaan partai

politik tersebut mengatur tentang : rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan menjadi

pejabat publik. Sistem rekrutmen dengan kualifikasi yang tepat dan pemilihan yang

ditentukan oleh rakyat adalah kunci untuk mengatasi problema kemampuan, loyalitas,

disiplin dan kemandirian pengurus partai (Sanit 2003, h. 8). Jika pengelolaan

keanggotaan partai berjalan dengan baik dan mampu memaksimalkan berjalannya

fungsi partai politik, tentu persoalan representasi yang terjadi di Indonesia dapat

diatasi dan berkontribusi bagi perbaikan kualitas demokrasi.

Serupa dengan partai lain, PDI Perjuangan juga mengalami fluktuasi

perolehan suara. Pada pemilihan umum 1999 PDI Perjuangan memperoleh 33,7 %

suara, 2004 memperoleh 18,5 % suara dan 2009 memperoleh 14,03 %. Hal ini

menunjukkan adanya penurunan kepercayaan masyarakat pada PDI Perjuangan.

Pasca kongres PDI Perjuangan yang ke III pada tanggal 6-9 April 2010 di Denpasar-

Bali, Megawati Soekarno Putri selaku ketua umum menyatakan regenerasi dan

kaderisasi berlangsung di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Adian,

Pramodhawardani, dan Latif 2011, h. 11). Berdasarkan pernyataan dalam pidato

tersebut, menarik untuk mengetahui bagaimana konsep regenerasi dan proses

kaderisasi yang terjadi di PDI Perjuangan. Kontradiksi menjadi terlihat ketika

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

21

kaderisasi dinyatakan berjalan namun kepemimpinan di PDI Perjuangan bergerak di

lingkaran kecil saja.

Berdasarkan uraian tersebut, tesis ini berusaha menunjukkan tentang upaya

PDI Perjuangan dalam melakukan rekrutmen, kaderisasi dan kandidasi anggota

legislatif DPR RI dalam pemilihan umum 2014. Penulis meyakini rekrutmen dan

kaderisasi yang dikelola dengan baik akan mempengaruhi kandidasi dan kualitas

representasi seseorang sebagai pejabat publik.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan rekrutmen, kaderisasi dan kandidasi anggota legislatif

DPR RI PDI Perjuangan pada pemilihan umum 2014 ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengelolaan keanggotaan rekrutmen,

kaderisasi dan kandidasi anggota legislatif DPR RI PDI Perjuangan pada pemilihan

umum 2014. Diuraikan dengan melihat proses rekrutmen anggota, pengelolaan

kaderisasi, mekanisme dan proses kandidasi anggota legislatif DPR RI dalam

pemilihan umum 2014.

Penelitian ini dilakukan dengan mengurai dan menganalisa pengelolaan

keanggotaan yang berlangsung di internal PDI Perjuangan. Sehingga mampu

memberikan manfaat untuk mendorong perbaikan partai politik. Memberikan

kontribusi pemikiran terhadap permasalahan sosial dan politik terutama berkaitan

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

22

dengan pengelolaan keanggotaan yakni proses rekrutmen, pengelolaan kaderisasi dan

kandidasi anggota legislatif DPR RI 2014 di PDI Perjuangan.

D. Signifikansi Penelitian

Masih terbatasnya penelitian mengenai pengelolaan keanggotaan PDI

Perjuangan menunjukkan bahwa pengelolaan keanggotaan partai adalah isu yang

kurang popular. Penelitian yang ada cenderung hanya melihat rekrutmen anggota

secara umum. Penelitian yang dilakukan belum melihat rekrutmen, kaderisasi dan

kandidasi anggota legislatif sebagai variabel yang berkaitan. Oleh karena itu, penulis

melihat perlunya melakukan penelitian terhadap partai politik mulai dari rekrutmen,

kaderisasi hingga kandidasi anggota legislatif DPR RI di PDI Perjuangan pada

pemilihan umum 2014.

Dalam seri buku politik “Menggugat Partai Politik”, Laboratorium Ilmu

Politik Universitas Indonesia. Arbi Sanit menyebutkan bahwa ada dua langkah

strategis menanggulangi krisis kepemimpinan partai politik. Pertama, memperbarui

sistem pengkaderan partai politik. Dengan menitik beratkan partai kader, pelatihan

kader yang sistematis terarah untuk membentuk pemimpin yang demokratik sekaligus

efektif, kemajuan kader perlu dikaitkan dengan posisinya di dalam struktur partai dan

kenegaraan. Kedua, ialah memperbarui sistem rekrutmen pemimpin partai, dengan

menggunakan kompetisi terbuka, kualifikasi pemimpin yang berkualitas, dan

partisipasi seluas mungkin warga partai dan rakyat luas (Sanit 2003, h. 14).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

23

Kemudian dalam penelitian yang dilakukan LIPI pada tahun 2003, disebutkan

bahwa penurunan suara yang signifikan dialami PDI Perjuangan disebabkan oleh

kebijakan partai tidak memihak kepentingan kaum alit. PDI Perjuangan sudah

memiliki aturan internal dalam proses rekrutmen pengurus partai dan pencalonan

anggota legislatif. Untuk seleksi pengurus partai, dilakukan mulai dari Pengurus Anak

Cabang (PAC), Dewan Pengurus Cabang (DPC), Dewan Pengurus Daerah (DPD)

hingga Dewan Pengurus Pusat (DPP). Akan tetapi, mekanisme pemilihan

kepengurusan menjelang pemilihan umum 1999 dan proses pengajuan calon anggota

legislatif 1999-2004 tidak dilakukan karena sempitnya waktu untuk konsolidasi partai.

Proses pemilihan pengurus dan pencalonan anggota legislatif pada masa itu hanya

seadanya dan terkesan sebagai politik balas budi bagi orang-orang yang menunjukkan

militansinya pada saat susah dulu (Yanuarti 2003, h. 113-116).

Pada tahun 2007, LIPI kembali melakukan penelitian dan menemukan bahwa

dalam pelembagaan PDI Perjuangan ada rekrutmen anggota berupa KTA-nisasi

dengan cara mendaftarkan terlebih dahulu dan kemudian melalui pembinaan selama

satu bulan. Selama satu bulan masa pembinaan, masih disebut sebagai calon anggota.

Setelah memenuhi persyaratan maka diambil sumpah dan disahkan menjadi anggota

PDI Perjuangan dan dilantik oleh Dewan Pimpinan Cabang selaku struktural yang

berhak mengeluarkan KTA. Sumber dana PDI Perjuangan disebutkan berasal dari

iuran anggota, sumbangan yang sah menurut hukum dan bantuan dari negara. Dalam

praktiknya iuran anggota tidak efektif dapat terkumpulkan. Dengan sumber keuangan

yang terbatas, partai sangat kesulitan mendapatkan sumber dana pembiayaan partai

(Nuryanti 2007, h. 162-175).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

24

Sebagaimana yang diuraikan dalam literatur di atas, penelitian mengenai

pengelolaan keanggotaan dalam partai politik sebelumnya cukup banyak yang

mengkaji rekrutmen yang dilakukan partai politik. Penelitian yang dilakukan

sebelumnya memetakan persoalan dalam pelembagaan partai politik dan rekrutmen

anggota PDI Perjuangan. Tidak dapat dipungkiri bahwa penelitian mengenai

pengelolaan keanggotaan merupakan sebuah rangkaian panjang dan memerlukan

perhatian besar untuk dapat mengulasnya secara komprehensif. Penelitian

sebelumnya, belum menganalisa rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif partai

tertentu sebagai variabel dalam satu rangkaian utuh dalam menghadapi pemilihan

umum.

Berdasarkan hal diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana rekrutmen,

kaderisasi dan kandidasi anggota legislatif DPR RI PDI Perjuangan dalam pemilihan

umum 2014. Sehingga berkontribusi menambah kajian mengenai pengelolaan

anggota partai politik Indonesia pada umumnya dan PDI Perjuangan khususnya.

E. Kerangka Teori

Partai politik sebagai institusi utama dalam proses pengisian jabatan publik

dalam sistem demokrasi memerlukan anggota sebagai basis organisasi kepartaian.

Rekrutmen anggota menjadi sebuah fase awal terbentuknya kelembagaan partai.

Rekrutmen anggota menjadi nilai penting karena anggota menjadi basis legitimasi

partai politik. Anggota juga merupakan kanal penghubung partai politik dengan

masyarakat. Untuk menggerakkan roda organisasi, anggota partai juga memiliki

kemampuan menjadi pengurus dan kandidat pejabat publik. Di sisi lain, anggota juga

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

25

menjadi sumber pendanaan partai melalui iuran rutin yang dapat diterapkan. Selaras

dengan ruh partai yang aktif dalam kompetisi memperoleh kekuasaan, proses

tersebut akan sangat dipengaruhi dengan dukungan suara dari anggota dan

kemampuan anggota untuk mempengaruhi dan mengerahkan dukungan masyarakat

pada partai yang didukungnya.

Rekrutmen politik didefinisikan sebagai sebuah proses mencari dan mengajak

orang yang berbakat untuk aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai

(Budiardjo 2000, h. 164). Pendapat lain yang disampaikan Ramlan Surbakti

menyebutkan bahwa rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan

pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya

(Surbakti 2010, h. 150).

Sedangkan Susan Scarrow menyebutkan bahwa rekrutmen anggota, memiliki

lima nilai penting. Pertama, anggota merupakan basis legitimasi bagi partai. Kedua,

anggota partai dalam kehidupan sehari-hari merupakan penghubung partai dengan

masyarakat, khususnya mengenai nilai-nilai yang diperjuangkan partai. Ketiga, anggota

menjadi sumber penting bagi pembiayaan partai. Keempat, anggota menjadi tenaga

kerja sukarela. Kelima, anggota menjadi sumber daya yang berpengalaman untuk

menjadi kandidat (Scarrow 2005, h. 13-14).

Kaderisasi atau pelatihan elit politik merupakan pelatihan atau pembekalan

terhadap elit politik yang prospektif untuk mengisi jabatan-jabatan politik. Berbagai

materi pelatihan dapat meliputi pemahaman tentang proses demokrasi, dan prinsip-

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

26

prinsip partai, serta berbagai persoalan strategis yang dihadapi bangsa dan pilihan-

pilihan kebijakannya (Pamungkas 2011, h. 17).

Pencalonan anggota legislatif merupakan proses mendudukkan anggota partai

politik di parlemen. Dalam teori-teori kepartaian, proses ini lebih dikenal dengan

rekrutmen. Pippa Noris mengurai rekrutmen dalam tiga tahapan. Pertama, “siapa yang

layak ?”. Bagian ini adalah tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam

kandidasi dengan mengurai mengenai model analisa seleksi calon, mengidentifikasi

langkah-langkah kunci dalam seleksi dan mempertimbangkan “sertifikasi” dalam

tahap rekrutmen. Kedua, “Siapa yang menyeleksi ?”. Ketiga, “Siapa yang layak

dicalonkan ?”. Rekrutmen politik bukan hanya soal pencalonan di tingkat lokal dan

nasional. Tetapi juga patronage appointments to public office. Siapa yang berhak ditentukan

berdasarkan kriteria usia, sertifikasi berdasarkan aturan internal, konstitusi dan

undang-undang. Umumnya dibutuhkan jangka waktu tertentu sebelum pencalonan

untuk memastikan loyalitas dan familiar dengan kebijakan partai. Mengenai siapa

yang mencalonkan, Pippa Noris mengutip pendapat Schattchneider yang menyatakan

“Proses nominasi merupakan proses krusial bagi partai. Dia yang menyusun nominasi adalah

pemilik partai”. Sedangkan mengenai siapa yang dicalonkan, Pippa Noris melihat

proses nominasi adalah mekanisme pusat untuk memilih delegasi ke parlemen dan

untuk menahan mereka bertanggung jawab (Norris 2006, h. 89-94).

Berdasarkan penjabaran rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif

tersebut, jika dikaitkan dengan fungsi partai politik maka ketiga variabel tersebut

merupakan fungsi partai sebagai organisasi (parties as organization). Pada posisi ini,

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

27

partai menunjukkan fungsi-fungsi yang melibatkan partai sebagai organisasi politik,

atau proses-proses didalam organisasi partai itu sendiri (Pamungkas 2011, h. 17).

Partai politik dalam imaji penulis merupakan sekelompok orang yang

terorganisir secara permanen yang bertujuan untuk memperoleh jabatan publik dan

memenangkan kekuasaan pemerintahan dan menyelenggarakan pemerintahan yang

berkualitas serta berbasis kepentingan masyarakat. Dalam rangka berkompetisi

mendapatkan jabatan politik tersebut partai memiliki tugas di internalnya untuk

melakukan pengelolaan keanggotaan diantaranya melakukan rekrutmen, melakukan

kaderisasi dan mempersiapkan kandidat pejabat publik untuk berkompetisi dalam

pemilihan umum. Tugas lain yang harus dilakukan dalam rentang antar-pemilihan

umum adalah menjaga relasi antara konstituen dengan partai. Proses menjaga relasi

dengan konstituen dilakukan dengan menjalankan peran dan fungsi perwakilan.

Dalam rangkaian menjalankan fungsi perwakilan tersebut, partai perlu terus

menjaga kuantitas dan kualitas anggota partai melalui rekrutmen dan kaderisasi.

Untuk memastikan ketersediaan calon pejabat publik yang berkualitas, tentu

diperlukan waktu dan proses panjang dalam menjalankan rekrutmen dan kaderisasi.

Jika proses ini konsisten dilakukan, partai politik tidak akan panik menghadapi

pemilihan legislatif dan eksekutif. Sehingga pragmatisme partai seperti

menyelenggarakan penerimaan calon anggota legislatif dari eksternal partai tidak

terjadi menjelang pemilihan umum. Partai melainkan menjaga soliditas organisasi

dengan menyelenggarakan penerimaan anggota melalui rekrutmen secara berkala dan

mengikuti mekanisme pencalonan pejabat publik berdasarkan penjenjangan kader.

Mekanisme yang baku dan proses yang matang tentu akan mampu menghadirkan

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

28

institusi partai yang dipercaya rakyat dan mendorong terwujudnya institusi legislatif

dan eksekutif yang berkualitas. Sehingga proses demokrasi di Indonesia menjadi lebih

baik.

Alur Pikir

Gambar 1.1 Pengelolaan Keanggotaan

Berdasarkan alur pikir dalam skema diatas, rekrutmen, kaderisasi dan

pencalonan legislatif idealnya merupakan suatu proses yang terintegrasi dan menjadi

sebuah proses yang saling mempengaruhi. Mulai dari rekrutmen yang bertujuan

memperluas basis anggota, melakukan kaderisasi yang berorientasi pada fungsi partai

sebagai organisasi politik hingga pada fungsi pengisian jabatan publik. Pengelolaan

keanggotaan partai meliputi rekrutmen, menyelenggarakan kaderisasi secara berkala

dan terencana serta mempersiapkan anggota partai menjadi pejabat publik. Setelah

berhasil mengajak seseorang bergabung dengan partai, pemenuhan hak anggota harus

dilakukan. Selain memenuhi hak anggota, partai perlu juga melakukan kaderisasi bagi

anggota. Proses kaderisasi yang dilakukan partai akan memudahkan partai dalam

menghadapi pemilihan umum sekaligus juga memaksimalkan fungsi partai di

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

29

masyarakat. Secara tidak langsung kaderisasi di internal yang berjalan baik dan

berkesinambungan akan mempengaruhi kualitas representasi saat menjadi pejabat

publik.

Rekrutmen merupakan pintu masuk partai untuk memperkenalkan visi misi

dan nilai perjuangan partai politik. Ketika internalisasi nilai partai berhasil dilakukan

maka nilai-nilai yang diperjuangkan akan mewujud dalam setiap pengambilan

keputusan politik. Keberpihakan yang mencerminkan nilai perjuangan partai akan

mudah dilihat dan dipahami publik. Selain internalisasi nilai perjuangan partai, perlu

juga diberikan pengetahuan manajerial partai. Pengetahuan manajerial partai ini akan

menopang pengelolaan keorganisasian partai. Di sisi lain, untuk menjaga relasi partai

dengan masyarakat perlu pula berlatih membangun relasi dengan konstituen.

Penjangkauan konstituen akan membantu partai memahami aspirasi dan peta

dukungan masyarakat atas sikap partai. Sehingga ketika terpilih dan menjadi pejabat

publik, kader partai mampu menjalankan tugas dan fungsi representasi yang

dipercayakan konstituen.

Mata rantai rekrutmen dan kaderisasi merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dengan proses pencalonan menjadi pejabat publik khususnya menjadi

anggota legislatif. Oleh karena itu, dalam kaderisasi partai di Indonesia materi

pembelajaran mengenai fungsi legislasi, pengawasan dan anggaran haruslah

mendapatkan perhatian khusus. Hal ini mengingat dalam konteks kepartaian, setiap

anggota partai berpotensi menempati 3 (tiga) posisi yakni ; struktural partai politik,

eksekutif dan legislatif. Pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai fungsi

legislasi, pengawasan dan anggaran menjadi bagian yang juga perlu dimiliki ketiga

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

30

elemen tersebut sehingga mampu memperjuangkan kepentingan konstituen dengan

baik.

Kaderisasi dalam konteks ini adalah proses membangun kesadaran melalui

interaksi dua arah dengan melakukan pendidikan kader jangka panjang. Internalisasi

ideologi, visi dan misi menjadi fase awal yang menjiwai proses kaderisasi. Dalam

teknis pengelolaan partai, kader perlu dibekali mengenai manajerial partai dan

penjangkauan konstituen. Manajerial partai bersifat teknis seperti menyelenggarakan

rapat, perencanaan program, pelaksanaan program, kampanye, penggalangan dana

dan lain-lain. Bagi kader yang diproyeksikan menjadi struktural/eksekutif/legislatif

perlu diberikan tambahan pembekalan mengenai tools menerapkan fungsi

pengawasan, anggaran dan legislasi, melakukan lobi, komunikasi politik, serta

pembuatan kebijakan dan evaluasi kebijakan sesuai prinsip-prinsip akuntabilitas.

Untuk memudahkan mengetahui adanya kaderisasi atau tidak dalam sebuah

partai, ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai indikator. Pertama, adanya

kurikulum atau silabus kaderisasi. Kedua, adanya divisi yang menjadi penanggung

jawab atau penyelenggara kaderisasi. Ketiga, ada rentang waktu yang jelas untuk

masing-masing level penjenjangan kaderisasi. Keempat, output dari rentang kaderisasi

berupa capaian kapasitas yang disasar dari masing-masing level kaderisasi. Ideologi

partai politik akan turut mempengaruhi proses kaderisasi karena membangun

kesadaran anggota partai dengan visi misi perjuangan partai ditentukan dengan

menentukan capaian dari proses kaderisasi tersebut. Desain kaderisasi berupa

kurikulum atau silabus kaderisasi perlu memberikan porsi yang cukup proporsional

antara peningkatan kapasitas personal anggota partai yang bersifat teknis dan

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

31

ideologis. Penjenjangan kaderisasi anggota partai akan juga dipengaruhi oleh proses

distribusi kader dalam 3 wajah partai (struktural/eksekutif/legislatif).

Hasil akhir dari proses kaderisasi partai politik adalah tersedianya kader partai

politik untuk mengisi jabatan-jabatan publik. Pada konteks tersebut, kaderisasi partai

politik bukanlah mekanisme yang berdiri sendiri. Banyak variabel yang

mempengaruhi bagaimana partai politik harus mengolah kaderisasi internal mereka.

Sistem pemilu, sistem kepartaian, dan tipe atau model partai politik mempengaruhi

partai politik dalam mengolah kaderisasi mereka. Oleh karena itu, partai politik mesti

menyediakan banyak kader untuk memenuhi kuota tersebut. Selain itu, pemilihan

umum merupakan momen pendidikan bagi kader-kader muda partai untuk belajar

secara nyata bagaimana berkampanye dan meyakinkan konstituen sebanyak-

banyaknya untuk memenangkan partai politik.

Dukungan regulasi parpol harus kuat untuk memastikan tidak terjadi konflik

atau politik uang diantara kader mereka sendiri. Perlu pula memastikan bahwa sistem

kaderisasi masih tetap berjalan, meskipun sang calon legislatif kalah dalam pemilihan

umum dengan cara merekrut mereka melalui program magang untuk membantu

calon yang memperoleh kursi sebagai anggota legislatif. Kesempatan magang

membantu kandidat yang terpilih menjadi anggota legislatif, memberikan ruang

belajar yang lebih nyata bagi kandidat yang belum terpilih. Ide yang berkaitan dengan

karakteristik partai dalam mengadvokasi kebijakan publik misalnya dapat diberikan.

Kerjasama ini tentu menguntungkan bagi partai politik. Berbeda jika terjadi konflik

diantara kandidat terpilih dan kandidat yang tidak terpilih, partai memerlukan

pengaturan khusus untuk mencegah konflik di internal. Disiplin dalam menjalankan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

32

penjenjangan kader dalam pencalonan menjadi anggota legislatif akan meminimalisir

terjadinya konflik. Oleh karena itu, regulasi penjenjangan dan pelaksanaan kaderisasi

mendesak dirumuskan oleh partai politik.

F. Definisi Konseptual

F.1. Partai Politik

Partai politik yang dimaksudkan merupakan sekelompok orang yang

terorganisir secara permanen yang bertujuan untuk memperoleh jabatan publik,

memenangkan kekuasaan pemerintahan dan menyelenggarakan pemerintahan yang

berkualitas serta berbasis kepentingan masyarakat.

F.2. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik merupakan pertemuan antara kemampuan mengajak atau

melibatkan seseorang dalam aktivitas partai politik dan kesadaran untuk terlibat

dalam partai politik secara sukarela.

F.3. Kaderisasi

Kaderisasi merupakan proses formal dan informal yang dilakukan partai

politik untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas anggota partai politik.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

33

F.4. Pencalonan Legislatif

Pencalonan legislatif merupakan proses atau pengajuan anggota partai

menjadi anggota legislatif melalui pemilihan umum.

G. Metode Penelitian

G.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan menguraikan keanggotaan pada PDI

Perjuangan melalui deskriptif kualitatif dengan menggunakan Constructivist Case Study

sebagai pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana keanggotaan PDI

Perjuangan. Constructivist Case Study menguji validitas konstruk dengan menetapkan

ukuran-ukuran operasional yang benar untuk konsep yang akan diteliti. Metode studi

kasus digunakan karena membantu mempelajari, menerangkan atau

menginterpretasikan suatu kasus yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar. Yin

menyebut penelitian studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara khusus

dikehendaki untuk menyelidiki atau melacak peristiwa kontemporer (Yin 2011, h. 12-

38). Dalam kaitannya dengan waktu dan tempat, secara khusus Yin menjelaskan

bahwa obyek yang dapat diangkat sebagai kasus bersifat kontemporer, yaitu yang

sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan

pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan.

Dalam penelitian ini, Case Study membantu peneliti mempelajari,

menerangkan atau menginterpretasikan bagaimana rekrutmen, kaderisasi hingga

proses kandidasi anggota legislatif berlangsung di PDI Perjuangan.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

34

G.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana rekrutmen, kaderisasi

dan pencalonan anggota legislatif DPR RI di tubuh PDI Perjuangan. Ketiga tahapan

tersebut menjadi bagian penting untuk mengetahui sejauhmana fungsi partai sebagai

organisasi dijalankan di PDI Perjuangan. Mengurai ketiga variabel ini juga membantu

mengetahui bagaimana PDI Perjuangan memperbaiki kualitas anggota secara umum

dan mempersiapkan calon anggota legislatif DPR RI pada pemilihan umum 2014.

Penelitian ini mengambil fokus PDI Perjuangan karena dari 9 partai yang

memiliki suara di DPR RI, PDI Perjuangan memiliki pasang surut perolehan suara

cukup signifikan. Selain itu, PDI Perjuangan juga menyatakan bahwa kaderisasi dan

regenerasi berlangsung di internal PDI Perjuangan. DPP PDI Perjuangan menjadi

fokus penelitian karena DPP memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan

pengelolaan keanggotaan partai khususnya penyusunan daftar calon anggota legislatif

DPR RI. Selain itu, adanya ketersediaan narasumber cukup untuk dapat memberikan

gambaran mengenai bagaimana rekrutmen, kaderisasi dan mekanisme pencalonan

anggota legislatif DPR RI berlangsung di tubuh PDI Perjuangan.

G.3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah dokumen dan informasi yang diperoleh dari DPP

PDI Perjuangan, DPD PDI Perjuangan, Anggota Kader PDI Perjuangan. Objek

penelitian ini meliputi rekrutmen yang berlangsung, kaderisasi dan mekanisme

pencalonan anggota legislatif DPR RI di PDI Perjuangan.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

35

G.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research) dengan

memanfaatkan data sebagai basis analisis. Untuk mendapatkan data mengenai PDI

Perjuangan, digunakan wawancara mendalam pada informan kunci dari DPP, DPD

dan anggota PDI Perjuangan. Selain itu, penulis juga melakukan observasi dan studi

pustaka yang berkaitan dengan rekrutmen, kaderisasi dan pencalonan legislatif di PDI

Perjuangan. Data yang diperoleh membantu menjelaskan mengenai rekrutmen,

kaderisasi dan mekanisme pencalonan anggota legislatif DPR RI sebagaimana yang

menjadi pertanyaan dalam penelitian ini. Data-data tersebut dianalisa kelebihan dan

kekurangannya. Beberapa data juga diperoleh melalui terbitan DPP PDI Perjuangan,

media cetak dan elektronik.

Untuk memperoleh gambaran empirik, peneliti mewawancarai beberapa

narasumber sebagai berikut :

1. Idham Samawi selaku Kepala Bidang Keanggotaan, Rekrutmen dan

Kaderisasi DPP PDI Perjuangan.

2. Dadang Juliantara selaku Tim DPP yang bertugas mengurusi Sekolah

Partai.

3. Untoro Hariadi selaku DPD DIY Yogyakarta dan terlibat dalam

Pendidikan Kader Pendidik.

4. Wulandari selaku peserta Sekolah Partai.

5. Nikolaus Beni selaku Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Makassar.

6. AAGN Ari Dwipayana selaku akademisi dan pemateri Pendidikan Kader

Pendidik.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

36

7. Eva Kusuma Sundari selaku calon anggota legislatif DPR RI 2014.

8. Frans Wahyudi Atmaja selaku calon anggota legislatif DPR RI 2014.

G.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, diklasifikasi melalui

pengorganisasian data berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini. Setiap data

yang diperoleh diorganisasikan dalam menjawab ketiga variabel yang ada. Sehingga

data yang diperoleh mampu membantu menjelaskan ketiga variabel, melihat benang

merah dari ketiganya sampai pada tahap verifikasi data sehingga membantu

penyusunan analisa dan mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.

Dalam membangun intrepretasi atas informasi dan data yang diperoleh dalam

penelitian, penulis mencoba mengecek dengan membandingkan hasil wawancara

dengan berbagai pihak terhadap objek penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis ini terbagi dalam enam bab. Bab pertama berisikan

latar belakang mengenai pengelolaan keanggotaan partai secara umum berikut

rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, penjelasan mengenai

aplikasi teori yang digunakan dalam penelitian, metode penelitian yang akan

digunakan, serta sistematika penulisan. Bab dua membahas mengenai profil PDI

Perjuangan, mulai dari sejarah lahirnya, PDI Perjuangan era reformasi, struktur

organisasi PDI Perjuangan dan organisasi sayap PDI Perjuangan. Bab tiga membahas

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/81639/potongan/S2-2015... · mekanisme dalam seleksi calon legislatif, partai politik kerap melanggar ketentuan

37

hal-hal normatif dan empirik mengenai rekrutmen PDI Perjuangan beserta

analisanya. Bab empat membahas mengenai Sekolah Partai, penjenjangan kader,

organisasi sayap partai dan analisa mengenai kaderisasi PDI Perjuangan. Bab lima

membahas mengenai mekanisme, syarat pencalonan anggota, proses penyusunan

daftar calon anggota legislatif DPR RI PDI Perjuangan dan inkonsistensi PDI

Perjuangan dalam menerapkan mekanisme tersebut. Bab enam sekaligus bab

penutup, berisi kesimpulan dari pertanyaan penelitian dan saran atas permasalahan

penelitian diatas.