BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan...

17
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan teknologi adalah suatu inovasi yang diciptakan untuk mempermudah manusia melakukan aktivitas sehari hari seperti teknologi produksi, teknologi komunikasi, dan teknologi transpotasi . Teknologi transportasi adalah cara atau alat yang digunakan orang untuk berpindah dari suatu tempat ketempat lain dengan aman, nyaman, cepat, murah dan sesuai dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. 1 Seiring dengan perkembangan zaman model transportasi menjadi beragam mulai dari transportasi darat, udara, laut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu dengan adanya Pertambahan penduduk yang disertai peningkatan perekonomian, maka tingkat mobilitas orang maupun barang akan meningkat pula keadaan ini harus diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana transportasi yang memadai. 2 Namun tidak dipungkiri dengan meningakatnya transportasi menyebabkan banyaknya pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang semakin komplek dan beragam sebagai suatu permasalahan lalu lintas. Permasalahan lalu lintas disebabkan adanya jumlah kendaraan yang semakin meningkat, konstruksi jalan yang kurang baik, kurangnya kesadaran terhadap lalu 1 Arif Budiarto dan Mahmudah.2007. Rekayasa Lalu Lintas.Semarang.UNS Press.Hlm. 1 2 Pramadwipa. Hukum.http://scholar.unand.ac.id.diacces pada tanggal 22 Maret 2017.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajuan teknologi adalah suatu inovasi yang diciptakan untuk

mempermudah manusia melakukan aktivitas sehari hari seperti teknologi produksi,

teknologi komunikasi, dan teknologi transpotasi . Teknologi transportasi adalah

cara atau alat yang digunakan orang untuk berpindah dari suatu tempat ketempat

lain dengan aman, nyaman, cepat, murah dan sesuai dengan lingkungan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia.1

Seiring dengan perkembangan zaman model transportasi menjadi beragam

mulai dari transportasi darat, udara, laut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu dengan adanya Pertambahan penduduk yang disertai peningkatan

perekonomian, maka tingkat mobilitas orang maupun barang akan meningkat pula

keadaan ini harus diimbangi dengan penyediaan sarana prasarana transportasi yang

memadai.2 Namun tidak dipungkiri dengan meningakatnya transportasi

menyebabkan banyaknya pelanggaran, kemacetan dan kecelakaan lalu lintas yang

semakin komplek dan beragam sebagai suatu permasalahan lalu lintas.

Permasalahan lalu lintas disebabkan adanya jumlah kendaraan yang semakin

meningkat, konstruksi jalan yang kurang baik, kurangnya kesadaran terhadap lalu

1 Arif Budiarto dan Mahmudah.2007. Rekayasa Lalu Lintas.Semarang.UNS Press.Hlm. 1

2 Pramadwipa. Hukum.http://scholar.unand.ac.id.diacces pada tanggal 22 Maret 2017.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

2

lintas, faktor kelalaian atau kecerobohan manusia yang menyebabkan terjadinya

kecelakaan hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14

tahun 1992 yang menjelaskan penggolongan dan penanganan perkara kecelakaan

lalu lintas berdasarkan Pasal 229 antara lain sebagai berikut3:

(1) Kecelakaan Lalu Lintas digolongkan atas: (a) Kecelakaan Lalu

Lintas ringan; (b) Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau (c)

Kecelakaan Lalu Lintas berat.

(2) Kecelakaan Lalu Lintas ringan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a merupakan kecelakaan yang mengakibatkan

kerusakan kendaraan dan/atau barang.

(3) Kecelakaan Lalu Lintas sedang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b merupakan kecelakaan yang mengakibatkan luka

ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

(4) Kecelakaan Lalu Lintas Berat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban

meninggal dunia dan luka berat.

(5) Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat

disebabkan oleh kelalain Pengguna Jalan, Ketidaklaikan

Kendaraan, serta ketidaklaikan jalan dan/atau lingkungan.

Sedangkan dalam Pasal 310 berdasarkan pasal 229 Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan sebagai berikut:

(1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan Bermotor yang

karena kelalainnya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan

kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana penjara paling lama 6(enam)

bulan dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000,00(satu juta

rupiah).

(2) Setiap orang yang mengemudikan Kedaraan Bermotor yang

karena kelalainnya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan

korban luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana

dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah).

3 Ardiansyah. Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu Lintas.Https://www.scribd.com.

diakses pada tanggal 06 April 2017.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

3

(3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang

karena kelalainya mengakibatkan Kecelakaan lalu lintas dengan

korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat

(4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta

rupiah).

(4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

mengakibatakan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp.12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Walaupun peristiwa hukum dalam suatu kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang

tidak diinginkan bagi setiap orang terutama anak. Di indonesia anak telah terbiasa

mengendarai kendaraan bermotor, padahal mereka belum memiliki Surat Izin

Mengemudi (SIM), belum memahami dan tidak mengerti peraturan lalu lintas,

sehingga menimbukan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan anak semakin

banyak, dan tidak memiliki kemampuan mengemudikan kendaraannya dengan

wajar sehingga tidak mengutamakan keselamatan dalam berkendaran.4

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya

manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan

datang, yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus,

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan

dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara seimbang.5

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

4 Hendra Ari Saputra. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak yang Melakukan

Tindak Pidana Kelalaian yang Mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan No:51

/Pid.A/2013/PN.Gns) diakses pada tanggal 14 September 2017.

5 M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas. Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif

Konvensi Hak Anak. Bandung, Citra Aditya Bakti. 1999. hal. 1.dikutip dari UNICEF. Situasi Anak

di Dunia 1995. Jakarta. 1995. hal.1.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

4

Anak. Pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang berada dalam kandungan. Sementara itu jika seorang

anak yang berkonflik dengan hukum yanng diatur dalam Undang-Undang Nomor

11 tahun 2012 telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18

(delapan belas) tahun dan diduga telah melakukan tindak pidana maka akan

diproses secara hukum anak yang diatur dalam berlaku di Indonesia, sedangkan

anak yang berusia 12 tahun kebawah jika bersinggungan dengan hukum maka

anak tersebut akan dikembalikan ke orang tua.

Hal tersebut diatur sesuai dengan pasal 1 ayat 1 No. 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak namun tidak diatur dalam pasal 1 ayat 3 UU no 11 Tahun 2012

Walaupun demikian anak memiliki hak-hak mereka yang dijamin UU No. 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak banyak yang tidak terpenuhi selain itu

Penjatuhan pidana penjara terhadap anak dapat merugikan anak karena masyarakat

akan memberikan cap (stigma) kepada anak yang dapat merusak karir dan masa

depan anak, sebagian masyarakat akan menolak kehadiran mantan narapidana anak

sehingga mengakibatkan anak terkucil dari pergaulan masyarakat, anak akan

menjadi lebih ahli dalam melakukan kejahatan karena belajar melakukan kejahatan

selama di penjara.6

Sehingga penyelesaian tindak pidana perlu ada perbedaan antara pelaku

orang dewasa dengan pelaku anak, dilihat dari kedudukannya seorang anak secara

hukum belum dibebani kewajiban dibandingkan orang dewasa, selama seseorang

6 Sri Sutatiek. 2013. Rekonstruksi Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana Anak Indonesia.

Yogyakarta. Aswaja Pressindo. 2013. hlm. 45.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

5

masih disebut anak, selama itu pula dirinya tidak dituntut pertanggungjawaban

tetapi pertanggungjawabannya di alihkan kepada Orang tua anak, sehingga bila

timbul masalah terhadap anak diusahakan bagaimana haknya dilindungi oleh

hukum.7 Namun dalam asas hukum pidana secara tegas mengatur bahwa tanggung

jawab pidana itu tak bisa dialihkan kepada orang lain. Termasuk, jika pengalihan

itu diberikan kepada keluarga atau orang tua si anak pelaku tindak pidana.Meski

demikian, secara perdata orang tua dapat dimintai pertanggungjawaban membayar

ganti rugi atas perbuatan anaknya.8

Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem

Peradilan Pidana Anak dikenal adanya Diversi yang diatur dalam Pasal 1 angka 7

Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak yaitu pengalihan penyelesaian

perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.

Diversi diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 15 Undang-Undang Sistem

Peradilan Pidana Anak dan diberlakukan untuk pelaku anak yang berumur di bawah

18 tahun, diancam dengan pidana penjara di bawah 7 tahun dan bukan merupakan

pengulangan tindak pidana. Sedangkan Anak yang berkonflik dengan hukum yang

selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,

tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak

pidana.

7 Agung Wahyono dan Siti Rahayu.1983. Tinjauan Peradilan Anak di Indonesia.

Jakarta.Sinar Grafika.

8 Mulyana W. Kusuma. 1986. Hukum dan Hak-Hak Anak.Jakarta. CV. Rajawali.hlm 3.

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

6

Adapun kasus kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak dengan

kronologi kejadian sebagai berikut, bahwa telah terjadi Tindak Pidana Kecelakaan

Lalu Lintas pada Minggu, 01 Januari 2017 jam 06.11 WIB telah terjadi kecelakaan

lalu lintas antara berinisial A P umur 15 tahun yang merupakan seorang pelajar

dengan alamat Kelurahan Bence Kecamatan Garum Kabupaten Blitar menabrak

pejalan kaki yang bernama Nur Salim umur 61 tahun pekerjaaan Swasta dengan

alamat Kelurahan Bence Kecamatan Garum Kabupaten Blitar dengan kronologi

kejadian kendaraan sepeda motor AG 5778 MU berjalan dari arah barat Bence

Garum, Blitar menabrak pejalan kaki yang menyeberang jalan dari utara ke selatan

jalan yang menyebabkan meninggal dunia Hal tersebut menimbulkan Kerugian

materiil sebesar Rp.200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah).9

Berdasarkan uraian kasus diatas bagi anak yang berkonflik dengan hukum

dilakukan upaya diversi sebagai pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses

peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Hal ini menekan kan pada

Keadilan Restoratif bagi anak dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga

pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari

penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan

semula, dan bukan pembalasan. Pada umumnya penyelesaian sengketa di luar

pengadilan hanya ada dalam sengketa perdata, namun dalam praktik sering juga

kasus pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui berbagai diskresi aparat

penegak hukum atau melalui mekanisme musyawarah yang terdiri dari musyawarah

keluarga, musyawarah desa, musyawarah adat dan sebagainya. Praktik

9 Sumber data dari Laka lantas Polres Blitar

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

7

penyelesaian perkara pidana di luar pengadilan selama ini tidak ada landasan

hukum formalnya, sehingga sering terjadi suatu kasus yang secara informal telah

diselesaikan secara damai (walaupun melalui mekanisme hukum adat).

Dalam menangani anak yang berkonflik dengan hukum, polisi senantiasa

harus memperhatikan kondisi anak yang berbeda dari orang dewasa. Sifat dasar

anak sebagai pribadi yang masih labil, masa depan anak sebagai aset bangsa, dan

kedudukan anak di masyarakat yang masih membutuhkan perlindungan dapat

dijadikan dasar untuk mencari suatu solusi alternatif bagaimana menghindarkan

anak dari suatu sistem peradilan pidana formal, penempatan anak dalam penjara,

dan stigmatisasi terhadap kedudukan anak sebagai narapidana.

Undang-Undang penyelesaian perkara di luar pengadilan melalui mediasi

penal diatur dalam Surat Kapolri No Pol: B/3022/XII/2009/SDEOPS tanggal 14

Desember 2009 tentang Penanganan Kasus Melalui Alternatif Dispute Resolution

(ADR) serta Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 2008 Tentang Pedoman Dasar Strategi dan Implementasi Kepolisian

Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Tugas Polri. Kepolisian selaku penyidik

diberikan kewenangan untuk melakukan diversi didasarkan pada pasal 7 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh jika diversi dilakukan pada tahap

penyidikan oleh kepolisian, yaitu:10

10 Koeno Adi.2009.Diversi sebagai Upaya Altrnatif Penanggulangan Tindak Pidana

Narkotika oleh Anak.Malang. UMM Press.hlm.112-113.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

8

1. Kepolisian merupakan satu-satunya lembaga penegak hukum dalam sub system

peradilan pidana yang mempunyai jaringan hingga tingkat kecamatan sehingga

memungkinkan memiliki jaringan sampai di tingkat paling bawah.

2. Kuantitas aparat kepolisian jauh lebih banyak dibandingkan dengan aparat

penegak hukum lainnya walaupun tidak setiap aparat kepolisian mempunyai

komitmen untukmenangani kasus anak.

3. Diversi di tingkat kepolisian mempunyai makna memberikan jaminan kepada

anak untuk dihindarkan dengan proses peradilan pidana.

4. Kedudukan kepolisian sebagai lembaga penegak hukum yang pertama dan

langsung bersinggungan dengan masyarakat.11

Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis tertarik melakukan penelitian

mengenai "PELAKSANAAN DIVERSI PERKARA TINDAK PIDANA

KECELAKAAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAAN OLEH ANAK".

Dalam penelitian ini lebih ditekankan pada pelaksanaan diversi yang dilakukan

pihak kepolisian terhadap anak yang melakukan kecelakaan lalu lintas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan beberapa

permasalahan yang kemudian dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Penyelesaian Diversi Yang Dilakukan Penyidik Polres Blitar

Terhadap Penyelesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas Oleh Anak?

11Ibid,hlm. 111.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

9

2. Apakah Yang Menjadi Alasan Penyelesaian Perkara Lalu Lintas Melalui

Diversi ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa tujuan

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan diversi

oleh kepolisian terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana kecelakaan lalu

lintas

2. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis hal-hal yang menjadi

pertimbangan kepolisian untuk melakukan diversi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat berguna untuk perkembangan

ilmu hukum pada umumnya dan khususnya tentang pelaksanaan diversi

perkara tindak pidana kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak

b. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan refrensi penelitian

hukum terkait pelaksanaan diversi perkara tindak pidana kecelakaan

lalu lintas yang dilakukan oleh anak

c. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

dibidang karya ilmiah serta bahan masukan bagi penelitian sejenis

dimasa yang akan datang.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

10

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat luas

maupun penyidik polri terkait pelaksanaan diversi perkara tindak

pidana kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak

b. Untuk meningkatkan analisa, pola pikir ilmiah dan pengujian atas ilmu

pengetahuan yang diperoleh penulis selama study di fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Malang

E. Kegunaan Penelitian

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian oleh peneliti ini diharapkan dapat menjadikan pijakan

baru dibidang ilmu hukum bagi peneliti dan dapat menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan mengenai pelaksanaan diversi terhadap perkara anak

sebagai pelaku tindak pidana kecelakaan lalu lintas.

b. Pembuat Kebijakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi

pembuat kebijakan antara lain pemerintah, terhadap kasus mengenai

Pelaksanaan diversi terhadap perkara anak sebagai pelaku tindak pidana

kecelakaan lalu lintas.

c. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

semua pihak sebagai bahan untuk merumuskan penelitian lebih lanjut

mengenai pelaksanaan diversi terhadap perkara tindak pidana kecelakaan

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

11

lalu lintas yang dilakukan oleh anak (Studi kasus di Polres Kabupaten

Blitar).

d. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi

semua pihak terutama para penyidik Polri dalam mempertimbangkan kasus

kecelakaan lalu lintas yang dilakukan oleh anak melalui diversi sebagai

upaya penyelesaian di luar pengadilan bagi anak .

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah langkah dalam menentukan jenis metode

penelitian apa yang dipergunakan dalam penulisan penelitian ini, guna

memperoleh data atas apa yang akan dibahas dalam penelitian dengan tepat,

akurat dan benar. Sehingga dapat memudahkan dalam mempelajari dan

menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian. Sesuai dengan judul dari

penelitian ini, maka metode yang akan digunakan oleh penulis adalah sebagai

berikut :

1. Pendekatan Penelitian

Penulis memfokuskan penelitian untuk menggunakan metode

pendekatan Yuridis Sosiologis yakni suatu pendekatan masalah dengan

mengkaji peraturan yang berlaku dibandingkan dengan pelaksanaan

ketentuanyang ada dilapangan.12 Penulis akan mengkaji tentang Diversi yang

12 Roni Hanijito Sumitro.1990. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia.

Jakarta. hlm.34.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

12

dilakukan penyidik Polres Blitar terhadap penyelesaian perkara kecelakaan

lalu lintas terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana serta alasan penyidik

melakukan diversi dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas

terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yang penulis tetapkan dalam melakukan penelitian

ini adalah di Kabupaten Blitar, lebih spesifiknya penelitian akan dilakukan di

Kepolisian Resort Blitar karena banyak kasus anak yang pernah ditangani

oleh Kepolisian Resort Blitar.

3. Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan 2 Jenis

penelitian yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu primer data /bahan hukum yang didapat langsung

dari lokasi penelitian. Data yang langsung di peroleh dari lapangan berupa

hasil wawancara dengan narasumber Kanit Laka Lantas Polres Blitar dan

Unit Laka Polres Blitar yang berdasarkan pemahaman, persepsi, tindakan,

sikap, pengalaman dan penjelasan dari pihak tersebut.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari buku/tekstual,

artikel ilmiah internet, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, kasus-kasus

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

13

hukum, serta simposium yang dilakukan pakar terkait dengan

pembahasan.13

Data sekunder (secondary data) diperoleh melalui sumber yang

berasal dari Kepolisian Resor Blitar sebagai instansi yang berkaitan

dengan penelitian ini, baik informasi data berupa catatan-catatan dari

Kepolisian Resor Blitar, arsip-arsip, dokumen, maupun website dari

instansi tersebut. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran terhadap

bahan-bahan sebagai berikut:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana;

2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan;

4. Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik;

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 tentang Pedoman

Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak yang Belum Berumur

12 (dua belas) tahun;

7. Perma Nomor 04 tahun 2014 tentang Tata Cara Penyelesaian

Pidana Anak sesuai;

13 Johny Ibrahim. 2012. Metode Penelitian Hukum Normatif, Cet. Keenam. Penerbit Bayu

Media Publishing. Malang. Hal.392.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

14

4. Teknik Pengummpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

1) Teknik Pengumpulan Data Primer

a. Wawancara

Wawancara yang dilakukan secara bebas terpimpin yang dilakukan

penulis dengan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan,

dan dimungkinkan dalam wawancara berlangsung dapat mengajukan

pertanyaan yang belum tercantum dalam pertanyaan-pertanyaan yang

sudah disipakan dapat ditanyakan secara langsung kepada responden.

b. Observasi

Observasi adalah penulis akan melakukan pencarian data secara

langsung dilokasi penelitian untuk menemukan data-data yang terkait

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

c. Dokumentasi

Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh

penulis dari transkip, catatan, tulisan, media massa baik cetak maupun

elektronik, yang berkaitan dengan penelitian.

2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

melalui:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

15

a. Studi Kepustakaan

Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh

penulis dari buku-buku, peraturan perundang-undangan yang berlaku,

karya ilmiah, dan artikel yang terkait permasalahan dalam penelitian

ini yang akan digunakan oleh penulis sebagai dasar informasi dan

pertimbangan yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Penelusuran Internet

Cara pengumpulan data atau bahan-bahan hukum yang diperoleh

dari situs-situs, karya tulis, jurnal yang bersifat online, yang berkaitan

dengan penelitian ini.

5. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode kualitatif

hasil yang didapat berupa penjelasan, catatan, obsevasi, wawancara atau

angket dan dokumen. Selain itu teknik analisa data yang dilakukan penulis

yaitu dengan mengkaji, mengolah dan dan membahas informasi yang

diperoleh secara ilmiah berupa teknik Descriptive Analitic Method (Metode

Analisa Deskriptif), yaitu suatu metode analisa data penelitian dengan cara

menganalisis isi atau kata-kata hasil wawancara dari subyek penelitian,

mendiskripsikan, menggambarkan, dan menjabarkan data-data yang

diperoleh dari hasil penelitian untuk dikaitkan dengan teori-teori dan

penjelasan yang berkaitan permasalahan yang ada sehingga pembahasan

dilakukan secara efektif dan efisien dalam suatu kesimpulan.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

16

G. Sistematika Penelitian

Agar mempermudah dalam mempelajari proposal ini, maka dalam

sistematika penelitian. Peneliti akan memberikan gambaran yang jelas dan

terarah mengenai penelitian proposal. Berikut akan dikemukakan sistematika

penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan tentang Latar Belakang Masalah,

Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini di uraikan mengenai Kajian Umum tentang

Diversi, Kajian Umum tentang Tindak Pidana, Kajian

Umum tentang Tindak Pidana Kecelakaan Lalu Lintas,

kajian Umum tentang Penyelidikan dan Penyidikan , Kajian

umum tentang Kepolisian Republik Indonesia, kajian umum

tentang Anak.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tetang hasil penelitian tentang

Gambaran Umum Polres Blitar, Realita Kasus diversi

terhadap anak sebagai pelaku Kecelakaan Lalu Lintas di

Blitar, Diversi yang Dilakukan Penyidik Polres Blitar

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANGeprints.umm.ac.id/39108/2/BAB I.pdf · manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa di masa yang akan datang, yang memiliki peran

17

Terhadap Penyeselesaian Perkara Kecelakaan Lalu Lintas

melalui diversi terhadap anak sebagai pelaku, Alasan

Penyidik Melakukan diversi dalam Menyelesaikan Perkara

Kecelakaan Lalu Lintas terhadap anak sebagai pelaku, dasar

pertimbangan penyidik menerapkan diversi bagi anak

sebagai pelaku kecelakaan lalu lintas.

BAB VI : PENUTUP

Berisi uraian tentang pokok-pokok Kesimpulan dan Saran

yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan dengan hasil penelitian.