BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ikhac.ac.id/id/eprint/448/2/BAB I.pdfWattamwil (BMT)...
Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangrepository.ikhac.ac.id/id/eprint/448/2/BAB I.pdfWattamwil (BMT)...
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sistem
operasionalnya berdasarkar prinsip syariat islam. Bank syariah ini tidak hanya
berorientasi pada profit saja tetapi juga pada kesejahteraan (falah).
Perkembangan perbankan syariah hingga saat ini terhitung pesat dan
mengalami peningkatan relatif tinggi. Menilik sejarah berdirinya, bank syariah
di lingkup dunia berawal pada tahun 1890-an Masehi, yakni dengan dibukanya
cabang The Barclays Bank di Mesir dan mendapat kritik perihal bunga bank
untuk pertama kalinya.1
Konsep dan gagasan mengenai lembaga keuangan syariah di Indonesia
sendiri, ada sejak tahun 1980, yaitu dengan adanya uji coba Baitul Maal
Wattamwil (BMT) Salman yang berada di Bandung dan juga Koperasi Ridho
Gusti di Jakarta. Kelanjutan dari ide tersebut yakni diselenggarakannya
lokakarya bunga bank oleh Majelis Ulama Indonesia pada tahun 1990 yang
menghasilkan kesepakatan pendirian Bank Umum Syariah di Indonesia hingga
akhirnya berdirilah bank syariah pertama bernama PT Bank Muamalat
Indonesia tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei
1992 dengan modal setor awal Rp 106.126.382.000,-2
1 Asnaini, Herlina Yustati, Lembaga Keungan Syari’ah Teori dan Praktiknya di Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017), 5. 2“Sejarah Perbankan Syariah”, https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/pages/sejarah-
perbankan-syariah.aspx, diakses tanggal 3 Januari 2020.
https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/pages/sejarah-perbankan-syariah.aspxhttps://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/pages/sejarah-perbankan-syariah.aspx
-
2
Kemunculan Bank Muamalat Indonesia yang menjadi pioneer lahirnya
bank syariah, memicu lahirnya UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang
mengadaptasi prinsip imbalan atau bagi hasil baik Bank Umum maupun Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Meskipun telah muncul UU tersebut, namun saat
awal beroperasi, eksistensi Bank Syariah belum memperoleh atensi yang
maksimal dalam tatanan sektor perbankan nasional dan perkembangan bank
syariah pun masih tergolong lambat.
Pada saat bank syariah sedang mengukuhkan diri, terjadi krisis moneter
yang menerpa Indonesia pada tahun 1997-1998 yang menyebabkan nilai tukar
rupiah mengalami depresiasi dan naiknya tingkat suku bunga perbankan
sehingga ekonomi mengalami kekurangan likuiditas bahkan terdapat beberapa
bank yang dilikuidasi dan dunia usaha menjadi stagnan. Hal itu pun berimbas
pada Bank Muamalat pada awal krisis dimana Non Performing financing
(NPF) Bank Muamalat mencapai lebih dari 60% yang mana seharusnya batas
maksimum NPF ini sebesar 5% dan Bank Muamalat mengalamai kerugian
sebesar Rp 105.000.000.000,- dengan ekuitas yang jatuh hingga kurang dari
sepertiga modal setor awal. Perlahan namun pasti, Bank Muamalat mampu
melewati krisis tersebut dan mulai memperoleh laba kembali.3
Eksistensi bank syariah semakin diperkuat dengan dikeluarkannya UU
No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 yang mengakui
keberadaan Bank Syariah dan Bank Konvensional serta memakbulkan Bank
Konvensional membuka kantor cabang syariah. Selanjutnya Pada tahun 1999
lahirlah Bank Syariah Mandiri yang merupakan Bank Umum Syraiah kedua
3 Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia,2013), 22.
-
3
setelah Bank Muamalat Indonesia yang menambah kekuatan bank syariah
sehingga total keseluruhan aset bank syariah mampu mencapai Rp 1,12
Triliun.4
Dikeluarkannya UU No. 10 Tahun 1998 dan Kemampuan Bank
Muamalat Indonesia melewati krisis moneter menarik perhatian pelaku industri
terhadap perbankan syariah hingga pada tahun-tahun berikutnya banyak Bank
Umum Syariah (BUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan Unit
Usaha Syariah (UUS) yang bermunculan. Pada tahun 2019 tercatat 198 bank
syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang terdiri dari 14
BUS, 20 UUS, dan 164 BPRS.
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia tidak hanya dipandang
dari berapa banyak jumlah banknya, tetapi dapat dilihat dari pertumbuhan total
asetnya. Menurut Nurani dkk laju pertumbuhan aset perbankan syariah
meningkat cukup pesat karena kebijakan atau strategi operasional bank syariah
menarik minat masyarakat sehingga masyarakat ingin menggunakan fasilitas
jasa yang disediakan oleh bank syariah dan hal tersebut tentunya berpengaruh
pada aset bank syariah.5 Meskipun total aset bank syariah hingga kini
mengalami peningkatan namun untuk laju pertumbuhannya sangat fluktuatif
bahkan beberapa tahun terakhir ini mengalami perlambatan. Hal tersebut dapat
dilihat pada grambar 1.1.
4 Khaerul Umam, 23. 5 Nurani Purboastuti dkk, “Pengaruh indikator utama perbankan terhadap pangsa pasar
perbankan syariah”, Journal of Economics and Policy, (2015), 14.
-
4
Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Aset
Sumber: www.ojk.go.id
Grafik tersebut menggambarkan laju pertumbuhan aset perbankan
syariah dimana pada tahun 2015 perumbuhan aset bank syariah sebesar 8,99%
yoy, meningkat pada tahun 2016 menjadi 20,28% yoy. Namun pada tahun 2017
hingga 2019 laju pertumbuhan aset mengalami perlambatan. Tahun 2017 laju
pertumbuhannya hanya sebesar 18,97% yoy, melambat lagi hingga 12,57%
yoy pada tahun 2018. Tidak berbeda dengan tahun sebelumnya, hingga Juni
2019 laju pertumbuhan aset perbankan syariah mengalami perlambatan yang
mana hanya sebesar 12,36% yoy.6
Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Deden
Firmansyah mengemukakan bahwa perlambatan laju pertumbuhan aset bukan
hanya karena faktor besar-kecilnya aset, tetapi karena pelaku industri keuangan
syariah kesulitan medapatkan nasabah pembiayaan.7 Tingkat pembiayaan
dalam hal ini dapat diperhatikan dari Financing to Deposit Ratio (FDR) dimana
6 “Snapshot Perbankan Syariah”, www.ojk.go.id, diakses tanggal 13 November 2019. 7 Lalu Rahadian, “OJK Akui Perlambatan Pertumbuhan Aset perbankan syariah”
https://finansial.bisnis.com/read/20191028/90/1163810/ojk-akui-perlambatan-pertumbuhan-aset-
perbankan-syariah/, diakses tanggal 02 Januari 2020.
8,99%
20,28%18,97%
12,57% 12,36%
0,00%
5,00%
10,00%
15,00%
20,00%
25,00%
2015 2016 2017 2018 2019
pertumbuhan Aset
http://www.ojk.go.id/https://finansial.bisnis.com/read/20191028/90/1163810/ojk-akui-perlambatan-pertumbuhan-aset-perbankan-syariah/https://finansial.bisnis.com/read/20191028/90/1163810/ojk-akui-perlambatan-pertumbuhan-aset-perbankan-syariah/
-
5
rasio ini dapat menunjukkan kedua aktivitas utama bank yaitu penghimpunan
dan penyaluran dana..
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan sebuah rasio untuk
melihat alokasi total dana yang disalurkan untuk pembiayaan. Tingginya FDR
berarti menurunkan tingkat likuiditas dan mempertinggi risiko pembiayaan
bermasalah. FDR yang tinggi menandakan baiknya efisiensi bank dalam
penyaluran dana pihak ketiga, sejalan dengan fungsinya sebagai intermediasi.
Sedangkan FDR yang rendah menunjukkan buruknya kemampuan bank dalam
menyalurkan kembali dana pihak ketiga. Tinggi rendahnya FDR
mengungkapkan likuiditas suatu bank yang berpengaruh pada aset.8 Hal ini
sesuai dengan penelitian Pratiwi yang membuktikan FDR berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan aset bank syraiah.9 Selain Pratiwi, penelitian
yang dilakukan Bagus Supriyatno dan Shinta Permata Sari juga menghasilkan
FDR berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset.10 Berbeda dengan
penelitian-penelitian tersebut, penelitian Reni Widyastuti menunjukkan hasil
FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset.11
Dalam pembiayaan tentu tidak akan terbebas dari probabilitas adanya
pembiayaan bermasalah atau disebut dengan Non Performing Financing
(NPF). Untuk melihat kemampuan bank dalam mengolah pembiayaannya,
8 Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), 55. 9 Pratiwi, "Pengaruh Non Perforimng Financing, Financing to Deposit Ratio, dan Return
on Assets terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah." Skripsi (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 72
10 Bagus Supriyanto, shinta Permata Sari, “Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Aset Bank Umum Syariah di Indonesia Selama Satu Dekade (2009-2018), SAMBIS-
2019 Membangun Ekonomi Kreatif yang Berdaya Saing, ISSN 2685-1474 (2019), 382. 11 Reni Widyastuti, "Determinan yang Mempengaruhi Pertumbuhan Total Aset Bank
Umum Syariah di Indonesia 2015-2016", Tesis (2018), 145.
-
6
dapat menggunakan NPF. Dengan melihat rasio NPF, dapat diketahui seberapa
besar pembiayaan bermasalah dibandingkan total pembiayaan yang diberikan
oleh bank. Semakin tinggi rasio NPF maka akan semakin buruk kualitas
pembiayaan bank dan pertumbuhan aset bank syariah dapat menurun.
Begitupun sebaliknya, apabila NPF semakin rendah maka akan berdapampak
pada laba dan pertumbuhan aset akan meningkat.12 Hal ini sejalan dengan
penelitian yang telah dilakukan Alif Anjas Permana yang mana dalam
penelitiannya memiliki hasil akhir NPF berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan aset13 namun bertentangan dengan penelitian Nadhiera Ahya
Dhiba dan Lavlimatria Esya yang menyatakan dalam jangka panjang, NPF
tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan aset.14
Gambar 1.2 Rasio Non Performing Financing
Sumber: www.ojk.go.id
12 Nadhiera Ahya Dhiba, Lavlimatria Esya, “Pengaruh NPF, BOPO, GDP, dan SBIS
terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia”, Media Ekonomi Universitas Trisakti,
Vol. 27 No. 1, ISSN: 2442-9686, (2019), 3. 13 Alif Anjas Permana, “Pengaruh Inflasi, Non Performing Financing, dan Return On Asset
terhadap pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indpnesia (Studi Kasus Pada Bank Umum
Nasional Devisa Periode 2011-2016)”, Skripsi, (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017), 97 14 Nadhiera Ahya Dhiba, Lavlimatria Esya, Pengaruh Inflasi, Non Performing Financing,
dan Return On Asset terhadap pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia, 112.
3,03%3,49%
4,76%
3,26% 3,23%
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Bank Umum Syariah
http://www.ojk.go.id/
-
7
Gambar di atas menunjukkan rasio NPF yang fluktuatif. Pada tahun
2015, rasio NPF sebesar 3,03% yoy, naik menjadi 3,49% yoy pada tahun 2016
dan pada tahun 2017 rasio NPF terus meningkat hingga sebesar 4,76%. Namun
pada tahun 2018 menurun hingga 3,26% dan pada Desember 2019 menurun
lagi hinghga 3,23%. Menurunnya NPF seharusnya menambah laju
pertumbuhan aset, namun pada kenyataanya laju pertumbuhan aset mengalami
perlambatan di tahun yang sama.
Selain FDR dan NPF, pada dasarnya salah satu determinan yang
mendukung bank syariah untuk dapat meningkatkan asetnya yaitu dari
penghasilan laba bank tersebut. Menurut Siamat yang dikutip oleh Alif, untuk
melihat seberapa besar laba dari bank syariah dapat melihat rasio Return on
Asset (ROA). Semakin tinggi Return on Asset suatu bank, maka semakin tinggi
pula laba yang diperoleh bank tersebut sehingga pertumbuhan aset bank
tersebut mengalami peningkatan.15 Pernyataan tersebut sejalan dengan
penelitian Assa Fito Mohammad dimana ROA berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan aset bank syraiah.16 Namun dalam penelitian Dwi
Nur’aini Ihsan menyatakan hal sebaliknya dimana ROA tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan aset.17
15 Alif Anjas Permana, “Pengaruh Inflasi, Non Performing Financing, dan Return On Asset
terhadap pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indpnesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Nasional Devisa Periode 2011-2016)”,, 33.
16 Assa Fito Mohammad, "Pengaruh Total DPK, FDR, NPF Dan ROA Terhadap Total Aset
Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2011.I – 2015.IV." Skripsi (Institut Agama Islam Negeri
Syekh Nurjati Cirebon, 2016). 97. 17 Dwi Nur’aini Ihsan, "Hubungan Ekspansi Jaringan Kantor dan Kinerja Keuangan
terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah", Akuntabilitas Jurnal Ilmu Akuntansi, (2019), 36.
-
8
Gambar 1.3 Return On Asset
Sumber: www.ojk.go.id
Laba yang dihasilkan Bank Syariah dilihat dari rasio ROA mengalami
peningkatan dari tahun 2015 hingga 2019. Pada tahun 2015 ROA bank berada
pada angka 0,49% naik menjadi 0,63% pada tahun 2016. Tahun 2017 ROA
stagnan di angka 0,63% kemudian meningkat pada tahun 2018 menjadi 1,28%
dan pada Desember 2019 mengalami kenaikan dan mampu mencapai angka
1,73%.18 Dilihat dari data Statistiknya, kenaikan ROA dari tahun 2015 hingga
tahun 2019 seharusnya mampu meningkatkan pertumbuhan aset bank syariah
namun pada tahun tersebut justru pertumbuhan aset bank syariah mengalami
perlambatan.
Berdasarkan phenomena gap dan research gap yang telah dipaparkan
dalam latar belakang, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengangkat judul “Pengaruh Non Performing Financing (NPF) dan Return
on Asset (ROA) terhadap Pertumbuhan Aset Bank Syariah dengan
Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai Variabel Intervening”
18 “Statistik Perbankan Syariah Desember 2019”, www.ojk.go.id, diakses tanggal 15 Maret
2020.
0,49%0,63% 0,63%
1,28%
1,73%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2015 2016 2017 2018 2019
Bank Umum Syariah
http://www.ojk.go.id/http://www.ojk.go.id/
-
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
1. Apakah NPF berpengaruh secara signifikan terhadap FDR bank syariah?
2. Apakah ROA berpengaruh secara signifikan terhadap FDR bank syraiah?
3. Apakah NPF berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan aset
bank syariah?
4. Apakah ROA berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan aset
bank syraiah?
5. Apakah FDR berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan total
aset bank syariah?
6. Apakah FDR dapat memediasi hubungan antara NPF dan petumbuhan
aset bank syariah?
7. Apakah FDR dapat memediasi hubungan ROA dan petumbuhan aset bank
syariah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penenlitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh NPF terhadap FDR bank syariah
2. Untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap pertumbuhan aset bank
syariah
3. Untuk mengetahui pengaruh NPF terhadap pertumbuhan aset bank syariah
4. Untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap pertumbuhan aset bank
syariah
5. Untuk mengetahui pengaruh FDR terhadap pertumbuhan aset bank syariah
-
10
6. Untuk mengetahui pengaruh NPF terhadap pertumbuhan aset bank syariah
yang dimediasi oleh FDR
7. Untuk mengetahui pengaruh ROA terhadap pertumbuhan aset bank
syariah yang dimediasi oleh FDR
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang diharapkan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Peneliti pribadi
Bagi peneliti, Penelitian ini merupakan salah satu bentuk
pengaplikasian ilmu dan pengetahuan yang telah didapat selama kuliah
sehingga diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman
serta berguna di masa yang akan datang.
2. Akademisi
Penelitian ini dapat menambah literatur di bidang perbankan
syariah. Penelitian ini juga diharapakan dapat menjadi referensi dalam
melakukan pengembanagn penelitian.
3. Praktisi Perbankan Syariah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan referensi
dalam kebijakan pengambilan keputusan guna meningkatan kinerja bank
syariah.